Tahap Persiapan

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan disini yang dimaksud adalah segala kegiatan dimana dilakukan segala persiapan guna pelaksanaan pelatihan. Pada persiapan

kegiatan yang dilakukan adalah menyangkut persiapan ;

a. Pendaftaran Peserta.

b. Seleksi peserta.

c. Persiapan instruktur pelatihan.

d. Penyusunan modul.

e. Penyusunan jadwal pelatihan.

f. Persiapan sarana dan prasarana. Secara lebih jelas tahap persiapan pelatihan keterampilan automotif dapat dilihat sebagai berikut ;

a. Pendaftaran Peserta

Proses ini merupakan aktivitas awal yang harus dilakukan UPTD BLK. Pada tahap persiapan UPTD BLK melakukan berbagai macam bentuk persiapan dengan maksud agar pelatihan keterampilan dapat diimplementasikan dengan baik dan lancar sehingga tujuan dan target dapat tercapai. Tahap persiapan dimulai dengan rekruitmen peserta, peserta merupakan hal utama yang perlu dipersiapkan. Tanpa adanya peserta kegiatan pelatihan tidak dapat terlaksana. Hal ini sesuai yang disampaikan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK Boyolali, Bapak Paimin berikut ini :

“Peserta merupakan hal utama yang perlu disiapkan karena peserta merupakan sasaran dari pelatihan keterampilan automotif, oleh karena itu tahap yang paling utama adalah recruitment peserta pelatihan. Pencarian peserta ini terkadang kami juga mencari ke lapangan seperti ke desa desa” (Wawancara, 22 september 2012).

Begitu pula yang diungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “Ya mbak paling penting peserta kalau tidak ada peserta hanya ada

peralatan fasilitas dan lain lain ya sama saja kalau tidak ada pesertanya mbak “ (Wawancara, 29 september 2012).

Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa peserta merupakan persiapan yang utama karena merupakan sasaran dari pelatihan. Untuk tahap persiapan peserta UPTD BLK Boyolali melakukan sosialisasi program dan mencari peserta hingga ke daerah-daerah. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin, berikut ini :

“Untuk sosialisasi kami menyebarluaskan dari pada pengumuman kedaerah-daerah atau kesekolahan dengan pamlet spanduk, melalui radio karisma fm, merapi fm, dan dari mulut ke mulut” (Wawancara, 22 september 2012).

Hal serupa juga dikemukan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini :

“Sosialisasi melalui spanduk, radio-radio, pamlet, ke kecamatan, camat baru para lurah ke masyarakat” ( Wawancara 22 september 2012).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun berikut ini : “Ya benar mbak BLK itu sosialisasinya melalui spanduk, radio

pamlet, kelurahan dan sekolah-sekolah seperti kemarin saya sosialisasi ke Wonosegoro, Kemusu saya mendatangi kepala- kepala sekolah, saya katakan lulusan SMA maupun SMK yang tidak melanjutkan sekolah jangan dibiarkan, saya ajak mereka untuk bekerjasama dengan BLK yang notabene BLK mencari pengangguran” (Wawancara 29 september 2012).

Berdasarkan wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi yang dilakukan UPTD BLK yaitu melalui pengumuman ke

daerah-daerah, seperti pengumuman di kecamatan kemudian para camat memberikan informasi kepada para lurah dan para lurah meneruskan ke

masyarakat, melalui pamlet dan spanduk, sosialisasi ke sekolah-sekolah, melalui pengumuman di radio-radio yaitu radio karisma fm, merapi fm, serta melalui pembicaraan dari mulut ke mulut.

Adapun brosur yang disebarluaskan kepada masyarakat tersebut berisikan segala sesuatu tentang pelatihan, apa, dan bagaimana pelatihan

dilaksanakan baik persyaratan peserta, macam kejuruan, biaya dan fasilitas serta lama pelatihan. Penyebaran brosur yang dibagikan kepada masyarakat dan pengumuman yang dipasang baik di BLK dan tempat-tempat yang strategis dinilai sudah cukup menarik perhatian masyarakat dan mampu membangkitkan minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan, seperti dilaksanakan baik persyaratan peserta, macam kejuruan, biaya dan fasilitas serta lama pelatihan. Penyebaran brosur yang dibagikan kepada masyarakat dan pengumuman yang dipasang baik di BLK dan tempat-tempat yang strategis dinilai sudah cukup menarik perhatian masyarakat dan mampu membangkitkan minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan, seperti

“Pertama kali saya tahu bahwa di BLK ada pelatihan automotif dari spanduk yang dipasang di BLK mbak karena rumah saya dekat dengan BLK mbak” (Wawancara 22 september 2012).

Dari wawancara juga diperoleh keterangan bahwa informasi juga dilakukan dari mulut ke mulut, baik itu dari peserta yang telah mengikuti

pelatihan maupun ajakan dari teman yang akan mengikuti pelatihan di BLK. Hal ini seperti yang dikemukan oleh peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta berikut ini :

“Saya tahu adanya pelatihan keterampilan automotif di BLK diberitahu oleh tetangga saya yang dulunya juga pernah ikut pelatihan automotif dan sekarang sudah mempunyai bengkel sendiri” (Wawancara 22 september 2012).

Hal serupa juga diungkapkan oleh peserta pelatihan jurusan automotif sub kejuruan mobil bensin, Roni Koeshendra :

“Saya daftar disini karena diajak teman saya yang juga akan ikut pelatihan di BLK, daripada nganggur dirumah mbak apalagi biayanya gratis tidak dipungut biaya sepeserpun mbak” (Wawancara 23 september 2012).

Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa UPTD BLK Boyolali melakukan sosialisasi melalui media cetak dan media elektronik. Melalui media cetak diantaranya melalui pemasangan spanduk informasi pelatihan yang dipasang didepan pintu masuk menuju UPTD BLK Boyolali dan dikantor Disnakertrans Boyolali disamping itu juga melalui penyebaran leaflet yang disebarluaskan kepada para pencari kerja, kantor Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa UPTD BLK Boyolali melakukan sosialisasi melalui media cetak dan media elektronik. Melalui media cetak diantaranya melalui pemasangan spanduk informasi pelatihan yang dipasang didepan pintu masuk menuju UPTD BLK Boyolali dan dikantor Disnakertrans Boyolali disamping itu juga melalui penyebaran leaflet yang disebarluaskan kepada para pencari kerja, kantor

Proses rekruitmen peserta pelatihan ini membutuhkan waktu satu bulan, mengenai lamanya proses rekruitmen diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Paimin :

“Untuk proses rekruitmen kami butuh waktu kira-kira satu bulan, dalam waktu satu bulan kami telah dapat memperoleh peserta pelatihan” (Wawancara 22 september 2012).

Setelah penyebaran informasi kemudian diadakan pendaftaran calon peserta pelatihan. Pendaftaran pada dasarnya adalah permohonan pengajuan diri dari masyarakat yang berminat mengikuti pelatihan untuk dicatat sebagai calon peserta pelatihan di UPTD BLK Boyolali. Prosedur pendaftaran peserta pelatihan di UPTD BLK Boyolali terdapat tiga macam, yaitu :

1. Untuk pelatihan institusional, peserta diharuskan datang sendiri ke UPTD BLK Boyolali dan membawa syarat – syarat pendaftaran

2. Untuk pelatihan non institusional, pendaftaran dilakukan kolektif dengan dikoordinir oleh Kepala Desa setempat. Permohonan pelatihan tersebut berisi jenis kejuruan yang dibutuhkan dan daftar calon peserta pelatihan, kemudian permohonan pelatihan dikirim ke Disnakertrans atau ke UPTD BLK Boyolali.

3. Untuk pelatihan swadana, pendaftaran dilakukan secara kolektif dengan dikoordinir pemohonon pelatihan swadana (misalnya PNPM). Permohonan pelatihan tersebut berisi jenis kejuruan yang dibutuhkan dan daftar calon peserta pelatihan, kemudian permohonan pelatihan dikirim ke Disnakertrans atau ke UPTD BLK Boyolali.

Adapun syarat peserta pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar.

2. Fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar.

3. Fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada).

4. Pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar.

Mengenai peryaratan peserta itu juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin Bapak Paimin, sebagai berikut : “Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar,

fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar, fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada) dan pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar” (Wawancara 22 september 2012).

b. Seleksi Peserta

Setelah peserta didapat maka selanjutnya ialah pihak UPTD BLK mengadakan tes masuk/ seleksi peserta berupa ujian tulis dan wawancara. Hal ini dilakukan bertujuan menjaring peserta pelatihan yang tepat dan agar para peserta pelatihan nantinya tidak menemui kesulitan dalam menerima latihan yang diajarkan. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini :

“Kami mengadakan tes tertulis dan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bakat dan minat karena didalam seleksi ada tes psikologi, tes IQ untuk tes wawancara yang nantinya dikaitkan dengan minat peserta, juga dapat mengetahui seberapa besar motivasi untuk mengikuti pelatihan” (Wawancara 22 september 2012).

Hal ini dibenarkan oleh peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama berikut ini : “Sebelum menjadi siswa pelatihan disini saya dites dulu, tes

wawancara dan tes tertulis” (Wawancara 22 september 2012).

Sedangkan untuk pelatihan non institusional dan swadana tidak dilakukan seleksi peserta pelatihan. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin, sebagai berikut :

“Untuk pelatihan non institusional dan swadana tidak diadakan seleksi peserta karena pesertanya sudah ditentukan sendiri oleh pemohon dalam lampiran permohonan” (Wawancara 22 september 2012).

Hal serupa juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani berikut ini : “Tidak ada tes seleksi untuk pelatihan non institusional dan

pelatihan swadana untuk pelatihan non institusional dan swadana juga tidak mendapatkan bimbingan FMD karena lama pelatihan non institusional waktunya lebih pendek” (Wawancara 29 september 2012).

Selama ini untuk kejuruan automotif termasuk yang favorit untuk jurusan yang ada di UPTD BLK, sehingga peminatnya banyak dan selalu

diadakan tes baik tertulis dan wawancara, namun selama ini untuk diadakan tes baik tertulis dan wawancara, namun selama ini untuk

Apabila tes masuk/ seleksi sudah selesai maka pihak UPTD BLK akan memberikan pengumuman bagi peserta yang lulus seleksi, bagi

peserta yang lulus selanjutnya ialah melakukan daftar ulang dan barulah dimulai pelatihan. Syarat daftar ulang adalah mengambil formulir dari BLK, formulir itu disalin dan distempel kepala desa setempat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Paimin, sebagai berikut :

“Setelah calon peserta pelatihan mengikuti tes masuk berupa ujian tulis dan wawancara kemudian diumumkan hasil tes tersebut, bagi peserta yang lulus tes dimohon untuk melakukan daftar ulang, setelah daftar ulang baru pelaksanaan kegiatan pelatihan” (Wawancara 22 september 2012).

Hal yang sama diungkapkan oleh instruktur otomotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Heru berikut : “Para peserta yang berminat datang ke UPTD BLK Boyolali mbak,

mereka mendaftar sebagai calon peserta pelatihan, selanjutnya di tes, tesnya ujian tulis dan wawancara bagi mereka yang lulus melakukan daftar ulang” (Wawancara 22 september 2012).

c. Persiapan Instruktur Pelatih

Tahap persiapan selanjutnya adalah instruktur pelatihan. Dalam proses pelatihan instruktur memegang peranan yang dominan sebagai

transformator ilmu. Efektifitas pelatihan akan sangat tergantung pada kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi latihan. Metode yang transformator ilmu. Efektifitas pelatihan akan sangat tergantung pada kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi latihan. Metode yang

“Penyampaian materi disini tergantung dari masing-masing instruktur, ada yang mengajak peserta diskusi dulu, ceramah dengan disertai gambar baru kemudian praktek, ada yang teori langsung praktek, media yang digunakan biasanya papan tulis, OHP dan work shop” (Wawancara, 22 september 2012).

Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Rochjani, sebagai berikut :

“Kalau saya menyampaikan materi kepada siswa saya memberikan gambar-gambar bagaimana kerja suatu mesin disertai penjelasan- penjelasan terkadang juga dengan ceramah dan diskus” (Wawancara 22 september 2012).

Menurut peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama menyatakan bahwa: “Beda-beda mbak ada yang ceramah, trus dengan menggunakan

OHP, tapi biasanya teori dulu baru praktek mbak” (Wawancara 22 september 2012).

UPTD BLK Boyolali mempunyai instruktur tetap yang berasal dari pegawai Disnakertrans yang sudah mendapatkan training instruktur yang

berpendidikan minimal D2 dan D3. Hal ini diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor,Bapak Rochjani, berikut ini:

“UPTD BLK Boyolali mempunyai instruktur tetap yang sebelumnya telah mendapatkan training instruktur“ (Wawancara 22 september 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun, berikut ini :

“BLK Punya instruktur tetap, PNS negara yang memberi ditugaskan disini kecuali kita yang belum punya kita pinjam seperti untuk kejuruan Spa, program baru Spa kita belum punya instruktur nanti kita jalan dulu ternyata butuh instruktur kita minta ke negara nanti Negara akan memberi, kalau kita belum apa-apa dikasih jangan-jangan ngangur nanti tidak terpakai. Jadi kita action dulu. pinjam boleh” (Wawancara 29 september 2012).

Instruktur pelatihan adalah seseorang yang memiliki kualifikasi keterampilan dan keahlian tertentu untuk memberikan latihan kerja bidang dan atau kejuruan tertentu. Berpijak pada hal tersebut pemilihan instruktur di UPTD BLK berdasarkan keahlian dan keterampilan. Mengenai kualitas instruktur ungkapkan oleh Kepala UPTD BLK Boyolali, Ibu Siti Zumrotun, sebagai berikut :

“Alhamdulilah sampai saat ini jalan mbak, jalan sesuai kebutuhan jadi tidak tertinggal sama sekali karena saya selalu update dengan up grading. Seperti sekarang instruktur automotif ada yang up grading tujuh bulan dengan biaya tidak sedikit Rp 500.000.000,- tiap orang. Tapi kami juga tidak mau kalah dengan guru-guru yang ada sekolah – sekolah formal yang anggarannya lebih besar. Instruktur kami walaupun up grading tujuh bulan. Itu guru automotif di SMK itu belajar ke saya (BLK) karena di BLK 75 % skill kalau formal 75% teori” (Wawancara 29 september 2012).

Tentang kualitas instruktur UPTD BLK Boyolali dijelaskan pula oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin sebagai berikut :

“Dengan jumlah peserta cuma 16 (enam belas) tiap paket pelatihan dan jumlah instruktur yang ada cukup mbak, apalagi tidak ada spesifikasi misalnya satu instruktur hanya menguasai satu materi, jadi semua instruktur disini harus menguasai semua materi, instruktur yang sudah pernah diklat atau pelatihan nantinya akan mengajarkan kepada instruktur lain mengenai apa yang dia dapatkan” (Wawancara 22 september 2012).

Dari wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas instruktur di BLK dapat dikatakan baik terbukti dengan adanya para guru-guru SMK yang datang untuk minta diajari kepada instruktur BLK. Para instruktur di UPTD BLK Boyolali juga mampu dan menguasai materi dengan baik karena instruktur yang telah terpanggil untuk mengikuti diklat, setelah selesai diklat mengajarkan apa yang didapat selama diklat kepada instruktur lainnya, sehingga dapat menguasai perkembangan teknologi yang ada.

Hal senada juga diungkapkan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini : “Jumlah instrukur automotif untuk mobil bensin berjumlah 5

instruktur kalau instruktur keseluruhan ada sekitar 45 instruktur. Dengan jumlah sekian dirasa cukup karena jumlah peserta tiap paket pelatihan 16 orang dan tidak ada spesifikasi karena semua instruktur harus menguasai semua materi. Jadi tidak ada spesifikasi seperti di sekolah-sekolah” (Wawancara 22 september 2012),

Jumlah instruktur UPTD BLK Boyolali keseluruhan berjumlah 45 untuk jurusan automotif terdiri dari 7 instruktur, 5 instruktur pada kejuruan automotif sub kejuruan mobil bensin dan 2 instruktur pada kejuruan automotif sub kejuruan sepeda motor. Untuk pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin dengan jumlah instruktur yang ada saat ini sudah dirasa cukup namun pada sub kejuruan sepeda motor dengan jumlah instruktur 2 dirasa masih kurang, meskipun dengan jumlah instruktur yang ada saat ini hasilnya masih dapat dioptimalkan. Dengan pembatasan jumlah peserta pada tiap-tiap pelatihan sebanyak 16 peserta. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh instruktur automotif mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini :

“Memang jumlah instruktur untuk sepeda motor kurang, saat ini instruktur hanya berjumlah dua orang sedangkan untuk mobil bensin saja mempunyai lima instruktur selama ini agar kegiatan pelatihan dapat tetap berjalan yaitu dengan cara meminta bantuan dari instruktur mobil untuk membantu di sepeda motor” (Wawancara, 22 september 2012).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Sarno, berikut ini : “Untuk instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor yang

berjumlah dua masih kurang mbak, semisal satu instruktur ada kepentingan maka terpaksa harus mengajar sendiri” (Wawancara,

29 september 2012).

d. Penyusunan Modul

Tahap persiapan berikutnya penyusunan modul. Modul digunakan untuk mempermudah pemberian materi pelatihan. Penyusunan modul Tahap persiapan berikutnya penyusunan modul. Modul digunakan untuk mempermudah pemberian materi pelatihan. Penyusunan modul

“Setiap mengadakan pelatihan kami tidak selalu mengadakan pembaruan modul mbak, pembaharuan modul dilakukan jika ada tambahan atau revisi dari atasan sehingga kami perlu menyusun modul baru mbak” (Wawancara 22 september 2012).

Modul akan sangat membantu peserta pelatihan dalam menerima pelajaran. Dalam pelatihan keterampilan automotif baik sub kejuruan sepeda motor maupun sepeda motor para peserta pelatihan akan mendapatkan 3 (tiga) modul untuk masing-masing materi yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian. Buku informasi ialah buku yang berisi informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek kerja, buku kerja digunakan peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, buku penilaian digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja.

Sebelum instruktur memberikan materi yang akan diajarkan para peserta pelatihan diminta untuk belajar sendiri terlebih dahulu di rumah

dengan harapan pada saat materi diberikan oleh instruktur bagi peserta pelatihan yang tidak paham bisa ditanyakan kepada instruktur. Hal ini dengan harapan pada saat materi diberikan oleh instruktur bagi peserta pelatihan yang tidak paham bisa ditanyakan kepada instruktur. Hal ini

“Para peserta mendapatkan masing-masing tiga buku untuk satu materi misalnya materi melakukan perbaikan ringan pada sistem kelistrikan untuk materi tersebut peserta pelatihan mendapatkan tiga buku yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian. Jadi sacara keseluran peserta pelatihan mendapatkan 18 buku pegangan, kami juga menyuruh peserta pelatihan untuk belajar dirumah dengan buku yang telah diberikan dan apabila ada yang tidak jelas dapat ditanyakan pada saat diberikan materi” (Wawancara 29 september 2012).

Hal ini dibenarkan oleh salah satu peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta, sebagai berikut :

“Benar mbak kami diberikan modul mbak setiap materi yang diberikan masing-masing tiga modul untuk satu materi dan kami diminta belajar sendiri dirumah kalau tidak mengerti boleh ditanyakan saat materi diberikan” (Wawancara, 29 september 2012).

e. Penyusunan Jadwal Pelatihan

Tahap berikutnya setelah menyusun modul yaitu penyusunan jadwal pelatihan. Penyusunan jadwal pelatihan dilakukan untuk kelancaran pelaksanaan program pelatihan keterampilan automotif. Penyusunan jadwal pelatihan dibuat oleh instruktur automotif UPTD BLK. Hal ini sepertti yang diungkapkan instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin UPTD BLK, Bapak Paimin, sebagai berikut :

“Jadwal dibuat oleh instruktur mengenai kegiatan apa saja dan kapan pelaksanaan kegiatan yang akan diberikan kepada para peserta pelatihan keterampilan automotif” (Wawancara, 22 september 2012).

Pernyataan tersebut dibenarkan instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor , Bapak Sarno berikut : “Iya mbak masalah penjadwalan dibuat oleh instruktur yang

sebelumnya sudah dikoordinasikan dengan seluruh instruktur automotif mbak” (Wawancara 22 september 2012).

Hasil wawancara diatas diketahui bahwa penyusunan jadwal dibuat oleh instruktur yang telah dikoordinasikan dengan seluruh instruktur

pelatihan automotif.

f. Persiapan Sarana dan prasarana

Perlengkapan lainnya yaitu sarana dan prasarana. Tanpa adanya sarana dan prasarana kegiatan pelatihan tidak akan terlaksana. Agar pelaksanaan pelatihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana termasuk didalamnya gedung dan peralatan.

UPTD BLK Boyolali memiliki tanah seluas 2 hektar dan diatas tanah tersebut dibangun bermacam-macam gedung antara lain gedung kantor, bengkel kerja, ruang perpustakaan, sarana olahraga (lapangan volley ball, bulu tangkis, tennis meja, tennis lapangan), gudang, garade armada MTU/ gudang MTU, mobil dan mobil box MTU, gedung serba guna ( ruang pertemuan/ ruang teori ), pos penjagaan, mushola, perumahan dinas instruktur, rumah diesel pembangkit tenaga dan kantin / warung koperasi. Fasilitas gedung yang ada menurut instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, sebagai berikut ini :

“Dari gedung belum memadai seharusnya 8 x ruang yang ada sekarang, untuk BLK tipe B. Karena dulu saya bekerja di BLK Papua yang tipe A meskipun di papua tetapi disana lebih baik misalnya harusnya ada warna kuning untuk pejalan kaki, ruang tersendiri buat teori dan praktek. Disini seperti yang anda lihat mbak, kadang ruang ini dipakai teori dan praktek mbak” (Wawancara 22 september 2012).

Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor, Bapak Sarno, berikut ini : “Kalau gedung kurang memadai mbak, kadang dipakai praktek dan

teori juga tapi ada kabar baik tahun depan gedung ini akan diperluas mbak, untuk sementara waktu dengan gedung yang ada saat ini kami mengantisipasinya dengan cara setelah berakhir kegiatan peralatan yang telah digunakan dirapikan kembali, sehingga keesokan harinya ruang sudah tersedia rapi, begitu terus mbak” (Wawancara 22 september 2012).

Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta, mengatakan : “Menurut saya gedungnya belum memadai mbak karena sempit,

terkadang setelah teori dan mau praktek harus memindah kursi dulu mbak” (Wawancara 22 september 2012).

Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama, juga mengatakan : “Kalau menurut saya gedungnya belum memadai mbak, sempit

terkadang saja kami praktek diluar ruangan mbak” (Wawancara 29 september 2012).

Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keadaan gedung diUPTD BLK Boyolali belum memadai untuk pelaksanaan pelatihan dibuktikan masih menyatunya ruang praktek dan ruang teori. Mengatasi permasalahan ini pihak UPTD BLK mensiasatinya dengan Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keadaan gedung diUPTD BLK Boyolali belum memadai untuk pelaksanaan pelatihan dibuktikan masih menyatunya ruang praktek dan ruang teori. Mengatasi permasalahan ini pihak UPTD BLK mensiasatinya dengan

Selain gedung persiapan berikutnya adalah peralatan, sebelum memulai kegiatan harus disiapkan peralatan untuk mendukung pelatihan.

Peralatan merupakan persiapan yang tergolong penting dalam penyelenggaraan pelatihan di UPTD BLK Boyolali, terlebih BLK adalah lembaga pelatihan yang materi prakteknya lebih banyak daripada teorinya. Tersedianya peralatan yang memadai sangat menunjang keberhasilan pelatihan baik dalam artian cukup dalam jumlah, efisien dan praktis dalam penggunaannya dan terutama untuk membina kearah kemandirian siswa.

Mengenai peralatan di UPTD BLK Boyolali sudah tersedia sejak didirikannya UPTD BLK Boyolali, namun sebelum dimulai pelatihan harus dicek kembali peralatan apa yang dibutuhkan, apakah ada alat yang rusak hal ini dilakukan untuk kelancaran saat pelatihan dilakukan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh instruktur automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Heru, berikut ini :

“Iya mbak sebelum dimulai pelatihan kami harus mengecek peralatan apa saja yang dibutuhkan, meskipun peralatan sebenarnya masih ada tapi setiap akan dimulai pelatihan kami selalu mengecek peralatan, apakah ada yang hilang maupun rusak” (Wawancara 22 september 2012).

Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan sepeda motor, Dimas Pradipta, mengatakan sebagai berikut :

“Untuk peralatannya saya rasa sudah cukup memadai mbak, walaupun masih ada yang kurang memadai, tapi buat pemula seperti saya rasa cukup lumayanlah” (Wawancara 22 september 2012).

Seorang peserta pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Nova Galuh Pratama, mengatakan sebagai berikut : “Kurang mbak, peralatannya saya rasa kurang mbak, seperti

kurangnya alat radiator captester mbak” (Wawancara 29 september 2012).

Mengenai sarana dan prasarana yang ada saat ini di UPTD BLK Boyolali diungkapkan kepala UPTD BLK, Ibu Siti Zumrotun, sebagai berikut :

“Sarana dan prasarana disini memang banyak yang jaman dulu ya mbak ketinggalan tapi masih bisa dioptimalkan dengan apa yang ada. Alhamdulilah dengan memaksimalkan apa yang ada itu berjalan bagus hasilnya juga bisa dimanfaatkan” (wawancara 29 september 2012).

Di dalam persiapan peralatan apabila terdapat peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk kelengkapan pelatihan dapat diupayakan setiap tahunnya dengan pengadaan penambahan peralatan, seperti yang dijelaskan oleh instruktur pelatihan automotif sub kejuruan mobil bensin, Bapak Paimin berikut ini :

“Setiap tahun jika ada pertambahan permintaan peralatan yang dibutuhkan ya tinggal kita ajukan ke pusat mbak dan menunggu realisasinya kalau saat ini kami masih kekurangan peralatan yang mobil avanza, silinder bergauge dan radiator captester meskipun kami tidak memiliki peralatan tersebbut seperti untuk mobil avanza dapat digantikan dengan Toyota Kijang, Silinder bergauge berfungsi untuk mengukur ruang silinder tirus dan tidak adanya silinder bergauge dapat diganti dengan jangka sorong,untuk radiator “Setiap tahun jika ada pertambahan permintaan peralatan yang dibutuhkan ya tinggal kita ajukan ke pusat mbak dan menunggu realisasinya kalau saat ini kami masih kekurangan peralatan yang mobil avanza, silinder bergauge dan radiator captester meskipun kami tidak memiliki peralatan tersebbut seperti untuk mobil avanza dapat digantikan dengan Toyota Kijang, Silinder bergauge berfungsi untuk mengukur ruang silinder tirus dan tidak adanya silinder bergauge dapat diganti dengan jangka sorong,untuk radiator

Wawancara diatas diperoleh keterangan bahwa dalam pelaksanaan program pelatihan keterampilan automotif masih mengalami kekurangan peralatan, untuk mengantisipasi kekurangan peralatan tersebut UPTD BLK mensiasati dengan mengganti peralatan yang tidak dipunyai dengan peralatan lain dan memberikan gambaran mengenai bentuk dan kegunaan dari peralatan yang sebenarnya dengan menggunakan media player.