GUGURNYA KEWENAGAN MENUNTUT.

A. GUGURNYA KEWENAGAN MENUNTUT.

perzinahan (pasal 284), persetubuhan terhadap anak dibawah umur (pasal 287-288), untuk

Pada prinsipnya kewenangan melakukan melarikan wanita (pasal 332), pencemaran nama

penuntutan hadir seketika ada dugaan terjadinya

baik (319) dan lain-lain.

tindak pidana. Disini dianggap bahwa kepentingan umum dianggap langsung terkena sehingga pihak

I.1. Bentuk Delik Aduan

yang terkena tindak pidana itu harus menerima adanya penuntutan sekalipun ia sendiri tidak

Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, delik aduan menghendakinya. Namun demikian terdapat beberapa

dibagi dalam dua bentuk :

hal yang menjadi dasar atas gugurnya kewenangan jaksa untuk melakukan penuntutan menurut KUHP

a. Delik Aduan Absolut

adalah : Dalam hal dianggap bahwa kepentingan orang

a. Tidak adanya pengaduan dalam hal delik yang terkena tindak pidana itu melebihi aduan (pasal 72-75 KUHP)

kerugian yang diderita oleh umum, maka

b. Ne bis in idem (pasal 76 KUHP) hukum memberikan pilihan kepadanya untuk

c. Matinya terdakwa (pasal 77 KUHP) mencegah atau memulai suatu proses

d. Daluwarsa (pasal 78 KUHP)

e. Telah ada pembayaran denda maksimum

penuntutan.

kepada pejabat tertentu untuk pelanggaran yang hanya diancam dengan denda saja

Misal :

(pasal 82 KUHP).

Seorang perempuan muda yang telah

1) Jika ybs. Belum 18 th / belum cukup umur / disetubuhi boleh memilih untuk menikahi laki-

dibawah pengampunan (pasal 72) : laki yang menyetubuhinya daripada pelaku

 Oleh wakil yang sah dalam perkara dijatuhi pidana.

perdata;  Wali pengawas / pengampu  Delik aduan absolute ini dapat dijumpai antara Istrinya  lain dalam ketentuan pasal 293 (perbuatan Keluarga sedaraj garis lurus

 Keluarga sedarah garis menyimpang cabul terhadap anak dibawah umur) pasal 322

sampai derajat ke-3

(pelanggaran kewajiban menyimpan rahasia), pasal 335 (1) & (2) (perbuatan tidak

menyenangkan) atau pasal 369 (pengancaman).

2) Jika ybs meninggal pasal 73 oleh :

 Orang tuanya  Anaknya, atau

b. Delik Aduan relative

Karakter delik aduan ini tidak terletak pada sifat  Suami / istri (kecuali ybs tidak kejahatan yang dilakukan melainkan pada

menghendaki).

hubungan antara pelaku / pembantu dan Disamping ketentuan umum tersebut diatas , ada

korban. Baik hubungan karena keturunan / pula ketentuan-ketentuan khusus, misalnya :

darah atau dalam hal hubungan perkawinan. Dalam hal relasi antara sifat keperdataan yang

 Untuk perzinahan (pasal 284).

lahir dari h8ubungan tersebut dapat menjadi alasan dalam mencegah terjadinya penuntutan.

Yang berhak mengadu hanya suami / istri Kebanyakan delik-delik ini terkait dengan delik

yang tercemar (ketentuan pasal 72 dan 73 dibidang harta benda (pasal 367 KUHP).

diatas tidak berlaku).

II.2. Yang berhak mengadu (subyek). Penarikan kembali pengaduan dapat dilakukan, sewaktu-waktu, selama

Ketentuan umum dalam pasal 72 KUHP pemeriksaan dalam siding pengadilan

menentukan : menentukan :

75 KUHP tidak berlaku. lewatnya daluarsa menarik adauan, meskipun undang-undang memberikan jangka waktu 3 bulan

 Untuk melarikan wanita (pasal 332) (pasal 75). Akan tetapi jika aduan tersebut ditarik kembali, maka kewenangan menuntut menjadi

Yang berhak mengadu :

hapus.

 Jika belum cukup umur oleh : wanita

B. NE BIS IN IDEM (PASAL 76)

ybs, atau orang yang harus memberi ijin bila wanita itu kawin

 Arti sebeanarnya dari neb is in idem ialah “tidak atau

Jika sudah cukup umur, oleh : wanita

jangan dua kali yang sama”. Sering juga digunakan

ybs, atau suaminya.

istilah “nemodebet bis vexari” (tidak seorangpun atas perbuatnya dapat diganggu / dibahayakan untuk

kedua kalinya) yang dalam literature Angka Saxon

II.3. Tenggang waktu pengajuan pengaduan (pasal diterjemahkan menjadi “No one could be put twice in 74)

jeopardy for tha same offerice”.

a. Bertempat tinggal di Indonesia 6 bulan Dasar pikiran atau ratio dari azas ini ialah : sejak mengetahui

b. Bertempat tinggal di luar Indonesia 9 bulan

a) Untuk menjaga martabat pengadilan (untuk sejak mengetahui adanya kejahatan.

tidak memerosotkan kewibawaan Negara);

b) Untuk rasa kepastian bagi terdakwa yang telah

II.4. Penarikan kembali aduan.

mendapat keputusan.

Dibuatnya suatu pengaduan tidak dengan serta Diakuinya azas Neb is in idem ini terlihat dalam merta berarti bahwa ijin memberikan kewenangan

rumusan pasal 76 KUHP yang berbunyi (ayat (1) sub penuntutan dilakukan secara final. Memang

1) sbb :

selayakanya pengaduan mencakup pelaporan (aangifte) dengan permohonan dilakukannya

“Kecuali dalam hal putusan haikm masih mungkin penuntutan (verzoek tot vervolging). Bila

diulangi (herzeining), orang tidak boleh dituntut dua pengaduan sudah disampaikan, pada dasarnya

kali karena perbuatan yang oleh hakim Indonesia kali karena perbuatan yang oleh hakim Indonesia

B.1. Adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum Dengan demikian penuntutan terhadap seseorang

tetap;

dapat hapus berdasar neb is in idem, apabila dipenuhi syarat-syarat sbb :

Keputusan hakim (yang berkekuatan hukum tetap) yang dimaksud disini adalah keputusan terhadap

 Ada putusan yang berkekuatan hukum perbuatan atau perkara ybs, yaitu yang dapat berupa : tetap;  Orang terhadap siap putusan itu dijatuhkan

I. Pembebasan (vrijspraak) pasal 191 (1) KUHAP adalah sama;

(dulu 313 RIB).

 Perbuatan (yang dituntut kedua kali) adalah

II. Pelepasan dari segala tuntutan hukum (ontslag sama dengan yang pernah diputus

van allerechtvervolging) pasal 191 ayat (2) terdahulu itu.

KUHAP (dulu 314 RIB);

III. Penjatuhan pidana pasal 193 ayat (1) KUHAP

(dulu 315 RIB).

Dengan adanya syarat ini berarti terhadap putusan tersebut harus sudah tidak ada alat hukum / upaya hukum (rechtsmiddel) yang dapat dipakai untuk

Jadi keputusan-keputusan tersebut sudah merubah keputusan tersebut. Ada pendapat bahwa

mengandung penentuan terbukti tidaknya tindak peninjauan kembali (herzeining) merupakan salah

pidana atau kesalahan terdakwa. Azas ne bis in idem satu upaya hukum, sehingga pengecualian yang

tidak berlaku untuk keputusan hakim yang belum tersebut dalam pasal 76 itu (yaitu adanya herzeining

berhubungan dengan pokok perkara, yang biasanya merupakan pengecualian terhadap azas ne bis in

disebut “penetapan-penetapan” (beschikking), idem) sebenarnya tidak perlu. Jadi menurut pendapat

misalnya :

ini, dengan adanya herzeining berarti putusan itu memang belum berkelanjutan dari tuntutan hukum

a. Tentang tidak berwenangnya hakim untuk memeriksa perkara yang bersangkutan;

yang pertama, jadi bukan merupakan tuntutan hukum

b. Tentang tidak diterimanya tuntutan Jaksa yang kedua kali.

karena terdakwa tidak melakukan kejahatan; karena terdakwa tidak melakukan kejahatan;

syarat putusan hakim asing tersebut harus berupa :

a) Putusan yang berupa pembebasan; Adanya penetapan-penetapan serupa itu tidak

Dengan syarat-syarat diatas, maka apabila merupakan alasan untuk adanya neb is in idem. Jadi

keputusan hakim asing yang berupa pasal 76 KUHP tidak mengenai penetapan-

pemidanaan baru sebagian dijalani, maka penetapan. Perlu pula diperhatikan bahwa putusan-

orang tersebut di Indonesia dapat dituntut lagi. putusan hakim seperti dikemukakan diatas adalah

Dalam pengertian “telah dijalani seluruhnya” putusan yang menyangkut perkara pidana, jadi

putusan hakim asing itu, menurut Pompe keputusan mengenai hukum pidana.

termasuk pidana bersyarat (V.V. = voorwaardelijke veroordelling) dan pelepasan

Apabila misalnya seorang pengendara motor

(V.I. = voorwaardelijke menabrak penjual soto dan dia dituntut secara

bersyarat

invrijheidstelling).

perdata untuk memberi ganti rugi, maka putusan hakim mengnai hal ini tidak menghalangi untuk

b) Putusan yang berupa pelepasan dari tuntutan dilakukannya penuntutan dalam perkara pidananya.

hukum;

Jadi dalam hal ini tidak ada neb is in idem. Orang yang dituntut harus sama. Ini

Begitu pula sebaliknya, apabila yang diputus adsalah merupakan segi subyektif dari persyaratan neb perkara pidananya lebih dulu, maka putusan ini tidak

is in idem. Apabila misalnya A dan B merupakan alasan untuk neb is in idem dalam perkara

melakukan tindak pidana bersama-sama, akan gugatan perdata. Jadi tegasnya pasal 76 KUHP hanya

tetapi yang tertangkap dan dituntut pidana baru berlaku untuk perkara-perkara pidana.

A, maka dalam hal B kemudian tertangkap ia tetap masih dapat dituntut walaupun misalnya Adanya keputusan hakim yang menjadi syarat neb is

A dibebaskan.

in idem ini tidak hanya keputusan hakim Indonesia, tetapi dapat juga keputusan hakim Negara lain (hakim

c) Putusan berupa pemidanaan :

- Yang sekuruhnya telah dijalani, atau - Yang telah diberi ampun (grasi), atau;

- Yang wewenang untuk menjalankannya penuntutan lagi. Akan tetapi apabila dipandang telah hapus karena kadaluwarsa.

sebagai concursus idealis, dimana hanya dipandang ada satu perbuatan, maka hanya dimungkinkan

adanya satu kali penuntutan saja.

B.2. Perbuatan (yang dituntut kedua kali) adalah sama

Catatan :

dengan yang pernah diputus terdahulu itu. - Apabila dipandang sebagai concursus

Harus ada feit / perbuatan yang sama. Ini segi realis, maka tidak ada neb is in idem; obyektif dari neb is in idem (objective identiteit).

- Apabila dipandang sebagai concursus Masalah ini merupakan masalah yang paling sukar,

idealis, maka ada neb is in idem; seperi halnya dijumpai dalam concursus/ gabungan tindak pidana.

Misal : Dalam yurisprudensi, ajaran feit materiil pada neb is in idem telah ditinggalkan pada tahuan 1932, yaitu

A melakukan pemerkosaan dijalan umum (pasal 285

dengan Arrest HR 27 Juni 1932.

dan 281). Seandainya Jaksa hanya menuntut berdasar pasal 285 (perkosaan) saja dan ternyata

Kasusnya : Orang yang sedang mabuk ditempat tidak terbukti, sehingga terdakwa lepas dari segala

umum mengganggu ketentraman umum, telah tuntutan, maka apakah Jaksa masih dapat menuntut

memukul dada dan menendang kaki seorang anggota yang kedua kalinya berdasar pasal 281 (melanggar

polisi yang sedang menjalankan tugasnya. kesusilaan dimuka umum) ? dan pakah putusan yang

Mula-mula terdakwa diputus dan dipidana karena pertama merupakan res judicata (putusan yang neb is

menganiaya polisi (pasal 356 sub. 2), kemudian oleh in idem)?

jaksa dituntut lagi mengenai menggangu ketentraman Jawaban terhadap masalah ini tergantung atau

umu dalam keadaan mabuk (pasal 492). Tuntutan berkisar pada apa yang dimaksud dengan “feit”. Kalau

kedua ini oleh pengadilan diterima dan terdakwa kasus diatas dipandang sebagai concursus realis,

dijatuhi pidana. Terdakwa banding, dan pengadilan sehingga dapat dikatakan terdakwa melakukan

tinggi menyatakan ada ne bis in idem. Jaksa beberapa perbuatan, maka dimungkinkan ada

mengajukan kasasi ke Hoge Raad dengan mengajukan kasasi ke Hoge Raad dengan

Disini ada neb is in idem. Dalam hala ini hukum pidana, jjadi disini tidak ada perbuatan yang

sebenarnya sebelum ada putusan, jaksa dapat sama, seperti dimaksud dalam pasal 76 HR melihat

mengajukan permintaan unutk “merubah surat disini juga ada 2 perbuatan yang mempunyai cirri

tuduhan berdasar pasal 282 HIR, asal Feitnya yang berlainan, sehingga tuntutan jaksa dapat

tetap.

diterima.

c. Tempat terjadinya tindak pidana. Persoalan feit / perbuatan pada pasal 76, disamping berlkaitan erat de4ngan masalah concursus, juga

Misal semula terdakwa dituduh mencuri di berhubungan dengan masalah, alternativitas dalam

taman Diponegoro, kemudian dibebaskan. tuduhan dapat meliputi masalah :

Jaksa kemudian mengajukan tuduhan lagi. Berdasar tempat pencurian yang sebenarnya

a. Perbuatannya/ketentuan yang dilanggar : dilakukan yaitu di Stadion Diponegoro. Disinipun ada neb is in idem.

Misal : perbuatan A sebenarnya dapat dikualifisir dalam 3 kemungkinan yaitu :

Kesukaran dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perkataan ”feit” dirubah

1) Dengan sengaja menghilangkan nyawa menjadi “strafbaar feit”. Dengan perubahan ini orang lain (pasal 338),

menurut Pompe, penerapan pasal 76 lebih

2) Karena kealpaannya menyebabkan mudah. Namun diakui bahwa itu berarti

matinya orang lain (pasal 359), menyempitkan berlakunya pasal 76, artinya

3) Dengan sengaja menganiaya yang berakibat mati (pasal 351 ayat (3)).

kemungkinana penuntutan kembali menjadi

b. Waktu terjadinya tindak pidana longgar. Tetapi menurut Pompe, halangan dalam penuntutan baru, dapat lebih merugikan

Misal seorang dituntut telah melakukan kepentingan umum dari pada mengulangi pencurian pada tgl 1 Juni 1979, tetapi didalam

percobaan untuk penerapan undang-undang surat tuduhan tercantum tgl 1 Juli 1979.

pidana dengan setepat-tepatnya. apabila terdakwa dibebaskan unutk tuduhan

pencurian tercantum tgl. 1 Juni, Jaksa tidak

C. MATINYA TERDAKWA (PASAL 77) DAN MATINYA

terhukum dengan kehidupan yang tidak

TERPIDANA (PASAL 83).

tenang dan penuh kecemasan. Hal ini wajar karena KUHP berpendirian bahwa yang

Namun demikian yang utama dari ketiga lasan itu dapat menjadi subyek hukum hanyalah orang dan

adalah kebutuhan untuk memidana dan kesulitan pertanggungan jawab bersifat pribadi. Dalam hal ini

pembuktian menjadi alasan utama. Karena itu tidak ada suatu tanggungjawab pidana diwariskan.

adagium punier non (simper) necesse est Konsekwensi dari pemikiran ini adalah bahwa

(menghukum tidak selamanya perlu) menajdi kematian seorang tersangka atau terdakwa

dasar dari keberadaan lembaga ini. menyebabkan kewenangan seorang Jaksa penuntut menjadi gugur. Sementara kematian seseorang

D.1.1. Tenggang Waktu Daluwarsa Penuntutan.

terpidana menyebabkan kewajiban menjalankan pidana menjadi terhapuskan.

Tenggang waktu daluwarsa ditetapkan dalam pasal 78 (1), yaitu :