Dasar Hukum Bank Garansi

tidak memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan pemeliharaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SPK kontrak. 5. Jaminan Bank untuk bea cukai Untuk pembebasan bea masuk atas barang impor yang hasil pengolahannya akan di ekspor kembali. Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk meningkatkan ekspor non migas dengan membebaskan bea masuk atas barang impor yang hasil pengolahannya akan diekspor kembali. Untuk mendapatkan kepastian bahwa importir akan melakukan ekspor, pihak bea cukai memerlukan garansi bank untuk menjamin importir tersebut tidak melakukan wanprestasi. 21

B. Dasar Hukum Bank Garansi

1. Aspek Syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 11 DSN- MUI 2000. 22 Dari Aspek Syariah, didasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No.11 DSN- MUI2000, menerangkan tentang kafalah : “Bahwa dalam rangka menjalankan usahanya, seseorang sering memerlukan penjaminan dari pihak lain melalui akad kafalah, yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung kafiil kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung makfuu anhu, ashil.“ 21 Sheila Meriska, “Bank Garansi Pada PT. ABC” , Tugas Magang Universitas Indonesia. 2007.h. 7 22 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Jakarta : PT. Intermasa, 2003,h. 73. Untuk memenuhi kebutuhan usaha tersebut, LKS berkewajiban untuk menyediakan satu skema penjaminan kafalah yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Bahwa agar kegiatan kafalah tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam. DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang kafalah untuk dijadikan pedoman oleh LKS. DSN telah memperbolehkan kafalah selama tidak bertentangan dengan syariah diharamkan,berlandaskan dalil al-Qur’an Surat Yusuf 12: 72 Firman Allah dalam QS.Yusuf 12 : 72  ☺ ☺ Penyeru itu berseru, “Kami kehilangan piala raja dan barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan seberat beban unta dan aku menjamin terhadapnya. Surat Al-Maidah 5 : 2 ⌧ ⌧ ⌧ ☺ ⌧ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 2. Aspek Hukum Perbankan Nasional Indonesia. 23 Dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia, mengatur dan mengawasi bank, sesuai dengan pasal 24 Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank. 24 Dalam Surat Edaran Bank indonesia Nomor 23 7 UKU tanggal 19 Maret 1991 perihal Pemberian Garansi oleh Bank, disebutkan bahwa dalam ketentuan KUH Perdata hanya mengatur masalah penanggungan hutang secara umum, terutama mengenai masalah akibat-akibat hukum yang timbul karena penanggungan hutang, sedangkan ketentuan mengenai bentuk maupun syarat- 23 Kitab-kitab Undang Hukum Perdata, diakses pada tanggal 30 Mei 2008 dari www.bi.go.id 24 Hermansyah, SH.,M.Hum., Hukum Perbankan Nasional Indonesia Jakarta : Kencana Prenada Media Group, h.163. syarat minimal yang harus dimuat dalam warkat perjanjian tidak diatur secara lengkap. 25 Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23 88 KEP DIR tentang pemberian Bank Garansi tanggal 18 Maret 1991, bank garansi berbentuk : a. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap yang menerima bank garansi apabila pihak yang dijamin cidera janji wanprestasi b. Garansi dalam bentuk penandatangan kedua dan seterusnya atas surat berharga seperti aval atau endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin cidera janji wanprestasi c. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat menimbulkan kewajiban financial bagi bank. 26 Garansi bank diterbitkan oleh perbankan untuk meminjam pelaksanaan prestasi yang dijanjikan terjamin kepada penerima jaminan apabila terjamin tidak melakukan prestasi tersebut. Dengan demikian, lembaga garansi bank merupakan bentuk dari perjanjian penanggungan borghtoch yang diatur dalam Buku III KUH Perdata dalam pasal 1820 – 1850 KUH Perdata. Pasal 1820 KUH Perdata menyebutkan bahwa : 27 25 Ibid.,h.17 26 Ibid., h. 88. ”Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan nama seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatnya si berhutang manakala orang ini sendiri tak memenuhinya”. Dengan dilaksanakannya pembayaran garansi bank kepada penerima jaminan, maka jumlah yang dibayarkan itu menjadi hutang terjamin kepada bank. Pihak bank akan segera mencairkan counter garanty yang telah diberikan terjamin untuk membayar kembali dana yang diserahkan bank kepada pihak penerima jaminan. Apabila dalam durasi waktu yang telah ditentukan, terjamin tidak melunasi hutangnya maka hubungan hukum antara penjamin bank dengan terjamin nasabah berubah menjadi hubungan kreditor dengan debitor dalam suatu perjanjian kredit biasa. Berdasarkan hal ini, maka di antara terjamin dan bank dibuat akta perjanjian kredit untuk jangka waktu yang ditentukan pihak bank.

C. Syarat dan Rukun Bank Garansi.