Contoh-contoh Tari Tradisi Berpasangan yang Ada di Indonesia Indonesia terkenal sebagai negara yang sangat kaya akan tari tradisi. Tari

3. Contoh-contoh Tari Tradisi Berpasangan yang Ada di Indonesia Indonesia terkenal sebagai negara yang sangat kaya akan tari tradisi. Tari

tradisi yang ada di Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia. Tari tradisi itu ada yang biasa dilakukan secara bersama- sama tetapi ada juga yang dilakukan secara berpasangan.

a. Tari Tradisi Berpasangan

1) Sumatera

a) Tari Serampang Dua Belas adalah tari pergaulan yang ditarikan secara berpasangan, bisa dilakukan oleh wanita dan wanita atau oleh pria dan wanita. Tari ini hidup dan berkembang di darah melayu, atau tepatnya di daerah Sumatra Utara, Sumatra Barat (ranah Minang), dan Riau (Pekanbaru). Tari ini diciptakan oleh Sauti, seniman dari tanah Deli tahun 1940 an

Gambar 1. Tari Serampang Dua Belas (sumber: Medanlook.blogspot.com)

b) Tari Payung Tari Payung merupakan tarian pergaulan yang dibawakan

secara berpasangan. Tarian ini dibawakan oleh sepasang muda-mudi yang menggunakan properti payung. Tarian ini melambangkan perlindungan lelaki terhadap wanita. Properti payung lebih banyak digunakan oleh penari laki laki, sedangkan wanita (penari wanita) mengekspresikan gerakannya dengan selendang yang dikenakan di belakang bahu. Busana tari Payung hampir sama dengan tarian Melayu lainya. Busana penari pria satu stel baju kecak musang, kain saping, dan tandak (songkok). Busana penari wanita meliputi satu stel kebaya labuh dan selendang.

Gambar 2. Tari Payung (sumber: IndonesiAndance.blogspot.com)

c) Tari Piring Tari Piring merupakan salah satu tari berpasangan yang berasal dari Sumatra Barat. Tari ini dibawakan secara berpasangan putra dan putri dengan menggunakan properti piring dalam gerakan yang cepat dan dalam suasana yang gembira.

Tari Piring merupakan tarian yang melambangkan rasa gembira dan syukur yang dilakukan oleh para petani atas hasil tanaman mereka. Pada zaman dahulu, tari Piring dibawakan pada saat panen. Namun saat ini, tari Piring bisa dibawakan pada saat peristiwa peristiwa penting, seperti acara pernikahan.

Tari Piring ini juga menggambarkan kegembiraan pergaulan muda-mudi yang sedang bercengkrama sambil bekerja di sawah. Para pemuda dan pemudi mengolah dan mempersiapkan lahan sawah, menyiangi tanaman, serta memanen. Kemudian dilanjutkan dengan memisahkan padi dari batangnya, membersihkan padi, dan menyimpan padi di lumbung (rangkiang). Para penari bergerak sambil membawa

2) Jawa Tengah

a) Wireng. Wireng adalah bentuk tari berpasangan yang menampilkan tema keprajuritan. Ciri-ciri tari ini sebagai berikut.  Ragam gerak bisa sama tetapi bisa juga berbeda.  Kostum yang dipakai kedua penari bisa sama tetapi bisa

juga berbeda.  Menggunakan regam gerak perangan tetapi tidak ada yang kalah ataupun yang menang.

Contoh bentuk tari Wireng sesuai karakter adalah:  Karakter putri : tari Retno Tinanding, tari Retno Ngayudo

Gambar 3. Tari Retno Tinanding (sumber: youtube.com)

Gambar 4. Tari Retno Ngayudo (sumber: http://aninova- aninova.blogspot.co.id/2008/04/aktivitas-minggu.html)

 Karakter putra alus : tari Karno Tanding, tari Panji Kembar  Karakter putra gagah: tari Lawung, tari Bogis Kembar, tari

Bondoyudo

Gambar 5. Tari Bandayuda (Sumber : www.youtube.com)

Pethilan adalah tari berpasangan yang mengambil/ mengangkat cuplikan suatu peristiwa dari sebuah cerita.

Ciri ciri tari ini sebagai berikut:  Ragam gerak bisa sama tetapi bisa juga berbeda.

 Kostum yang dipakai kedua penari bisa sama tetapi bisa juga berbeda.  Menggunakan ragam gerak perangan tetapi tidak ada yang kalah ataupun yang menang.  Dua tokoh yang menari bisa satu jenis tetapi bisa juga lawan jenis.  Menggunakan ragam gerak perangan dan ada tokoh yang kalah atau mati.

Contoh bentuk tari pethilan sesuai karakter adalah:  Putri dengan putri : tari Srikandi mustokoweni, tari Srikandi

Larasati

Gambar 6. Srikandi Mustokoweni (Sumber : En.ccom.edu.cn)

Gambar 7. Tari Srikandi – Larasati (sumber: Solopos.com)

Gambar 8. Tari Srikandi Cakil (sumber: Budaya-indonesia.org)

Gambar 9. Tari Srikandi Bisma (sumber: Seleb.tempo.com)

Gambar 10. Tari Karonsih (sumber : Yeyentanichie.blogspot.com)

Gambar 11. Tari Karonsih (sumber : Penyanggabudaya.blogspot.com)

Gambar 12. Tari Enggar-enggar (sumber: www.youtube.com)

Di Jawa Tengah juga ada jenis tari berpasangan yang tidak termasuk keduanya yaitu jenis wireng maupun pethilan. Contoh tari yang tidak termasuk jenis wireng maupun pethilan diantaranya adalah:

a) Tari Regol Gunungsari

b) Tari Klana Sembung Langu

c) Tari Dayun Minak Jinggo

3) Bali

a) Tari Oleg Tamulilingan Oleg dapat berarti gerakan yang lemah gemulai, sedangkan tambulilingan berarti kumbang pengisap madu bunga. Tari Oleg Tambulilingan melukiskan gerak-gerik seekor kumbang, yang sedang bermain-main dan bermesra-mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah taman. Tarian ini sangat indah diciptakan oleh I Ketut Mario (1952)

Gambar 13. Tari Oleg Tamulilingan (sumber: Infoobjek.blogspot.com)

b) Tari Cendrawasih. Tarian yang ditarikan oleh penari putri ini melukiskan kehidupan burung Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya. Tarian Cendrawasih diciptakan pada tahun 1988 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya (penata tari dan busana) bersama I Wayan Beratha dan

I Nyoman Widha (penata tabuh )

Gambar 14. Tari Cendrawasih (sumber:En.wikipedia.org)

Gambar 15. Beksan Srikandi – Suradewati

Banyaknya tari tradisionl di Indonesia membuat ragam gerak tari tradisi di Indonesia juga sangat kaya karena masing masing daerah itu memiliki tari tradisionl dan ragam gerak sendiri sebagai ciri khas dari masing-masing daerah tersebut. Begitu juga yang terjadi pada tari tradisi berpasangan di Indonesia. Banyak sekali tari tradisi berpasanganyang hidup dan berkembang dengan sangat baik di Indonesia.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24