ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN

BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN

5.1. PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019

Dalam outlook ini, proyeksi penawaran kopi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi kopi (dalam wujud kopi berasan) untuk masing-masing jenis pengusahaan dan metode analisis deret waktu (time series analysis). Adapun data yang digunakan pada proyeksi ini adalah data Angka Tetap produksi kopi tahun 1980-2014, dengan data tahun 2014 adalah data Angka Sementara bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan.

Dengan mempertimbangkan tujuan analisis penawaran kopi yang hanya ingin mengetahui proyeksi produksi kopi di tahun 2015 hingga 2019 dan melihat adanya kecenderungan unsur-unsur auto regresi, rata-rata bergerak serta tidak stationernya data produksi kopi per pengusahaan, maka penulis memutuskan untuk menggunakan metode analisis Autoregresive Integrated Moving Average (ARIMA) dengan jumlah series data sebanyak 35 titik. Meskipun demikian, penulis tidak menemukan adanya indikasi musiman pada data produksi kopi per pengusahaan, sehingga model yang akan penulis gunakan adalah model ARIMA non-seasonal.

Hasil analisis ARIMA dengan data produksi kopi tahun 1980-2014 dapat dilihat pada Lampiran 37. Dengan statistik uji Ljung-Box Q untuk ketiga model yang tidak berarti pada taraf nyata 5%, maka ketiga model memiliki error yang acak sehingga dapat dianggap cukup untuk menjelaskan variasi pada data sebenarnya. Nilai MAPE sebesar 2,75, 14,43 dan 13,38 untuk setiap masing- masing model PR, PBN dan PBS adalah yang terkecil diantara model-model lainnya. Dengan demikian, maka hasil proyeksi yang diperoleh melalui model- model ARIMA ini dianggap cukup untuk digunakan. Hasil ini selanjutnya digunakan sebagai proyeksi produksi tahun 2015-2019. Hasil proyeksi produksi kopi tahun 2016-2019 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI

Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, 2015-2019

Pertumb. Tahun

Produksi (Ton)

Produksi Keterangan PR

1,26 Hasil Proyeksi 2016

1,26 Hasil Proyeksi 2017

1,22 Hasil Proyeksi 2018

1,19 Hasil Proyeksi 2019

1,17 Hasil Proyeksi

Rata-rata Pertumbuhan 2015 - 2019 : 1,22

Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa hingga tahun 2019 diperkirakan produksi kopi di Indonesia akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,22% pertahun. Jika dibandingkan dengan produksi kopi tahun 2014 (angka sementara Ditjen Perkebunan) yang mencapai 685.089 ton, maka produksi kopi di tahun 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi 727.973 ton.

5.2. PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019

Proyeksi permintaan kopi diperoleh dengan melakukan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda terhadap data konsumsi langsung rumah tangga. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data konsumsi kopi tahun 2002-2014 yang bersumber dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS seperti terdapat dalam Buletin Konsumsi terbitan Pusdatin. Dalam buletin tersebut telah tersedia proyeksi konsumsi kopi hingga tahun 2017, namun untuk keperluan penulisan outlook ini proyeksi kopi akan diperpanjang hingga tahun 2019. Pemilihan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda dikarenakan analisis ini mampu memberikan nilai akurasi terbaik. Permintaan kopi tahun 2015-2019 diperoleh dengan mengalikan proyeksi konsumsi langsung kopi rumah tangga dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2015-2019. Proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2015- 2019 diperoleh dari BPS.

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI 2015

Hasil analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk konsumsi kopi tahun 2018-2019 dapat dilihat pada Lampiran 38. Dengan menggunakan analisis ini diperoleh nilai MAPE sebesar 6,683. Nilai ini adalah yang terkecil diantara model-model lain yang tersedia sehingga model ini adalah model terbaik yang akan digunakan untuk memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia. Proyeksi konsumsi kopi tahun 2015–2019 dengan menggunakan model ini disajikan pada Tabel 5.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi langsung rumah tangga untuk kopi kopi diproyeksi akan meningkat di tahun 2015 dan pada tahun-tahun berikutnya. Pada Tabel 5.2 juga disajikan proyeksi jumlah penduduk dengan data yang bersumber dari BPS. Dalam proyeksi ini, jumlah penduduk pada tahun 2015-2019 diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian permintaan rumah tangga di Indonesia akan kopi akan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia.

Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, 2015-2019

Permintaan Kopi Pertumbuhan Tahun (Kg/Kapita)

Konsumsi

Jumlah

Penduduk (000 Kapita) *)

Rata-rata Pertumbuhan 2015 - 2019 5,09

Keterangan : *) Hasil proyeksi BPS

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI

5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019

Dalam menerjemahkan hasil proyeksi konsumsi dalam outlook ini, perlu diingatkan kembali bahwa data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi kopi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana dari survei tersebut, data yang diperoleh hanyalah data konsumsi langsung rumah tangga di Indonesia sementara data permintaan dari sektor industri dan pariwisata belum termasuk dalam data ini. Untuk mengetahui permintaan dari sektor industri dan yang lainnya disarankan untuk menggunakan informasi persentase penggunaan kopi di setiap sektor terkait yang terdapat pada Tabel Input Output tahun 2005 untuk komoditas kopi.

Tabel 5.3 menyajikan hasil proyeksi produksi dan permintaan serta kondisi surplus atau defisit pasokan kopi Indonesia. Dari hasil proyeksi produksi dan permintaan kopi di Indonesia pada tahun 2015-2019, diketahui bahwa pada periode tersebut Indonesia akan mengalami surplus kopi hingga mencapai rata-rata 312.528 ton kopi pertahunnya. Pada tahun 2015 surplus kopi di Indonesia diperkirakan sebesar 324.837 ton namun di tahun 2019 diproyeksikan menurun menjadi 293.051 ton.

Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, 2015-2019

Proyeksi (Ton)

Tahun Surplus (Ton)

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI 2015

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2015-2019

Demi menghadapi era perdagangan bebas dan free trade agreement diantara negara-negara dunia, maka diperlukan gambaran mengenai ketersediaan suatu komoditas dimasa akan datang. Proyeksi ketersediaan ini akan membantu penggiat ekspor komoditas bersangkutan didalam negeri untuk ambil bagian dalam perdagangan domestik dan/atau dunia.

Dalam outlook ini disediakan proyeksi ketersediaan komoditas kopi di kawasan domestik (Asia Tenggara) dan dunia. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data yang bersumber dari FAO dimana negara-negara Asia Tenggara yang dimaksud dalam outlook ini adalah negara-negara anggota ASEAN seperti tercantum dalam Tabel 2.1 pada awal buku outlook ini.

Untuk mengetahui proyeksi ketersediaan kopi di negara-negara ASEAN, dalam outlook ini digunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa musiman. Hasil analisis ARIMA untuk proyeksi ketersediaan kopi di negara- negara ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 39. Model yang diperoleh dengan metode ini memberikan nilai MAPE terkecil diantara model lainnya yaitu sebesar 19,986. Model ini cukup baik dan dapat digunakan mengingat model

ini memberikan nilai R 2 yang cukup tinggi yaitu 86,7% dan seluruh penduga parameternya berarti pada taraf nyata 5%.

Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, 2015-2019

Rata-rata Pertumbuhan (%) 2,60

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI

Proyeksi ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN periode tahun 2015-2019 disajikan pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN pada tahun 2019 menurun sebesar -7,27% dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2015 ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN mencapai 554.494 ton kopi dan menurun menjadi 514.188 ton kopi di tahun 2019.

5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2015-2019

Tidak berbeda dengan proyeksi ketersediaan kopi ASEAN, dalam melakukan proyeksi ketersediaan kopi di dunia, penulis kembali menggunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa factor musiman. Hasil analisis menggunakan model ini dapat dilihat pada Lampiran 40. Penelurusan model ARIMA untuk data ketersediaan kopi dunia menunjukkan bahwa model ARIMA (1,1,0) adalah model terbaik dengan nilai MAPE hanya sebesar 5,823. Penilaian terhadap kelayakan model, untuk model ini, menunjukkan hasil yang

cukup baik dengan nilai R 2 sebesar 88,9% dan seluruh penduga parameter berarti pada taraf nyata 5%. Dengan hasil ini maka model dapat digunakan untuk proyeksi ketersediaan kopi dunia.

Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi Dunia, 2015-2019

Proyeksi Pertumb.

Rata-rata Pertumbuhan (%)

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI 2015

Ketersediaan kopi dunia pada periode tahun 2015-2019 (Tabel 5.5) secara rata-rata diproyeksikan akan menurun sebesar 0,21% pada setiap tahunnya. Namun demikian ketersediaan kopi di dunia pada tahun 2019 diperkirakan akan meningkat jika dibandingkan ketersediaan kopi pada tahun 2015. Jika pada tahun 2015 ketersediaan kopi didunia diperkirakan hanya mencapai 8.375.056 ton maka pada tahun 2019, kopi didunia diperkirakan tersedia 8.436.963 ton atau meningkat 0,74%.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

O UTLOOK K OPI 2015