2.2.2.2 Makna Referensial dan Non-referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial apabila terdapat acuannya. Kata-kata seperti meja, bangku, hitam dan gambar adalah kata-kata
bermakna referensial karena terdapat acuannya dalam dunia nyata. Kata bermakna non-referensial apabila tidak bermakna referensial atau
tidak mempunyai acuan. Kata-kata seperti dan, atau, karena termasuk kedalam kelompok tersebut.
2.2.2.3 Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Sebenarnya, makna denotatif sama dengan
makna leksikal. Sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada
makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata gerombolan bersinonim dengan
kelompok . Tetapi kata gerombolan memiliki konotasi yang lebih negatif atau rasa
yang tidak mengenakkan.
2.2.2.4 Makna Kata Konseptual dan Makna asosiatif
Yang dimaksud dengan konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual sama
dengan makna leksikal, makna denotatif dan makna referensial.
Universitas Sumatera Utara
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata tersebut dengan sesuatu yang berada
diluar bahasa. Misalnya, kata merah berasosiasi dengan ‘berani’ atau juga ‘paham
komunis’. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain,
yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata tersebut. Jadi, kata merah yang bermakna konseptual ‘sejenis warna
terang menyolok’ digunakan untuk perlambang ‘keberanian’ atau di dunia politik untuk melambangkan ‘paham atau golongan komunis’.
2.2.2.5 Makna Kata dan Makna Istilah
Setiap leksem memiliki makna. Pada awalnya, makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual.
Namun dalam penggunaannya, makna kata itu baru menjadi jelas apabila kata itu sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak jelas.
Berbeda dengan makna kata, makna istilah mempunyai makna yang pasti, jelas dan tidak meragukan meski tanpa konteks kalimat sekalipun. Oleh karena
itu, sering dikatakan bahwa makna istilah itu bebas konteks, sedangkan makna kata tidak bebas konteks. Sebuah istilah hanya dipergunakan pada bidang
keilmuan atau kegiatan tertentu.
2.2.2.6 Makna Idiom dan peribahasa
Universitas Sumatera Utara
Idiom adalah suatu makna yang ujarannya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya,
secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna ‘yang menjual menerima uang
dan yang membeli menerima rumahnya’. Tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk
menjua l gigi tidaklah berarti seperti itu, melainkan bermakna ‘tertawa keras-
keras’. Jadi makna seperti itulah yang disebut makna idiomatikal.
Idiom biasanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur
menjadi satu kesatuan. Sehingga makna yang dimiliki berasal dari satu kesatuan tersebut. Contohnya, adalah membanting tulang. Sedangkan yang dimaksud
dengan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri, misalnya daftar hitam.
Peribahasa memiliki makna yang masih bisa di telusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan
maknanya sebagai peribahasa. Misalnya, tong kosong nyaring bunyinya yang bermakna ‘orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu’. Makna ini dapat
ditarik dari asosiasi; tong yang berisi jika dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tetapi tong yang kosong akan mengeluarkan bunyi yang keras dan nyaring.
2.2.3 Relasi Makna