Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB
Gambar 4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB
Ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah sejahteraan hakiki yang tidak hanya di dunia NTB untuk menaikkan kualitas SDM dari
juga di akhirat (al-falah). Falah berarti orang aspek pendidikan, kesehatan, kondisi pere-
yang mempersiapkan lahan dengan segala konomian, kemiskinan maupun Indeks
kondisi yang dibutuhkan untuk berkem- Pembangunan Manusia (IPM) sejak tahun
bangnya benih, sehingga karena kondisi 2008–2012 menunjukkan perubahan yang
tanah dan air yang mendukung benih itu positif meskipun belum mencapai usaha
menjadi tanah yang luas dan menguntung- yang optimal. Hal itu terus menjadi ke-
kan (Arif, 2007). Falah dapat terwujud bila bijakan yang dilakukan oleh pemerintah
kebutuhan menimbulkan maslahah yaitu se- NTB dalam proses pembangunan, meng-
gala bentuk keadaan, baik material maupun ingat pentingnya ketersediaan SDM yang
non material yang mampu meningkatkan berkualitas untuk mengisi proses pemba-
kedudukan manusia sebagai makhluk yang ngunan berkelanjutan.
paling mulia (P3EI, 2008), melalui tercipta- Ekonomi Islam memiliki prinsip Ke-
nya tujuan syariat yaitu terpeliharanya ke- tauhidan, Keadilan, Kebersamaan, dan Kese-
butuhan akan agama (hifzh al-din), jiwa (hifzh imbangan (Pertengahan). Ekonomi Islam
al-nafs) , akal atau ilmu (hifzh al-aql), ke- bertujuan menghantarkan manusia meme-
turunan (hifzh al-nasl) dan harta (hifzh al-mal) nuhi kebutuhannya guna mencapai ke
yang merupakan kebutuhan dasar yang
150 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 131 - 1154
harus dipenuhi (darruriyah). Jika ini sudah 7;96). Bentuk–bentuk jaminan sosial dalam terpenuhi dilanjutkan dengan pemenuhan
Islam sangat banyak baik perintah wajib kebutuhan lainnya yaitu hajiyah dan tahsi-
(Zakat) maupun sunnah seperti infaq, sha- niyah yang bersifat penyempurna dan pe-
daqah, wakaf, kurban dan lainnya. Bentuk lengkap. Jika manusia sudah mampu men-
jaminan sosial atau kepedulian sosial ini jaga sekaligus memenuhi kebutuhan darru-
akan mampu mengangkat harkat dan mar- riyahnya maka manusia tersebut digolong-
tabat kemanusiaan, sekaligus kualitas SDM- kan sebagai manusia berkualitas yaitu
nya. Semuanya dimaksudkan agar harta manusia yang dapat hidup bahagia di dunia
kekayaan tidak menumpuk pada segolongan atau dan akhirat. Jika tidak dapat memenuhi
segelintir orang (Qs. Al-Hasyr, 17) yang akan salah satu kebutuhan tersebut, sudah di-
menimbulkan macetnya distribusi harta pastikan tidak akan mampu menggapai
lantaran adanya sifat pelit dan kikir dalam kebahagiaan yang menghantarkan manusia
jiwa seseorang yang bermuara pada timbul- tersebut berada dalam kekurangan dan tidak
nya manusia serakah, rakus dan sombong. berkualitas.
Sifat ini merupakan ciri manusia yang tidak Ajaran yang paling fenomenal dalam
berkualitas meskipun secara materi ter- Islam berkaitan dengan implikasi prinsip
golong kaya. Pemenuhan kualitas sumber- keadilan, kebersamaan dan persaudaraan
daya manusia dalam kajian ekonomi dengan serta dalam keseimbangan (pertengahan)
beberapa indikator merupakan pencapaian salah satunya adalah distribusi harta dari
maqashid syariah dalam menjaga harta dan orang yang mampu kepada orang yang tidak
keturunan.
mampu. Dalam konteks ini, ekonomi Islam Perkembangan positif yang dicapai oleh memberikan ruang kepada individu untuk
propinsi NTB dalam memperbaiki kondisi bekerja sesuai kemampuannya agar mempe-
perekonomiannya menunjukkan keadaan roleh penghasilan guna memenuhi kebutu-
yang menggembirakan meskipun secara hannya. Tetapi dari pendapatan dan harta
optimal belum terwujud. Perbaikan kualitas yang diperolehnya terdapat hak orang lain
ekonomi yang dilihat dari beberapa indi- termasuk orang fakir dan miskin. Dalam Al-
kator di atas, merupakan wujud dari visi Qur’an banyak ayat yang memerintahkan
berupa perwujudan manusia beriman dan untuk mendistribusikan harta dan diper-
berdaya saing. Pembangunan ekonomi yang untukkan bagi orang yang tidak mampu
telah dilaksanakan terilhami dari cara dan bahkan orang yang mampu sekalipun ketika
strategi ekonomi Islam dalam membangun dihadapkan dengan suatu musibah atau
manusia sebagai subyek sekaligus obyek cobaan. Ekonomi Islam mengedepankan
pembangunan. Prinsip pembangunan yang adanya solidaritas sosial melalui jaminan
berkeadilan, dijiwai semangat kebersamaan sosial untuk menghilangkan adanya dis-
dan tolong menolong, baik dalam bentuk kriminasi dari orang yang mampu terhadap
materi maupun non materi serta adanya orang yang tidak mampu yang akan mem-
keberpihakan kepada kaum lemah telah bentuk keadilan sosial. Dalam Al-Qur’an,
menghantarkan daerah ini mampu meng- keadilan yang terkait dengan makna sosial
angkat harkat dan martabat serta kualitas paling tidak ada tiga (Kamil, 2011) yaitu
SDMnya. Dengan tetap mengacu pada prin- persamaan di depan hukum (QS,.4 ;58); ke-
sip yang disebutkan di atas, disertai landa- seimbangan atau tidak adanya ketimpangan
san keimanan yang kokoh, daerah ini mam- sebagai asas alam dan sosial (QS. 16; 3; 82, 67;
pu menurunkan angka pengangguran dan 67;3) serta tidak adanya kezaliman sosial
membuka kesempatan kerja baru, mening- (proporsional dan memberikan hak kepada
katkan pendapatan yang berimplikasi pada pemiliknya (QS. 4: 135; 60; 8). Keadilan sosial
peningkatan daya beli, penduduk miskipun akan membawa ketakwaan (QS 5, 8) dan
mengalami penurunan. Melihat visi dan ketakwaan akan membawa kemamuran (QS.
hasil yang telah dicapai pemerintah NTB
Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Ekonomi Islam… – Herwanti, Irwan 151
selama periode analisis, telah bersinergi de- ngan landasan ideal dalam perspektif Eko- nomi Islam, meskipun belum sesuai hara- pan.
Hasil yang ingin dicapai dalam pe- ningkatan kualitas SDM, dari beberapa as- pek yang dianalisis, tidak hanya semata- mata tertuju pada aspek jasmaniah melain- kan juga pada aspek rohaniah. Hal ini tercermin dari beberapa visi pemerintah NTB yaitu mengembangkan masyarakat madani yang berakhlak mulia, pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkeadi- lan, maka aspek jasmani dan rohani di- laksanakan secara bersama. Oleh karenanya, SDM yang berkuliatas adalah SDM yang mampu memadukan aspek batiniah dan rohaniah atau sepritual. SDM yang tidak disertai dengan kesetiaan kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah pengejaran kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka (Mubarok, 2012). Berkaitan dengan kondisi SDM yang masih relatif rendah, pendidikan belum dinikmati oleh semua penduduk, kemiskinan dan pengangguran yang masih banyak, konsep pembangunan berkualitas harus memberi- kan peluang terciptanya keadilan sosial, utamanya kepada masyarakat yang ter- golong mampu guna memberikan jaminan sosial dengan lebih mengimplementasikan ajaran–ajaran agama yang berpihak kepada orang tidak mampu.
Kualitas SDM dalam perspektif Islam yang sebagiannya telah diuraikan di atas, setidaknya telah diimpelementasikan oleh pemerintah NTB dengan memasukkan un- sur keimanan dan berdaya saing di dalam visi pembangunan, yang pada akhirnya diharapkan akan terwujud masyarakat sejahtera dunia dan akhirat. Memasukkan unsur keimanan dalam visi pembangunan NTB, diharapkan akan membawa dampak positif terhadap perkembangan kualitas SDM, karena ajaran keimanan mengacu ke- pada agama yang dianut oleh penduduk NTB. SDM yang menjadi harapan ekonomi Islam adalah SDM yang memiliki akhlaq mulia dan baik. Dengan akhlak yang baik
SDM akan mampu menjabarkan tugasnya sebagai khalifah sekaligus hamba Allah di bumi. Akhlak tidak hanya masalah batiniah, juga meliputi masalah rohaniah yaitu ter- isinya hati seseorang dengan sifat utama, seperti bertanggung jawab, adil, sabar, pe- maaf dan terhindar dari sifat yang merusak seperti sombong, irihati, dengki dan lainnya (Zulmaizarna,2009). Ciri SDM yang berkua- litas itulah yang hendak dituju oleh peme- rintah NTB untuk mengisi proses pem- bangunan yang berkelanjutan. Meskipun hasil yang dicapai dalam analisis ini belum sepenuhnya terealisasi, karena dalam ke- hidupan penduduk NTB masih didapatkan perilaku menyimpang dari ciri ideal ter- sebut, baik dilakukan oleh SDM yang me- miliki kualitas pendidikan rendah maupun tinggi, kaya maupun miskin.