Tinjauan Pustaka Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Cabai merupakan tanaman perdu dari family terung-terungan Sola na cea e. Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis. Namun, secara ekonomis yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru beberapa spesies saja Setiadi, 2004. Umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietasnya. Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bias mencapai ukuran seperti ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya Agromedia, 2008. Ada beberapa jenis cabai Ca psicum Annuum yang banyak dicari di pasaran, yaitu cabai besar dan cabai kecil. Jenis cabai besar di antaranya cabai merah, paprika, dan cabai bulat atau cabai udel atau cabai domba. Sementara itu, yang termasuk dalam golongan cabai kecil adalah cabai rawit, cabai cengek, dan cabai hias Setyaningrum dan Cahyo, 2014. Universitas Sumatera Utara Cabai Merah Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 m dpl. Tanah berstruktur ringan sampai berat dapat dijadikan tempat tumbuh tanaman cabai. Namun, tanah yang remah atau gembur paling baik untuk menghasilkan produksi cabai yang optimal Setyaningrum dan Cahyo, 2014. Penampilan fisik tanamannya tegak, ukuran daunnya lebih lebar dibanding cabai pada umumnya.Daun cabai ini berwarna hijau tua bertabur putih di atasnya sehinggamemberikan kesan sebagai daun keriting yang dibedaki.Dibandingkan dengan cabai lainnya, cabai merah lebih tahan terhadap serangan penyakit Setiadi, 2004. Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Merah Segar per 100 gr Kandungan Kalori kal 31 Protein g 1 Lemak g 0.3 Karbohidrat g 7.3 Kalsium mg 29 Fosfor mg 24 Besi mg 0.5 Vit. A SI 470 Vit. B1 mg 0.05 Vit. C mg 18 Air g 90.9 Bagian yang dapat dimakan 85 Sumber: Depa rtemen Kesehata n tahun 1989 dala m Setia di, 2004 Cabai merah dan cabai rawit memiliki beberapa perbedaan dari segi penanaman, pemeliharaan hingga jumlah produksi panen. Cabai merah biasanya ditanam dibedengan yang permukaannya ditutupi dengan mulsa plastik, sehingga tidak memerlukan penyiangan hingga akhir masa tanam. Pemupukan pada tanaman cabai merah biasanya 5-7 kali per Universitas Sumatera Utara masa tanam. Hama dan penyakit tanaman cabai yang paling sering mengganggu antara lain: hama tungau merah, thrips, peridroma sa ucia , heliotis sp., spodoptera sp., lalat buah, penyakit busuk buah, penyakit kering buahpatek dan busuk daun. Untuk menanggulangi hama dan penyakit tersebut, cabai merah harus disemprot dengan insektisida dan fungisida. Biasanya untuk 100 m 2 membutuhkan masing-masing 20 ml fungisida dan insektisida. Cabai merah dapat dipanen setelah 3 bulan ditanam hingga 15 kali atau lebih dengan jangka waktu 1 minggu 1 kali panen selama 6 bulan. Dengan luas tanam seluas 100 m 2 biasanya cabai merah dapat memproduksi hingga 2 kali lipat produksi tanaman cabai rawit untuk luas lahan yang sama, yaitu 250 kg Setyaningrum dan Cahyo, 2014. Cabai Rawit Tanaman cabai rawit dapat ditanam baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tempat sampai 1.500 m dpl. Namun, daerah yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Agar tanaman cabai rawit dapat tumbuh dengan baik sebaiknya ditanam di tanah yang subur, gembur, memiliki aerasi yang baik bersarang, dan pH tanah antara 6-7 Setyaningrum dan Cahyo, 2014. Cabai rawit merupakan salah satu komoditas pilihan untuk usahatani komersial.Posisi cabai rawit cenderung makin penting dalam pola konsumsi makanan, yaitu sebagai sayuran atau bumbu masakan sehari-hari.Hal ini memberikan indikasi bahwa cabai rawit memiliki peluang pasar yang makin luas, baik untuk memenuhi permintaan konsumsi rumah tangga dan industri dalam negeri maupun sasaran ekspor Rukmana, 2002. Menurut Setiadi 2000 keunggulan tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Cabai rawit tergolong masih tahan terhadap penyakit layu bakteri bacteri wilt akibat cendawan Pseudomus sola na cea rum, busuk buah yang disebabkan Xa nthomona s vesica toria , dan bercak daun yang disebabkan Cercospora spp. 2. Karena daya tahannya itu, cabai rawit bias ditanam di segala musim dan sangat potensial dijadikan batang bawah. Selain untuk sayuran, cabai rawit mempunyai kegunaan yang lain. Dengan beberapa keunggulan itu, cabai rawit dianggap penting untuk dijadikan bahan ramuan industri makanan, minuman, maupun farmasi. Dengan kandungan vitamin A yang tinggi, selain bermanfat untuk kesehatan mata, cabai rawit juga cukup manjur untuk menyembuhkan sakit tenggorokan Setiadi, 2000. Tabel 2.2 Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Rawit Segar per 100 gr Kandungan Kalori kal 103 Protein g 4.7 Lemak g 2.4 Karbohidrat g 19.9 Kalsium mg 45 Fosfor mg 85 Besi mg 2.5 Vit. A SI 11.05 Vit. B1 mg 0.05 Vit. C mg 70 Air g 71.2 Bagian yang dapat dimakan 85 Sumber: Depa rtemen Kesehata n tahun 1989 dala m Setia di, 2004 Cabai rawit biasanya tidak menggunakan mulsa plastik pada permukaan bedengan, sehingga selama masa tanam dibutuhkan beberapa kali penyiangan dari gulma atau tanaman pengganggu lainnya. Pemupukan pada tanaman cabai rawit biasanya 7 kali atau Universitas Sumatera Utara lebih per masa tanam. Hama dan penyakit yang biasnya mengganggu tanaman cabai rawit antara lain : kutu daun, thrips, tungau merah, ulat, lalat buah, penyakit busuk buah, bercak daun, busuk daun, gugur daun, dan penyakit antrak. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dapat menggunakan pestisida. Untuk lahan seluas 100 m 2 dibutuhkan sebanyak 20 ml pestisida. Panen dapat dilakukan setelah cabai rawit berumur 4 bulan, pemanenan cabai rawit bisa mencapai 24 kali per masa tanam dengan jangka waktu pemanenan 1 kali 2 minggu selama hampir 2 tahun umur tanaman. Selama satu musim tanam dapat dihasilkan cabai rawit hingga 120 kg untuk luasan lahan 100 m 2 Setyaningrum dan Cahyo, 2014. Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik. Akan tetapi, untuk menguasahakan cabai juga diperlukan keterampilan dan modal yang cukup memadai. Selain itu, tidak jarang pengusaha cabai menemui kegagalan dan kerugian yang berarti. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, diperlukan keterampilan dalam penerapan pegetahuandan teknik budidaya cabai yang benar sesuai dengan daya dukung agroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara lain pemilihan bibit yang baik, pemilihan lahan yang cocok, ketersediaan air, dan penguasaan teknik budi daya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan hama serta penyakit menjadi kunci penting keberhasilan usahatani cabai di Indonesia Santika, 1999.

2.2 Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 6

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 3

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 4 49