Prinsip Berlakunya Efisiensi atau Dayaguna

2.2.2. Prinsip Berlakunya Efisiensi atau Dayaguna

Dalam Ibnu Syamsi,(2004:5) Untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam organisasi itu termasuk efisien atau tidak maka prinsip-prinsip atau persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut ;

1. Efisiensi harus dapat diukur

Standart untuk menetapkan batas antara efisein dan tidak efisien adalah ukuran normal. Ukuran normal ini merupakan patokan (standart) awal, untuk selanjutnya menetukan apakah suatu kegiatan itu efisen atau tidak. Batas ukuran normal untuk pengorbanan adalah pengorbanan maksimum, sedangkan batas

Rasional artinya segala perimbangan harus berdasarkan akal sehat, masuk akal, logis dan bukan emosional. Dengan perimbangan rasional, objektivitas pengukuran dan penilaian akan lebih terjamin. Subjektifitas pengukuran dan penilaian dapat dihindarkan sejauh mungkin.

3. Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas (mutu)

Dengan demikian, kualitas boleh saja ditingkatkan tetapi jangan sampai mengorbankan kualitasnya. Jangan mengejar kuantitas tetapi dengan mengorbankan kualitas. Jangan sampai hasil ditingkatkan tetapi kualitasnya rendah. Mutu harus tetap dijaga dengan baik.

4. Efisiensi merupakan tejnis pelaksanaan

Sehingga jangan sampai bertentangan dengan kebijakan atasan. Tentu saja kebijakan atasan itu sudah dipertimbangkan dari berbagai segi yang luas cakupannya, pelaksanaan operasionalnya dapat diusahakan seefisien mungkin, sehingga tidak tidak terjadi pemborosan.

5. Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan kemampuan organisasi yang bersangkutan

Ini berarti bahwa penerapannya disesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM), dana, fasilitas, dan lain- lain, yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan sambil Ini berarti bahwa penerapannya disesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM), dana, fasilitas, dan lain- lain, yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan sambil

6. Efisiensi itu ada tingkatannya

Secara sederhana dapat ditentukan penggolongan tingkatan efisiensi, misalnya saja :

a. Tidak efisien

b. Kurang efisien

c. Efisien

d. Lebih efisien

e. Paling efisien (optimal).

Tingkatan efisiensi dapat juga menggunakan angka prsentase (%). Tentu saja masing-masing golongan tingkatan itu harus ditentukan dengan cermat dan jelas batasannya.

Keenam syarat itu harus dipenuhi untuk menentukan tingkat efisiensinya. Kalau persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka tidak dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan atau cara kerja itu efisien atau tidak, dan tidak dapat menentukan seberapa tinggi tingkatan efisiennya. Efisiensi dapat dilihat dari segi hasil (output) dan juga dapat dilihat dari segi Keenam syarat itu harus dipenuhi untuk menentukan tingkat efisiensinya. Kalau persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka tidak dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan atau cara kerja itu efisien atau tidak, dan tidak dapat menentukan seberapa tinggi tingkatan efisiennya. Efisiensi dapat dilihat dari segi hasil (output) dan juga dapat dilihat dari segi

Jadi dapat saya simpulkan bahwa efisiensi adalah tingkat dimana suatu organisasi berupaya mengusahakan agar hasil yang dikerjakan mempunyai manfaat bagi orang sekitar serta mampu mengoptimalkan tujuan agar sesuai dengan rencana tidak membuang-buang waktu.

Menurut Undang-Undang Transportasi No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Jalan tersebut dijelakan pula dalam pasal dua bahwa harus memperhatikan asas efektif dan efisien Yang dimaksud dengan asas efisien dan efektif adalah pelayanan dalam penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan konsep tersebut dapatlah terpenuhi kebutuhan konsumen oleh pihak pemerintah selaku fasilitator serta pengelola

Menurut Keputusan Menteri No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum pada pasal 6 ketentuan penambahan angkutan pada tiap-tiap trayek dilakukan jika sudah mencapai pertimbangan tertentu, dalam hal ini BUS RAPID TRANSIT bukan dimaksudkan sebagai penambahan angkutan, namun sebagai pengganti angkutan lama atau peremajaan, sebagaimana yang dimaksud pada pasal 6 ayat 1 “Untuk menjaga keseimbangan pelayanan angkutan, mengantisipasi Menurut Keputusan Menteri No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum pada pasal 6 ketentuan penambahan angkutan pada tiap-tiap trayek dilakukan jika sudah mencapai pertimbangan tertentu, dalam hal ini BUS RAPID TRANSIT bukan dimaksudkan sebagai penambahan angkutan, namun sebagai pengganti angkutan lama atau peremajaan, sebagaimana yang dimaksud pada pasal 6 ayat 1 “Untuk menjaga keseimbangan pelayanan angkutan, mengantisipasi

Dalam UU No 14 yang telah direvisi dengan Undang-Undang No 22 Tahun 2009 mengenai penambahan pasal-pasal dimana pemerintah berhak menyelenggarakan dan menyediakan serta melaksanakan angkutan massa sebagai moda transportasi hal ini ditunjukkan dengan pasal 93 mengenai pelaksanaan managemnt dan rekayasa lalu lintas yang dijelaskan dalam ayat 1 yakni : Managemen Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan pengguna jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Diperlukan penyediaan angkutan umum langsung.

Dalam International Journal of Engineering Science and Technology Vol. 2(9), 2010, 4759-4766 (Performance Improvement Of Urban Bus System : Issues And Solution) menyatakan :

“Efficient operation of urban bus system is central to development of any city. There is a widespread reliance on buses for public transport, providing

important mobility with in urban area throughout the world. However, public prefer to use privately-owned vehicles due to the inefficient operation of city bus service in most of the Indian cities. The private vehicles vying for limited road space along with buses has resulted in congestion, accidents and vehicular pollution in urban areas. The problem of pollution, safety and inefficiency have reached at a alarming level in most of the major cities in India due to unabated growth of its population -both of people and motor important mobility with in urban area throughout the world. However, public prefer to use privately-owned vehicles due to the inefficient operation of city bus service in most of the Indian cities. The private vehicles vying for limited road space along with buses has resulted in congestion, accidents and vehicular pollution in urban areas. The problem of pollution, safety and inefficiency have reached at a alarming level in most of the major cities in India due to unabated growth of its population -both of people and motor

Diterjemahkan bahwa : (Operasi yang efisien dari sistem bus perkotaan merupakan pusat perkembangan kota. Ada ketergantungan luas untuk bus yang menjadi angkutan umum, yang memberikan mobilitas penting di daerah perkotaan seluruh dunia. Namun, masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan milik swasta karena operasinya yang tidak efisien pada layanan bus di kota besar India. Kendaraan pribadi berlomba-lomba untuk ruang jalan yang terbatas bersama dengan bus telah menghasilkan kemacetan, kecelakaan dan polusi kendaraan di perkotaan. Masalah polusi, keselamatan dan ketidakefisienan telah mencapai tingkat mengkhawatirkan di sebagian kota besar India karena pertumbuhan berlanjut dari penduduknya-baik orang dan kendaraan bermotor, dikombinasikan dengan sistem transportasi publik yang tidak efisien dan penegakan hukum di lingkungan. Selanjutnya, untuk mempertahankan penumpang dan menghambat penggunaan kendaraan pribadi, layanan bus kota perlu ditingkatkan. Dengan demikian, peningkatan pelayanan kinerja bus kota pada dasarnya dapat memberikan kontribusi untuk Diterjemahkan bahwa : (Operasi yang efisien dari sistem bus perkotaan merupakan pusat perkembangan kota. Ada ketergantungan luas untuk bus yang menjadi angkutan umum, yang memberikan mobilitas penting di daerah perkotaan seluruh dunia. Namun, masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan milik swasta karena operasinya yang tidak efisien pada layanan bus di kota besar India. Kendaraan pribadi berlomba-lomba untuk ruang jalan yang terbatas bersama dengan bus telah menghasilkan kemacetan, kecelakaan dan polusi kendaraan di perkotaan. Masalah polusi, keselamatan dan ketidakefisienan telah mencapai tingkat mengkhawatirkan di sebagian kota besar India karena pertumbuhan berlanjut dari penduduknya-baik orang dan kendaraan bermotor, dikombinasikan dengan sistem transportasi publik yang tidak efisien dan penegakan hukum di lingkungan. Selanjutnya, untuk mempertahankan penumpang dan menghambat penggunaan kendaraan pribadi, layanan bus kota perlu ditingkatkan. Dengan demikian, peningkatan pelayanan kinerja bus kota pada dasarnya dapat memberikan kontribusi untuk

Berdasarkan Peraturan Walikota No.8 Tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan walikota Semarang Nomor 66 Tahun tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal Kota Semarang disebutkan pasal 4 bahwa UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Terminal mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika di bidang pengelolaan Terminal dan Bus Rapid Transit.

Dalam rangka pelaksanaan dan peningkatan pengelolaan operasional Bus Rapid Transit dengan sistem Badan Layanan Umum (BLU), maka tugas dan fungsi pelaksanaan dan pengelolaan operasional Bus Rapid Transit diakomodir dalam Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal.

Badan layanan umum diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan petunjuk operasional untuk badan layanan umum daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Dibentuk untuk memberikan pelyanan kepada masyrakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Tujuannya adalah pemberian pelayanan umum secara efektif dan efisien sejalan dengan praktik bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kaidah Badan layanan umum diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan petunjuk operasional untuk badan layanan umum daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Dibentuk untuk memberikan pelyanan kepada masyrakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Tujuannya adalah pemberian pelayanan umum secara efektif dan efisien sejalan dengan praktik bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kaidah