Pengertian Polisemi Analisis makna verba deru dalam kalimat Bahasa jepang

Misalnya kata kisama kamu dulu sering digunakan untuk menunjukkan kata anata anda, tetapi sekarang digunakan hanya kepada orang yang dianggap rendah saja. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai dari yang baik menjadi kurang baik. 7. Perubahan nilai positif Misalnya kata boku saya digunakan untuk budak atau pelayan, tetapi sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai dari yang kurang baik menjadi baik.

2.3 Pengertian Polisemi

Pengertian polisemi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kata yang memiliki makna lebih dari satu KBBI 2008:1200 Parera 2004:81 mendefinisikan bahwa polisemi ialah suatu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih ada hubungan dan kaitan antar makna-makna yang berlainan tersebut. Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa terutama kata, bisa juga frase yang memiliki makna lebih dari satu Chaer,2007:301 Misalnya, kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna 1 bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan; 2 bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan dan merupakan hal penting seperti pada kepala meja dan kepala kereta api; 3 bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; 4 pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah dan kepala kantor; 5 jiwa atau orang seperti dalam kalimat, setiap kepala menerima bantuan Rp 50.000; dan 6 akal budi seperti dalam kalimat, badannya besar tetapi kepalanya kosong. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Indonesia kata kepa la setidaknya mengacu kepada enam buah konsepmakna. Padahal menurut pembicaraan terdahulu setiap kata hanya memiliki satu makna, yakni yang disebut makna leksikal atau makna yang sesuai dengan referennya. Kunihiro dalam Sutedi 2003:135 mengungkapkan Polisemi tagigo adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan setiap makna tersebut ada pertautannya, sedangkan yang dimaksudkan dengan homonim dou-on-igigo, yaitu beberapa kata yang bunyinya sama, tetapi maknanya berbeda dan diantara makna tersebut sama sekali tidak ada pertautannya. Satu persoalan lagi yang berkenaan dengan polisemi ini adalah bagaimana perbedaannya dengan bentuk-bentuk yang disebut dengan homonim. Perbedaannya yang jelas adalah bahwa homonim bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama. Tentu saja karena homonim bukan sebuah kata, maka maknanya pun berbeda. Oleh karena itu, didalam kamus, bentuk-bentuk yang berhomonim, didaftarkan dalam entri yang berbeda-beda. Sebaliknya, bentuk-bentuk polisemi adalah sebuah kata memiliki makna lebih dari satu. Lalu, karena polisemi ini hanyalah satu kata, didalam kamus didaftarkan dalam satu entri.

2.4 Verba Deru