pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10 tahun, sedangkan anak laki laki usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami pertumbuhan
yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis
kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki masa adolesensi 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita memasuki masa
adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan
transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang
disebut Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin
sekunder Tanuwidjaya. S, 2002.
2.3. Monitoring pertumbuhan dan perkembangan
Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian milestones
perkembangan Narendra, 2002. Penilaian pertumbuhan anak menggunakan parameter ukuran antropometrik yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan
fisik yaitu berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit dan lingkaran lengan atas panjang Narendra, 2002.
Untuk berat badan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan seperti timbangan injak. Berat badan merupakan ukuran
antropometrik terpenting, karena merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak dan juga cairan tubuh. Berat badan pada
saat ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan status gizi anak serta keadaan tumbuh kembang anak Narendra, 2002.
Pengukuran tinggi badan pada usia hingga 2 tahun diukur dengan menggunakan alat infantometer. Bayi dalam posisi berbaring diantara alat, dan
satu bagian dari alat menempel dibagian ubun-ubun bayi. Untuk anak usia diatas 2 tahun dapat digunakan alat seperti stadiometer, microtoise, dan tinggi duduk
Universitas Sumatera Utara
Narendra, 2002. Tujuan dari pengukuran ini adalah mendapatkan jarak tinggi dari permukaan kepala hingga telapak kaki, atau hingga ujung tulang sacrum
pada tinggi duduk. Anak biasanya disarankan untuk menarik nafas dalam-dalam dan berdiri tegak untuk meluruskan posisi tubuh jika sang anak menderita kifosis
atau lordosis. Keistimewaan dari pengukuran tinggi badan adalah nilai tinggi badan yang terus meningkat walaupun laju tumbuh akan berubah dari masa ke
masa. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut maka dari itu nilai tinggi badan dapat digunakan untuk dasar perbandingan terhadap perubahan-perubahan
relatif seperti berat badan dan lingkaran lengan atas Narendra, 2002. Pengukuran lingkaran kepala dilakukan pada daerah occipitofrontal anak,
dan mencerminkan volume intrakranial yang merupakan ukuran pertumbuhan otak. Laju tumbuh akan pesat dalam waktu 6 bulan pertama semenjak lahir, dan
akan terus berkurang hingga usia 3 tahun. Maka manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas hingga usia 3 tahun kecuali pada kasus hidrosefalus Narendra,
2002. Lingkaran lengan atas dilakukan dari biasanya pada lengan kiri. Lengan
dibiarkan menggantung bebas disamping badan. Batas pengukuran adalah pertengahan antara akromion dan olekranon pada lengan dibengkokkan 90
derajat. Pengukuran lingkaran lengan mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak dipengaruhi terlalu banyak oleh jumlah cairan tubuh
seperti berat badan. Ini juga bisa dipakai untuk menilai status gizi dan keadaan tumbuh kembang pada anak di dalam kelompok usia prasekolah Narendra
2002. Ketebalan lipatan kulit atau skinfold, dilakukan agar dapat menilai
tebalnya lemak subkutan. Alat yang dapat digunakan adalah Harpenden skinfold caliper dan pengukuran dilakukan pada daerah biceps, triceps, subskapula dan
daerah panggul. Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang
merceminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan dalam keadaan gizi yang berlebihan seperti obesitas lipatan kulit
dapat menebal Narendra, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Selain menggunakan pengukuran antropometrik untuk menilai pertumbuhan anak, dapat juga dilakukan pemantauan terhadap bentuk tubuh,
perbandingan bagian kepala, tubuh dan bagiannya, pertumbuhan rambut termasuk warna rambut, diameter ketebalan atau ketipisan rambut dan akar
rambut.Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap gigi, melihat kapan gigi susu anak tumbuh atau erupsi dan penggantian dengan gigi permanen Narendra,
2002. Kemajuan perkembangan pada anak dapat ditentukan oleh kemampuan
fungsionalnya yang dicapainya dengan prinsip-prinsip seperti terdapat pola kemajuan perkembangan yang nyata dan konsisten dan dapat digambarkan
dengan patokan kemampuan perkembangan milestones berjenjang yang penting. Kemajuan perkembangan pada setiap tahap harus dipertimbangkan
tercapai dalam batasan usia yang sesuai patokan dan dalam jangka waktu yang tepat Narendra, 2002.
Perkembangan anak pada fase awal dapat dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional yaitu motorik kasar, motorik halus serta penglihatan,
berbahasa, berbicara dan pendengaran dan juga secara sosial emosi dan perilaku. Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan-kemampuan seperti perhatian, kemampuan konsentrasi dan sejauh mana kemampuan individual anak terintegrasi Narendra,
2002. Terdapat variasi pada pola batas pencapaian dan kecepatan baik pada perkembagan motorik sosial maupun perilaku. Kurangnya stimulasi mungkin
berkaitan dengan keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan sosial. Selain mencapai tahap perkembangan, kualitas yang
dicapai juga penting. Anak mungkin akan mencapai tolok ukur berbahasa, menyusun kalimat, pada tahap yang sesuai akan tetapi tidak mampu atau lemah
dalam berdikusi atau berkomunikasi dengan orang dilingkungannya Narendra, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian perkembangan anak kecil dilakukan diprogram kegiatan surveilans dan skrining, kepedulian orang tua dan apabila terdapat hal-hal yang
ganjil ditemukan oleh para profesional pada perkembangan anak Narendra, 2002. Skrining perkembangan adalah instrumen yang standard dan valid yang
telah diteliti kepekaannya untuk mendeteksi gangguan perkembangan pada anak. Instrumen standard pengukuran memerlukan kepekaan dan spesifisitas sebanyak
70-80 Glascoe, 2004. Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk deteksi gangguan perkembangan anak, salah satu yang paling sering digunakan
secara internasional adalah DDST Denver Developmental Screening Test Narendra, 2002. Sedangkan di Indonesia alat yang paling sering digunakan oleh
para ahli medis seperti dokter, bidan , perawat dan juga dikalangan masyarakat oleh petugas PADU terlatih atau Guru TK terlatih, adalah KPSP atau Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005. KPSP adalah suatu kuesioner yang berisi 9 hingga 10 pertanyaan yang
disusun merurut umur anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 hingga 72 bulan. Acuan yang digunakan dalam penyusunan KPSP adalah Prescreening
Developmental Questionaire PDQ dari Frankenburg dkk pada tahun 1976.
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan