PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI TERHADAP KORBAN KEJAHATAN LINGKUNGAN HIDUP DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI TERHADAP KORBAN KEJAHATAN LINGKUNGAN HIDUP DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

Zico Junius Fernando

  Fakultas Hukum Universitas Bengkulu Jl.W.R. Supratman, Kandang Limun, Kota Bengkulu

  Email:

Abstract

  Corporate crime against the environment until now touches the existence of people's lives, so many people become victims of corporate activities conducted on the environment. Damage to the environment by corporations can be fatal for human survival. Therefore, the natural resources and the environment must be protected. Unfortunately, crimes against the environment by corporations in Indonesia are still rife. With such facts should be burdened corporations accountable for the evil deeds he did as a subject of criminal law. Environment related laws become an important instrument in the efforts to save the environment. Keywords: responsibility, Corporations, victimology

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

Abstrak

  Kejahatan korporasi terhadap lingkungan sampai sekarang menyentuh eksistensi kehidupan masyarakat, sehingga banyak masyarakat menjadi korban atas aktifitas yang dilakukan korporasi pada lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup oleh korporasi dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu sumber daya alam dan lingkungan hidup pun harus dilindungi. Namun sayangnya kejahatan terhadap lingkungan hidup oleh korporasi di Indonesia masih kerap terjadi. Dengan fakta demikian korporasi seharusnya dibebani pertanggungjawaban atas perbuatan jahat yang dilakukannya sebagai subjek hukum pidana. Hukum terkait Lingkungan Hidup menjadi instrumen yang penting dalam usaha menyelamatkan lingkungan hidup.

  Kata Kunci: Pertanggungjawaban, Korporasi, Viktimologi

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  Pendahuluan

  menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi atau

  Viktimologi berasal dari bahasa latin

  gangguan subtansial terhadap hak-haknya

  victima yang artinya korban dan logos yang

  yang fundamental, melalui perbuatan atau

  komisi yang melanggar hukum pidana di

  viktimologi berarti suatu studi yang

  masing-masing

  Negara, termasuk

  mempelajari tentang korban, penyebab

  penyalahgunaan kekuasaan. 3

  timbulnya korban dan akibat-akibat

  Salah satu hal penyebab timbulnya

  penimbulan korban yang merupakan

  korban

  yaitu

  dengan adanya

  masalah manusia sebagai suatu kenyataan

  penyalahgunaan kekuasaan oleh Korporasi.

  sosial.dalam lingkup. Korban dalam

  Korporasi adalah suatu badan hukum yang

  lingkup viktimologi memiliki arti yang luas

  diciptakan oleh hukum itu sendiri dan

  karena tidak hanya terbatas pada individu-

  mempunyai hak dan kewajiban 4 Namun

  individu yang secara nyata menderita

  dalam menjalankan aktivitasnya pihak

  kerugian, tetapi juga kelompok, korporasi,

  korporasi seringkali melakukan tindakan-

  swasta maupun pemerintah. Sedangkan

  tindakan yang merugikan masyarakat demi

  yang dimaksud dengan akibat penimbulan

  mendapat keuntungan yang sebesar-

  korban adalah sikap atau tindakan korban

  besarnya. Akibat dari itu, maka masyarakat

  danatau pihak pelaku serta mereka yang

  menjadi korban.

  secara langsung atau tidak terlibat dalam

  1 Seperti

  Persoalan mengenai

  terjadinya suatu kejahatan.

  kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di

  Riau. Terjadinya kebakaran lahan dan hutan

  tersebut salah satunya disebabkan oleh

  yang melakukan

  mempelajari para korban kejahatan, proses viktimisasi dan akibat-akibatnya dalam

  pembukaan lahan atau alih fungsi lahan

  rangka menciptakan kebijaksanaan dan

  yang dilakukan dengan cara membakar. Hal

  tindakan pencegahan

  dan menekan

  itu dilakukan untuk meminimalisir biaya kejahatan secara lebih bertanggung jawab. 2 yang dikeluarkan dan dasar efisiensi waktu.

  Maka berbicara mengenai viktimolgi tidak

  Namun akibat dari pembakaran hutan yang

  akan terlepas dari kajian mengenai korban.

  tidak

  bertanggungjawab tersebut

  Korban adalah orang-orang yang

  menyebabkan lahan-lahan dan hutan-hutan

  baik secara individu maupun kolektif telah

  3 Abdussalam, Victimology, PTIK, Jakarta,

  2010, Hlm 5-6.

  Siswanto Sunarso, Viktimologi Dalam

  4 Mahrus Ali, Kejahatan Korporasi (Kajian

  Sistem Peradilan Pidana, Sinar Grafika, 2014,

  Relevansi

  Sanksi

  Tindakan Bagi

  Hlm 1.

  Penanggulangan Kejahatan Korporasi), Arti

  Ibid, Hlm 2.

  Bumi Intaran, Yogyakarta, 2008, Hlm 17.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  lainnya ikut terbakar sehingga menyebakan 5 berbahaya di Riau. Data korban meninggal timbulnya kabut asap.

  dunia akibat asap di Riau hingga saat ini

  Akibat dari kabut asap tersebut

  ada sebanyak 6 orang.

  semua aktivitas masyarakat menjadi

  Dilihat dari sebab dan akibat

  terganggu dan masyarakat mulai terjangkit

  timbulnya korban pada kasus diatas, ini

  berbagai penyakit. Berdasarkan data yang

  merupakan kejahatan tindak pidana

  dilansir oleh antaranews.com, oleh Dinas

  lingkungan hidup. Secara normatif sanksi

  Kesehatan Provinsi Riau mencatat periode

  administrasi, sanksi perdata maupun sanksi

  29 Juni - 27 September 2015, korban

  pidana dapat dikenakan oleh semua

  terpapar resiko asap di daerah itu sebanyak

  pelanggar hukum lingkungan hidup, tetapi

  44.871 orang. Data korban asap sebanyak

  tidak efektif dalam penerapan oleh aparat

  44.871 orang dihimpun dari seluruh

  penegak hukum secara konsisten. Sehingga

  pendataan dari pusat pos kesehatan bencana

  korban masih tetap dalam penderitaan,

  asap se-Riau yang terdiri atas penderita

  karena ganti kerugian dan pemulihan

  ISPA sebanyak 37.396 orang, pneumoni

  lingkungan hidup tidak terpenuhi oleh para

  sebanyak 656 orang, asma sebanyak 1.702

  pelanggar hukum lingkungan hidup.

  orang, sakit mata sebanyak 2.207 orang dan

  Identifikasi Masalah

  penyakit kulit sebanyak 2.911 orang.

  Berdasarkan latar belakang yang

  telah dikemukakan diatas, maka dapat

  bertambah, apabila kabut asap di Riau tidak mereda.

  dikemukakan rumusan masalah yaitu:

  Selain itu, semakin pekatnya kabut

  1. Bagaimana

  pertanggungjawaban

  asap di Riau menelan korban meninggal

  korporasi terhadap korban kejahatan

  dunia. Baru-baru ini seorang warga

  lingkungan hidup ditinjau dari

  Pekanbaru yang berprofesi sebagai Pegawai

  perspektif viktimologi?

  Negeri Sipil (PNS) di lingkungan kantor

  Tujuan Penelitian

  wilayah

  Kementerian Agama

  Riau

  Tujuan pokok penelitian ini

  meninggal dunia pada Senin, 5 Oktober.

  adalah untuk melakukan kajian

  Korban adalah Muhammad Iqbal Hali (31

  mengenai bagaimana pertanggung

  tahun). Dia meninggalkan satu istri dan tiga

  jawaban korporasi terhadap korban

  anak. Iqbal diketahui menginap asma . Penyakitnya kambuh dan tak tertolong setelah kabut asap tak beranjak dari level

  5 Mohammad Arief Hidayat, Ali Azumar, Kabut Asap Riau Makan Korban Jiwa, 2015,

  viva .co.id., Riau, diakses pada hari Kamis, 8 Oktober 2015, pukul. 17.35 WIB.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  kejahatan lingkungan hidup ditinjau dari

  hukum perdata, secara estimologi perspektif viktimologi di Indonesia. tentang kata korporasi atau corporatie

  Metode Penelitian

  (belanda),

  corporation (inggris), korporation (jerman) berasal dari kata

  Penelitian yang digunakan dalam

  corporatio dalam bahasa latin yang

  penelitian ini adalah penelitian hukum

  berarti

  hasil

  dari pekerjaan

  normatif. Pada penelitian ini hukum

  membadankan atau dengan perkataan

  dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis

  lain yaitu badan yang diperoleh dengan

  dalam peraturan perundang-undangan (law

  perbuatan manusia sebagai lawan

  in book). Di dalam tulisan ini, sebagaimana

  terhadap badan manusia, yang terjadi

  yang disampaikan oleh Peter Mahmud

  menurut alam. 8

  Marzuki, dilakukan sebuah kajian dan

  Korporasi dikatakan oleh Satjipto

  sebuah

  analisis yang menggunakan

  Rahardjo yang dikutip oleh Marwan

  pendekatan statute approach, conceptual

  Effendy, sebagai suatu badan hasil

  approach, analitycal approach, hystorical

  ciptaan hukum, badan yang diciptakan

  approach .

  itu terdiri dari “corpus” yaitu struktur

  Hasil Penelitian dan Pembahasan

  fisiknya dan kedalamnya hukum

  1. Pertanggungjawaban

  Korporasi

  memasukan unsur “animus” yang

  membuat ciptaan hukum maka kecuali

  Lingkungan Hidup Ditinjau Dari

  penciptannya, kematiannya pun juga Perspektif Viktimologi. 9 ditentukan oleh hukum.

  Korporasi adalah badan usaha

  Kejahatan Korporasi menurut

  atau gabungan berberapa perusahaan

  Black’s Law Dictionary (1990) yang

  yang dikelola dan dijalankan sebagai

  dikutip oleh Suhaimi menyebutkan

  suatu perusahaan besar atau kumpulan

  bahwa kejahatan

  korporasi atau

  orang atau kekayaan yang terorganisasi

  corporate crime adalah:

  baik berupa badan hukum maupun

  “Any criminal offence committed by and bukan badan hukum. 7 hence chargeable to a corporation

  because of activities of its officers or

  kaitannya dengan terminologi badan

  employees (e.g., price fixing, toxic waste

  hukum (rechtpersoon) yang ada dalam

  dumping), often referred to as “white

  Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,

  Marwan Effendy, Diskresi, Penemuan

  Kencana, Jakarta, 2005, Hlm 93.

  Hukum, Korporasi, Dan Tax Amnesty Dalam

  7 M. Marwan, Kamus Hukum (Dictionary of

  Penegakan Hukum, Referensi, Jakarta, 2012,

  Law Complete Edition), Reality Publisher,

  Hlm 85.

  Surabaya, 2009, Hlm 384. 9 Ibid, hlm 86.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  collar crime”. (kejahatan korporasi

  motivasi kejahatan yang dilakukan

  adalah tindak pidana yang dilakukan

  korporasi bukan bertujuan untuk

  oleh korporasi dan oleh karena itu dapat

  keuntungan pribadi, melainkan pada

  dibebankan pada suatu korporasi dan

  pemenuhan kebutuhan dan pencapaian

  oleh karena itu dapat dibebankan pada

  keuntungan

  organisasional. Tidak

  suatu korporasi karena aktivitas-

  menutup kemungkinan motif tersebut

  aktivitas pegawai atau karyawannya

  ditopang pula oleh norma operasional

  (seperti penetapan harga, pembuangan

  (internal)

  dan sub kultur

  limbah), sering juga disebut sebagai 11 organisasional.

  “kejahatan kerah putih”). 10 Pada awalnya dianut prisip bahwa

  Simpson yang mengutip pendapat John

  badan hukum (rechtspersonen) tidak

  melakukan pidana dan oleh sebab itu

  korporasi adalah:

  badan hukum tidak dapat dipidana

  ”Conduct of a corporation, or

  berdasarkan adagium hukum “societas

  employees acting half of a corporation,

  delinquenre non potest atau universitas

  which is proscrible and punishable by

  delinguere nonpotest”. Namun demikian

  law” Simpson menyatakan bahwa ada

  sejalan dengan perkembangan kegiatan

  tiga pokok dari defenisi Braithwaite

  ekonomi dibelahan dunia terjadilah

  mengenai kejahatan korporasi. Pertama,

  perubahan

  paradigma, bahwa

  tindakan ilegal dari korporasi dan agen-

  kriminalitas atau suatu kejahatan tak

  agennya berbeda dengan kriminal kelas

  terlepas kelanjutan dari suatu kegiatan

  sosio-ekonomi

  bahwa dalam hal

  dan pertumbuhan ekonomi, dimana

  prosedur administrasi. Karenanya yang

  korporasi banyak berperan dalam

  digolongkan kejahatan korporasi tidak

  mendukung atau membantu kelancaran

  hanya perdata dan administrasi. Kedua,

  suatu kejahtan tersebut. Sejalan dengan

  baik korporasi (sebagai “subyek hukum

  perkembangan

  dan pertumbuhan

  perorangan “legal persons”) dan

  korporasi

  ini

  dampaknya dapat

  perwakilannya termasuk sebagai pelaku

  menimbulkan

  efek negatif, oleh

  kejahatan (as illegal actors) dimana

  karenanya kedudukan korporasi mulai

  dalam praktek yudisialnya, bergantung

  bergeser dari semula hanya sebagi

  pada antara lain kejahatan yang

  subyek hukum perdata saja menjadi

  dilakukan, 12 aturan dan kualitas subjek hukum pidana. pembuktian dan penuntutan. Ketiga,

  11 Ibid.

  Suhaimi, Pertanggungjawaban Pidana 12 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Direksi, Books Terrace dan Library, 2010, Hlm

  Lingkungan

  Indonesia, Graha Ilmu,

  12. Yogyakarta, 2011, Hlm 136.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  Subekti dan R. Tjitrosudibio

  Pasal 98 dan 99 UUPPLH. Berdasarkan

  menyatakan bahwa yang dimaksud

  Pasal 116 UUPPLH dapat dikatakan

  dengan corporatie atau korporasi adalah

  bahwa tindak pidana korporasi di bidang

  suatu perseoran yang merupakan badan

  hukum. 13 Dengan demikian, maka

  corporate crime) adalah sebagai berikut

  dikenal adanya subyek hukum manusia

  yaitu:

  dan subyek hukum bukan manusia yaitu

  a. Tindak pidana yang dilakukan oleh

  badan hukum seperti Perseroan Terbatas

  atau atas nama badan hukum,

  (PT), negara, badan-badan internasional

  perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain. Sanksi pidana

  dan lain-lain serta bukan badan hukum,

  dijatuhkan selain kepada korporasi

  seperti maatschap atau persekutuan

  itu, juga kepada mereka yang memberi perintah melakukan tindak

  perdata, Persekutuan Komanditer (CV)

  pidana, atau yang bertindak sebagai

  dan Persekutuan Firma (Fa). Salah satu

  pemimpin dalam perbuatan itu atau kedua-duanya;

  contoh kejahatan korporasi di Indonesia

  b. Tindak pidana yang dilakukan oleh

  ialah peristiwa munculnya kabut asap di

  atau atas nama badan hukum,

  Riau yang diindikasikan disebabkan

  perseroan, perserikatan, yayasan atau

  oleh kegiatan pembakaran hutan secara

  organisasi lain, dan dilakukan oleh

  sengaja yang dilakukan oleh Pihak

  orang baik berdasarkan hubungan

  Korporasi . Akibat peristiwa tersebut

  kerja maupun berdasarkan hubungan

  aktivitas masyarakat terganggu, belum

  lain, yang bertindak dalam badan

  lagi sekolah-sekolah harus diliburkan

  hukum, perseroan, perserikatan,

  akibat dari asap tersebut. Selain itu, asap

  yayasan atau organisasi lain. 14

  Sedangkan menurut Pasal 117

  kesehatan seperti ISPA, pneumoni, asma

  UUPPLH, sanksi pidana penjara dan

  dan sakit mata bahkan kematian.

  denda diperberat dengan sepertiga.

  Undang-undang Nomor 32 Tahun

  Tuntutan pidana dilakukan dan

  sanksi pidana dijatuhkan kepada mereka

  yang memberi perintah atau yang

  (UUPPLH) juga mengatur mengenai

  bertindak sebagai pemimpin tanpa perlu

  tindak pidana yang dilakukan oleh

  mengingat apakah orang-orang itu

  korporasi atau kejahatan korporasi

  melakukan tindak pidana secara sendiri

  (corporate liability). Tindak pidana

  dilakukan oleh korporasi diatur dalam

  Pasal 117, Undang-Undang Nomor 32

  Subekti dan R. Tjiptosudibjo, Kamus

  Tentang

  Perlindungan

  dan Pengelolaan

  Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1979, Hlm

  Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik 34. Indonesia Tahun 2009.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  ketentuan tersebut dapat dikatakan pula

  dalam hal ini pembuat sudah dapat

  yang disebut tindak pidana korporasi

  dipidana jika telah melakukan perbuatan ialah: 15 yang dilarang sebagaimana telah

  a. Tindak pidana yang dilakukan oleh

  dirumuskan dalam undang-undang tanpa

  mereka yang bertindak untuk dan

  melihat lebih jauh sikap batin pelaku. 16

  atas nama korporasi;

  b. Tindak pidana yang dilakukan oleh

  Badan Hukum atau Korporasi

  orang yang memberi perintah atau

  merupakan subyek hukum sehingga

  pemimpin atau korporasi sendiri; dan

  c. Tindak pidana yang dilakukan oleh

  dapat dimintai pertanggung jawaban dari

  karyawan rendahan yang semata-

  akibat

  kegiatan usaha yang

  mata melakukan perintah atasannya, tidak dapat dituntut dan dijatuhi

  dilakukannya. Maka pasal yang tepat

  sanksipidana. Adanya ketentuan

  dikenakan untuk Korporasi ialah Pasal

  tentang tindak pidana korporasi maka para pengusaha akan lebih berhati-

  116 ayat (2) UUPPLH 2009.

  Pasal 21 UULH, Pasal 35

  perusahaannya. Bila pengusaha itu misalnya melakukan perintah untuk

  UUPLH dan Pasal 88 UUPPLH

  melakukan tindak pidana lingkungan

  merupakan dasar hukum penerapan

  hidup, maka dia dan perusahaannya itu pun dapat dikenai sanksi pidana

  strict liability terhadap perusak dan atau

  yangdendanya diperberat dengan

  pencemar

  lingkungan yang

  sepertiga.

  penuangannya berbentuk ketentuan

  Badan hukum atau korporasi

  umum (general clause), dan menurut

  dapat dipertanggungjawabkan secara

  penjelasan pasal 21 UULH dikenakan

  pidana harus dikaitkan dengan strict

  secara selektif dalam beberapa kegiatan

  liability, karena suatu korporasi sulit

  yang menyangkut jenis sumber daya

  untuk dilihat dari hal “mampu

  tertentu

  yang

  akan ditetapkan

  peraturan perundang-

  korporasi melakukan tindak pidana

  undangan, yang dapat menentukan jenis

  dengan kesalahan berupa kesengajaan

  dan kategori kegiatan yang akan terkena

  atau kelalaian, sehingga lebih baik

  oleh ketentuan termaksud. Penerapan

  melihat korporasi yang telah melakukan

  asas tanggunggugat mutlak dilaksanakan

  tindak pidana maka hukuman pidana

  secara

  bertahap

  sesuai dengan

  perkembangan kebutuhan. 17

  Dimaksudkan dengan strict liability

  Pasal 35 ayat (1) UUPLH 1997

  kesalahan (liability without fault), yang

  Op.Cit., Abdussalam, hlm 355.

  Asas Pertanggung

  Hyronimus Rhiti, Hukum Penyelesaian

  jawaban Korporasi dalam Hukum Pidana

  Sengketa Lingkungan Hidup, Cet. I , Universitas

  Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Atmajaya Yogyakarta, 2006, Hlm 116-117. 1996, Hlm 110-113.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  merupakan pasal dalam UUPLH 1997

  Dewasa ini, asas tanggunggugat

  yang mengatur tentang asas strict

  mutlak yang dalam sistem hukum Anglo

  liability, pasal tersebut selengkapnya

  Amerika lebih dikenal dengan istilah berbunyi sebagai berikut: 18 strict liability baru diberlakukan bagi

  “Penanggung jawab usaha danatau

  sengketa lingkungan akibat usaha dan

  kegiatan yang usaha dan kegiatannya

  atau kegiatan yang dikualifikasi:

  menimbulkan dampak besar dan penting

  a. Menimbulkan dampak besar dan

  terhadap lingkungan hidup, yang

  penting terhadap lingkungan (Pasal

  menggunakan bahan berbahaya dan

  35 (1) UUPLH);

  beracun, danatau menghasilkan limbah

  b. Menggunakan bahan berbahaya dan

  beracun (pasal 35 (1) UUPLH);

  bertanggung jawab secara mutlak atas

  c. Menghasilkan

  limbah bahan

  kerugian yang ditimbulkan, dengan

  berbahaya dan beracun (pasal 35 (1)

  kewajiban membayar ganti rugi secara

  UUPLH);

  langsung dan seketika pada saat

  d. Pencemaran perusakan lingkungan

  akibat kerugian nuklir

  dalam

  perusakan lingkungan hidup”.

  pengelolaan zat dan atau limbah

  radio aktif (pasal 28 UU No.10

  berdasarkan pasal 35 ayat (1) UUPLH

  Tahun

  1997 tentang

  1997 mengatur bahwa subyek yang

  e. Pencemaran

  minyak di laut

  Penanggung jawab usaha danatau

  (keputusan Presiden No.18 Tahun

  kegiatan. Menurut penjelasan pasal 88

  tentang Pengesahan

  UUPPLH, yang dimaksud dengan

  International Convention on Civil

  “bertanggungjawab mutlak” atau strict

  Liability for Oil Pollution Damage

  liability adalah unsur kesalahan tidak

  (CLC) jo. Keputusan Presiden No.52

  perlu dibuktikan oleh pihak penggugat

  Tahun 1999 tentang Pengesahan

  sebagai dasar pembayaran ganti rugi.

  Protocol of 1992 to Amend the

  Ketentuan ayat ini merupakan lex

  International Convention onCivil

  specialis

  dalam gugatan tentang

  Liability for oil Pollutian Damage,

  perbuatan melanggar hukum pada

  terhadap Konvensi Internasional tentang Tanggungjawab

  18 Pasal 35 ayat (1), Undang-Undang Nomor

  Perdata untuk Kerusakan Akibat

  32 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik

  Pencemaran Minyak);

  Indonesia Tahun 2009.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  f. Pencemaran-Perusakan

  lingkungan

  pengklaim (korban yang dirugikan),

  laut di Zona Ekonomi Eksklusif

  sebagaimana yang selama ini lazim

  Indonesia (Pasal 11 Undang-Undang

  dianut, tetapi dibebankan pada pihak

  No.5 Tahun 1983 tentang Zona

  pelaku perbuatan melawan hukum. Di

  Ekonomi Eksklusif Indonesia).

  sini berlaku asas pembuktian terbalik

  Berdasarkan sistem ini, si pelaku

  (Omkerings van Bewijslast).

  atau polluter telah cukup untuk

  Dikaitkan dengan kabut asap di

  Riau, maka penanggung jawab usaha

  pencemaran atau perusakan lingkungan,

  danatau kegiatan ini ialah korporasi.

  meskipun belum dinyatakan bersalah.

  Pihak Korporasi patut untuk dikenakan

  Dalam asas strict liability, kesalahan

  asas strict liability karena dari kegiatan

  (fault, scuhld , atau mens rea) tidaklah

  telah menimbulkan dampak yang

  menjadi penting untuk menyatakan si

  sedemikian besar yaitu mengakibatkan

  pelaku bertanggung jawab karena pada

  terjadinya perubahan bentang alam,

  saat peristiwa itu timbul ia sudah

  masyarakat mengalami kerugian dalam

  memikul suatu tanggung jawab. Adapun

  bidang ekonomi, sosial dan budaya.

  manfaat dari asas strict liability ini

  Oleh karena itu, dengan diterapkannya

  adalah:

  asas strict liability maka setidaknya

  a. Pentingnya jaminan untuk mematuhi

  kerusakan

  lingkungan dapat

  peraturan-peraturan penting tertentu

  diminimalisasi dampak kerusakannya

  yang diperlukan untuk kesejahteraan

  dan para korban mendapatkan gantirugi

  masyarakat;

  dari kerugian yang dialaminya melalui

  b. Bukti kesalahan sangat sulit didapat

  penegakan hukum perdata.

  kerugian dan

  peraturan yang berhubungan dengan

  pemulihan lingkungan dapat dilihat

  kesejahteraan masyarakat;

  dalam pasal 87 UUPPLH yaitu:

  c. Tingkat bahaya sosial yang tinggi

  a. Setiap penanggung jawab usaha

  yang timbul dari perbuatan-perbuatan

  danatau kegiatan yang melakukan

  itu.

  perbuatan melanggar hukum berupa

  pencemaran danatau perusakan

  liability sebagai sistem hukum yang

  lingkungan hidup yang menimbulkan

  baru, hambatan-hambatan yang dialami

  kerugian pada orang lain atau

  pihak

  penderita dapat diterobos.

  lingkungan hidup wajib membayar

  Berdasarkan sistem ini, pembuktian

  ganti rugi danatau melakukan

  tidak lagi dibebankan pada pihak

  tindakan tertentu;

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  b. Setiap orang yang melakukan

  hutan secara ilegal). Dalam kasus asap

  pemindahtanganan, pengubahan sifat

  di Riau, sanksi-sanksi pidana yang dapat

  dan bentuk usaha, danatau kegiatan

  dikenakan pada pelaku perbuatan

  dari suatu badan usaha yang

  mencemari lingkungan dan perbuatan

  melanggar hukum tidak melepaskan

  merusak lingkungan telah diatur dalam

  tanggung jawab hukum danatau

  Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009

  kewajiban badan usaha tersebut;

  tentang perlindungan dan Pengelolaan

  c. Pengadilan

  Hidup (UUPPLH).

  pembayaran uang paksa terhadap

  UUPPLH juga memuat dua jenis delik

  setiap hari keterlambatan atas

  yaitu delik materil dan delik formil .

  pelaksanaan putusan pengadilan;

  Delik formil, tidak saja ditujukan kepada

  d. Besarnya uang paksa diputuskan

  kepada para pelaku usaha, tetapi juga

  berdasarkan peraturan perundang-

  kepada pejabat pemerintah dan orang- undangan. 19 orang yang menjadi tenaga penyusun

  Bila mana ketentuan hukum 20 Amdal. tersebut diatas ditegakkan oleh aparat

  Sebaliknya

  dalam UUPPLH

  pemerintah dan aparat penegak hukum

  rumusan delik materil terkait dapat

  dengan tegas, konsekuen dan konsisten,

  ditemukan dalam Pasal 108 . Pasal 108

  maka tindak pidana lingkungan hidup

  menyatakan:

  dapat dicegah dan korban dapat

  “Setiap

  orang

  yang melakukan

  pembakaran

  lahan sebagaimana

  diselamatkan serta tidak ada kasus

  dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf

  tindak pidana lingkungan hidup yang

  h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling

  muncul kepermukaan tanpa adanya

  lama 10 (sepuluh) tahun dan denda

  penyelesaian hukum yang tuntas bahkan

  paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak

  adanya unsur kesengajaan untuk

  Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

  menyengsarakan korban.

  rupiah).”

  Kemudian sanksi pidana di dalam

  Selain adanya sanksi secara

  kasus ini mencakup dua macam

  perdata dan pidana, ada juga sanksi

  kegiatan, yakni perbuatan mencemari

  administrasi.

  Hukum administrasi

  lingkungan (dengan adanya asap hasil

  merupakan tindakan pemerintahan atau

  pembakaran) dan perbuatan merusak

  eksekutif

  terhadap pelanggaran

  lingkungan (pembakaran lahan dan

  perundang-undangan yang berlaku dan

  19 Pasal 87, Undang-Undang Nomor 32 Tentang 20 Perlindungan dan Pengelolaan Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di

  Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik

  Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, Hlm Indonesia Tahun 2009. 225.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  sekolah harus diliburkan akibat dari asap

  kepada 21 keadaan semula. Sanksi

  tersebut. Selain itu, asap menyebabkan

  administrasi dalam UUPPLH dikenakan

  beberapa gangguan kesehatan seperti ISPA,

  dari yang teringan semacam teguran dan

  pneumoni, asma dan sakit mata bahkan

  peringatan baik teguran lisan maupun

  kematian.

  tulisan dan dapat pula dilanjutkan

  Dengan digunakannya strict liability

  dengan paksaan pemerintah agar

  sebagai sistem hukum yang baru,

  memulihkan dan memperbaiki keadaan

  hambatan-hambatan yang dialami pihak

  seperti semula serta dapat juga

  korban dapat diterobos. Berdasarkan sistem

  ini, pembuktian tidak lagi dibebankan pada

  administrasi.

  pihak pengklaim (korban yang dirugikan),

  sebagaimana yang selama ini lazim dianut,

  sanksi perdata dan sanksi pidana ini

  tetapi dibebankan pada pihak pelaku

  perbuatan melawan hukum. Di sini berlaku

  penegakan hukum dan memberi efek

  asas pembuktian terbalik (Omkerings van

  jera kepada pelaku korporasi juga

  Bewijslast).

  bertujuan untuk memenuhi hak korban

  Dikaitkan dengan kabut asap di Riau,

  lingkungan hidup sebagai pihak yang

  maka penanggung jawab usaha danatau

  dirugikan.

  kegiatan ini ialah korporasi. Pihak

  Simpulan

  Korporasi patut untuk dikenakan asas strict

  Undang-undang Nomor 32 Tahun

  liability karena dari kegiatan telah

  menimbulkan dampak yang sedemikian

  Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)

  besar yaitu mengakibatkan terjadinya

  juga mengatur mengenai tindak pidana

  perubahan bentang alam, masyarakat

  yang dilakukan oleh korporasi atau

  mengalami kerugian

  dalam bidang

  kejahatan korporasi (corporate liability).

  ekonomi, sosial dan budaya. Oleh karena

  Salah satu kejahatan korporasi di Indonesia

  itu, dengan diterapkannya asas strict

  ialah peristiwa munculnya kabut asap di

  liability maka setidaknya kerusakan

  Riau yang diindikasikan disebabkan oleh

  lingkungan dapat diminimalisasi dampak

  kegiatan pembakaran hutan secara sengaja

  kerusakannya

  dan para korban

  yang dilakukan oleh Pihak Korporasi .

  mendapatkan gantirugi dari kerugian yang

  dialaminya dan pemulihan lingkungan.

  masyarakat terganggu, belum lagi sekolah-

  Saran

  Dalam menentukan kegiatan usaha 21

  Administrasi Lingkungan kontemporer, Setara

  serta pemberian ijin terhadap aktivitasnya

  Press, Malang, 2010, Hlm 139.

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  yang potensial menimbulkan resiko

  Daftar Pustaka

  kerusakan lingkungan diperlukan suatu

Buku:

  perencanaan dan pertimbangan yang rasional dengan memperhatikan aspek yang

  Abdussalam, Victimology, PTIK, Jakarta,

  bersangkutan dengan daya dukung dan daya

  2010 Hamzah Hatrik, Asas Pertanggung jawaban

  tampung lingkungan sekitarnya. Kondisi

  Korporasi dalam Hukum Pidana

  tersebut diperlukan suatu pembatasan

  Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996

  kewenangan dalam pemberian bentuk

  Hyronimus Rhiti, Hukum Penyelesaian

  perijinan yang menyangkut kegiatan usaha

  Sengketa Lingkungan Hidup, Cet. I , Universitas Atmajaya Yogyakarta,

  yang dinilai potensial menimbulkan resiko

  lingkungan bahkan bila perlu disamping

  M. Marwan, Kamus Hukum (Dictionary of Law Complete Edition), Reality

  pihak penanggung jawab aktivitas kegiatan

  Publisher, Surabaya, 2009

  usaha tersebut digugat secara hukum juga

  Mahrus Ali, Kejahatan Korporasi (Kajian Relevansi Sanksi Tindakan Bagi

  bersangkutan juga dituntut sesuai hukum

  Korporasi), Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, 2008

  administrasi berlaku. Terhadap aktivitas

  Marwan Effendy, Diskresi, Penemuan

  Hukum, Korporasi, Dan Tax Amnesty Dalam

  Penegakan Hukum,

  menimbulkan dampak besar atau penting

  Referensi, Jakarta, 2012

  bagi lingkungan hidup, maka untuk

  Mukhlish,

  Mustafa

  Lutfi, Hukum

  Administrasi

  Lingkungan

  mengantisipasi hal tersebut perlu diciptakan

  kontemporer, Setara Press, Malang,

  2010 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,

  pemberlakuan kewajiban asuransi dan atau

  Kencana, Jakarta, 2005

  menyediakan dana lingkungan bagi setiap

  Siswanto Sunarso, Viktimologi Dalam Sistem Peradilan Pidana, Sinar

  kegiatan usaha yang dimungkinkan

  Grafika, 2014

  menimbulkan resiko lingkungan sesuai

  Subekti dan R. Tjiptosudibjo, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta,

  perundang-undang. Aktivitas kegiatan

  Suhaimi, Pertanggungjawaban Pidana Direksi, Books Terrace dan Library,

  usaha yang potensial menimbulakan resiko

  lingkungan selain harus

  melakukan

  Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu,

  perlindungan dan pelestarian kondisi

  Yogyakarta, 2011 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di

  lingkungan hidup juga berkewajiban untuk

  Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,

  memenuhi persyaratan administrasi yang

  ditentukan dalam penerapan aspek hukum

  prinsip tanggungjawab mutlak.

  Jurnal

  ISSN 2407-4233

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016

  TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN BERUPA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI (STUDI KASUS KORUPSI YANG DIPERIKSA DIADILI DAN DIPUTUS OLEH MAJELIS HAKIM PENGADILAN NEGERI LUBUK LINGGAU)

Agustinus Samosir

  STIE STMIK – MURA Lubuklinggau Musi Rawas Jl. Yos Sudarso Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Lubuklinggau Email : samosiragustinusmhgmail.com

Abstract

  Corruption has caused a loss of State very large, which in turn may have an impact on the onset of the crisis many fields, corrupt practices not only harm the state finances, but also has been a violation of the rights of sosial and economic society at large, so that corruption needs to classified as a crime eradication should be done in an extraordinary way, it is done because of corruption, has arranged the criminal provision an additional form of payment of compensation in accordance with Article 18 paragraph (1) letter b, then the law has given the mandate to judge in menjatuhka npidana against the defendant legally and convincingly proven to have committed a criminal act of corruption, in the form of additional punishment for compensation. The research method used is Legal Research Normative approach to Regulations (Statute Aprroach), data obtained in this study is the primary legal materials in the form of legislation and material laws secondary form of textbooks, dictionaries law dictionary local finance , dictionary Indonesian and non-legal materials in the form of Sosial Sciences, Economics, and Philosophy, Human Rights that are relevant to the research topic. The results showed that Assembly District Court Judge LUBUKLINGGAU who hear cases accused of corruption, in particular cases the accused BI Bin HM, just dropping Criminal principal form of imprisonment and criminal fines only, not impose additional criminal form of payment such compensation as has been mandated in Article 18 paragraph (1) letter b, Law Number 31 Year 1999 concerning the Eradication of Corruption, this occurrence in because of the additional penalty only voluntary so it is up to the judge whether the defendant will drop additional criminal or not, considering the Law No. 31 of 1999, concerning the Eradication of Corruption, is there a positive law in Article 18 Paragraph (1) b, has been mandated to the judge to convict an additional form of compensation, the suggested to the District Court panel Lubuklinggau order to convict the principal form of imprisonment and criminal fines, with the intention that the financial loss to the State can be returned by the defendant in the court decision have the nature of force (imperative), can be complied with by the defendant to pay compensation so that a law which benefit the people in accordance with TeoriOptatif.

  Keywords: Corruption, Crime, Loss

  Jendela Hukum dan Keadilan Volume 3 Nomor 1 Juni 2016