dengan cepat. Toksisitas kronis tergantung pada dosis yang tidak tinggi, tetapi paparan yang menahun, gejala yang tidak mendadak dan terpapar pada seluruh bagian
organ Soemirat, 2003. Logam tembaga diketahui sebagai mineral esensial sejak tahun 1924 pada
waktu dilakukan penelitian pada tikus. Kegunaan tembaga sebagai logam esensial yaitu sebagai pembentukan hemoglobin, pembebasan Fe dari sel ke plasma, berperan
dalam metabolisme oksigen dan berperan dalam pigmentasi pada rambut. Namun kelebihan logam tembaga dapat menyebabkan keracunan. Keracunan logam tembaga
dapat menyebabkan keracunan yang kronis. Keracunan yang diakibatkan dari logam tembaga adalah mual, muntah, diare, sakit perut hebat, hemolisis darah,
hemoglobinuria, nefrosis, kejang hingga menyebabkan kematian Darmono, 1995. Senyawa garam seng yang larut dalam air, biasanya digunakan pada
generator asap dan pengelasan, keracunan biasanya terjadi karena menghirup uap seng tersebut, selain itu keracunan juga terjadi dari pemotongan logam, dan
melelehkan logam campuran seng. Akibat keracunan logam seng terutama iritasi saluran pernafasan yang dapat menyebabkan edema paru dan kerusakan saluran nafas.
Batas paparan uap seng adalah 5 mgmeter
3
, dan batasan paparan uap seng klorida 1 mgmeter
3
Sartono, 2002. Namun logam seng juga merupakan logam esensial, karena seng merupakan logam yang terbanyak yang berkaitan dengan enzim dimana
sekitar 200 jenis enzim mengandung seng Darmono, 1995.
2.6 Penentuan Kadar Logam Tembaga dan Seng
Penentuan kadar logam tembaga dan seng dapat dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri menggunakan reaksi zat-zat pengkompleks organik dengan ion
logam. Zat pengkompleks yang paling sering digunakan adalah asam etilen diamina tetra asetat EDTA yang membentuk senyawa kompleks yang stabil terhadap logam,
Universitas Sumatera Utara
termasuk logam tembaga dan seng, kemudian dititrasi langsung dengan EDTA dalam suasana asam dan ditentukan titik akhir titrasi menggunakan indikator jingga xylenol
atau dapat dititrasi dengan penambahan larutan penyangga menggunakan indikator 4- 2-piridilazo resorsinol. Logam tembaga dan seng juga dapat dititrasi pada suasana
basa menggunakan indikator Murexide Sukardjo, 1990. Penentapan kadar logam tembaga dan seng juga dapat dilakukan dengan cara
metode ekstraksi yang terdiri dari tahap pengkhelatan dengan ammonium pyrolidin dithiocarbamate APDC dan dilakukan ekstraksi dalam methyl isobutyl keton
MIBK dan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 324,7 nm dan 213,9 nm untuk analisis logam tembaga dan seng dengan tipe nyala udara asitilen 2200°C
menggunakan spektrofotometer serapan atom. Metode ini dilakukan untuk penetapan kadar logam yang sangat kecil Sofyan, 2010. Menurut Sony 2009 penetapan kadar
logam dapat dilakukan dengan tahap destruksi sampel terlebih dahulu yang kemudian dapat dilarutkan dengan menggunakan pelarut yang sesuai seperti asam nitrat yang
kemudian dapat dilanjutkan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometri serapan atom.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU dan Laboratorium Penelitian Pabrik Kelapa Sawit RISPA Medan.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: Spektrofotometri Serapan Atom GBC Avanta
∑ Gambar dapat dilihat pada lampiran 11 gambar 8, lemari asam, alas pemanas, pengaduk magnetik, Neraca listrik AND GF-200, pisau dapur, blander,
lemari pengering, termometer 100°C, spatula, kertas saring Whatman no.42,
sentrifugasi dan alat – alat gelas. 3.2 Bahan-bahan
Kulit buah durian, akuades, larutan CuSO
4
10 mmolL, larutan ZnSO
4
10 mmolL, HCl 1N, HCl 3N, HCl 4, NaOH 2N, Etanol 95, larutan standar tembaga
Cu 1000 ppm dan larutan standar seng Zn 1000 ppm.
3.3 Prosedur 3.3.1 Pembuatan Pereaksi
3.3.1.1 Pembuatan Larutan Asam Klorida
Untuk pembuatan larutan HCl 1N dengan cara mengambil larutan HCl pekat sebanyak 8,5 ml yang dimasukan kedalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan
volumenya dengan akuades hingga garis tanda. Untuk pembuatan larutan HCl 4, dengan mengambil larutan HCl pekat sebanyak 10,8 ml yang dimasukan kedalam
labu ukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan akuades hingga garis tanda Ditjen POM, 1994.
Universitas Sumatera Utara