Overbeke 1972,dalam Chaer 2004:4 juga mengatakan bahwa kedwibahasaan adalah sarana sunnah atau wajib bagi komunikasi dua arah “Lebih” yang berbeda yang
menggunakan dua sistem linguistik yang berbeda. Kemudian para pakar lainnya juga mengatakan bahwa bilingualisme mengacu
kepada kemampuan menghasilkan ucapan-ucapan bermakna yang sempurna dalam bahasa lain Mc Langhlin,1984:8.Oestreicher juga mengatakan bahwa bilingualisme adalah
penguasaan dua bahasa yang berbeda tanpa interferensi antara kedua proses linguistik.Demikianlah pengertian kedwibahasaan yang telah penulis ambil dari berbagai
sumber.Sebagai pegangan selanjutnya penulis membatasi bahwa pengertian bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih yang dapat digunakan secara lancar dan baik.
2.2. Teori yang Digunakan
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Sosiolinguistik.Menurut Tarigan 1988:5 mengatakan bahwa bilingualisme itu sendiri dapat diklasifikasikan
dengan berbagai cara antara lain: a
Berdasarkan hipotesis ambang b
Berdasarkan tahapan usia pemerolehan c
Berdasarkan konteks d
Berdasarkan tingkat pendidikan e
Berdasarkan status sosial
10
Universitas Sumatera Utara
a. Berdasarkan hipotesis ambang
Berdasarkan hipotesis ambang yang dikemukakan oleh Cummins 1976,dalam Tarigan 1988:5,maka dapat dibedakan :
a Kedwibahasaan subtraktif
b Kedwibahasaan ditif
Apabila bahasa sang anak minoritas digantikan sampai taraf tertentu oleh bahasa mayoritas,maka hal ini mengandung efek subtraktif pengurangan pada sang
anak.Gritner,1980:125.Dalam beberapa hal,anak-anak yang seperti itu dapat mengembangkan prestasi yang bertaraf rendah dalam kedua bahasa itu.Dalam perkataan
lain,kedwibahasaan subtraktif,yang menghilangkan atau mengembangkan kecakapan yang terbatas saja pada bahasa pertamaB1,mungkin saja mengakibatkan defesiensi
pengurangan kognitif pada bahasa kedua B2 Ovando Callier,1985:65. Dalam kedwibahasaan aditif yang merupakan wadah B1 sang anak merupakan
bahasa mayoritas atau bahasa dominan dalam kebudayaan ,maka pemerolehan dan pemakaian sesuatu B2 merupakan suatu prestasi tambahan bagi sang anak dan belajar
kognitifnya pun menjadi jelasGritnerr,1980:126.Dengan perkataan lain,kedwibahasaan aditif akan perkembangan kognitif yang berkesinambungan dalam B1 sementara menguasai
B2 memberikan potensi yang lebih besar bagi keberhasilan perkembangan kecakapan sepenuhnya dalam B2 Ovando Caliier,1985:65.
11
Universitas Sumatera Utara
b. Berdasarkan tahapan usia pemerolehan
Berdasarkan tahapan usia seseorang memperoleh B2 yang membuatnya menjadi dwibahasawan,maka dapatlah dibedakan menjadi tiga kedwibahasaan,yaitu:
a Kedwibahasaan masa kanak-kanak
b Kedwibahasaan masa remaja
c Kedwibahasaan masa dewasa.
Kedwibahasaan kanak-kanak mencakup pemerolehan suksesif dua bahasa.Selama penyebab paling umum pemerolehan suksesif ini adalah perpindahan keluarga ke daerah
lain atau negara lain,maka hal itu kerap kali mempunyai hubungan erat dengan masa sulit adaptasi atau penyesuaian dalam kehidupan sang anak dan jelas sekali bahwa hal ini juga
mencakup belajar bahasa tersebut. Kedwibahasaan masa remaja adalah istilah yang mengacu kepada orang-orang yang
menjadi dwibahasawan setelah masa pubertas.Sedangkan kedwibahasaan masa dewasa dipakai bagi orang-orang yang menjadi dwibahasawan setelah usia mereka belasan
tahun.Kalaulah kedwibahasaan masa kecil dan masa kanak-kanak biasanya dikaitkan dengan ucapan pribumi atau mirip pribumi,maka kedwibahasaan selanjutnya dihubungkan
dengan aksen yang bukan pribumi.Dengan demikian,maka nampak jelas perbedannya.Harding Riley ,1986:42.
12
Universitas Sumatera Utara
c.Berdasarkan konteks