Pengertian Bank Garansi LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bank Garansi

Bank garansi merupakan perjanjian penanggungan yang diatur dalam pasal 1820 KUH Perdata. Istilah garansi sendiri berasal dari bahasa Inggris guarantee atau guaranty yang berarti menjamin atau jaminan. Dalam bahasa Belanda disebut dengan borgtog. Dan istilah inilah yang paling sering kita dengar selain bank garansi sendiri. 16 Menjamin atau jaminan dalam perjanjian garansi dimaksudkan sebagai tindakan dari pihak garantor untuk menjamin bahwa jika seseorang tidak menunaikan kewajibannya, misalnya tidak membayar hutang-hutangnya, si garantor tersebut lah yang akan melaksanakan mengambil alih kewajiban tersebut. 17 Jika bank yang menjadi garantornya, banklah yang akan melaksanakan atau mengambil alih kewajiban tersebut, yang biasanya berupa pembayaran ganti rugi. 18 16 H.R.Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2005, h. 157. 17 Munir Fuady, Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000,h.13 18 Ibid.,h. 157. Di dalam kegiatan pemberian jasa-jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat memberikan jasa-jasa pemberian bank garansi, sepanjang tidak bertentangan atau melanggar dari peraturan perundang-undangan termasuk peraturan Bank Indonesia. Bahkan, oleh bank pemberian bank garansi ini sudah merupakan produk jasa yang ditawarkan dalam rangka mendapatkan pendapatan fee. 19 Untuk jenis bank garansi yang diterbitkan dalam bentuk warkat, maka setidaknya ada 5 lima jenis bank garansi yang dapat atau sering diberikan bank kepada nasabahnya, yaitu : 20 1. Garansi Penawaran Tender Guarantee Bid Bond Bid bond , yaitu bank garansi yang diterbitkan oleh bank bagi nasabahnya agar dapat mengikuti tender penawaran atas suatu proyek. Bank garansi jenis ini diberikan kepada nasabah bank yang akan mengikuti penawaran atau tender untuk mengerjakan suatu proyek yang disyaratkan adanya suatu jaminan penawaran yang dikeluarkan oleh pihak bank. Terjadi cidera janji wanprestasi apabila pihak dijamin nasabah bank tidak menerima penunjukan untuk melaksanakan proyek, padahal ia sudah dinyatakan sebagai pemenangnya oleh bouwheer atau pihak yang dijamin atau pemberi proyek. 2. Garansi Pelaksanaan Performance Guarantee 19 Ibid., h. 157-158. 20 Ibid., h.163. Performance Guarantee , yaitu Garansi Bank yang diterbitkan oleh Bank untuk menjamin pihak terjamin dalam rangka pelaksanaan pekerjaan suatu proyek transaksi dari pemilik proyek sebagai penerima jaminan dengan tujuan menjamin kinerja performance dan kepastian mutu dan ketepatan pengerjaan yang dilaksanakan oleh pihak yang terjamin. 3. Garansi Uang Muka Advance Payment Bond Advance Payment Bond , yaitu Garansi Bank yang diterbitkan oleh pihak bank untuk mendapatkan uang muka dari pemilik proyek untuk melaksanakan proyek transaksi yang dikerjakan sesuai dengan SPK. Dalam Advance Payment Bond ini pihak bank menjamin akan membayar kembali pembayaran yang telah diterima oleh pihak terjamin dari pemilik proyek atau bowheer sebagai pemberi order atau penerima bank garansi, baik dalam bentuk uang muka, pembayaran angsuran maupun keseluruhan nilai proyek. Apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan SPK. 4. Garansi Pemeliharaan Retention Maintenance Bond. Maintenance Bond , yaitu Garansi Bank yang diterbitkan oleh pihak bank untuk mendapatkan sisa uang atas proyek yang telah selesai 100 berdasarkan kontrak. Sisa uang yang dimaksud baru dibayarkan oleh Pihak Penerima Jaminan setelah selesainya masa pemeliharaan pekerjaan. Dalam Maintenance Bond ini, pihak bank berjanji akan membayarkan sejumlah uang biasanya dari seluruh nilai proyek apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SPK kontrak. 5. Jaminan Bank untuk bea cukai Untuk pembebasan bea masuk atas barang impor yang hasil pengolahannya akan di ekspor kembali. Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk meningkatkan ekspor non migas dengan membebaskan bea masuk atas barang impor yang hasil pengolahannya akan diekspor kembali. Untuk mendapatkan kepastian bahwa importir akan melakukan ekspor, pihak bea cukai memerlukan garansi bank untuk menjamin importir tersebut tidak melakukan wanprestasi. 21

B. Dasar Hukum Bank Garansi