Hubungan patron-klien dalam industri makanan di desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kebupaten Sukoharjo

SKRIPSI

Oleh :

Tri Haryanto Jalu Pamungkas

D 0308060

iajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat gu r Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosi

Ilmu Politik

AS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK NIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

NAN DI ATAN

t guna osial dan

Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka hendaklah (ia) berilmu dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat maka hendaklah belajar dan berilmu, dan barang siapa menginginkan kedua- duanya maka ia harus berilmu.

( HR. BUKHORI MUSLIM )

......” Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Kuat Lagi Maha Perkasa”.....

( Q.S. Ash Syura : 19 )

Allah telah berfirman bahwa baca dan tulis adalah kunci ilmu pengetahuan.

( H.R. Shohih Bukhori )

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

“ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang telah mengajar dengan perantara kalam. Dan mengajarkan Kepada Manusia apa yang tidak diketahuinya “

( Q.S. Al’ Alaq : 1 – 5 )

Kupersembahkan karya ini..........................

Bagi mereka yang selalu membimbingku dan menasehatiku untuk selalu di JalanNya

Mendoakanku agar selalu dilimpahi oleh rahmat dan hidayahNya

Mendorongku agar selalu menjadi umatNya

Yang selalu menginspirasiku di dalam seyiap langkah-langkahku

Teruntuk almarhum ibu dan seluruh keluarga serta seseorang yang selalu mendorongku.

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis sengaja mengangkat masalah hubungan patron-klien dalam industri masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel. Tujuan yang ingin di capai oleh penulis adalah untuk mengetahui hubungan patron-klien dalam industri rumahtangga di Desa Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT dan Rasul-RasulNya, Bp. Prof. Dr. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta ( UNS ), Drs. Sudarsana, PGD. PD selaku Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Siti Zunariyah, S. Sos, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberi saran sehingga skripsi ini dapat selesai.

Selain dari pihak akademisi penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhumah Ibunda Sarmiyati tercinta terima kasih atas kasih sayangmu yang belum terbalaskan dan ayah yang selalu jadi panutan hidupku, Kabupaten Sukoharjo yang telah menjadi tempat tumbuh kembangku, Pemerintah Kalurahan Kenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk orientasi data, Staff pengajar fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Unversitas Sebelas Selain dari pihak akademisi penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhumah Ibunda Sarmiyati tercinta terima kasih atas kasih sayangmu yang belum terbalaskan dan ayah yang selalu jadi panutan hidupku, Kabupaten Sukoharjo yang telah menjadi tempat tumbuh kembangku, Pemerintah Kalurahan Kenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk orientasi data, Staff pengajar fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Unversitas Sebelas

Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati untuk perbaikannya di waktu yang mendatang. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.

Sukoharjo, .....januari 2013

Penulis

Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. HUBUNGAN PATRON- KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI DESA KEDUNGGUDEL.

Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan patronklien

yang terjadi dalam masyarakat industri pedesaan di Desa Kedunggudel, Kenep Sukoharjo. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Lokasi penelitian berada di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, obeservasi partisipatoris, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukaran dari Peter Blau dan teori patron-klien James Scott yang menjelaskan bahwa hubungan ini mempunyai karakteristik sebagai bberikut : pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, makelar dan pengaruh, jasa patron kolektif.

Hubungan patron klien yang terjadi antara pemilik industri dengan

tenaga kerjanya merupakan salah satu bentuk interaksi timbal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam proses hubungan kerja. Hubungan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan status dan kedudukan antara kedua belah pihak,yakni status kepemilikan industri. Hubungan ini merupakan salah satu bentuk transaksi ekonomi elementer, dimana dalam hubungan tersebut terjalin pertukaran modal dengan jasa tenaga kerja. Pemilik industri memberikan jaminan penghidupan susbsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaan dan jaminan pengupahan. Pemilik industri ini juga memberikan jaminan krisis subsistensi misalnya jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan Tunjangan Hari Raya. Selain itu dalam hubungan ini juga terdapat hubungan saling melindungi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Selain itu dalam hubungan ini, pemilik industri juga memberikan bentuk bantuan jasa patron kolektif untuk kepentingan masyarakat sekitar, misalnya pemberian hak guna lahan dan rumah untuk dijadikan gudang perkakas, bantuan sponshorship,dan lain-lain. Dan apabila ada permasalahan yang terjadi antara kedua belah pihak yang dapat mengganggu keberlangsungan hubungan ini, maka akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan, sehingga akan ada titik temu yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dengan adanya kepercayaan, rasa kekeluargaan, dan rasa saling menguntungkan antara kedua belah pihak yakni patron dan klien, dapat mempertahankan keberlangsungan hubungan patron klien ini dalam kehidupan masyarakat Desa Kedunggudel dapat bertahan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.

Kata Kunci : Patron, Klien, Industri Rumah Tangga

Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. PATERN OF RELATION

BETWEEN PATRON-CLIENT IN

A FOOD INDUSTRY IN

KEDUNGGUDEL VILLAGE. Script of Sociology Social Politic Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta.

This research is aimed to understand the patern of patron-client relation which occurs in a rural society industry in Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. The writer uses Case Study. This research takes place in Kedunggudel village, Kenep, Sukoharjo. The tecnique of collecting data consist of in-depth interview methode, observation of participation, an documentation. In this study, the writer empolys exchange theory from Peter Blau and James Scott theory of patron- client, which explains that this relation has some characteristics; such as : the completenes basic requirements subsistence, the guarantee of subsistention crisis, protection, broker and its influence, the service collection of patron.

The relation of patron-client,which occurs between teh owner of industry with their worker is one of resiprocal relation form which is built as an exchange and it is covered in a process of job relation. This relation is caused by a difference of status and state between two different sides, the status of industry ownership. This relation is a form of elementary economic transaction, in which occurs an exchange between modal and worker service. The owner gives an occupation and guarantee of wages. The owner also gives guarantee of subsistention crisis, such as healthy guarantee, education guarantee adn susbsidy of holy day. Besides, this relation alsa has reciprocal relation which protecs each other. Besides, on this relation the owner also gives an assistance of colective patron service for society important, for example : delegation of authority of area an building for ware house, sponshorship assitance,etc. If some problems occur between them, which can disturb this relation, it will be solved in a familial way, so they will find an out way which can be beneficial to both of sides. So, by having believing, familial relation an beneficial feeling, between patron and client, it can make this relation exist in a rural society in Kedunggudel for long time.

Key Word : Patron, Client, Home Industry

LAMPIRAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titik berat pembangunan nasional yang sedang berlangsung saat ini diletakkan pada pembangunan sektor ekonomi. Dimana pembangunan industri diarahkan pada peningkatan kemajuan dan kemandirian perekonomian nasional serta kesejahteraan rakyat. Satu diantara pembangunan bidang industri tersebut adalah pembangunan industri kecil, dimana dalam pembangunan dan pengembangan industri perlu lebih didorong dan dibina menjadi usaha yang mampu mandiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestic. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari keluarga dan kerabatnya. Adapun manfaat social yang ketiga : industri kecil Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestic. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari keluarga dan kerabatnya. Adapun manfaat social yang ketiga : industri kecil

Pada dasarnya keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia memberikan andil yang cukup besar terhadap produk nasional, sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia perlu mendapatkan perhatian, pembinaan dan pengarahan baik dari segi permodalan maupun pemasaran. Sehingga dalam hal ini peranan pemerintah sangat diperlukan guna kelangsungan usaha. Kebijakan jangka panjang yang dilakukan pemerintah saat ini dalam sector industri terutama dalam usaha berskala kecil-menengah yaitu dengan meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional ( Tiktik Sartika dan Abd. Rachman, 2002 : 25).

kecil pada dasarnya menjanjikan berbagai potensi yang bagus. Namun untuk menghindarkan timbulnya diskrepansi dalam penilaian dan pemahaman, sebaiknya hal ini tetap dilihat dalam konteks permasalahan yang menyertainya. Dari beberapa studi yang telah dilakukan terhadap industri kecil ini dapat disimpulkan beberapa permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri kecil antara lain :

a. Iklim yang diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan pemerintah

b. Relative terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank komersiil, dan,

c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi

perkembangan industri kecil. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 )

Akan tetapi dalam kenyataannya, melalui berbagai survey yang dilakukan oleh pemerintah, keberadaan industri kecil ini mampu menunjukkan eksistensinya ditengah himpitan persaingan ekonomi, bahkan banyak terjadi peningkatan jumlah industri kecil yang pada akhirnya meningkatkan pula jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil tersebut. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur perekonomian di Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa menunjukkan tingkat perkembangan yang mengesankan.

resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam perekonomian Indonesia.

a. Alasan pertama : sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang semakin berkurang, maka industri kecil sebagai jalan keluarnya.

b. Kedua : beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber terdekat ( disamping upah yang murah ) juga telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah.

c. Ketiga : harga jual yang relative murah serta tingkat pendapatan kelompok “bawah” yang rendah sesungguhnya merupakan suatu kondisi tersendiri yang member peluang industri kecil untuk tetap bertahan.

d. Keempat : tetap adanya permintaan akan komoditi yang tidak diproduksi secara masinal ( seperti batik tulis, batik cap, dll ) juga merupakan salah satu aspek pendukung yang sangat kuat. ( Irzan Ashari Saleh 1986 : 11)

Salah satu industri kecil yang masih bertahan adalah Industri Kecil di desa Kedunggudel. Secara administratif Desa Kedunggudel ini terletak dalam garis pemerintahan Kalurahan Kenep, Sukoharjo. Dengan Luas Wilayah 282. 1535 Ha Kalurahan Kenep ini mempunyai sekitar 75 jenis industri rumah tangga/ industri kecil yeng menyerap sekitar 275 tenaga kerja

terletak di kalurahan Kenep Bagian Selatan tepatnya di Desa Kedunggudel. Sebagai desa yang bergerak dalam bidang industri kecil/ rumah tangga, akan dengan mudah dijumpai industri yang dijalankan oleh masyarakat antara lain adalah Industri Jenang, Industri Batik Cap maupun Tulis, Industri Karak dan Rambak, Industri Jamu Herbal, dan lain-lain. Dan dari beberapa jenis industri ada di Desa Kedunggudel ini, Industri jenang merupakan industri paling populer yang dijalankan oleh masyarakat di Desa Kedunggudel. Sehingga desa ini pun menjadi desa Sentra Industri Jenang di Wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keberadaan Industri Jenang di Desa Kedunggudel ini umumnya bersifat turun-menurun. Hal ini dikarenakan banyak pengelola industri ini merupakan keturunan dari para pendahulu mereka yang telah merintis industri jenang dari awal. Besarnya peluang dari industri ini mempunyai daya tarik sendiri dari generasi selanjutnya untuk meneruskan industri yang telah dijalankan oleh orang tuanya selama bertahun-tahun.

Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa Kedunggudel. Dapat dilihat secara langsung mengenai dampak sosial ekonomi yang diakibatkan oleh keberadaan industri ini yakni berkurangnya Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa Kedunggudel. Dapat dilihat secara langsung mengenai dampak sosial ekonomi yang diakibatkan oleh keberadaan industri ini yakni berkurangnya

Dalam pengelolaan industri di desa ini, dapat dibedakan menjadi 2 tipe yakni industri formal yang bersifat mengikat seperti Industri Jamu Herbal dan industri nonformal yang bisa dikatakan lebih fleksibel seperti industri karak, rambak, jenang, batik,dll. Industri formal dikatakan bersifat mengikat, karena dalam proses rekrutment tenaga kerjanya dengan menggunakan sistem kontrak yang dalam pengelolaan menggunakan aturan- aturan tertentu, seperti adanya perjanjian tenaga kerja ( hitam di atas putih ), jam kerja yang terjadwal dan sangat disiplin, sanksi perusahaan yang sangat ketat, peraturan perusahaan yang sangat mengikat bagi tenaga kerjanya dan lain sebagainya . Sedangkan dalam industri non formal dikatakan lebih fleksibel dikarenakan dalam recruitment tenaga kerjanya lebih mengedepankan aspek kekerabatan atas kesepakatan dua pihak yang saling membutuhkan yang mana satu pihak mempunyai kedudukan lebih superior dan pihak yang lain mempunyai kedudukan inferior, dan dalam proses

mencapai kesepakan tidak ada perjanjian tertulis hitam diatas putih , melainkan adanya saling kepercayaan dan kesepakatan dua pihak yang saling membutuhkan . Hubungan yang diterapkan oleh industri nonformal di desa ini lazim disebut dengan hubungan Patron-klien. Hubungan Patron-

klien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua klien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua

Dalam perkembangannya berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, keberadaan industri formal di desa ini mengalami sedikit hambatan, yakni adanya ketidakcocokan penerapan sistem tenaga kontrak bagi industri di desa ini. Hal ini dikarenakan masih kentalnya system kekerabatan di desa ini, sehingga dengan adanya sistem kontrak ini dikhawatirkan dapat meningkatkan jurang kesenjangan antara majikan dan buruh. Hal inilah yang kurangnya ketertarikan warga sekitar untuk bergabung dengan industri formal tersebut yang berakibat pada perkembangan industri itu sendiri, bahkan ada yang mengalami gulung tikar dikarenakan permasalahan tersebut. Tampak jauh berbeda dengan industri nonformal yang lebih menerapkan system kekerabatan, kesepakatan yang bersifat sukarela dan tidak mengikat. Industri ini mampu mempertahankan keajegannya dalam pengembangan usahanya dan eksistensi dalam dunia usaha rumah tangga. Tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang mampu bertahan sampai sekarang, antara lain industri Jenang, Industri Batik, Industri Karak dan Rambak, dan lain sebagainya.

Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah tangga ini adalah mengenai hubungan yang terbentuk dalam industri rumah Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah tangga ini adalah mengenai hubungan yang terbentuk dalam industri rumah

Penelitian ini melihat mengenai hubungan patron-klien yang terbentuk, yaitu antar patron dan klien. Menurut James C. Scott, hubungan patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron.

hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga di Desa Kedunggudel ini sangat menarik bagi peneliti, karena dalam hubungan patron-klien terbentuk kerjasama yang sangat berguna bagi kelangsungan usaha industri. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan patron-klien yang terbentuk dalam industri rumah tangga di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo.

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul beberapa perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. “Bagaimanakah Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di Desa Kedunggudel ?”

2. “Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Hubungan Patron-klien di

Desa Kedunggudel mampu bertahan sampai saat ini ?”

C. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di Desa Kedunggudel.

b. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi hubungan patron-klien ini mampu bertahan sampai dengan saat ini.

c. Meningkatkan kualitas dan pengetahuan penulis serta mengetahui antara kesesuaian teori yang didapat penulis dari perkuliahan dengan realitas yang ada di dalam masyarakat

D. Manfaat

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Imu a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Imu

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian bagi peneliti lain yang ingin mendalami penelitian serupa.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan bagi industri rumah tangga, agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mengembangkan usaha.

2. Praktis

a. Dapat memberikan gambaran mengenai interaksi social Patron-klien di industri pedesaan

b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak yang masih berhubungan dengan interaksi social patron-klien di industri rumah tangga pedesaan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia akademis dan dapat menjadi acuan dasar bagi penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan - hubungan kerja khususnya dalam industri rumah tangga.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batasan Konsep

a. Hubungan

Suatu ikatan pertalian antara 2 variabel yang berbeda, dimana yang keduanya berdifat saling mengikat dan saling mempengaruhi.

b. Patron-Klien Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio- ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan- keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pertukaran yang tersebar, seperti jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott, 1993 : 7-8 ). Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan timbal-balik antara dua orang yang dijalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling menguntungkan, serta saling memberi dan menerima (bersifat b. Patron-Klien Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio- ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan- keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pertukaran yang tersebar, seperti jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott, 1993 : 7-8 ). Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan timbal-balik antara dua orang yang dijalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling menguntungkan, serta saling memberi dan menerima (bersifat

Patron-clientelism is an unequal relationship involving a two-way exchange between a patron of a higher socioeconomic status and a client of a lower one. Although they can become quite complex, the simplest of these relationships involve patrons who use their influence and/or resources to provide protection and/or benefits to clients who in turn reciprocate by offering support and assistance, potentially votes, for example.

c. Hubungan Patron-Klien Hubungan antara dua variabel yakni patron dan klien dimana keduanya saling mengikat dan saling mempengaruhi.

d. Industri Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang atau menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. ( Thee Kian Wee, 1994 :67 )

e. Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau pengusaha itu sendiri. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 )

Penelitian mengenai hubungan patron-klien ini pernah dilakukan oleh Marisa Kurniasih dengan judul “- Hubungan Patron-klien di Sentra Kerajinan perak Kotagede Yogyakarta”. Dimana dalam penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa dalam industri kerajinan perak tercipta hubungan kerja yang baik antara perajin besar/ juragan dengan buruh/ ataupun perajin kecil. hubungan kerja tersebut mulai dilakukan oleh pengusaha/ juragan dengan perajin/ subkontrak ketika pemasaran kerajinan perak mulai ramai dan menembus ke beberapa pasar di luar kota sehingga para juragan tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan waktu dan tenaga kerja yang dimiliki.

Pada dasarnya hubungan kerja yang tercipta pada industri tersebut dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Keberadaan juragan di desa tersebut sangat menguntungkan bagi perajin, karena dapat mengatasi masalah pemasaran produk yang dihasilkannya. Selain itu, perajin dapat mengasah ketrampilan yang dimilikinya dengan cara belajar dan membuat inovasi baru pada hasil karyanya tanpa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Sedangkan bagi pengusaha, kerja sama yang dilakukan dengan perajin sangat menguntungkan karena dapat memenuhi permintaan pasar.

Akan tetapi, perjanjian kerja antara pengusaha dengan perajin pada industri gerabah tidak resmi/ formal, perjanjian hanya atas dasar rasa saling percaya saja sehingga hak dan kewajiban masing-masing tidak dinyatakan

Bramasto Dwi A ( Hubungan Patron-klien petani tembakau ( Studi Deskriptif kualitaif tentang hubungan patron-klien petani temabaku di desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung )), hasil penelitian ini yaitu, adanya perbedaan status ekonomi antar keduanya yaitu adanya status kepemilikan lahan pertanian. Adanya kepemilikan lahan pertanian oleh petani ( patron ), maka dapat dijadikan oleh buruh ( klien )untuk salah satu mata pencaharian hidup. Hubungan patron-klien yang terjalin yakni antara juragan dan buruh ini merupakan suatu interaksi timabal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam bentuk hubungan kerja. Hubungan ini merupakan prinsip transaksi ekonomi elementer sebagai dasar pertukaran yaitu terjadi pertukaran modal dan tenaga kerja, buruh dengan bermodalkan tenaga bekerja pada petani sebagai pemilik lahan dengan upah sebagai imbalan. Upah yang diterima oleh buruh sudah ada kesepakatan dari para juragan, dan disepakati oleh buruh, untuk jam kerja yang dijalani buruh dirasa cukup berat karena kurangnya waktu istirahat yang diberikan oleh juragannya. Modal yang dimiliki petani tembakau berasal dari hasil panen dan pinjaman dari pedagang tembakau/ grader. Pedagang tembakau memberikan pinjaman kepada petani tembakau dengan tujuan agar petani tembakau menjual tembakau kepadanya, dan harga jual petani tembakau ini ditentukan oleh pedagang tembakau. Apabila terjadi kesalahpahaman, maka diselesaikan secara kekeluargaan demi kebaikan bersama. Jadi dengan adanya rasa kepercayaan antara kedua belah pihak , rasa kekeluargaan, dan Bramasto Dwi A ( Hubungan Patron-klien petani tembakau ( Studi Deskriptif kualitaif tentang hubungan patron-klien petani temabaku di desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung )), hasil penelitian ini yaitu, adanya perbedaan status ekonomi antar keduanya yaitu adanya status kepemilikan lahan pertanian. Adanya kepemilikan lahan pertanian oleh petani ( patron ), maka dapat dijadikan oleh buruh ( klien )untuk salah satu mata pencaharian hidup. Hubungan patron-klien yang terjalin yakni antara juragan dan buruh ini merupakan suatu interaksi timabal balik yang terbina sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam bentuk hubungan kerja. Hubungan ini merupakan prinsip transaksi ekonomi elementer sebagai dasar pertukaran yaitu terjadi pertukaran modal dan tenaga kerja, buruh dengan bermodalkan tenaga bekerja pada petani sebagai pemilik lahan dengan upah sebagai imbalan. Upah yang diterima oleh buruh sudah ada kesepakatan dari para juragan, dan disepakati oleh buruh, untuk jam kerja yang dijalani buruh dirasa cukup berat karena kurangnya waktu istirahat yang diberikan oleh juragannya. Modal yang dimiliki petani tembakau berasal dari hasil panen dan pinjaman dari pedagang tembakau/ grader. Pedagang tembakau memberikan pinjaman kepada petani tembakau dengan tujuan agar petani tembakau menjual tembakau kepadanya, dan harga jual petani tembakau ini ditentukan oleh pedagang tembakau. Apabila terjadi kesalahpahaman, maka diselesaikan secara kekeluargaan demi kebaikan bersama. Jadi dengan adanya rasa kepercayaan antara kedua belah pihak , rasa kekeluargaan, dan

Dari kedua hasil penelitian diatas, maka terdapat persamaan yang mana dalam pengelolaannya saling menggunakan pola hubungan Patron- klien, akan tetapi juga terdapat suatu perbedaan yakni mengenai lingkup kerjanya, dimana yang satu berada dalam lingkup kerajinan perak yang notabene mempunyai lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan industri rumah tangga yang mempunyai lingkup yang lebih sempit. Disini menjadi sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk lebih mendalami bagaimana pola hubungan Patron-klien yang terjalin dalam lingkungan industri rumah tangga.

C. Landasan Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Pertukaran Sosial sebagai dasar acuan dalam proses menganalisa hubungan yang terjadi dalam industri yang berkembang di pedesaan, dalam kasus ini mengenai hubungan patron klien dalam industri di Desa Kedunggudel. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) adalah teori yang termasuk dalam paradigma perilaku sosial, yaitu paradigma yang mempelajari perilaku mausia secara terus-menerus di dalam hidupnya. Teori pertukaran sosial merupakan satu teori yang telah dikembangkan oleh pakar psikologi John Thibaut dan Harlod Kelley (1959),ahli sosiologi seperti George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita

daripadanya kita dapat memperolehi sesuatu ganjaran Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan sesuatu ganjaran.Bagi kita teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lingkungan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Pada umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).

Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley, pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang

terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, - perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.

Secara spesifik dalam pengkajian karya tulis ini, penulis menggunakan Teori Pertukaran Sosial yang di kemukakan oleh Peter Michele Blau. Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan itu tidak kunjung munncul.

Dengan menggunakan paradigma Menurut ahli sosiologi dari Amerika iaitu Peter Blau.Beliau menempatkan dirinya pada permasalahan yang bersumberkan proses sosial yang mengatur struktur komuniti dan

aktiviti seharian hubungan antara individu dan hubungan peribadi antara mereka.Berbeza dengan Homans,Blau lebih melihat pada peringkat dimensi kekuasaan di dalam pertukaran sosial.Transaksi dan kekuasaan adalah akibat daripada pertukaran yang membentuk tekanan sosial sehingga harus dipelajari daripada dimensi pertukaran itu sendiri dan bukan hanya daripada sudut pandangan nilai dan konteks normatif sehingga dapat membatasi atau menguat studi tersebut.Ketika seseorang menggunakan kekuasaannya terhadap orang lain,maka segala bentuk kepuasannya bererti ia telah menekan dan meminta wang daripada individu lain,iaitu orang yang dibebani oleh kekuasaan tersebut.Hal ini tidak bererti bahawa hubungan sosial tidak semestinya dalam permainan yang sama.Tetapi mungkin kekuasaaan itu bermaksud setiap individu-individu dapat memperolehi keuntungan daripada kumpulan mereka

Perhatian utama Blau ditujukan pada perubahan dalam proses- proses sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju strutuktur sosial yang kompleks, dan pada kekuatan-kekuatan sosial baru yang tumbuh dari yang terakhir. Tidak semua transisi sosial bersifat simetris dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang.

Syarat Perilaku yang mengurus Pertukaran Sosial,

1. perilaku tersebut “ harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya

dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain”.

tujuan-tujuan tersebut. Empat tipe nilai perantara:

1. Nilai-nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai media bagi kohesi dan solidaritas sosial.

2. Ukuaran-ukuran tentang pencapaian dan bantuan sosial yang bersifat umum melahirkan sistem stratifikasi sosial.

3. Sebagaimana dapat dilihat, nilai-nilai yang disyahkan itu merupakan medium pelaksanaan wewenang dan organisasi-organisasi usaha- usaha sosial berskala besar untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif.

4. Gagasan-gagasan oposisi adala media reoorganisasi dan perubahan, oleh karena hal ini dapat menimbulkan dukungan bagi gerakan oposisi dan memberi legitimasi bagi kepemimpinan. Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lngkungan

terdapat hubungan yang saling mempengaruhi ( reciprocal), karena lingkungan kita umumnya erdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang –orang lain tersebut dipandang mempnyai perilaku yang saling mempengaruhi. Hubungan pertukara dengan orag lain akan menghasilkan suatu imbalan kepada kita.

Dalam penelitian mengenai hubungan Patron-klien ini penulis menggunakan Teori Patron-klien oleh James Scott yang menjelaskan konsep tindakan yang mempunyai tujuan dimana tindakan tersebut mempunyai skema pertukaran barang dan jasa.

jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut. Terjadinya pertukaran barang atau jasa dalam relasi ini karena orang yang memiliki surplus akan sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward cenderung untuk menawarkan berbagai macam pelayanan atau hadiah secara sepihak. Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah besar reward yang berkembang dengan statusnya yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang lain.

The term of patron-client politics is nothing new to students of politics. In regimes where channel of political patricipation are not open, the state seeks to regiment political patricipation by the infomal hierachies of patron-client network. Relationships in patronage networks are instrumental in which high status patrons offer protection and resources to lower status clients in exchange for their votes, support, adn following. Patron can then make use of their power base in negoitaion with goverment officials. In many developing countries, networks of patron and clients serve to bring ordinary people into contact with formal politics. These networks replace the representative institution in democracies, adn act as political glue. However, where clientism pervades, it sustains political inequality, limits genuine political participation, adn hinders democratis consolidation. ( LAM WAI-MAN Patron-client politics Revisited : The Case of Macau )

Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan patron-klien dalam politik ini terjadi karena adanya perbedaan status dalam kehidupan berpolitik yang mana salah satu pihak ini mempunyai status dan kedudukan yang lebih tinggi ( patron ) dan salah satu pihak mempunyai status dan kedudukan dalam politik yang lebih rendah ( klien ). Adapun Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan patron-klien dalam politik ini terjadi karena adanya perbedaan status dalam kehidupan berpolitik yang mana salah satu pihak ini mempunyai status dan kedudukan yang lebih tinggi ( patron ) dan salah satu pihak mempunyai status dan kedudukan dalam politik yang lebih rendah ( klien ). Adapun

Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan pihak yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada terciptanya kewajiban untuk tunduk hingga pada gilirannya memunculkan hubungan yang bersifat tidak setara / tidak seimbang. Hubungan semacam ini bila dilanjutkan dengan hubungan personal (non-kontraktual) maka akan menjelma menjadi hubungan patron-klien. Selain itu ada beberapa pengertian mengenai Patron-klien antara lain seperti :

a. Wolf menekankan bahwa hubungan patron-klien bersifat vertikal antara seseorang atau pihak yang mempunyai kedudukan sosial, politik dan ekonomi yang lebih tinggi dengan seseorang atau pihak yang berkedudukan sosial, politik dan ekonominya lebih rendah. Ikatan yang tidak simetris tersebut merupakan bentuk persahabatan yang berat sebelah.

b. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Scott, di mana menurutnya seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala sesuatu yang diberikan oleh patronnya.

mana nilai barang atau jasa yang dipertukarkan tersebut ditentukan oleh pelaku atau pihak yang melakukan pertukaran, di mana ketika barang atau jasa tersebut semakin dibutuhkan maka ia akan semakin tinggi nilainya.

Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh James Scott berkaitan dengan kehidupan petani adalah:

a. Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap kepada klien.

b. Jaminan krisis subsistensi, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada klien saat terkena musibah atau sedang sakit.

c. Perlindungan, yaitu melindungi klien dari bahaya pribadi maupun bahaya umum.

d. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas perlindungannya.

e. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.

Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah: Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah: Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian,

Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi dikeduanya Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi dikeduanya

1. Apa yang diberikan satu pihak adalah sesuatu yang berharga dipihak lain. Entah pemberian itu berupa barang ataupun jasa, dan bisa beragam bentuknya. Dengan pemberian ini diharapkan pihak penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya, sehingga terjadi hubungan timbal balik.

2. Terjadi hubungan timbal balik. Adanya unsur timbal balik inilah, kata Scott, yang mebedakan hubungan ini dengan hubungan lainnya, seperti hubungan yang bersifat pemaksaan ( coercion ) atau hubungan karena adanya wewenang formal ( formal authority ).

3. Didukung oleh norma-norma dalam masyarakat yang memungkinkan pihak yang lebih rendah kedudukannya (klien) melakukan penawaran. Artinya bilamana salah satu pihak merasa bahwa pihak lain tidak memberi seperti yang diharapkannya, dia dapat menarik diri dari hubungan tersebut tanpa terkena sanksi sama sekali.

Lebih jauh lagi Scott juga mengemukakan hubungan patron klien mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial lain, Scott mengemukakan ciri-ciri tersebut sebagai berikut :

1. Terdapat ketimpangan pertukaran ( inequaity of exchange ) yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan. Klien adalah seorang yang masuk dalam pertukaran yang tidak seimbang, 1. Terdapat ketimpangan pertukaran ( inequaity of exchange ) yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan. Klien adalah seorang yang masuk dalam pertukaran yang tidak seimbang,