Strategi Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah

2.4 Strategi Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah

Upaya pengembangan suatu wilayah dapat dipastikan memiliki tantangan dan kendala yang perlu dihadapi. Di lain sisi, juga terdapat potensi dan kekuatan yang bersifat mendukung program pengembangan wilayah. Oleh karena itu, dibutuhkan perumusan strategi pemenuhan kebutuhan infrastruktur di wilayah Madura dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut (kendala dan dukungan) agar proses pengembangan wilayah dapat berjalan dengan optimal.

2.4.1 Analisa SWOT (Strength, Weaknesses, Opprtunities, Threats)

Analisa SWOT di sini dilakukan terhadap pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah Madura secara umum. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa, didapatkan beberapa rumusan SWOT sebagai berikut :

Strength (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

1) Masih banyak tersedia lahan untuk

1) Kualitas SDM masyarakat Madura yang perlu pembangunan infrastruktur

ditingkatkan (IPM masih kurang)

2) Posisi Madura yang strategis dapat

2) Kondisi wilayah yang berupa pegunungan dan mendukung pengembangan metropolitan

mayoritas bersifat kurang subur Germakertasusila, khususnya sebagai

3) Keterbatasan sumber daya air untuk perluasan Kota Surabaya

mendukung kegiatan pertanian maupun

3) Keberadaan potensi unggulan wilayah yang

industri

dapat dikembangkan, seperti kerajinan batik,

4) Sikap masyarakat yang terkadang pertambangan, industri kecil (pangan dan non

memanfaatkan kesempatan tanpa pangan), pertanian, perkebunan dan

memperhatikan peraturan hukum yang ada pariwisata

4) Modal sosial (trust, norm, network) yang kuat pada masyarakat Madura, khususnya dalam hal religiusitas (tokoh keagamaan dan kegiatan pesantren)

Opportunities (Kesempatan) Threats (Ancaman)

1) Adanya Badan khusus yang diberi

1) Tinginya laju urbanisasi masyarakat keluar kewenangan dalam pengembangan wilayah

wilayah Madura

Madura, yakni BPWS

2) Sulitnya proses pengadaan tanah untuk

2) Sudah tersedianya Master Plan pembangunan infrastruktur di wilayah Madura pengembangan wilayah Madura dan selalu

3) Kebijakan pemerintah menjadikan wilayah diperbarui

Madura tidak lagi sebagai wilayah strategis

3) Porsi anggaran belanja negara (APBN) untuk untuk target pembangunan (tidak masuk pendanaan pembangunan infrastruktur

WPS)

semakin besar

4) Benturan komunikasi dan kepentingan antara

4) Adanya peluang ketertarikan pengusaha BPWS dengan Pemerintah Daerah setempat dalam negeri maupun asing untuk

(misalnya akibat otonomi daerah) berinvestasi di Madura

2.4.2 Rumusan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur

STRENGTH (S)

WEAKNESSES (W)

Strength (S) &

1) Masih banyak tersedia lahan untuk pembangunan

1) Kualitas SDM masyarakat Madura yang perlu ditingkatkan

Weaknesses (W)

infrastruktur

(IPM masih kurang)

2) Posisi Madura yang strategis dapat mendukung

2) Kondisi wilayah yang berupa pegunungan dan mayoritas

pengembangan metropolitan Germakertasusila, khususnya

bersifat kurang subur

sebagai perluasan Kota Surabaya

3) Keterbatasan sumber daya air untuk mendukung kegiatan

3) Keberadaan potensi unggulan wilayah yang dapat

pertanian maupun industri

dikembangkan, seperti kerajinan batik, pertambangan,

4) Sikap masyarakat yang terkadang memanfaatkan

industri kecil (pangan dan non pangan), pertanian,

kesempatan tanpa memperhatikan peraturan hukum yang

perkebunan dan pariwisata

ada

Opportunities (O) &

4) Modal sosial (trust, norm, network) yang kuat pada

Threats (T)

masyarakat Madura, khususnya dalam hal religiusitas (tokoh keagamaan dan kegiatan pesantren)

OPPORTUNITIES (O)

STRATEGI - SO

STRATEGI - WO

1) Adanya Badan khusus yang diberi kewenangan

 Pembangunan infrastruktur pendukung pendidikan dan dalam pengembangan wilayah Madura, yakni

 Melakukan pemetaan prioritas pembangunan infrastruktur

pelatihan masyarakat lebih diprioritaskan pada tahap awal BPWS

dan perencanaan pembangunan secara bertahap (short

term, mid term, longterm ) [S1,S2,S3,O1,O2,O3]

(short term) [W1,W4,O2,O3,O4]

2) Sudah tersedianya Master Plan pengembangan

 Penyediaan infrastruktur yang lebih banyak dalam wilayah Madura dan dapat diperbarui

 Pembangunan infrastruktur harus disesuaikan dengan

potensi unggulan setiap wilayah dan potensi

mendukung pengelolaan DAS Madura [W2,W3,O2,O3,O4]

3) Porsi anggaran belanja negara (APBN) untuk

 Upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pendanaan pembangunan infrastruktur semakin

pengembangannya [S1,S3,O2,O3]

 Pendekatan komunikasi dalam hal pembangunan melalui

partisipasinya dalam pembangunan di wilayah Madura

besar tokoh-tokoh ulama dan jaringan pesantren [S4,O1,O3]

[S4,W1,W2]

4) Adanya peluang ketertarikan pengusaha dalam

 Menjaga iklim investasi dan mensosialisasikan potensi

negeri maupun asing untuk berinvestasi di Madura berkembangnya wilayah Madura [S1,S2,S3,O1,O2,O4]

THREATS (T)

STRATEGI - ST

STRATEGI - WT

 Pengendalian urbanisasi masyarakat keluar Madura dan Madura

 Penyediaan infrastruktur yang mampu menyerap banyak

1) Tinginya laju urbanisasi masyarakat keluar wilayah

tenaga kerja lokal dan mensejahterakan masyarakat

menggantikannya dengan program Transmigrasi yang

2) Sulitnya proses pengadaan tanah untuk

sudah terencana baik [W1,W2,W3,T1,T3] pembangunan infrastruktur di wilayah Madura

setempat [S1,S2,S3,T1]

 Mensosialisasikan arti penting pembangunan Madura dan

 Penegakan hukum dengan tegas dan penerapan UU

3) Kebijakan pemerintah menjadikan wilayah Madura

pengadaan tanah yang baru (UU 2/2012) guna kepastian tidak lagi sebagai wilayah strategis untuk target

kemandirian masyarakat dalam peningkatan daya saing

pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan pembangunan (tidak masuk WPS)

wilayahnya [S1,S2,S3,T2,T3]

 Perlu dibuatkan sistem komunikasi dan koordinasi yang

umum [W4,T2,T4]

4) Benturan komunikasi dan kepentingan antara

intensif antar stakeholder pemerintah yang berkepentingan

BPWS dengan Pemerintah Daerah setempat

dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat (misalnya akibat otonomi daerah) [S4,T2,T4]

hal. 30

2.4.3 Identifikasi Key Succes Factor dalam Pembangunan Infrastruktur

Dalam menjalankan strategi pendukung pelaksanaan pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah Madura di atas, perlu diperhatikan beberapa faktor yang perlu dipastikan atau dikendalikan antara lain :

 Ketersediaan lahan untuk pembangunan Faktor paling penting dan menentukan keberhasilan pembangunan infrastruktur

adalah tersedianya lahan. Proses pengadaan tanah sering kali sarat dengan resistensi dari masyarakat tergusur, yang bahkan cenderung berkembang menjadi konflik. Titik permasalahan umumnya berawal dari ketidaksepakatan nilai ganti kerugian yang diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk pelepasan hak atas tanahnya.

Dengan berlakunya Undang-Undang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang baru (UU 2/2012), yang mengakomodir kerugian lain (social cost) yang dapat dinilai, sehingga nilai ganti rugi akan lebih mendekati ekspektasi pihak masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat tidak akan lagi merasa dirugikan dengan hilangnya hak atas properti yang dimilikinya akibat adanya proses pengadaaan tanah. Selain itu, dengan adanya sistem konsinyasi (penitipan uang ganti rugi di Pengadilan Negeri bagi pihak yang menolak), maka pengambilan hak atas tanah dengan proses eksekusi dapat dilaksanakan. Peraturan baru ini tampaknya telah mencerminkan win-win solution bagi masyarakat maupun pemerintah.

 Komunikasi, Koordinasi dan Komitmen Merupakan 3 (tiga) aspek yang harus dijaga diantara seluruh stakeholder yang

berkepentingan, seperti : BPWS, Pemda, Tokoh Masyarakat dan masyarakat Madura pada umumnya. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara sharing informasi dan sosialisasi program-program pembangunan yang akan dilakukan. Selain itu juga membentuk jalur komunikasi untuk saling bertukar informasi,misalnya dengan membuat pusat informasi dan layanan pengaduan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kecurigaan maupun resistensi oleh pihak-pihak tertentu yang merasa tidak dilibatkan dalam pembangunan.

Koordinasi dapat dilakukan dengan mensinkronisasikan kegiatan dan pembagian peran di antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan cara ini maka pelaksanaan proses pembangunan yang saling tumpang tindih atau pun benturan kepentingan antar stakeholder akan dapat dihindari. Misalnya saja pembagian peran dalam pembangunan jalan akses KKJS, dimana Pemda

hal. 31 hal. 31

Komitmen dapat diwujudkan dengan adanya legalisasi dan perkuatan hukum atas berbagai kesepakatan ataupun janji. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan wewenang atau pun pengingkaran terhadap kewajiban yang harus dipenuhi. Misalnya saja pembuatan kontrak kerja antara BPWS dengan komunitas masyarakat yang secara partisipastif diberi kewenangan dalam pengelolaan rest area sementara di KKJS Madura.

 Tersedianya Sumber Daya (resources) Sumber daya merupakan faktor yang harus dipenuhi untuk realisasi

pembangunan infrastruktur di Madura. Dalam ilmu manajemen, ketersediaan sumber daya yang penting meliputi 5 M (money, man, material, machine, method). Agar pembangunan infrastruktur di wilayah Madura dapat dilaksanakan dengan baik, maka Pemerintah wajib menyediakan seluruh sumber daya yang dibutuhkan. Dengan tergesernya perhatian Pemerintah dari pengembangan strategis pulau Madura (tidak lagi masuk dalam kebijakan orientasi Wilayah Pengembangan Strategis), maka komitmen untuk menyediakan sumber daya bagi pembangunan Madura tampaknya akan semakin terdesak dengan prioritasi pembangunan di wilayah lainnya.

 Pengendalian sumber-sumber resistensi dan konflik Pada dasarnya pembangunan infrastruktur akan memiliki dampak terhadap

perubahan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Tidak jarang hal ini melatarbelakangi adanya resistensi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat pembangunan tersebut. Resistensi sangat potensial berkembang menjadi konflik yang berakibat pada penundaan proses pembangunan maupun kerugian pemerintah karena harus mengalokasikan dana untuk pengelolaan konflik ini. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya dapat mengendalikan sumber-sumber resistensi dan konflik dengan mengedepankan komunikasi dan pelibatan masyarakat Madura dalam pembangunan. Misalnya dengan melakukan konsultasi publik dalam setiap awal kegiatan pembangunan, dan membuka kesempatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut.

 Modal Sosial (trust, norm, network) masyarakat Madura Pengetahuan akan modal sosial masyarakat Madura menjadi salah satu faktor

yang dapat mendukung percepatan pembangunan infrastruktur secara yang dapat mendukung percepatan pembangunan infrastruktur secara

Dari sisi trust (kepercayaan) di kehidupan sosial masyarakat Madura dikenal istilah Bapa-Ebu-Guru-Ratoh. Istilah tersebut memiliki arti bahwa masyarakat Madura sangat menghormati dan patuh terhadap 4 (empat) orang yaitu bapak, ibu, guru (kiayi / tokoh agama) dan raja (blater/lurah/camat/bupati). Oleh karena itu dalam rangka mensosialisasikan program pembangunan misalnya, dapat dilakukan pendekatan komunikasi melalui tokoh-tokoh agama atau masyarakat dan pejabat pemerintah yang disegani oleh masyarakat setempat.

Norm (norma) di Madura merupakan nilai-nilai budaya yang masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Madura. Banyak contoh nilai-nilai budaya yang erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah posesifitas masyarakat atas tanah warisan leluhur yang sangat tinggi. Masyarakat Madura akan menjaga tanah mereka untuk dapat diwariskan kembali ke keturunannya. Hal ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi pelaksanaan proses pengadaan tanah bagi pembangunan infrastruktur. Bukti nyata kasus ini terjadi pada pengadaan tanah waduk Blega yang kebetulan area genangannya melewati makam leluhur masyarakat Madura sehingga pembangunannya harus menuai konflik berkepanjangan. Nilai budaya lainnya adalah karakteristik masyarakat Madura dalam satu trah keluarga yang cenderung berkumpul dalam satu lingkungan permukiman. Mereka menjaga agar lingkungan masyarakat terdekat masih memiliki hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang baik. Hal ini juga tidak menguntungkan untuk proses pengadaan tanah apalagi jika perlu merelokasikan sebagian masyarakat Madura dalam satu trah tertentu. Resistensi akan terjadi akibat masyarakat Madura tidak mau dipindahkan jauh dari kerabat-kerabatnya.

Aspek network (jaringan) dapat dicontohkan dengan keberadaan pesantren- pesantren di seluruh wilayah Madura yang berperan menggantikan pendidikan formal bagi masyarakat setempat. Aktifitas religius yang tinggi dan kesamaan kultur islami menjadikan pesantren dan hubungan para ulama menjadi sangat erat. Bila dipandang dalam satu kesatuan, maka keberadaan pesantren- pesantren ini merupakan jaringan yang sangat besar dan potensial untuk dimanfaatkan. Misalnya saja dengan menggunakan pesantren sebagai jaringan komunikasi untuk mensosialisasikan pembangunan, atau pun menjadikan lingkungan pesantren sebagai lokasi-lokasi perkembangan pusat kegiatan wilayah Madura.