Pembangunan Infrastruktur dalam Pengemba ek

TUGAS INDIVIDU

Kajian Studi Kasus :

Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah Pulau Madura MATA KULIAH :

Sistem Wilayah Lingkungan dan Hak Pertanahan DOSEN :

Dr. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

Oleh :

Nama

: ARVIAN ZANUARDI

NRP

PROGRAM PASCA SARJANA (S2) BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2016

hal. 0

Pengantar

Sistem Wilayah Lingkungan dan Hak Pertanahan merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada Program Pasca Sarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) bidang keahlian Manajemen Aset Infrastruktur. Mata kuliah tersebut memiliki peran penting dalam mengimplementasikan displin ilmu lingkungan, pengembangan wilayahan dan peraturan pertanahan terkait penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Dalam upaya memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang diberikan dalam perkuliahan, maka diberikan penugasan oleh Dosen Pengampu matakuliah terkait. Tugas berupa “Kajian Studi Kasus di Indonesia : Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah ”.

Dokumen ini menjadi laporan pelaksanaan tugas tersebut, dengan topik kajian studi kasus adalah “Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah Madura ”. Kajian disusun dalam bentuk makalah singkat (paper) yang terdiri dari 3 bahasan utama, yakni pendahuluan, pembahasan dan penutup. Semoga hasil kajian ini dapat memenuhi harapan dari pemberi tugas dan dapat bermanfaat baik bagi lainnya.

Bab 1 - Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan pengembangan wilayah. Hal ini dikarenakan keberadaan infrastruktur akan berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi wilayah, juga terhadap lingkungan dimana infrastruktur itu didirikan. Konsep inilah yang mendasari konsen Pemerintah dalam mengembangkan wilayah Madura dengan upaya penyediaan infrastruktur-infrastruktur pendukung. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan kondisi Pulau Madura yang masih jauh tertinggal dibandingkan wilayah terdekatnya (Pulau Jawa maupun Bali) dalam hal kemajuan wilayah maupun masyarakatnya.

Menurut hasil pemetaan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tahun 2011, kabupaten-kabupaten di pulau Madura memiliki masalah kemiskinan dan merupakan wilayah dengan prioritas 1 dan 2 dalam penanganan kerentanan pangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan di Pulau Madura masih sangat tertinggal dibandingkan dengan wilayah Jawa Timur lainnya.

Jembatan Suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kabupaten Bangkalan, Madura merupakan awal dari upaya pemerintah dalam mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi di wilayah Madura. Jembatan ini diharapkan dapat menjadi roda penggerak dalam perkembangan industri dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Bagi Pulau Madura sendiri, Jembatan Suramadu, yang sementara ini masih tercatat sebagai jembatan terpanjang di Indonesia, dapat mendorong mobilitas perekonomian Madura, sekaligus menjadikan Madura sebagai wilayah yang terbuka dan tidak terisolir. Madura ke depan dapat berfungsi sebagai rumah besar bersama bagi orang orang yang berkepentingan nantinya (Abdurrahman, 2009).

Sejak mulai dioperasionalkannya Jembatan Suramadu pada tahun 2009, pengembangan wilayah di Madura dirasakan belum signifikan memperlihatkan peningkatan. Pengembangan wilayah Madura tampaknya perlu didukung dengan pembangunan- pembangunan infrastruktur lain secara berkelanjutan. Elysia (2014) menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan Pemerintah dalam menyelesaikan masalah ketertinggalan wilayah Madura melalui pembangunan Jembatan Suramadu dan diterbitkannya Perpres

27 tahun 2008 sudah sangat tepat, yaitu percepatan pembangunan infrastruktur wilayah serta pusat pertumbuhan baru. Secara teoritis, ketersediaan infrastruktur akan memainkan peranan vital dalam menggerakkan ”mesin” perekonomian wilayah. Infrastruktur merupakan penentu kelancaran dan akselerasi pembangunan. Semakin cepat dan besar pembangunan ekonomi yang hendak digerakkan, semakin banyak fasilitas infrastruktur yang diperlukan.

Latar belakang yang telah diutakan di atas mendasari pemilihan topik kajian studi kasus yakni “ Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah Madura ”. Beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam studi kasus ini akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya.

1.2 Rumusan Permasalahan

Terdapat beberapa rumusan permasalahan sebagai tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini antara lain :

1) Analisis Situasi Pengembangan Wilayah Madura, yang akan membahas mengenai gambaran umum, potensi pengembangan, serta pembangunan infrastruktur yang ada di wilayah Madura.

2) Telaah Kebijakan Pengembangan Wilayah Madura, berisi master plan pengembangan wilayah Madura dan kendala yang dihadapi dalam realisasi pembangunan infrastruktur.

3) Identifikasi Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur, perkiraan kebutuhan pembangunan infrastruktur berdasarkan hasil analisis situasi dan telaah kebijakan yang dilakukan.

4) Perumusan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur, Melakukan analisis SWOT, merumuskan strategi yang dapat dilakukan terkait pembangunan infrastruktur dan mengidentifikasi key factor success.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan adalah melakukan kajian tentang pengembangan wilayah di Pulau Madura yang dikaitkan dengan pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut. Kajian melibatkan telaah rencana pembangunan beserta kendala-kendala yang dihadapi dalam merealisasikannya. Selain itu, diupayakan juga perumusan strategi sebagai masukan kebijakan dalam percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur untuk pengembangan wilayah Madura.

Tujuan dilakukannya kajian studi kasus ini adalah memenuhi penugasan individu matakuliah Sistem Wilayah Lingkungan dan Hak Pertanahan, serta guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap materi perkuliahan dengan melakukan kajian secara mandiri berdasarkan materi yang telah diberikan.

1.4 Lingkup dan Tahapan

Batasan spasial dari kajian studi kasus ini adalah wilayah Pulau Madura, yang meliputi 4 (empat) Kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.

Kemungkinan beberapa wilayah lain disebutkan dalam kajian ini hanya akan bersifat sebagai data pendukung dan bukan fokus analisis kajian. Wilayah lain yang banyak berkaitan adalah Kota Surabaya dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur lainnya. Sedangkan batasan substansial untuk kajian studi kasus ini adalah mengenai identifikasi kebutuhan infrastruktur dalam upaya pengembangan wilayah Madura beserta beberapa hal terkait lainnya seperti potensi pengembangan, telaah kebijakan, potret kendala serta strategi yang dapat dilakukan dalam upaya percepatan pembangunan di wilayah Madura.

Tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam kajian ini antara lain :

1) Menggambarkan

beserta potensi-potensi pengembangnnya;

2) Mengkaji pembangunan infrastruktur yang telah dilakukaan saat ini;

3) Menelaah kebijkan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan wilayah Madura;

4) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan wilayah Madura;

5) Mengidentifikasi kebutuhan pembangunan infrastruktur dan strategi yang dapat dilakukan untuk percepatan realisasinya.

1.5 Metode Kajian

Secara umum pendekatan kajian adalah bersifat kualitatif dengan beberapa metode analisis yang akan digunakan seperti analisis deskriptif, analisis SWOT, analisis strategic planning matrix, dan lain sebagainya. Kajian ini mencoba mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data-data dan informasi yang telah terkumpul untuk menjawab permasalahan yang menjadi tujuan penelitian.

Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan antara lain : -

Wawancara (menggali informasi dari para informan yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan di dalam kajian).

- Studi literatur (mengumpulkan dan menelaah materi-materi tertulis yang berkaitan dengan topik studi lewat jurnal, buku, karya tulis ilmiah, peraturan perundangan, laporan kajian serupa dan bentuk data sekunder lain yang terkait).

- Studi kasus (mengkaji kasus-kasus serupa yang dapat digunakan sebagai referensi pembanding atau pun sebagai bahan masukan untuk analisis).

Bab 2 - Pembahasan

2.1 Analisa Situasi

2.1.1 Gambaran Umum Wilayah

Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa, yakni di antara 113°-115° bujur timur dan 6,5°- 7,5° lintang selatan, serta garis bujur 112°40’ timur dan 114°07’

timur. Luas keseluruhan wilayah Madura mencapai tidak kurang dari 5.304 km 2 , dengan panjang kurang lebih 190 km dan jarak terlebar sekitar 40 km. Pulau Madura merupakan pulau terbesar di wilayah provinsi Jawa Timur dengan luasan sekitar 10% dari seluruh wilayah Jawa Timur. Wlayah Madura terbagi atas 4 wilayah administrasi kabupaten, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Pulau Madura dipisahkan dengan daratan Jawa oleh Selat Madura. Meskipun demikian, sejak tahun 2009 kedua Pulau ini telah terhubung dengan adanya Jembatan Suramadu (Surabaya Madura) yang terletak di Kota Surabaya dan Kabupaten Bangkalan.

Gambar. Peta Wilayah Madura (terdiri atas beberapa pulau)

Sumber : bappeda.jatimprov.go.id

Secara fisiologis, Madura termasuk zona lipatan dengan karakteristik wilayah yang relatif kurang subur serta daerahnya berupa pantai, dataran rendah dan pegunungan (RPJMD Jawa Timur 2014-2019). Kondisi ini menjadikan wilayah Madura termasuk salah satu daerah tertinggal di provinsi Jawa Timur dan masyarakatnya banyak berkeinginan tidak tinggal di Madura. Oleh karena itu, Suku Madura hampir tersebar di seluruh Jawa Timur dan tercatat sebagai peserta Program Transmigrasi terbanyak di Indonesia (Balai Litbang Sosekling Jatan, 2009).

Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Timur 2011-2031, berikut adalah beberapa penetapan kawasan strategi provinsi yang berkaitan dengan wilayah Madura :

Tabel. Kaitan wilayah Madura dengan penetapan kawasan strategis

di Provinsi Jawa Timur Kabupaten di Wilayah Madura

Bangkalan

Sampang

Pamekasan Sumenep

- Kawasan ekonomi unggulan

- Kawasan - Kawasan agropolitan

- Kawasan

- Kawasan

agropolitan agropolitan regional

agropolitan

regional - Kawasan koridor

regional

regional

- Kawasan metropolitan

- Kawasan

- Kawasan

pertambangan - Kawasan tertinggal

tertinggal

tertinggal

minyak dan - Kawasan pertambangan

gas bumi minyak dan gas bumi

Sumber : RTRW Provinsi Jatim 2011-2031. Kabupaten Bangkalan menjadi pintu gerbang untuk berbagai kegiatan terutama

lintas barang dan jasa yang menghubungkan Jawa dan Madura. Bangkalan menjadi bagian wilayah pulau Madura yang masuk dalam pengembangan kota Surabaya. Kota Bangkalan menjadi kutub pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur yang berperan penting dalam mendukung perkembangan sektor industri, perdagangan, pertanian, dan pariwisata. Letaknya yang strategis yaitu berada diujung barat Pulau Madura dan berseberangan dengan Kota Surabaya, Kota pusat pemerintahan dan bisnis di Jawa Timur .

Di Kabupaten Sampang dan Pamekasan terdapat berbagai potensi sumber daya alam seperti pertanian, perikanan, peternakan, industri, dan pertambangan yang dapat menunjang sektor perdagangan dan jasa. Penduduknya cenderung terkonsentrasi pada daerah perkotaan karena daerah tersebut merupakan pusat aktivitas dan tempat tinggal.

Kabupaten Sumenep yang secara geografis berada diujung Timur Pulau Madura adalah Wilayah yang unik, karena selain memiliki daratan, juga memiliki 126 pulau. Gugus pulau paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan jarak ±151 Mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau yang paling Timur adalah Plilau Sakala dengan jarak ±165 MiI laut dari Pelabuhan Kalianget. Kabupaten Sumenep memiliki potensi alam dan berada di posisi strategis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena memiliki keragaman jenis fauna laut dan sumberdaya migas yang cukup besar. Selain itu, wilayah kabupaten ini secara langsung berhadapan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, yang dapat dilalui oleh kapal-kapal asing untuk menyeberangi kepulauan di Indonesia (Balai Litbang Sosekling Jatan, 2009).

2.1.2 Potensi-Potensi Pengembangan

Meskipun memiliki karakteristik wilayah yang relatif kurang subur, bukan berarti wilayah Madura tidak memiliki potensi untuk dikembangkan. Masuknya Madura dalam wilayah pengembangan metropolitan Germakertasusila (Gresik, Madura, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) menjadi dasar bahwa Madura juga menjadi konsentrasi Pemerintah dalam pembangunan. Berikut adalah potensi- potensi pengembangan di masing-masing kabupaten di wilayah Madura (dikumpulkan dari berbagai sumber) :

a. Kabupaten Bangkalan

Banyak produk unggulan di kabupaten Bangkalan yang potensial untuk dikembangkan. Di bidang perdagangan dan industri, terdapat beberapa produk yang saat ini dikembangkan oleh masyarakat setempat dalam skala kecil maupun menengah. Produk makanan di kabupaten Bangkalan adalah emping Mlinjo, yang berpusat di kecamatan Blega. Pohon Mlinjo merupakan pohon lindung bagi tanaman Salak, sehingga ketika kabupaten Bangkalan memiliki produk unggulan Salak, maka sudah barang tentu juga memiliki unggulan produk Mlinjo. Kabupaten Bangkalan juga memiliki unggulan pembuatan hasil laut, utama “trasi”. Trasi Madura ini berpuat di kecamatan Klampis, yang dikenal sebagai “Trasi Asli” yang terbuat dari rebon atau udang kecil.

Produk lain yang dapat dibanggakan oleh warga Kabupaten Bangkalan adalah batik tulis, yang sangat diminati oleh warga masyarakat di luar pulau Madura. Produksi batik di Tanjung Bumi (salah satu wilayah di Bangkalan) memiliki corak yang modern, dinamis, dan dengan warna yang mencolok. Berdasarkan hasil pemetaan oleh Balai Litbang Sosekling Jatan (2009), sebaran industri sandang di Kabupaten Bangkalan meliputi industri batik tulis (897 unit), pakaian jadi (2 unit), konveksi (40 unit) dan bordir (28 unit).

DI kabupaten Bangkalan juga terdapat sentra industri genteng, bata merah, bata putih, pembuatan gerabah, tas, dan meubelair. Bata Putih yang merupakan potongan-potongan batu kapur dari sebuah gunung kapur di desa Jaddih kecamatan Socah. Pembuatan kapur bangunan lebih banyak dilakukan oleh hampir setiap keluarga di sekitar gunung kapur itu, desa Parseh dan Jaddih. Meubel khas madura memiliki ukiran kembang yang berwarna men. Di kabupaten Bangkalan ini diproduksi kursi, atau dipan khas Madura (Lencak Pale), utamanya di desa Makam Agung kecamatan Arosbaya.

Pada bidang peternakan, kabupaten Bangkalan potensial dalam budidaya ternak sapi. Selain itu, juga terdapat beberapa sentra peternakan kuda di kecamatan

Socah, yang dimanfaatkan sebagai pengangkut barang (dokar) dan juga untuk kegiatan kesenian tradisional utamanya acara “sunatan”.

Bahan tambang yang ada di kabupaten Bangkalan belum di eksplorasi secara besar-besaran, sebagian besar masih dikelola oleh masyarakat secara sangat tradisional. Pertambangan galian C yang terbesar di Bangkalan adalah pasir kuarsa. Selain itu, terdapat pertambangan batu, batu gamping, lempung, dolomit, fosfat, pasir, kalsit dan baru pasir. Gas alam dan minyak bumi juga banyak terdapat di wilayah Bangkalan.

b. Kabupaten Sampang

Persebaran penduduk di wilayah Kabupaten Sampang secara keseluruhan umumnya tidak merata. Persebaran penduduk umumnya mengikuti dan cenderung berorientasi ke wilayah/daerah yang memiliki aktivitas lebih ramai atau terdapat potensi sumber daya alam seperti pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, perdagangan dan jasa. Sektor perdagangan dan industri di Sampang banyak dikembangkan industri genteng, garam rakyat, inkra batik tulis, ranjang palek, pagar besi, petis ikan dan aksesori kerang-kerangan.

Lokasi sentra Industri genteng berada di Kecamatan Karang Penang, Robatal dan Omben. Pengembangan industri genteng di daerah ini cukup menjanjikan mengingat ketersediaan bahan baku tanah liat / lempung yang sangat melimpah dengan luas areal sekitar 165 Ha. Pemasaran industri genteng di sentra industri ini sangat mudah, selain untuk kebutuhan masyarakat di Kabupaten Sampang, pemasarannya juga untuk masyarakat Madura dan luar Madura. Hal ini dikarenakan kualitas genteng yang dihasilkan sangat baik.

Lokasi industri garam rakyat tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu : Kecamatan Sampang, Camplong, Torjun, Pangarengan, Jrengik dan Sreseh. Jumlah produksi garam ini sangat tergantung musim, pada musim kemarau rata-rata hasil produksi dapat mencapai 60-70 Ton / Ha. Kualitas garam rakyat terbagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu : K1 (kualitas baik), K2 (kulitas sedang), K3 (kualitas kurang), untuk garam dengan kualitas K1 pemasarannya sangat mudah dan harganya relatif tinggi, sedangkan garam dengan kualitas K2 dan K3 masih harus dicuci lagi.

Komoditi kerajinan banyak juga terdapat di Sampang. Salah satunya adalah batik tulis yang mempunyai ciri khas yang menonjolkan kedaerahan terutama dalam hal pewarnaan yang kontras dengan motif kembang burung posepo, kembang mawar, burung merak, lombok sisik, bangpote dengan bunga kupu- kupu, carce’na kembang seruni dan motif bangau kembang. Kerajinan Meubel Ukir Ranjang Palek terdapat di Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatan Sampang. Hasil produksi ranjang Komoditi kerajinan banyak juga terdapat di Sampang. Salah satunya adalah batik tulis yang mempunyai ciri khas yang menonjolkan kedaerahan terutama dalam hal pewarnaan yang kontras dengan motif kembang burung posepo, kembang mawar, burung merak, lombok sisik, bangpote dengan bunga kupu- kupu, carce’na kembang seruni dan motif bangau kembang. Kerajinan Meubel Ukir Ranjang Palek terdapat di Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatan Sampang. Hasil produksi ranjang

Sentra industri pengolahan ikan dan makanan jenis Petis juga potensial dikembangkan, khususnya di Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Sampang. Industri olahan ini terbuat dari sari pati ikan laut. Petis mempunyai citra rasa yang khas umumnya sebagai bumbu utama pembuatan rujak Madura. Jenis petis yang sudah dipasarkan antara lain jenis Ikan Tuna, Super dan Sambal Goreng. Lokasi Sentra ini terdapat juga di Kecamatan Camplong dan Ketapang. Pemasaran komoditi Petis sangat lancar selain untuk konsumsi masyarakat Kabupaten Sampang, juga dipasarkan untu masyarakat Madura dan Jawa. Selain industri yang disebutkan di atas, kabupaten Sampang juga memiliki potensi agro berupa tanaman pangan, kelapa dan tembakau, serta potensi peternakan sapi dan kerbau.

Pada sisi pariwisata, kabupaten Sampang memiliki potensi yang sangat besar. Beberapa lokasi wisatanya antara lain Pantai Camplong, mata air Sumber Oto’, waduk Klampis, air terjun Toroan, hutan kera Nepa, waduk Nipah, goa Lebar, goa Macan, goa Kelelawar dan makam Sayyid Ustman bin Ali bin Abdullah Al-Habsyi. Budaya masyarakat yang menjadi even pariwisata adalah karapan sapi dan atraksi sapi sonok.

c. Kabupaten Pamekasan

Potensi pengembangan di Kabupaten Pamekasan berada pada sektor industri kecil, pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan dan pariwisata. Untuk pertanian, program kegiatan swasembada pangan merupakan prioritas dalam rangka untuk meningkatkan mensejahterakan masyarakat akan tersedianya pangan. Luas areal Pertanian Kabupaten Pamekasan keseluruhnya mencapai 74.467,167 Ha yang terdiri luas tegalan 62.013,769 Ha, sawah irigrasi 6.649,5 Ha dan sawah tadah hujan 5.803,898 Ha. Beberapa komoditas dari jenis sayuran seperti bayam, kangkung, terong, bawang merah, lombok, kacang panjang, ketimun. Sedangkan untuk tanaman holtikultura seperti durian, jeruk, mangga dan pisang. Untuk jenis perkebunan, sebagian besar yang dikembangkan adalah kelapa Potensi pengembangan di Kabupaten Pamekasan berada pada sektor industri kecil, pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan dan pariwisata. Untuk pertanian, program kegiatan swasembada pangan merupakan prioritas dalam rangka untuk meningkatkan mensejahterakan masyarakat akan tersedianya pangan. Luas areal Pertanian Kabupaten Pamekasan keseluruhnya mencapai 74.467,167 Ha yang terdiri luas tegalan 62.013,769 Ha, sawah irigrasi 6.649,5 Ha dan sawah tadah hujan 5.803,898 Ha. Beberapa komoditas dari jenis sayuran seperti bayam, kangkung, terong, bawang merah, lombok, kacang panjang, ketimun. Sedangkan untuk tanaman holtikultura seperti durian, jeruk, mangga dan pisang. Untuk jenis perkebunan, sebagian besar yang dikembangkan adalah kelapa

Beberapa kawasan penghasil ikan di Kabupaten Pamekasan terdiri dari perikanan laut yang meliputi perairan Laut Jawa di sepanjang pantai utara yaitu Kecamatan Batu Marmar dan Pasean, serta Selat Madura di sepanjang pantai meliputi wilayah Kecamatan Tlanakan, Pamekasan dan Pademawu. Perikanan budidaya yakni tambak dan kolam yang terdiri dari tambak ikan bandeng dan udang berada di Kecamatan Galis dan Pademawu.Sedangkan penggaraman atau untuk menghasilkan garam dengan memanfaatkan musim kemarau atau lahannya bergantian dengan tambak budidaya yang berada di Kecamatan Tlanakan, Pademawu dan Galis. Produk unggulan perikanan Pamekasan adalah ikan teri, rumput laut, ikan lamuru dan ruja. Selain pada perikanan, budidaya ternak sapi juga dikembangkan di Pamekasan.

Sektor pariwisata Pamekasan memiliki banyak jenis obyek kunjungan seperti : Tabel. Obyek wisata di kabupaten Pamekasan

Jenis Wisata

Obyek Wisata

Wisata Pantai

Pantai Talang Siring Pantai Jumiang Pantai Batu Kerbuy

Wisata Alam

Api tak Kunjung Padam

Wisata Ziarah Makam Keramat Pasarean Batuampar Vihara Alokitesvara

Wisata Budaya

Kerapan Sapi

Wisata Penunjang

Monumen Are' Lancor

d. Kabupaten Sumenep

Kabupaten Sumenep merupakan wilayah Madura yang juga memiliki banyak kepulauan. Bagian Daratan dengan luas 1.146,93 Km2 (54,79 %) terbagi atas tujuh belas Kecamatan dan satu pulau di Kecamatan Dungkek. Sedangkan bagian kepulauan dengan luas 946,53 Km2 (45,21 %) meliputi 126 buah pulau berpenghuni dan 78 buah pulau tidak berpenghuni. Oleh karena itu, wisata bahari dan eksplorasi sumber daya kelautan sangat potensial untuk dikembangkan di kabupaten Sumenep ini. Kabupaten Sumenep juga memiliki banyak kegiatan usaha mandiri maupun industri kecil oleh masyarakat setempat pada sektor pengolahan komoditas perkebunan, tembakau, ternak sapi dan pertanian padi-palawija. Selain itu,

Kabupaten Sumenep dan pulau Madura pada umumnya dikenal sebagai penghasil garam di Indonesia. Di dalam buku-buku pelajaran masa lalu disebutkan bahwa kecamatan Kalianget kabupaten Sumenep adalah penghasil garam terbesar dan terbaik di Indonesia.

Sektor industri yang berkembang di Sumenep meliputi industri garam, pengolahan sabut kelapa, genteng kaolin, pengolahan ikan dalam kaleng, batik tulis, pembuatan keris, keripik singkong, kerajinan daun siwalan, gula siwalan, pembuatan petis dan terasi, serta industri makanan ringan seperti biji jambu mete.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa potensi wisata di kabupaten Sumenep sangatlah potensial. Kabupaten Sumenep memiliki keragaman budaya yang ditopang oleh kultur kehidupan sosial yang berbeda dengan kabupaten lain di Madura. Beberapa jenis potensi wisatanya dapat dikelompokkan menjadi: a). Wisata Budaya (Sejarah) dan Religi

- Benteng VOC, Desa Kalimook Kecamatan Kalianget -

Keraton Sumenep, Kecamatan Sumenep (Video)

- Masjid Agung, Kecamatan Sumenep (Video) -

Museum Sumenep, Kecamatan Sumenep -

Pemakaman Anggo Suto, Kecamatan Saronggi -

Pemakaman Asta Katandur, Desa Bangkal Kecamatan Sumenep -

Pemakaman Asta Tinggi, Kecamatan Sumenep -

Pemakaman Joko Tole, Kecamatan Manding -

Pemakaman Pekke, Kecamatan Lenteng -

Pemakaman Asta Bujuk Panaongan, Kecamatan Pasongsongan -

Pemakaman Asta Yusuf, P. Poteran Kecamatan Talango b). Wisata Bahari -

Pantai Maburit, Kecamatan Arjasa -

Taman Laut Gili Labak, Kecamatan Talango. Taman laut ini dimanfaatkan untuk ski- diving dan scub-diving

- Taman laut Pulau Saor, Kecamatan Sapeken c). Wisata Alam -

Pantai Lombang (Kecamatan Dasuk) -

Pantai Slopeng (Kecamatan Dasuk) -

Pantai Ponjug di Pulau Talango -

Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih -

Taman Kiermata (Kecamatan Saronggi)

- Gua Jeruk (Kecamatan Sumenep) -

Gua Kuning (Kecamatan Kangean) -

Gua Payudan (Kecamatan Guluk-Guluk) -

Gua Peteng (Kecamatan Kangean) -

Gua Arca (Kecamatan Kangean) -

Gua Tampeh (Kecamatan ganding) -

Sumber Air Belerang (Kecamatan Pragaan) -

Rumah Berkasur Pasir, Desa Legung Timur, Desa Legung Barat, dan Desa Dapenda Kecamatan Batang-Batang.

- Terumbu karang, terdapat disekitar perairan Kecamatan Raas. -

Aeral pancing, terdapat di Kecamatan Kalianget dan Kecamatan Saronggi (dua lokasi)

d). Wisata Konservasi -

Ayam Bekisar, ayam bekisar adalah ayam khas Sumenep yang banyak dibudidayakan untuk peliharaan di Pulau Kangean

- Kijang, merupakan hewan penghuni hutan di daerah Arjasa. Jenis hewan ini termasuk hewan yang dilindungi.

- Cemara Udang, merupakan satu jenis spesies cemara yang hanya ada di Kabupaten Sumenep.

Di sektor pertambangan, Kabupaten Sumenep memiliki kandungan mineral yang variatif. Bahan galian golongan C terdiri dari pospat, batu gamping, calsit/batu bintang, gipsum, pasir kwarsa, dolomit, batu lempung dan kaolin. Bahan tambang golongan A (minyak bumi dan gas bumi) juga banyak dihasilkan di wilayah Sumenep dengan perusahaan pengelolanya meliputi Contraktor Production Sharing (CPS) yang mengelola tambang migas, di antaranya ARCO-Kangean Block, Trend Java Sea Block 4, Masalembu Shell, British Petroleum Sakala Timur, Mobile Oil, Amco Indonesia, Hudbay Oil International, Petroleum Beyond Indonesia (PBI), Anardako, Petronas Carigall, Santos Oil, PT Energy Mega Persada (EMP) Kangean Limited.

Secara garis besar, potensi-potensi pengembangan di wilayah Madura berada pada sektor :

- Pertanian dan peternakan (tembakau, kelapa, sapi, kerbau) -

Pertambangan (pasir kuarsa,minyak bumi, dan gas alam) -

Industri pengolahan pangan dan ikan -

Pariwisata dan kerajinan Bila digambarkan dalam skema peta, potensi wilayah Madura dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar. Potensi-Potensi Pengembangan di Wilayah Madura Sumber : Penataan ruang wilayah Suramadu (BPWS)

hal. 14

2.1.3 Pembangunan Infrastruktur di Wilayah Madura

Dalam mengatasi permasalahan daerah tertinggal, diperlukan langkah nyata yang terpadu dan terarah yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur yang masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya (Wahid, 2006). Oleh kaena itu, dalam upaya mengatasi kesenjangan sosial ekonomi wilayah Madura dari wilayah lain di provinsi Jawa Timur,diperlukan kepastian pemenuhan ketersediaan infrastruktur. Berikut adalah beberapa data ketersediaan infrastruktur yang ada di wilayah Madura (dikumpulkan dari data BPS kabupaten dalam angka 2015 dan 2016) :

INFRASTRUKTUR PEMERINTAHAN Wilayah

Ketersediaan Infrastruktur (unit)

1. Kabupaten Bangkalan

Kantor Kecamatan = 18 Kantor Kelurahan/Desa = 8 (kelurahan), 273 (desa)

2. Kabupaten Sampang

Kantor Kecamatan = 14 Kantor Kelurahan/Desa = 6 (kelurahan), 180 (desa)

3. Kabupaten Pamekasan Kantor Kecamatan = 13 Kantor Kelurahan/Desa = 11 (kelurahan), 178 (desa)

4. Kabupaten Sumenep

Kantor Kecamatan = 27 Kantor Kelurahan/Desa = 4 (kelurahan), 328 (desa)

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI & KOMUNIKASI Wilayah

Ketersediaan Infrastruktur (unit)

1. Kabupaten Bangkalan

Panjang Jalan = 721.365 km Terminal = 1 (kelas B), 1 (kelas C), 55 (AKAP) Jembatan timbang = 1 Dermaga = 3 Pelabuhan = 5 Mercusuar = 1

2. Kabupaten Sampang Panjang Jalan = 582,80 km (Kab), 489,92 (poros desa) Terminal = 1 Kantor Pos = 11

3. Kabupaten Pamekasan Panjang Jalan = 507.359 km

Terminal = 1 Kantor Pos = 13

4. Kabupaten Sumenep Panjang Jalan = 1.544,676 km (kab), 61.120 (prov/nasional) Terminal = 1 (kelas A), 8 (kelas C) Bandara = 1 Kantor Pos = 26

INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN Wilayah

Ketersediaan Infrastruktur (unit)

1. Kabupaten Bangkalan

TK/RA/BA = n.a SD = 658 (negeri), 41 (swasta), 142 (MI) SLTP = 54 (negeri), 142 (swasta), 135 (MTs) SLTA = 10 (negeri), 40 (swasta), 57 (MA) SMK = 10 (negeri), 30 (swasta) Pondok Pesantren = n.a

2. Kabupaten Sampang

TK/RA/BA = 203

hal. 15

INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN Wilayah

Ketersediaan Infrastruktur (unit)

SD = 530 (negeri), 68 (swasta), 485 (MI) SLTP = 52 (negeri), 164 (swasta), 222 (MTs) SLTA = 16 (negeri), 89 (swasta), 84 (MA) Pondok Pesantren = 356

3. Kabupaten Pamekasan TK = 1 (negeri), 287 (swasta), 477 (RA/BA) SD = 419 (negeri), 46 (swasta), 316 (MI), 1.359 (MD) SLTP = 36 (negeri), 144 (swasta), 205 (MTs) SLTA = 9 (negeri), 66 (swasta), 100 (MA) SMK = 7 (negeri), 70 (swasta) Perguruan Tinggi/Akademi = 7 Pondok Pesantren = 185

4. Kabupaten Sumenep TK = 2 (negeri), 378 (swasta), 541 (RA/BA) SD = 548 (negeri), 45 (swasta), 550 (MI), 1.170 (MD) SLTP = 41 (negeri), 97 (swasta), 310 (MTs) SLTA = 12 (negeri), 44 (swasta), 141 (MA) SMK = 2 (negeri), 32 (swasta) Perguruan Tinggi/Akademi = 4 Pondok Pesantren = 185

INFRASTRUKTUR KESEHATAN Wilayah

Ketersediaan Infrastruktur (unit)

1. Kabupaten Bangkalan Rumah Sakit Umum = 1 (pemerintah), 1 (swasta) Rumah Sakit Bersalin = 1 Puskesmas = 22 Puskesmas Pembantu = 65 Pondok Bersalin Desa = 230 Posyandu = 1.071 Praktek Dokter = 77 Apotek = 47

2. Kabupaten Sampang

Rumah Sakit Umum = 1 Rumah Sakit Bersalin = 0 Puskesmas = 21 Puskesmas Pembantu = 49 Pondok Bersalin Desa = 230 Posyandu = 1.006 Apotek = 30 Klinik KB = 90

3. Kabupaten Pamekasan Rumah Sakit Umum = 2 (pemerintah), 3 (swasta) Rumah Sakit Bersalin = 0 Puskesmas = 20 Puskesmas Pembantu = 44 Puskesmas Keliling = 29 Klinik = 14 Pondok Bersalin Desa = 254 Posyandu = 901 Praktek Dokter = 73 Apotek = 45 Laboratorium = 7

4. Kabupaten Sumenep

Rumah Sakit Umum = 3 Rumah Sakit Bersalin = 1 Puskesmas = 30 Puskesmas Pembantu = 71 Puskesmas Keliling = 27 Klinik = 14

INFRASTRUKTUR KESEHATAN Wilayah

Ketersediaan Infrastruktur (unit)

Pondok Bersalin Desa = 332 Posyandu = 1.476 Apotek = 25

Dengan kondisi ketersediaan infrastruktur dasar tersebut, wilayah Madura masih masuk dalam kategori kawasan tertinggal di provinsi Jawa Timur. Tingkat IPM dan kesejahteraan masarakat kabupaten di Madura memang masih berada dibawah kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur. Oleh karena itu, pembangunan Jembatan Suramadu sebagai momentum awal pengembangan wilayah Madura perlu didukung dengan pembangunan infrastruktur lainnya, agar upaya pengembangan wilayah Madura dapat berjalan dengan optimal.

2.1.4 Dampak Keberadaan Jembatan Suramadu

Sejarah awal pembangunan Jembatan Suramadu adalah adanya Preliminary study Surabaya-Madura Bridging Project oleh JIF dan BPPT atas biaya dari pihak Jepang pada bulan Maret-Oktober 1990. Hasilnya adalah rekomendasi penting bahwa dengan kondisi Surabaya sebagai pelabuhan besar serta industri ekspor sistem padat karya, maka pengembangan pulau Madura menjadi kunci pokok dalam perluasan kota metropolitan Surabaya.

Pada tahun 2008 pembangunan Jembatan Suramadu akhirnya selesai dan berdirinya Jembatan ini merupakan tonggak sejarah baru dalam pembangunan konstruksi di Indonesia, karena Jembatan antarpulau sepanjang 5.438 meter ini bukan hanya yang terpanjang di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Pembangunan Jembatan Suramadu dilatarbelakangi oleh misi untuk memajukan perekonomian nasional dan regional, khususnya di wilayah Madura yang kondisinya masih tertinggal dibandingkan daerah lain di Jawa Timur. Peran Jembatan Suramadu yang diharapkan dapat menjadi jalur transportasi terpadu tersebut dituntut untuk dapat menjadi pendongkrak perkembangan wilayah. Hal ini sesuai dengan fungsi infrastruktur jalan dan jembatan sebagai prasarana transportasi yang menjadi salah satu sektor penunjang pengembangan sektor- sektor lain.

Dengan terwujudnya Jembatan Suramadu sebagai penghubung Pulau Jawa dan Madura, maka konsep pengembangan kawasan metropolitan tujuh daerah, yang pada awalnya disebut dengan Gerbangkertasusila, akhirnya berkembang dan diperluas menjadi Germakertasusila. Pengembangan kawasan metropolitan di sisi Madura yang sebelumnya hanya terbatas untuk Kabupaten Bangkalan, kini Dengan terwujudnya Jembatan Suramadu sebagai penghubung Pulau Jawa dan Madura, maka konsep pengembangan kawasan metropolitan tujuh daerah, yang pada awalnya disebut dengan Gerbangkertasusila, akhirnya berkembang dan diperluas menjadi Germakertasusila. Pengembangan kawasan metropolitan di sisi Madura yang sebelumnya hanya terbatas untuk Kabupaten Bangkalan, kini

Dampak pembangunan Suramadu terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan pengembangan Germakertasusila dapat dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi (berupa Produk Domestik Regional Bruto) dari beberapa kota dan kabupaten yang termasuk dalam kawasan pengembangan Germakertasusila sejak tahun 2000 sampai dengan 2011. Hampir seluruh wilayah di metropolitan Germakertasusila mengalami pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya. Tahun 2009 sebagai dimulainya operasional Jembatan Suramadu, PDRB semakin besar meningkat, khususnya untuk 4 (empat) kabupaten di Madura.

Gambar. Grafik peningkatan PDRB per-kapita Germakertasusila Sumber : Balai Litbang Sosekling Jatan, 2012

Keberadaan jembatan Suramadu juga meningkatkan konektivitas wilayah antara Jawa dengan Madura, sehingga menyebabkan laju urbanisasi dari Madura ke wilayah Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya menjadi semakin besar. Apabila kedua wilayah (Kota Surabaya dan Madura) memiliki kondisi ekonomi yang sama, mungkin laju urbanisasi tidak akan meningkat dengan signifikan. Namun faktanya, kota Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia sehingga menjadi magnet urbanisasi yang sangat kuat bagi masyarakat di Madura sebagai kawasan yang masih tertinggal di provinsi Jawa Timur. Akibatnya, banyak masyarakat Madura yang mulai meninggalkan desanya untuk bekerja di kota, mayoritas diantaranya adalah pada sektor informal.

Keberadaan Jembatan Suramadu yang saat itu menjadi ikon wisata juga memunculkan potensi kegiatan ekonomi kerakyatan di KKJS (Kawasan Kaki Jembatan Suramadu). Di KKJS sisi Madura, terjadi penjamuran pedagang- pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Menurut data Bappeda Bangkalan tercatat sudah ada + 891 lapak PKL di bulan Agustus 2011. Aktivitas informal ini perlu dikelola dengan baik oleh Pemerintah karena bila tidak ditata akan berpotensi merusak estetika wilayah KKJS, dan keberadaan PKL di rumaja dapat mengganggu fungsi/kinerja jalan akses yang ditempatinya (Zanuardi dan Satrio, 2012). Saat ini jalan akses KKJS telah ditingkatkan kapasitasnya dan dilengkapi dengan jalur lambat. Deretan PKL KKJS juga sudah mulai ditata dan dikelola oleh BPWS karena nantinya direncanakan kegiatan ekonomi masyarakat ini akan menjadi bagian dari rest area Suramadu yang akan dibangun di sana.

Gambar. Kegiatan ekonomi di KKJS sisi Madura

pada awal operasi Jembatan Suramadu

Dari hasil kajian dalam skala lebih mikro di wilayah KKJS, ditemukan informasi bahwa pembangunan jembatan Suramadu berdampak pada peningkatan kondisi sosial dan ekonomi di wilayah yang berada di sekitar jalan akses KKJS. Ini berarti bahwa keberadaan jalur akses ini memberi potensi untuk pengembangan wilayah secara lebih baik. Menurut Hartati dan Arvian (2012), wilayah yang berdekatan dengan lokasi dibangunnya Jembatan Suramadu secara umum memiliki tingkat kesejahteraan yang relative lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain yang lebih jauh. Dari hasil pemetaan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan metode non- income di wilayah Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) diperoleh gambaran sebagai berikut :

Gambar. Peta kesejahteraan sosial di wilayah KKJS Madura

Sumber : Hartati dan Arvian (2012)

Gambar. Peta kesejahteraan ekonomi di wilayah KKJS Madura

Sumber : Hartati dan Arvian (2012)

Dari hasil simulasi tersebut dapat dimaknai bahwa keberadaan jembatan suramadu dan jalan akses jembatan suramadu dapat meningkatkan akses mayarakat ke sarana kesehatan dan pendidikan, sehingga tingkat kesejahteraan sosial penduduk di sekitarnya akan meningkat. Sedangkan untuk kondisi ekonomi lokal, peningkatan komoditas pertanian memegang peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Namun jika dalam analisis dimasukkan indikator keberadaan PKL menjadi salah satu indikator perhitungan tingkat kesejahteraan, maka akan sangat mungkin tingkat kesejahteraan desa dimana pelaku PKL berasal menjadi desa yang paling sejahtera.

2.2 Telaah Kebijakan Pengembangan Wilayah Madura

Perhatian Pemerintah terhadap pengembangan di wilayah Madura semakin terlihat dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Surabaya - Madura (BPWS). Latar belakang ditetapkannya Peraturan Presiden ini adalah untuk menetapkan langkah-langkah strategis untuk mengelola wilayah Surabaya-Madura secara terkoordinasi, sistematis, terarah, dan terpadu serta untuk menetapkan pengaturan secara khusus, termasuk pembentukan kelembagaan yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam pengembangan wilayah Surabaya-Madura. Cakupan wilayah Suramadu dalam Perpres tersebut adalah wilayah Surabaya, Pulau Madura dan sekitarnya. Secara garis besar, pengembangan wilayah Madura dapat dilihat pada dokumen Master Plan Pengembangan Wilayah Suramadu yang disusun oleh Badan Pelaksana BPWS.

2.2.1 Master Plan Pengembangan Wilayah Madura

Master plan pengembangan wilayah Madura sangat erat kaitannya dengan perencanaan wilayah metropolitan GERBANGKERTASUSILA. Pada awalnya, hanya kabupaten Bangkalan yang menjadi wilayah Madura yang masuk dalam pengembangan metropolitan tersebut. Namun, dengan terbangunnya jembatan Suramadu yang memudahkan akses ke Madura, konsep pengembangan pun berubah menjadi GERBANGKERTASUSILA PLUS atau terkadang disebut sebagai GERMAKERTASUSILA. Konsep ruang eksisting wilayah Jawa Timur terutama di GERMAKERTASUSILA diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar. Konsep ruang eksisting Jatim dan Germakertasusila Sumber : Ditjen Taru, Departemen Kimpraswil, 2003

Master Plan Pengembangan Infrastruktur di Wilayah Surabaya dan Madura

Sumber : BPWS, 2009 hal. 22

Beberapa infrastruktur yang akan dikembangkan di wilayah Madura Paska pembangunan Jembatan Suramadu antara lain adalah : -

Pembangunan pelabuhan laut Tanjungbulupandan; -

Pemanfaatan Waduk Nipah di Sampang dan percepatan pembangunan Waduk Blega di Bangkalan;

- Pengembangan lapangan terbang Trunojoyo, Sumenep; -

Peningkatan jalan nasional : Kamal, Bangkalan sampai Sumenep (wilayah Selatan Madura);

- Peningkatan jalan propinsi : Bangkalan, Sumenep (wilayah Utara Madura). -

Pengembangan Energi Listrik dan telekomunikasi -

Pengembangan SDM Madura dalam rangka persiapan industrialisasi -

Penyediaan infrastruktur air baku, air minum, sanitasi, dan sarana permukiman lainnya.

- Promosi Investasi di wilayah Madura

Meskipun pembangunan infrastruktur akan dilakukan di seluruh wilayah Madura, namun titik berat pengembangan tetap berada di kabupaten Bangkalan. Hal ini dikarenakan posisi Bangkalan yang menjadi lokasi KKJS (Kawasan Kaki Jembatan Suramadu) dan menjadi wilayah terdekat sebagai pelebaran Surabaya megaurban. Terdapat 3 (tiga) lokasi strategis yang direncanakan akan dikembangkan di wilayah Bangkalan ini, yaitu : Kawasan Kaki Jembatan Suramadu, Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan, serta Kawasan Industri Pendukung.

Gambar. Skema pengembangan wilayah Suramadu

Sumber : Pemprov Jatim

hal. 23

2.2.2 Kendala Realisasi Pembangunan Infrastruktur

Meskipun Master Plan pengembangan wilayah Madura sudah direncanakan, tetapi pembangunan infrastruktur dirasakan masih sulit untuk direalisasikan. Akibatnya, permasalahan ketimpangan sosial-ekonomi di Madura belum dapat diatasi. Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah Madura antara lain :

 Kesiapan Masyarakat Madura terhadap Modernisasi Dipandang dari akses perekonomian, masyarakat Madura memiliki lack of

access dalam perekonomian, dengan pola hidup pedesaan dimana sektor pertanian dan nelayan mendominasi perekonomian di Madura. Dalam segi pendidikan pun sebagian besar masyarakat Madura masih lemah. Pesantren dipandang masyarakat sebagai metode pendidikan yang lebih sesuai, sekolah menengah unggulan dan kejuruan masih terbatas. Budaya paternalistik juga sangat melekat di tatanan kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Madura lebih memegang teguh pada nilai-nilai tradisional yang telah tumbuh dan lestari sebagai bagian dari kehidupannya sehari-hari.

Kondisi ini menjadi kendala bagi pengembangan wilayah Madura yang secara cepat telah direncanakan untuk industrialisasi dan modernisasi. Apabila pembangunan tetap dipaksakan, maka akan terjadi laju urbanisasi menuju Madura. Persaingan dari tenaga kerja dari luar wilayah Madura yang lebih berkompeten dan berkualitas akan menggusur peranan masyarakat lokal. Akibatnya, masyarakat Madura serasa menjadi budak/buruh didaerahnya sendiri.

 Konflik Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Tanah merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan infrastruktur.

Tanpa ketersediaan lahan, maka pembangunan infrastruktur tidak akan pernah dapat direalisaskan. Konflik pengadaan tanah menjadi salah satu kendala pada proses pembangunan di wilayah Madura. Sebagian besar penyebabnya adalah ketidaksepakatan masyarakat terhadap nilai ganti kerugian yang diberikan. Selain itu, resistensi warga terhadap pembangunan juga kadang dilatarbelakangi oleh penolakan masyarakat untuk melepaskan hak atas tanahnya. Status tanah dalam budaya masyarakat Madura sangatlah kuat, apalagi bila tanah tersebut merupakan warisan yang sudah turun temurun. Hal lain yang mendukung kuatnya status tanah adalah kebiasaan untuk bertempat tinggal secara berkelompok dalam satu trah keluarga/kerabat, sehingga masyarakat Madura susah untuk dipisahkan (bila direlokasi sebagian warga).

 Kondisi Bentang Alam dan Keterbatasan Sumber Daya Air Kondisi alam Madura yang banyak berupa pegunungan juga kurang

mendukung untuk pengembangan wilayah Madura secara keseluruhan. Akibatnya pembangunan infrastruktur lebih diprioritaskan pada daerah dataran rendah dan pesisir. Keterbatasan sumber daya alam, khususnya air juga menjadi kendala yang sangat berat. Pembangunan infrastruktur untuk pengembangan industri misalnya, tentu tidak berani direalisasikan sebelum sumber ketersediaan air dipastikan terlebih dahulu. Potensi sumber daya alam di Madura lebih banyak kepada sektor pertambangan (batu kapur, kuarsa, minyak bumi, gas alam, dan jenis mineral lainnya), namun belum dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah.

 Persepsi Negatif Masyarakat Resistensi masyarakat Madura terhadap program-program pembangunan yang

direncanakan oleh BPWS didukung oleh munculnya persepsi negatif dari masyarakat Madura. Terdapat sebagian masyarakat yang menganggap program pembangunan tersebut kurang berpihak terhadap masyarakat Madura. Pembangunan infrastruktur berskala besar dan rencana pengembangan kawasan industri dianggap akan banyak bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat kalangan atas (pemilik modal dan pelaku bisnis). Sedangkan bagi masyarakat Madura, tantangan hidup akan menjadi lebih sulit dengan adanya laju urbanisasi dan masuknya tenaga kerja dari luar Madura untuk bersaing. Akibatnya, masyarakat Madura hanya bisa bekerja sebagai buruh atau bahkan dapat terusir dari tempat tinggalnya sediri. Contoh konflik yang mendukung persepsi negatif ini adalah penolakan pihak Jasa Marga untuk mempekerjakan masyarakat Madura dalam menjaga pintu Tol.

 Benturan Kepentingan antar Stakeholder Pembentukan BPWS sebagai badan yang diberi kewenangan terhadap

pengembangan wilayah Suramadu dianggap banyak berbenturan dengan semangat otonomi daerah. Benturan kepentingan antara pihak BPWS dengan Pemerintah Daerah menjadi kendala nyata dari proses pembangunan di wilayah Madura. Diperlukan peran dari Pemerintah pusat untuk dapat menengahi, mengkoordinasi dan mensinkronisasikan program-program yang ada di BPWS dengan program pembangunan di masing-masing wilayah Kabupaten.

2.3 Identifikasi Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur

Ketersediaan dan kualitas infrastruktur menjadi permasalahan yang harus segera dibenahi pemerintah. Percepatan pertumbuhan ekonomi jelas membutuhkan tambahan kuantitas dan perbaikan kualitas infrastruktur. Walaupun pengeluaran dalam bidang infrastruktur telah ditingkatkan, kesenjangan infrastruktur masih terasa, baik di tingkat nasional maupun antardaerah. Karena itu, pembangunan infrastruktur dasar harus menjadi prioritas pembangunan. Pulau Madura adalah salah satu dari sekian banyak wilayah di Indonesia yang dipandang memiliki nilai ekonomi tinggi namun belum tergali potensi alamnya secara optimal (Hidayat dan Mulyadi, 2013).

Semakin mudahnya akses ke Pulau Madura dengan adanya Jembatan Suramadu akan meningkatkan investasi pengusaha besar dan investor asing. Harga tanah di Madura masih relatif lebih murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo maupun Mojokerto. Untuk itu dukungan infrastruktur yang tepat ukuran sangat dibutuhkan untuk pengembangan Madura ke depan. Atas dasar hal tersebut, beberapa pembangunan infrastruktur strategis yang perlu diperhatikan oleh pemerintah seperti :

 Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Infrastruktur Jalan Jaringan jalan di wilayah Madura perlu ditingkatkan seiring dengan prediksi

pertumbuhan ekonomi, pasca pembangunan Jembatan Suramadu. Sebagai contoh, untuk sisi Madura, hampir semua Daerah Tujuan Wisata (DTW) memerlukan akses pelebaran jalan. Rencana pembangunan pelabuhan peti kemas di bagian utara Madura juga membutuhkan jalan akses yang baik. Selain itu, peningkatan jaringan jalan lintas utara Madura perlu segera direalisasikan agar dapat menjadi alternatif lain dari jalan lintas selatan Madura.

 Realisasi Pembangunan Pelabuhan Peti Kemas Dengan telah direncanakannya pelabuhan Internasional Tanjung Bulu Pandan di

Kabupaten Bangkalan, Madura dan Pelabuhan Nasional Sapudi di Sumenep serta pelabuhan Regional Kalianget (sumenep); Pasean (Pamekasan) dan Telaga Biru (Bangkalan) maka diharapkan wilayah utara pulau Madura dapat mengalami percepatan pertumbuhan pasca dioperasionalkan jembatan Suramadu.

Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan by nature memiliki karakteristik alami dan cocok dijadikan pelabuhan, karena pada keadaan air surut kedalamannya masih mencapai

20 meter. Dengan kedalaman seperti itu, Tanjung Bumi dapat dilabuhi kapal supertanker berukuran raksasa.

Berdasarkan hasil FGD dengan Kepala BBWS tentang realisasi pelabuhan peti Kemas di pelabuhan Tanjung Bulu Pandan, maka alokasi lahan KKJS yang semula Berdasarkan hasil FGD dengan Kepala BBWS tentang realisasi pelabuhan peti Kemas di pelabuhan Tanjung Bulu Pandan, maka alokasi lahan KKJS yang semula

 Pembangunan Terminal induk Tipe A Bupati Bangkalan telah menggagas pembangunan terminal (tipe A) di sekitar jalan

akses Suramadu di Dusun Tangkel, Kecamatan Burneh. Adanya terminal tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah Mobil Penumpang Umum (MPU) yang melintasi jembatan Suramadu. Keberadaan terminal induk di sekitar jalan akses Suramadu dapat menjadi solusi penurunan pendapatan jasa peron di sekitar Kamal, dan peningkatan PAD dari sektor non formal lainnya.

 Revitalisasi Jalan Kereta Api Konservasi jalan Kereta Api yang sudal lama tidak dipergunakan, menjadi salah satu rencana strategis dari kabupaten di Pulau Madura. Hal ini dikarenakan angkutan kereta api memiliki prospek yang bagus sebagai angkutan massal antar wilayah, antar potensi ekonomi, maupun antar angkutan barang khususnya jarak jauh. Selain itu, pengembangan trayek angkutaan umum massal (komuter dan bus metro) kedepan dapat melayani kebutuhan pertumbuhan ekonomi secara terpola dalam kerangka pengembangan kota metropolitan Germakertosusila.