Dasar Hukum Perbankan Syariah di Indonesia

Universitas Sumatera Utara bulan Februari 2000, tercatat di Bank Indonesia bank-bank yang sudah mengajukan permohonan membuka cabang syariah , yakni Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh. Perkembangan bank syariah di Indoensia kini telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya, sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan, hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank muamalat melewati krisis tersebut dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dengan tidak menerima sepersen pun bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan pada tahun 2008, bank muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp. 300 miliar lebih. Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan 43 .

2. Dasar Hukum Perbankan Syariah di Indonesia

Perbankan yang ada pada awal-awal kemerdekaan sampai dengan adanya deregulasi perbankan pada tahun 1988 merupakan bank yang secara keseluruhan mendasarkan pengelolaannya pada prinsip bunga interest. Seiring dengan banyaknya tuntutan masyarakat yang menghendaki suatu lembaga keuangan yang 43 Ibid., Hal 105 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bebas dari bunga riba, maka dibutuhkan rangkaian upaya secara yuridis dan kelembagaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tesebut. Secara hukum telah terakomodasi dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Ketentuan dalam Pasal 6 huruf m dan ketentuan dalam Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menetapkan sebagai berikut : “Bank umum dan bank perkreditan rakyat dapat menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah” Pengaturan bank berdasarkan prinsip bagi hasil dimaksud lebih lanjut diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992. Namun seiring dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, ketentuan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 dicabut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat, dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, eksistensi bank berdasarkan prinsip syariah disebutkan di dalam salah satu usahanya yang dijalankan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat dengan perumusan yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berbeda. Berkaitan dengan usaha bank umum, ketentuan dalam Pasal 6 huruf m Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menetapkan bahwa: “Bank umum menyediakan pembiayaan danatau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia” Demikian pula berkaitan dengan usaha bank perkreditan rakyat, ketentuan dalam Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menetapkan bahwa: “Bank perkreditan rakyat menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia” Selain itu, eksistensi kehadiran bank berdasarkan prinsip syariah disebutkan pula dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menetapkan bahwa: “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” Kemudian, dalam ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang menetapkan bahwa: “Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, ketentuan dalam pasal-pasal tersebut merupakan dasar hukum dan eksistensi penyelenggaraan kegiatan usaha yang operasionalnya berdasarkan sistem prinsip syariah, yang secara rinci akan diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Sebagai tindak lanjut dan pengganti pengaturan perbankan syariah tersebut, ditetapkan peraturan pelaksananya oleh Bank Indonesia, yang semula dalam bentuk Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia, kemudian diganti dalam bentuk peraturan Bank Indonesia, yaitu: a. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3234KepDir tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah kemudian diganti dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 624PBI2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 735PBI2005 b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3236KepDir tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah kemudian diganti dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 617PBI2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 825PBI2006. c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 41PBI2002 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional, kemudian diganti dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomoor 83PBI2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum konvensional Menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 97PBI2007. Semula pengaturan mengenai produk-produk perbankan syariah didasarkan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, yang secara yuridis tidak mempunyai kekuatan mengikat secara umum terbatas pada orang yang meminta fatwa, maka ada pendapat bahwa fatwa tersebut hendaknya dijadikan sebagai hukum positif dengan jalan memasukkannya ke dalam peraturan perundang-undangan. Mengingat kewenangan pengaturan terhadap bank secara teknis ada pada Bank Indonesia, karenanya ketentuan yang ada dalam fatwa Dewan Syariah Nasional itu tepat juka dimasukkan ke dalam Peraturan Bank Indonesia 44 . Agar memiliki kesamaan cara pandang dengan produk-produk perbankan syariah sebagaimana telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia tersebut, maka oleh Bank Indonesia ditetapkan ketentuan tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana termuat dalam : 44 Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Per bankan Syariah UU di Bidang Perbankan, Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia Yogyakarta : UII Press, 2006, Hal. 38 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a Peraturan Bank Indonesia Nomor 746PBI2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah. b Peraturan Bank Indonesia Nomor 9192007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Dewasa ini kerangka hukum bank syariah telah diatur secara khusus dan tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pembentukan Undang-Undang Perbankan Syariah ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perlunya aturan spesifik atau khusus dalam suatu undang- undang tersendiri yang mengatur perbankan syariah, berhubung perbankan syariah memiliki kekhususan dibandingkan dengan perbankan konvensional dan kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakin menigkat. Sejalan dengan itu, sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi maka dikembangkan sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfataan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan mengangkatnya ke dalam sistem hukum nasional. Sebelum terbentuknya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, operasional perbankan syariah berdasarkan pada Undang-Undang Perbankan umum seperti dimuat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 10 Tahun 1998 serta aturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berupa peraturan dan Surat Edaran Bank Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 telah diatur jenis usaha ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana dan larangan bagi bank syariah ataupun unit usaha syariah yang merupakan bagian dari bank umum konvensional. Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada masyarakat yang masih meragukan kesyariahan operasional perbankan syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang meliputi kegiatana usaha yang tidak mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim, yang pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh kaffah dan konsisten istiqomah. Pengelolaan perbankan syariah juga berpedoman pada prinsip kehati-hatian guna mewujudkan perbankan syariah yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perunda ng- undangan. Sebagai undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 diatur mengenai kepatuhan syariah syariah compliance yang kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia MUI yang dipresentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah DPS yang harus dibentuk pada masing-masing bank syariah dan unit usaha syariah. Dewan Pengawas Syariah dimaksud bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip syariah dimaksud difatwakan oleh MUI yang selanjutnya dituangkan dalam peraturan Bank Indonesia. Dengan demikian eksistensi kelembagaaan Dewan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Syariah Nasional DSN MUI yang selama ini mengeluarkan berbagai fatwa tentang produk dan jasa syariah yang sesuai dengan prinsip syariah, yang kemudian diperlengkapi dengan dan dituangkan dalam peraturan Bank Indonesia 45 .

3. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah Indonesia

Dokumen yang terkait

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

6 49 110

Strategi pengelolaan dana produk giro wadi'ah pada perbankan syariah : studi perbandingan pada PT Bank Muamalat tbk. dan PT Bank Bukopin Syariah tbk.

0 10 109

Analisis hubungan antara kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia

0 4 94

Analisis swot terhadap deposito mudharabah : studi kasus pt.bank muamalat indonesia tbk.cabang pemabantu kalimantan

0 31 0

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGAN MUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Ban

0 4 13

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGANMUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Bank

0 1 17

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 2

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 10

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 1

Perbandingan Giro Wadi’ah dengan Giro Mudharabah dalam Perbankan Syariah (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Cabang Tanjungbalai)

0 0 15