Analisis aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh

F A U Z I A H

NIM: 107053002496

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bintaro, 14 Juni 2011


(3)

(4)

(5)

i

Fauziah, “Analisis Aplikasi Produk Murabahah Pada Pembiayaan Hunian Syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.” Dibawah bimbingan Dr. H.A. Ilyas Ismail, MA. Jurusan Manajemen Dakwah, 2007.

Memiliki rumah sendiri adalah idaman semua orang, bahkan menjadi kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Namun, kebanyakan orang tidak mampu membeli dengan tunai sehingga membeli dengan angsuran atau menyewa adalah alternatif yang dapat dipilih. Hal yang menarik bagi penulis yakni di bank syariah sendiri, tersedia beragam Kredit Pemilikan Rumah Syariah (KPRS) yang bisa dipilih sesuai kebutuhan dan bebas dari bunga. Salah satunya KPRS Pembelian dengan akad murabahah yang memberi kepastian jumlah angsuran yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulannya. Bank Muamalat memiliki produk murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariahnya yang dapat mengakomodir permintaan pasar yang menginginkan rumah indent (sesuai pesanan) dan sifat angsuran yang fix (tetap). Selain itu, mewujudkan hunian impian sesuai dengan prinsip syariah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain analisis deskriptif yaitu dengan cara memaparkan informasi faktual yang diperoleh dari Product Development Division (PDD) Bank Muamalat Indonesia (BMI). Teknik pengumpulan data berupa observasi yaitu penulis terjun langsung di PDD agar menghasilkan data yang lebih mendalam dan objektif, melakukan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur dengan Asset Product Manager, Liability Product Officer dan staff PDD dan dokumentasi.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aplikasi produk murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah (PHS) yang dilakukan oleh BMI. Penelitian ini menyimpulkan bahwa aplikasi produk murabahah pada PHS BMI telah menerapkan prinsip pembiayaan sesuai syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah di setiap transaksi pembiayaannya dengan memperhatikan akad, harga jual beli, persyaratan pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, cara pembayaran cicilan, dan memperhatikan prinsip kehati-hatian yaitu 5C (prudential principle). Penulis menyarankan agar PDD BMI lebih meningkatkan profesionally delivered, baik dari segi produk, pelayanan, maupun pelaksanaannya sesuai prinsip syariah.


(6)

ii Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang memberikan inspirasi kepada kita untuk berbuat lebih baik dari hari ke hari.

Atas berkat rahmat dan kasih sayang dari Allah, penulis mampu menyelesaikan bab demi bab penulisan skripsi ini yang Insya Allah dapat menjadi amal yang tidak pernah terputus dan berguna untuk penulis dan orang lain nantinya. Halangan serta tantangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan para dosen maupun pengajar lain yang memiliki intensitas ilmu di bidang perbankan, khususnya perbankan syariah.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik daripada yang pernah mereka terima. Amin. Diantaranya ;

1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Drs. Wahidin Saputra, selaku Pudek I FIDKOM, Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pudek II FIDKOM,danDrs.Study Rizal Lk, MA,selaku Pudek III FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah-Manajemen Haji dan Umroh, yang tidak pernah bosan membimbing penulis dan kawan-kawan lain dalam hal urusan perkuliahan.

3. H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, dengan sabar memberikan pengarahan dan membantu penulis dalam semua penyelesaian dan urusan yang penulis butuhkan dalam aktivitas selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.


(7)

iii Munaqasyah.

5. Tim Penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan terhadap skripsi penulis.

6. Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA, selaku dosen yang telah memberikan masukan terhadap skripsi ini dan mentransformasikan ilmunya, khususnya mengenai perbankan syariah.

7. Ibu Rubiyanah, MA yang selalu memberikan doa dan arahan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Jurusan Manjemen Dakwah, atas segala ilmu yang telah diberikan sehingga dapat membentuk kesadaran penulis dalam bentuk intelektualitas dan spiritualitas. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi amal jariyah bagi kalian yang tak pernah terputus.

9. Pimpinan dan staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan studi kepustakaan. 10. Segenap karyawan Bank Muamalat Kantor Pusat Non Operasional (KPNO),

Arthaloka, khususnya bagian PDD (Product Development Division) kepada Pak Erik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan praktek magang di PDD, Pak Kindy, Bang Syukri, Mba Hana, yang telah bersedia berbagi waktu dan informasi mengenai bahan penulisan skripsi ini serta kru-kru lainnya yang berada di lantai 7 yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat belajar dan berkembang. Merupakan pengalaman berharga yang tak terlupakan selama menjalankan magang disana. Jazakumullah khairan katsira.


(8)

iv

senantiasa memberikan limpahan kasih sayang untuk Bapak dan Mama. Adikku tersayang Rieda atas cinta dan doanya, mama vistariva terima kasih atas fasilitas internetnya selama ini serta keluarga besar (alm.) kakek Rochmat S, terima kasih setulusnya atas doa dan dorongannya.

12. Sahabat – sahabatku; Iin, Noni, Lilis, Nda, Atik, Eem yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Uchi, Shofa dan Nadia yang telah sabar mendengarkan cerita-cerita penulis.

13. Seluruh kawan-kawan MD angkatan 2007, khususnya kelas B yang telah berjuang bersama dari awal sampai sekarang. Perjuangan kita belum berakhir teman !

Akhirnya, besar harapan penulis agar karya ilmiah skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama penulis sendiri. Dan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis pun mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq Wassalamualaikum wr.wb

Bintaro, 14 Juni 2011


(9)

v

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian... 7

E. Tinjauan Pustaka... 14

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PRODUK MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH A. Produk Perbankan Syariah ... 18

1. Pengertian dan Tujuan Bank Syariah ... 18

2. Produk Perbankan Syariah ... . 19

B. Pembiayaan Murabahah... 20

1. Pengertian Pembiayaan ... 20

2. Prinsip-prinsip Pembiayaan ... 21


(10)

vi

6. Pengertian Murabahah... 28

7. Landasan Syariah dan Hukum Murabahah... 30

8. Rukun dan Syarat Murabahah... 32

9. Manfaat Murabahah... 33

10.Skema Proses Murabahah... 34

C. Produk KPR Syariah ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK A. Profil dan Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 36

B. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 38

C. Struktur Organisasi dan Struktur Tata Kelola Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 39

D. Sejarah dan Struktur Organisasi Product Development Division PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 44

E. Produk dan Layanan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 47

BAB IV HASIL HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS APLIKASI PRODUK MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK A. Hasil Temuan Data Lapangan Aplikasi Produk Murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat... 50

1. Konsep Produk Murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat ... 51

2. Skema Aplikasi Pembiayaan Hunian Syariah Bank Muamalat ... 56


(11)

vii

Syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 62

1. Pelaksanaan Produk Murabahah Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat ... 62

2. Hasil Pelaksanaan ... 68

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77

B. Saran-saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA... 80


(12)

viii

1. Tabel 4.1 Perbedaan Fitur Singkat Baiti Jannati dengan Pembiayaan Hunian Syariah... 53 2. Tabel 4.2 Keunggulan produk KPRS Bank Muamalat ... 55 3. Tabel 4.3 Weekly Portfolio Pembiayaan Hunian Syariah Murabahah.. 69 4. Tabel 4.4 Persaingan dengan pricing competitor ... 75


(13)

ix

1. Gambar 2.1 Skema Proses Pembiayaan ... 26 2. Gambar 2.2 Skema Gambar Asli Murabahah... 34 3. Gambar 3.1 Struktur Tata Kelola Perusahaan PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk ... 44 4. Gambar 3.2 Struktur Organisasi Product Development Division

PT. Bank Muamalat, Tbk ... 49 5. Gambar 4.1 Tahapan Proses Pembiayaan Hunian Syariah PT. Bank


(14)

x

1. Lampiran.1 Surat Keterangan Bimbingan Skripsi... 85

2. Lampiran.2 Surat Melakukan Penelitian/Wawancara dari Fakultas ... 86

3. Lampiran.3 Surat Keterangan Riset ... 87

4. Lampiran.4 Lembar Persetujuan Dewan Pengawas Syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 88

5. Lampiran.5 Risiko Produk Pembiayaan Hunian Syariah... 89

6. Lampiran.6 Form Aplikasi Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat ... 91

7. Lampiran.7 Brosur Pembiayaan Hunian Syariah ... 93

8. Lampiran.8 Brosur Ayo ke Bank: Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR, Bank Indonesia ... 97


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Memiliki rumah sendiri adalah idaman semua orang, bahkan menjadi kebutuhan bagi yang sudah berkeluarga. Namun harga rumah yang melambung tinggi menyebabkan jarang orang mampu membeli rumah secara tunai, sehingga membeli dengan angsuran atau menyewa adalah alternatif yang dapat dipilih.

Banyak cara yang dapat ditempuh oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka dalam hal perumahan. Disinilah bank muncul menjembatani kepentingan pembeli dan penjual rumah dengan menawarkan fasilitas kredit pemilikan rumah.1 Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) muncul karena kebanyakan orang, tidak mampu membeli rumah secara tunai. Umumnya perbankan konvensional menggunakan sistem bunga dalam KPR tersebut. Namun, sistem bunga yang identik dengan riba yang jelas diharamkan dalam Islam, membuat masyarakat muslim ragu untuk bertransaksi.

Munculnya produk kredit pemilikan rumah syariah telah memberikan alternatif pembiayaan perumahan yang bebas dari riba (bunga). Salah satunya dengan akad murabahah yang memberi kepastian jumlah angsuran yang harus

1

“Cara Mudah Memahami dan Memilih KPR,” artikel diakses pada 16 Mei 2011 dari http://www.housing-estate.com


(16)

dibayar oleh nasabah setiap bulan. Misalnya harga beli rumah sebesar Rp.100 juta. Untuk jangka waktu 5 tahun, bank syariah misalnya mengambil keuntungan/margin sebesar Rp.50 juta. Maka harga jual rumah kepada nasabah untuk masa angsuran 5 tahun adalah sebesar Rp.150 juta. Angsuran yang harus dibayar nasabah setiap bulan adalah Rp.150 juta dibagi 60 bulan = Rp.2,5 juta.

Sistem bunga yang diterapkan dalam kredit pemilikan rumah di bank konvensional membuat ragu masyarakat untuk bertransaksi. Dalam al-Quran dinyatakan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Baqarah/2:275 berikut:

                                                                                 Artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”2

Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai salah satu produk pembiayaan di dalam dunia perbankan sangat membantu masyarakat

2

Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Jumanatul Ali Art, 2005), h.47


(17)

menengah ke bawah (pada umumnya) dalam memenuhi kebutuhan rumah tapi tidak memiliki cukup uang untuk membayar secara tunai. Umumnya perbankan menggunakan sistem bunga dalam KPR tersebut. Kemudian untuk menarik nasabahnya mereka menggunakan sistem bunga tetap yang tidak berubah selama jangka waktu yang telah ditentukan.

Diadopsinya perbankan berbasis syariah di tanah air, tidak semata merupakan upaya sosialisasi kegiatan usaha lembaga jasa keuangan berdasarkan perspektif keislaman. Namun, juga untuk memenuhi permintaan masyarakat yang menghendaki sistem perbankan yang aman, terpercaya, amanah, adil, dan bebas dari riba. Saat ini semakin banyak bank yang menawarkan KPR syariah sebab pasarnya semakin tumbuh.

Banyaknya bank-bank yang berusaha menerapkan praktek syariah merupakan hal yang patut kita syukuri. Selain itu, bank yang berprinsip syariah tidak kalah banyak diminati oleh masyarakat. Karena setiap keluarga memerlukan yang namanya pembiayaan rumah dan sebagian besar keluarga Indonesia adalah Muslim yang tentunya ingin tetap istiqomah dalam memiliki rumah yang sesuai dengan syariah.3

Dari sekian banyak produk syariah, kredit kepemilikan rumah (KPR) Syariah ini ternyata mendapat respon yang signifikan dari masyarakat karena konsumen tidak terbebani fluktuasi suku bunga yang terus mengalami perubahan. Munculnya produk kredit pemilikan rumah syariah telah memberikan alternatif pembiayaan perumahan. Di tengah situasi ekonomi

3

Ahmad Gozali, Serba-Serbi Kredit Syariah : Jangan Ada Bunga Diantara Kita (Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2005), h.28


(18)

yang terus menerus dipengaruhi inflasi, KPR syariah dapat menjadi solusi alternatif, meski pun suku bunga mengalami inflasi, cicilan KPR syariah tidak berubah karena memang menerapkan sistem tetap (fixed). Hal ini berbeda dengan KPR konvensional yang menggunakan sistem bunga yang menyebabkan cicilannya terus berubah.

Kredit Pemilikan Rumah dengan skema jual beli murabahah di dalam bank syariah dikenal dengan nama KPR iB (Islamic Banking) Pembelian. Pembiayaan perumahan ini termasuk ke dalam jenis pembiayaan konsumtif yang bertujuan memiliki rumah. Pembiayaan dengan konsep murabahah ini telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 Tentang Murabahah.

Dalam konotasi Islam, murabahah pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam model murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase.4

Memiliki rumah sendiri kini bukan lagi sesuatu yang sulit, karena ada fasilitas kredit pemilikan rumah yang diberikan oleh kalangan perbankan yang biasa disebut Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Apalagi kondisi sekarang ini sedang booming-nya pembiayaan rumah dengan prinsip syariah. Bank Muamalat pun hadir memenuhi permintaan masyarakat dengan nama

4

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), Cet.1, h.95


(19)

Pembiayaan Hunian Syariah. Pembiayaan Hunian Syariah dari Bank Muamalat adalah fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan hunian sesuai dengan prinsip syariah.

Dalam rangka memperluas segmentasi pembiayaan di sektor properti, Bank Muamalat Indonesia membuat brand baru dari Baiti Jannati (akad musyarakah mutanaqisah) dengan nama Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat yang terdiri dari dua produk, yaitu produk musyarakah untuk Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi dan produk murabahah untuk Pembiayaan Hunian Syariah Pembelian. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik ingin mengkaji lebih jauh bagaimana aplikasi Pembiayaan Hunian Syariah untuk produk murabahah yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini penulis beri judul “Analisis Aplikasi Produk Murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis memberikan batasan permasalahan mengenai Aplikasi Produk Murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Pembiayaan Hunian Syariah Bank Muamalat Indonesia.


(20)

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini, penulis uraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia ?

b. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terhadap pembiayaan hunian syariah Bank Muamalat Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terhadap pembiayaan hunian syariah di Bank Muamalat Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Akademis :

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai produk perbankan syariah, khususnya produk pembiayaan konsumtif (perumahan).

2) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai produk pembiayaan perumahan syariah.


(21)

b. Manfaat Praktis :

1) Bagi pihak Bank Muamalat Indonesia, sebagai bahan masukan untuk lebih menjalankannya secara profesionally delivered, baik dari segi produk, pelayanan, maupun pelaksanaannya sesuai prinsip syariah.

2) Bagi nasabah, sebagai bahan pertimbangan agar lebih selektif dalam memilih pembiayaan kepemilikan rumah dan dapat mengikuti semua prosedur yang berlaku dengan baik.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.5

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian langsung di Kantor Pusat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang berlokasi di Gedung Arthaloka, Jalan Jendral Sudirman Kav.2 Jakarta 10220. Adapun waktu penelitian dimulai sejak tanggal 1 Maret sampai dengan 10 Mei 2011.

2. Model dan Desain Penelitian

Model penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet.6, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h.2


(22)

dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor (1975:5), mendefinisikan ‘Metodologi Kualitatif’ adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif analisis. Menurut Jalaludin Rakhmat, metode penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana aplikasi yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia terhadap produk murabahah dalam pembiayaan hunian syariah serta untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pembiayaan hunian syariah tersebut.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi representatif, mereka terdiri dari kru-kru Product Development Division (PDD) Bank Muamalat Indonesia.

6

Lexy J.Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.11, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h.3


(23)

Sedangkan objek penelitian ini adalah aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan tersebut yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Penelitian Lapangan (Field Research), dalam hal ini untuk mendapatkan data dan informasi tentang aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah, dimana penulis terjun langsung ke obyek penelitian pada perusahaan yang diteliti. Sedangkan alat untuk mengumpulkan data adalah:

1) Observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.7 Penulis mengadakan pengamatan secara langsung di kantor pusat Bank Muamalat Indonesia guna memperoleh data konkret tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian melalui pemilihan data, pencatatan, dan sebagainya dengan maksud memperoleh gambaran yang jelas mengenai kejadian faktual yang terjadi.

7

Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, Ed.3, (Jakarta: LPSP3 UI, 2005), h.116


(24)

2) Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.8 Penulis menggunakan interview guide yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara penulis dengan terwawancara. Sebelum melakukan wawancara, penulis meminta waktu terlebih dahulu kapan bisa melakukan wawancara sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid. Dengan ini penulis melakukan wawancara dengan Asset Product Manager, Bapak Erikal, Liability Product Officer, Bapak Kindy. Dua orang tersebut merupakan data primer penulis dan beberapa staff Product Development Division yaitu Mba Hana, Pak Syukri, dan Pak Wahyu sebagai sumber pendukung.

3) Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.9 Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data atau informasi yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada Bank Muamalat Indonesia yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Annual Report Bank

8

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, h.233

9


(25)

Muamalat 2010, The Product: Report & Outlook 2010, Panduan Produk Pembiayaan Hunian Syariah Pembelian, Prosedur Pengembangan Produk, memo-memo, foto, dan lain sebagainya yang dapat mendukung dan berkaitan dengan masalah penelitian. b. Penelitian Kepustakaan (Library Research) :

Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca literatur-literatur berupa text book, internet, brosur dan majalah yang berhubungan dengan topik skripsi. Langkah dalam melaksanakan studi kepustakaan ini dengan cara membaca, mengutip, untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data penelitian ini.

5. Sumber Data

Sumber data ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian. Sumber data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.10

a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian dalam bentuk wawancara yang didapat dari Asset

10


(26)

Product Manager, Liability Product Officer, Product Development Division (PDD).

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian, seperti majalah, brosur, internet dan sebagainya.

6. Teknik Pencatatan Data

Teknik pencatatan data menggunakan catatan lapangan yang berisi peristiwa-peristiwa selama observasi berlangsung. Alat bantu yang digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis dan perekam suara. Pada waktu pencatatan data, keberadaan penulis diketahui oleh para kru Muamalat.

7. Teknik Analisa Data

Seperti yang diungkapkan Bogdan, dikutip oleh Sugiyono, yang menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.11 Teknik pengelolaan data yang penulis gunakan dalam mengolah data penelitian ini adalah dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni penulis mencoba memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.

11


(27)

Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.12 Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini melalui beberapa prosedur pengolahan data seperti telah dipaparkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

a. Reduksi data: Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.13 Setelah melakukan wawancara penulis langsung memindahkannya ke dalam bentuk tulisan dan mengelompokkan data-data tersebut. Selain itu penulis juga berdiskusi dengan dosen pembimbing agar wawasan penulis berkembang sehingga dapat mereduksi data.

b. Penyajian data: Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data dalam bentuk naratif yang bersifat deskriptif. Selain itu juga penulis menyajikan dalam bentuk tabel dan gambar, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi: Pada tahap akhir, data yang tersaji harus dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Sehingga memperoleh kesimpulan mengenai aplikasi produk murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah Bank Muamalat

12

Ibid., h.246

13


(28)

Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan hunian syariah tersebut.

8. Teknik Penulisan

Ada pun teknik penulisan ini mengacu kepada pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.”14

E. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan skripsi yang memiliki judul yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti, yaitu :

1. “Strategi Bank Tabungan Negara Syariah Dalam Pembiayaan KPR Bermasalah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta)”, oleh Cholidah Hanum (204046102897), Mahasiswi Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, tahun 2008. Skripsi ini membahas mengenai strategi Bank BTN Syariah dalam pembiayaan KPR bermasalah, langkah-langkah yang dilakukan, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pembiayaan KPR di Bank BTN Syariah menjadi bermasalah dan apa tujuan dari penerapan strategi Bank BTN Syariah dalam menangani pembiayaan KPR bermasalah.

14

Hamid Nasution dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CeQDA (Center for Quality Development and Assurance), UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. Pertama


(29)

2. “Analisa Terhadap Mekanisme Take Over Pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Studi Pada Divisi Syariah PT Bank Negara Indonesia 1946)”, oleh Fauzia Ramadhan (104046101612), Mahasiswi Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, tahun 2009. Skripsi ini membahas mengenai take over pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR), mengapa take over dapat terjadi pada Kredit Pemilikan Rumah, bagaimana aplikasi dan mekanisme take over pada pembiayaan KPR di BNI Syariah dan analisa terhadap mekanisme take over pada pembiayaan KPR di BNI Syariah.

3. “Sistem Operasional Kredit Pemilikan Rumah pada Bank Konvensional dan Bank Syariah”, oleh Roiyatul Qudsiyah, Mahasiswi Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, tahun 2004. Skripsi ini lebih menitikberatkan pada perbedaan sistem operasional yang diterapkan dalam mengelola kredit pemilikan rumah (KPR) oleh Bank Konvensional dan Bank Syariah mulai dari persyaratan, prosedur, penentuan margin/bunga, kebijakan lainnya terkait dengan KPR.

4. “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Aplikasi Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah (Studi Kasus KPR BTN Syariah)”, oleh Anwari. Mahasiswa Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat tahun 2007. Skripsi ini membahas mengenai persamaan dan perbedaan pandangan antara hukum Islam dan Hukum Positif terhadap aplikasi pembiayaan KPR BTN Syariah.


(30)

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini penulis membahas mengenai Aplikasi Produk Murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

F. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : TINJAUAN TEORITIS

meliputi Produk Perbankan Syariah yaitu; Pengertian dan Tujuan Bank Syariah, Produk Perbankan Syariah, Pembiayaan Murabahah; Pengertian Pembiayaan, Prinsip-prinsip Pembiayaan, Jenis-jenis Pembiayaan, Skema Proses Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah, Pengertian Murabahah, Landasan Syariah Murabahah, Rukun dan Syarat Murabahah, Manfaat Murabahah, Skema Proses Murabahah, Produk KPR Syariah.

Bab III : GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT

INDONESIA, TBK

meliputi Profil dan Sejarah Singkat Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan PT.


(31)

Bank Muamalat Indonesia, Tbk, Struktur Organisasi dan Struktur Tata Kelola Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, Sejarah dan Struktur Organisasi Product Development Division PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan Produk dan Layanan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Bab IV : HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS APLIKASI

PRODUK MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN HUNIAN

SYARIAH PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK

meliputi pelaksanaan pembiayaan produk murabahah pada Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat, hasil pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat.

Bab V : PENUTUP

meliputi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dalam bab IV serta saran – saran yang direkomendasikan oleh penulis kepada instansi yang terkait.


(32)

18

A. Produk Perbankan Syariah

1. Pengertian dan Tujuan Bank Syariah

Ada banyak pengertian mengenai Bank Syariah. Salah satunya diungkapkan dalam UU RI No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Menurut Pasal 1 angka 7 UU Perbankan Syariah, bahwa Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.1

Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam, dalam bahasa Inggris ialah Islamic Banking. Dalam bahasa Arabnya disebut (ﺔﻌﯾﺮﺸﻟا ﻚﻨﺒﻟا) al-bunuk al-syariah2. Di Indonesia sendiri dikenal dengan nama Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam dan Syariah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama. Menurut Ensiklopedi Islam yang dikutip oleh Warkum Sumitro, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

1

UU Perbankan Syariah, diakses 6 Mei 2011, pukul 11.27 WIB dari http://www.bi.go.id

2

Abd. Bin Nuh, Oemar Bakry, Kamus Indonesia -Arab- Inggris. Cet.18. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 2007, h.29


(33)

kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.3

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam menurut penulis adalah Bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam sesuai dengan Prinsip Syariah, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan al Quran dan al-Hadits.

Tujuan didirikannya Bank Islam adalah memacu perkembangan ekonomi dan kemajuan sosial dari negara-negara anggota dan masyarakat Muslim, baik secara individual maupun kolektif. Tujuan utama didirikannya Bank Islam ialah untuk menghindari bunga uang yang dilaksanakan oleh Bank-Bank Konvensional (Conventional Banks).4 Jadi, tujuan didirikannya Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga.

2. Produk Perbankan Syariah

Salah satu keunggulan sistem keuangan dalam perbankan syariah adalah tersedianya berbagai produk dan jasa yang dapat dipilih untuk nasabah sesuai dengan kepentingan bisnis dan usaha yang dikelolanya. Secara garis besar produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penyaluran dana

3

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia, Ed. Revisi. Cet. 4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.5

4


(34)

(financing), produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service).5

Sebenarnya dalam hal produk, untuk produk Bank Konvensional dengan produk Bank Syariah tidaklah jauh berbeda. Seperti produk giro dan tabungan yang dikenal dalam perbankan konvensional, dapat penulis temui dalam praktik perbankan syariah sebagai giro wadi’ah, dan tabungan wadi’ah. Namun, ada beberapa produk perbankan syariah yang tidak dikenal dalam perbankan konvensional, seperti pinjaman kebajikan. Hal inilah yang membuat produk perbankan syariah menjadi luwes. Namun demikian, dengan keluwesannya, produk-produk perbankan syariah menjadi sangat luas dan lebih lengkap dibandingkan dengan produk perbankan konvensional.

B. Pembiayaaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan

Salah satu produk Bank adalah menyalurkan pembiayaan. Pembiayaan menurut pasal 1 angka 25 Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

5

Adiwaraman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed.3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.112


(35)

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.6

Jadi, yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana atau barang yang difasilitasi oleh Bank kepada nasabah yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif.7

2. Prinsip – Prinsip Pembiayaan

Prinsip pembiayaan ini disebut pula konsep 5C. Pada dasarnya konsep 5C ini dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah. Prinsip pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut :

6

UU Perbankan Syariah, diakses 6 Mei 2011, pukul 11.27 WIB dari http://www.bi.go.id

7

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), Cet.1, h.160


(36)

a. Character

Penilaian karakter nasabah merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan perilaku seseorang baik secara individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahanya. Pejabat analis dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kebiasaan-kebiasaan, tempra mental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya.8 Informasi lain yang juga sangat krusial untuk diketahui adalah apakah calon debitur tersebut masuk dalam daftar orang tercela (DOT) atau daftar hitam. Untuk memperkuat data ini dapat dilakukan melalui wawancara dan BI checking.

b. Capacity

Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami kemampuan seseorang untuk membayar semua kewajibannya (ability to pay) tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit. Untuk pembiayaan konsumtif, analisa diarahkan pada kemampuan sumber penghasilan calon nasabah membiayai seluruh pengeluaran bulanannya.9 Untuk itu, yang perlu dianalisa adalah perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja, lama bekerja, dan penghasilan.

8

Sunarto Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), h.153

9


(37)

c. Capital

Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Semakin besar jumlah modal yang ditanamkan oleh debitur ke dalam usahanya yang akan akan dibiayai dengan dana Bank semakin menunjukkan keseriusan debitur menjalankan usahanya tersebut. Untuk pembiayaan konsumtif, hal ini dapat tercermin dari uang muka yang sanggup dibayar oleh calon nasabah.

d. Collateral

Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan.10 Jaminan dimaksud harus mampu meng-cover risiko bisnis calon nasabah. Analisa dilakukan antara lain meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan, memperhatikan pengikatannya sehingga secara legal Bank dapat dilindungi, rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan dan marketabilitas jaminan.

e. Condition of Economy

Prinsip C terakhir adalah kondisi ekonomi yaitu berkaitan secara langsung maupun tidak langsung. Seperti peraturan-peraturan dan kebijakan pemerintah yang mungkin akan berdampak pada perekonomian secara regional, nasional, dan internasional terutama yang berhubungan dengan sektor usaha debitur.11 Kondisi ekonomi

10

Ibid., h.154

11


(38)

yang perlu diperhatikan antara lain mencakup yaitu pertama, masalah pemasaran yang meliputi perkiraan permintaan, daya beli masyarakat, luas pasar.

Selain dengan prinsip 5C dapat pula dilakukan penilaian dengan 4P pembiayaan, adalah sebagai berikut:

a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.12 Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan character dari 5C.

b. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.13 Tujuan pengambilan pembiayaan bermacam-macam, apakah untuk tujuan konsumtif atau untuk tujuan produktif atau tujuan perdagangan.

c. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan yang diperolehnya.

12

Ibid., h.155

13


(39)

d. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga pembiayaan yang dikucurkan oleh Bank namun melalui suatu perlindungan.14 Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

3. Jenis – jenis Pembiayaan

Adapun pembiayaan yang biasa dipergunakan dalam pembiayaan pada Bank Syariah sebagai berikut:

a. Musyarakah Mutanaqishah

Adalah suatu skim musyarakah, di mana porsi dana salah satu pihak akan menurun terus hingga akhirnya menjadi nol. Pada saat porsi dana salah satu pihak menjadi nol, maka akan terjadi perpindahan kepemilikan dari satu pihak kepada pihak lainnya.15 Pada skim ini Bank dan nasabah saling mencampurkan dananya untuk membiayai suatu proyek, kemudian secara bertahap Bank akan mengurangi porsi modalnya hingga menjadi nol dalam suatu saat.

b. Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli (Bank dan nasabah).16 Tujuan pembiayaan murabahah adalah untuk pembiayaan yang sifatnya konsumtif seperti rumah, tanah, toko, mobil, motor, dan sebagainya.

14

Ibid., h.156

15

Ibid., h.75

16

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Pertama. Cet.4 (Jakarta: IIT Indonesia, 2003), h.61


(40)

c. Istishna’

Prinsip istishna’ menyerupai salam, namun istishna’ pembayarannya dapat di muka, dicicil atau di belakang. Skim istishna’ dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur, industri kecil, menengah, dan konstruksi.17

d. Ijarah

Definisi fiqih ijarah yaitu suatu jenis akad untuk menjual manfaat dengan jalan penggantian. Maksud manfaat adalah kegunaan, yaitu barang yang mempunyai manfaat dan selama menggunakannya barang tersebut tidak mengalami perubahan atau musnah. Manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya melainkan sifatnya dan dibayar sewa. Misalnya, rumah yang dikontrakkan/disewa. Ada dua jenis ijarah, yaitu operating ijarah dan ijarah muntahia bittamlik.18

4. Skema Proses Pembiayaan

Gambar 2.1

Skema Proses Pembiayaan

Sumber: Sunarto Zulkifli,Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah 19

17

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h.62

18

Compliance Division, Sharia Hand Book : Panduan Dasar Akad-Akad Perbankan Syariah (Jakarta: Bank Muamalat, 2010), h.87

19

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h.149

PERM OHONAN PEM BIAYAAN

PENGUM PULAN DATA & INVESTIGASI

ANALISA PEM BIAYAAN

PENGUM PULAN DATA TAM BAHAN PENGIKATAN

M ONITORING

COM M ITTE (PERSETUJUAN)


(41)

Proses pembiayaan yang sehat adalah salah satu aspek penting dalam perbankan syariah. karena akan menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, bahkan lebih. Tahapan proses pembiayaan secara umum antara lain dimulai dari permohonan pembiayaan, pengumpulan data dan investigasi. Kemudian melakukan analisa pembiayaan, persetujuan, pengumpulan data tambahan, pengikatan, pencairan dan monitoring.

5. Pembiayaan Bermasalah

Berdasarkan pendapat dari Gatot Supramono, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah adalah:

a. Yang berasal dari nasabah, seperti nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperolehnya dan nasabah beritikad kurang baik. b. Berasal dari bank, seperti kualitas pejabat bank yang tidak profesional,

persaingan antar bank yang dapat menyebabkan timbulnya persaingan tidak sehat, dan pengawasan yang lemah.20

Hampir setiap bank mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah suatu fasilitas pembiayaan disebabkan oleh pihak perbankan, dalam hal ini pihak analisis pembiayaan kurang teliti dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen dan salah dalam melakukan perhitungan terhadap rasio-rasio yang ada. Dan dari pihak nasabah yakni adanya unsur kesengajaan seperti nasabah yang sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank dan unsur tidak sengaja seperti si

20

Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis (Jakarta: Djambatan,1996), h.132


(42)

nasabah mampu untuk membayar tapi tidak mampu karena mengalami musibah seperti kebakaran atau kebanjiran.

6. Pengertian Murabahah

Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata “ar-ribhu

(ُﺢْﺑِﺮﻟا) yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan).”21 Murabahah

dalam fiqih, menurut Abdullah Saeed, yaitu : “Ada tiga pihak, A, B, dan C dalam penjualan murabahah. A meminta B untuk membeli beberapa barang untuk A. B tidak memiliki barang tersebut tapi berjanji untuk membelikannya dari pihak ketiga, yaitu C. B adalah perantara, dan kontrak murabahah adalah antara A dan B”.22

Sedangkan pengertian murabahah menurut beberapa praktisi perbankan didefinisikan sebagai berikut :

a. Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa bai’ al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.23

b. Warkum Sumitro membedakan pengertian keduanya, dimana pengertian murabahah adalah persetujuan jual-beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang

21

http://ekonomisyariat.com/fikih-ekonomi-syariat/mengenal-jual-beli-murabahah.html, (diakses tanggal 7 Mei 2011, pukul 15.45 WIB)

22

Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah: Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neorevivalis (terj.), (Jakarta: Paramadina, 2004), Cet.2.h.17

23

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Cet.2, (Jakarta: Tazkia Institut, 2000), h.145


(43)

disepakati bersama dengan pembayaran ditangguhkan satu bulan sampai satu tahun. Persetujuan tersebut juga meliputi cara pembayaran sekaligus.24

c. Menurut Adiwarman Karim, bahwa cara pembayaran murabahah dapat dilakukan baik dalam bentuk lump sum (sekaligus) maupun dalam bentuk angsuran.25

d. Dan menurut Sutan Remy Sjahdeini, murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual-beli dengan cicilan.26

Berdasarkan definisi dari beberapa pakar perbankan syariah maupun secara fiqih, dapat penulis ketahui murabahah ataupun bai’al murabahah (sebutan lain murabahah) adalah jual beli suatu barang tertentu antara penjual dan pembeli di mana harga jualnya terdiri dari harga pokok ditambah nilai keuntungan yang telah disepakati di akad awal. Penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi, sementara pembayarannya dilakukan secara tangguh atau dicicil. Ditangguhkan disini maksudnya, pembeli baru membayar pada waktu jatuh tempo dengan harga jual sebesar harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati. Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu, dengan kata lain nasabah tetap

24

Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait : BMI dan Takaful di Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), Edisi Revisi, h.37

25

Adiwaraman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed.1, h.161

26

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : Pustaka Grafiti, 1999), Cet.1, h.64


(44)

memperoleh pembiayaan murabahah dari Bank untuk pengadaan barang tersebut.

Sedangkan bai bitsaman ajil adalah jual beli dengan pembayaran di akhir yang berbeda dengan murabahah yaitu jual beli dengan pembayaran cicilan.27

7. Landasan Syariah dan Hukum Murabahah Landasan syariah murabahah yaitu : a. Al Quran

Al Quran surat An-Nisa ayat 29

                                          Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa : 29)28

b. Hadis Nabi SAW

ﻋ

ﻦ

ﺻ

ِﻟﺎ

ِﺢ

ﺑ

ِﻦ

ﺻ

ﻬﻴ

ٍﺐ

ﻋ

ﻦ

ﹶﺍ ِﺑ

ﻴِﻪ

:

ﹶﻗ

ﹶﻝﺎ

ﺭ

ﺳ

ﻮ

ﹸﻝ

ِﷲﺍ

ﺻ

ﱠﻠ

ُﷲﺍ ﻰ

ﻋ

ﹶﻠﻴِﻪ

ﻭ

ﺳﱠﻠ

ﻢ

ﹶﺛ ﹶﻠ

ﹲﺚ

ِﻓﻴ

ِﻬ

ﻦ

ﹾﻟﺍ

ﺒﺮ

ﹶﻛ

ﹸﺔ

ﹾﻟﺍ

ﺒﻴ

ﻊ

ِﺍ ﹶﻟ

ﹶﺍ ﻰ

ﺟ

ٍﻞ

ﻭ

ﹾﻟﺍ

ﻤﹶﻘ

ﺭﺎ

ﺿ

ﹸﺔ

ﻭ

ﹶﺍﺧ

ﹶﻼ

ِﻝ

ﹶﻁ

ﹾﻟﺍ

ِﺒﺮ

ِﺑ

ﺸﻟﺎ

ِﻌﻴ

ِﺮ

ِﻟ ﹾﻠ

ﺒﻴ

ِﺖ

ﹶﻻ

ِﻟﹾﻠﺒ

ﻴِﻊ

)

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﻭﺭ

(

27

Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. h.86

28

Departemen Agama RI. al Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Jumanatul Ali Art, 2005), h.83


(45)

Artinya :

”Dari Shalih bin Shuhaib ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan, jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibn Majah dari Shuhaib)29

Selain itu, jual beli pun harus di dasari atas suka sama suka sebagaimana Hadits Riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan shahih oleh Ibnu Hibban yang yang dikutip oleh Sharia Hand Book: Panduan Dasar

Akad-Akad Perbankan Syariah menyatakan: “Sesungguhnya jual beli itu

harus dilakukan suka sama suka.”30 c. Ijma’

“Ijma mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah.” (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, juz 2, hal.161; lihat pula al-Kasani, Bada’i as-Sana’i, juz 5, hal.220-222)31

d.Kaidah Fiqh

ِﻢﻳِﺮﺤﺘﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹸﻞﻴِﻟﺪﻟﺍ ﱡﻝﺪﻳ ﻰﺘﺣ ﹸﺔﺣﺎﺑِﻹﺍ ِﺕﹶﻼﻣﺎﻌﻤﹾﻟﺍ ﻰِﻓ ﹸﻞﺻَﻷﹶﺍ

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

e. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Perihal murabahah ini diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional, yaitu:

29

Compliance Division, Sharia Hand Book: Panduan Dasar Akad-Akad Perbankan Syariah, h.40

30

Ibid., h.40

31


(46)

1) No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 Tentang Murabahah.

2) No.13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 Tentang Uang Muka dalam Murabahah.

3) No.16/DSN-MUI/IX/2000tanggal 16 September 2000 Tentang Diskon dalam Murabahah.

4) No.23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang potongan pelunasan dalam murabahah.

8. Rukun dan Syarat Murabahah

Agar suatu jual beli dapat terlaksana dengan baik (sesuai dengan aturan Islam), perlu diperhatikan rukun jual beli, yaitu adanya :

a. Penjual (ba’i), b. Pembeli (musytari),

c. Barang yang dibeli (komoditas),

d. Harga (tsaman) yang terdiri dari harga beli, margin keuntungan, dan harga jual,

e. Ijab qabul (perjanjian).32 Syarat bai’ al murabahah:

a. Harus digunakan untuk barang-barang yang halal; barang najis tidak sah diperjual-belikan dan barang bukan larangan negara.

b. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

c. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

32


(47)

d. Kontrak harus bebas dari riba

e. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

f. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.33

Berdasarkan rukun dan syarat murabahah yang disebutkan diatas, jadi di murabahah ini terlihat adanya unsur keterbukaan.

9. Manfaat Murabahah

Transaksi bai’al murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Bai’ al murabahah memberi banyak manfaat kepada Bank Syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’ al murabahah juga sangat sederhana dan memudahkan penanganan administrasinya di Bank Syariah.34 Selain memiliki manfaat, ada beberapa kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain:

a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran. b. Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar

naik setelah Bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut.

33

M. Rifai, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV Wicaksana, 2002), h.62

34

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, Cet.4, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h.67


(48)

c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi.35

10.Skema Proses Murabahah

Gambar 2.2

Keterangan:

1. Nasabah mengajukan permohonan untuk membeli kepada Bank. Bank memberikan persyaratan atas pengajuan nasabah, serta dilakukan negosiasi harga.

2. Bank dan nasabah melakukan akad jual beli atas barang yang diminta oleh nasabah.

3. Bank membeli barang dari supplier penjual sesuai dengan spesifikasi yang telah diminta oleh nasabah

35


(49)

4. Supplier mengirim/menyerahkan barang sesuai spesifikasi yang telah disepakati kepada nasabah.

5. Nasabah menerima barang dan dokumen.

6. Kemudian nasabah melakukan pembayaran kepada pihak Bank secara angsur (margin+pokok)

C. Produk KPR Syariah

Produk KPR syariah dimaknai sebagai pembiayaan perumahan yang mekanismenya didasarkan pada akad jual-beli (tabadduli). Bank Syariah sebagai penjual (al-ba’iu) dan nasabah sebagai pembeli (musytari).36 Untuk kredit atau pembiayaan kepemilikan rumah, memang ada beberapa perbedaan antara KPR di Bank Syariah dan Bank Konvensional. Pertama, pada akad atau perjanjian awalnya. Kedua, kemudahaan nasabah untuk meminjamnya. Ketiga, di Bank konvensional menggunakan bunga sebagai keuntungannya, sedangkan di Bank Syariah menggunakan marjin/bagi hasil. Keempat, apabila mendapatkan kendala pada pembayarannya, Bank Syariah lebih memberikan kemudahan bagi Anda.37

Salah satu keuntungan yang di dapat jika masyarakat memilih menggunakan kredit/pembiayaan rumah dengan prinsip syariah adalah terhindarnya dari sistem riba dalam pengambilan KPR konvensional.

36

“Kredit Pemilikan Rumah , Kredit”, artikel diakses pada 6 Maret 2011, pukul 12.12 WIB dari http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--ratnaningr-4255

37

“ Beda KPR Syariah dan Konven”, artikel diakses pada 16 Mei 2011, pukul 16.34 WIB dari http://www.perencanakeuangan.com/files/bedakprsyariahdankonv.htm


(50)

36

A. Profil dan Sejarah Singkat Perjalanan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1

1. Profil Bank Muamalat Indonesia

Saat ini Bank Mumalat merupakan satu-satunya bank syariah yang berekspansi ke luar negeri dengan membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia. Nasabah dapat memanfaatkan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) dengan jangkauan akses lebih dari 2.000 ATM di Malaysia. Pelopor perbankan syariah ini selalu berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan mudah dijangkau bagi masyarakat hingga ke berbagai pelosok Nusantara.

Bukti komitmen tersebut telah mendapat apresiasi dari pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional, serta masyarakat luas dengan perolehan lebih dari 70 penghargaan bergengsi selama 5 tahun terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2010 dari Islamic Finance News–Kuala Lumpur–, Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 dari Global Finance–New York–, serta The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 dari Alpha South East Asia–Hongkong.

1


(51)

2. Sejarah Singkat Perjalanan Bank Muamalat Indonesia2

Gagasan pendirian Bank Muamalat Indonesia berawal dari lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia pada 18- 20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini berlanjut dalam Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, pada 22-25 Agustus 1990 yang diteruskan dengan pembentukan kelompok kerja untuk mendirikan bank murni syariah pertama di Indonesia. Realisasinya dilakukan pada 1 November 1991 yang ditandai dengan penandatanganan akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia di Hotel Sahid Jaya berdasarkan Akte Notaris Nomor 1 Tanggal 1 November yang dibuat oleh Notaris Yudo Paripurno, S.H. dengan Izin Menteri Kehakiman Nomor C2.2413.hT.01.01 Tanggal 21 Maret 1992/Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 April 1992 Nomor 34.

Pada saat penandatanganan akte pendirian ini diperoleh komitmen dari berbagai pihak untuk membeli saham sebanyak Rp.48 Milyar. Kemudian dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor diperoleh tambahan dana dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp.106 Milyar sebagai wujud dukungan mereka. Dengan modal awal tersebut dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991 serta izin usaha yang berupa Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 430/KMK.013/1992 Tanggal 24 April 1992.

2


(52)

Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412 H. Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat mendapat kepercayaan dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa. Beberapa tahun yang lalu Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara pernah mengalami krisis moneter yang berdampak terhadap perbankan nasional yang menyebabkan timbulnya kredit macet pada segmen korporasi. Bank Muamalat pun ikut terimbas dampak tersebut. Tahun 1998, angka non performing financing (NPF) Bank Muamalat Indonesia sempat mencapai lebih besar dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp105 Miliar dan ekuitas mencapai titik terendah hingga Rp39,3 Miliar atau kurang dari sepertiga modal awal.

Kondisi tersebut telah mengantarkan Bank Muamalat memasuki era baru dengan keikutsertaan Islamic Development Bank (IDB), yang berkedudukan di Jeddah–Saudi Arabia, sebagai salah satu pemegang saham luar negeri yang resmi diakui melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 21 Juni 1999. Dalam kurun waktu 1999-2002 Bank Muamalat terus berjuang dan berhasil membalikkan keadaan dari rugi menjadi laba. Hasil tersebut tidak lepas dari upaya dan dedikasi segenap karyawan dengan dukungan kepemimpinan yang kuat, strategi usaha yang tepat, serta kepatuhan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

B. Visi dan Misi PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk 3

1. Visi : Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

3


(53)

2. Misi :

Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimakan nilai bagi stakeholder.

C. Struktur Organisasi dan Struktur Tata Kelola Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

1. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia

Adapun struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia sebagai berikut : (bagan bisa dilihat di gambar 3.1 lampiran).

2. Struktur Tata Kelola Perusahaan Bank Muamalat Indonesia

Struktur organisasi tata kelola Bank Muamalat Indonesia terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan Dewan Direksi.

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)4

Rapat Umum Pemegang Saham memegang kekuasaan tertinggi di dalam tubuh perusahaan dan memiliki wewenang yang tidak dapat diserahkan kepada Direksi, Dewan Komisaris, atau Dewan Pengawas Syariah. RUPS juga berfungsi sebagai instrumen bagi pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.

4


(54)

b. Susunan Dewan Komisaris

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Dewan Komisaris bertindak secara independen, melaksanakan tugas secara obyektif, dan bebas dari tekanan dan kepentingan pihak manapun termasuk dalam hubungan sesama anggota Dewan Komisaris hubungan dengan Direksi.

Secara definitif, Bank Indonesia telah menyetujui pengangkatan Dewan Komisaris dan Komisari Utama Bank Muamalat melaui surat keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 11/3/GBI/DPbS tanggal 22 April 2009 dan Nomor 11/5/GBI/DPbS tanggal 15 Juni 2009 serta Nomor 11/10/GBI/DPbS tanggal 18 November 2009 mengenai Persetujuan Pengangkatan Anggota Dewan Komisaris dan Komisaris Utama. Adapun nama-nama anggota Dewan Komisaris serta penetapan statusnya sebagai Komisaris Independen atau bukan Komisaris Independen, sebagaimana kriteria yang ditetapkan dalam peraturan dan ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut5 :

Presiden Komisaris : Dr. Widigdo Sukarman Komisaris : Irfan Ahmed Akhtar, CFA

Abdulla Saud Abdul Azis Al-Mulaifi, M.B.A Sultan Mohammed Hasan Abdulrauf, M.A & FIS Emirsyah Satar, S.E

Ir. Andre Mirza Hartawan, M.B.A

5

“Struktur Tata Kelola Perusahaan”, Annual Report Bank Muamalat Indonesia 2010, h.134


(55)

c. Dewan Pengawas Syariah

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Tapi unsur yang amat membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.6

Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan badan independen yang bertugas melakukan pengarahan (directing); pemberian konsultasi (consulting), nasihat dan atau saran; melakukan evaluasi (evaluating) dan pengawasan (supervising) kegiatan bank untuk memastikan setiap kegiatan yang dilakukan mematuhi (compliance) prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.7

DPS Bank Muamalat ditetapkan melalui keputusan RUPS tanggal 23 April 2009 dan Berita Acara RUPS Tahunan No. 142 tanggal 23 April 2009. Jumlah anggota DPS tersebut telah memenuhi ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 yang menetapkan bahwa anggota DPS sekurang-sekurangnya sebanyak 2 (dua) orang dan maksimal sebanyak 50% dari jumlah Direksi, atau bagi Bank Muamalat Indonesia sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. Adapun Anggota

6

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Edisi Khusus. (Jakarta : Tazkia Institute,2000), h.194

7


(56)

Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut :

Ketua : K.H. Ma’ruf Amin

Anggota : Prof. Dr. H. Muardi Chatib Prof. Dr. H. Umar Shihab

d. Dewan Direksi 8

Direksi merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Bank Muamalat. Komposisi Direksi per 1 Januari 2010 berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 23 April 2009 dan tanggal 22 Juli 2009 serta sesuai dengan surat keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 11/5/GBI/DPbS tanggal 15 Juni 2009 dan No. 11/8/GBI/DPbS tanggal 28 September 2009 jumlah Direksi yang telah memenuhi kriteria dalam fit and proper test Bank Indonesia adalah 5 (lima) orang sehingga masih terdapat kekurangan seorang Direktur bila dibandingkan dengan jumlah Komisaris sebanyak 6 (enam) orang.

Melengkapi kekosongan jabatan Direksi, pada 21 September 2010 berdasarkan hasil RUPS tanggal 28 Juni 2010 dan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/13/GBI/DPbS, Sdr. Hendiarto resmi diangkat sebagai Finance & Operation Director, sehingga komposisi dan

8


(57)

jumlah direktur Bank Muamalat per 21 September 2010 adalah sebagai berikut :

President Director : Ir. Arviyan Arifin

Bidang Tanggung Jawab : Divisi Humas Resource, Divisi Internal Audit, Transformation Management Office, Teknologi dan Corporation Communication Desk

Direktur :

1) Compliance anda Risk Management Director : Ir. Andi Buchari, M.M. Bidang Tanggung Jawab:

Divisi Compliance, Divisi Corporate Secretary, dan Risk Management.

2) Financial Institution & International Banking Director : Farouk A.Alwyni, M.B.A.

Bidang Tanggung Jawab:

Divisi International Banking & Financial Institutions dan Service. 3) Retail Banking Director: Adrian Asharyanto Gunadi, M.B.A.

Bidang Tanggung Jawab:

Divisi Product Development dan Divisi Sales Management & Support 4) Corporate Banking Director : Ir. Luluk Mahfudah

Bidang Tanggung Jawab: Divisi Financing Support dan Remedial 5) Finance & Operation Director : Hendiarto, S.E


(58)

Operation, General Service, dan Treasury.

Gambar 3. 1

Struktur Tata Kelola Perusahaan

Sumber: Annual Report Bank Muamalat Indonesia tahun 2010 9

D. Sejarah dan Struktur Organisasi Product Development Division PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

1. Sejarah Product Development Division

Perubahan dan penyempurnaan struktur yang baru mengantarkan adanya divisi khusus yang mengurusi pengembangan produk, yaitu Product Development Division (PDD). Product Development Division (PDD) ialah gabungan (merger) dari dua divisi yaitu Retail Product Development Division (RPDD) yang bertugas mengembangkan produk

9


(59)

retail banking dan Product Development Division (PDD) yang bertanggung jawab mengembangkan produk corporate banking. Meski demikian, secara struktural PDD berada di bawah koordinasi Direktorat Retail Banking.10 Sebagaimana telah dikatakan oleh Mba Hana, Service Assistant PDD sebagai berikut , “Kalau dulu RPDD dan PDD itu pisah, menjadi bagian-bagiannya tersendiri. Tapi, setelah ada perombakan manajemen di tahun 2010, RPDD dan PDD menjadi satu.”11

2. Struktur Organisasi Product Development Division Gambar 3.2

Struktur Organisasi Product Development Division 2011 – 2014

Sumber: Pedoman Pengembangan Produk PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk, 2011

10

Direktorat Retail Banking PDD, The Product: Report & Outlook, 2010, h.2

11

Wawancara pribadi dengan Rika Richana, Service Assistan PDD, Arthaloka, 17 Maret 2011, pukul 14.30 WIB

Direktorat Retail Banking


(60)

Berikut penjelasan mengenai tugas, kewenangan dan tanggung jawab Product Development Division yang dibagi atas empat fungsi sebagai berikut :

a. Asset Product Development (Pengembangan Produk Pembiayaan) Kegiatan utamanya adalah mengembangkan dan memelihara produk-produk pembiayaan yang baru maupun yang sudah ada untuk berbagai segmen, dari konsumtif, mikro,kecil, menengah dan korporasi. Produk-produk tersebut antara lain Automuamalat, Dana Talangan Porsi Haji, Pembiayaan Modal Kerja LKMS, Pembiayaan Rekening Koran Syariah, Pembiayaan Umroh Muamalat dan Pembiayaan Hunian Syariah.

b. Card & Liability Product Development (Pengembangan Produk Pendanaan dan Produk Kartu)

Kegiatan utamanya adalah mengembangkan dan memelihara produk-produk Kartu dan Pendanaan yang baru maupun yang sudah ada untuk individu maupun lembaga. Seperti Tabungan Haji Arafah, Tabungan Muamalat, Tabungan Ummat dan TabunganKu.

c. Channel Development (Pengembangan Saluran Layanan)

Kegiatan utamanya adalah mengembangkan dan memelihara Saluran Layanan yang baru maupun yang sudah ada untuk individu maupun lembaga.


(61)

d. Product Support Development/Pendukung Produk

Kegiatan utamanya adalah fungsi pendukung pada kegiatan pengembangan produk seperti melakukan Market Review, evaluasi pada produk yang sudah ada, dan mendukung pengembangan sistem teknologi terkait produk.

E. Produk dan Layanan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 12 1. Pendanaan

a. Giro

1) Giro Muamalat (Perorangan) 2) Giro Muamalat Institusi b. Tabungan

1) Tabungan Muamalat 2) Tabungan Muamalat Pos 3) Tabungan Haji Arafah 4) Tabungan Haji Arafah Plus 5) Tabungan Muamalat Umroh 6) TabunganKu

7) Tabungan Ummat

8) Bancaasurance, yang terdiri dari produk ; a) Shar-e fulPROTEK

b) Syariah Mega Covers

12

Produk dan Layanan Bank Muamalat”, di akses 30 Mei 2011, dari http://www.muamalatbank.com pukul 14.53 WIB


(62)

c) Ta'awun Card d) Fitrah Card c. Deposito

1) Deposito Mudharabah 2) Deposito Fulinves

2. Pembiayaan

a. Konsumen

1) Pembiayaan Hunian Syariah 2) Automuamalat

3) Dana Talangan Porsi Haji 4) Pembiayaan Muamalat Umroh

5) Pembiayaan kepada Anggota Koperasi Karyawan/Guru/PNS b. Modal Kerja

1) Pembiayaan Modal Kerja

2) Pembiayaan Modal Kerja Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Syariah (BPRS/BMT/Koperasi)

3) Pembiayaan Rekening Koran Syariah c. Investasi

1) Pembiayaan Investasi

3. Layanan

a. International Banking

1) Muamalat Remittance iB. Jenis remittance antara lain : a) Remittance BMI - MayBank


(63)

b) Kas KILAT : BMI – BMMB (Bank Muamalat Indonesia - Bank Muamalat Malaysia Berhad

c) Remittance BMI – NCB (Bank Muamalat Indonesia - National Commercial Bank)

d) Tabungan Nusantara b. Muamalat Trade Finance

Layanan produk Muamalat Trade Finance antara lain produk ekspor, produk impor, produk ekspor - impor Non LC Financing, produk SKBDN, produk Bank Garansi, produk Letter of Credit, dan Produk Stanby LC.

c. Investment Service d. Transfer

e. Layanan 24 Jam 1) SMS Banking 2) SalaMuamalat 3) MuamalatMobile 4) Internet Banking


(64)

50

PRODUK MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PT.

BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK

A. Hasil Temuan Data Lapangan Aplikasi Produk Murabahah Pada Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat

Pasca dikeluarkannya Undang-undang mengenai Perbankan Syariah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada industri perbankan syariah dalam mengembangkan usahanya. Salah satu segmen pasar yang sangat potensial bagi industri perbankan syariah adalah sektor properti.

Salah satu keunggulan dari produk perbankan dalam menyalurkan pembiayaan perumahannya yaitu adanya kepastian angsuran yang dilaksanakan selama jangka waktu pembiayaan yang membuat tenang si nasabah yang melakukan pengajuan pembiayaan perumah. Jadi, nasabah tidak perlu khawatir jika suku bunga naik karena di akad awal perjanjian sudah ditetapkan berapa angsuran yang harus dibayarkan perbulannya. Kepastian angsuran tersebut dapat dinikmati jika nasabah menggunakan produk murabahah dalam pembiayaan perumahan.


(65)

1. Konsep Produk Murabahah Pada Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat

Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.1

Sebagai bank “Pertama Murni Syariah”, Bank Muamalat Indonesia mampu mempertahankan posisinya sebagai barometer perbankan syariah di tanah air. Produk Bank Muamalat adalah produk keuangan syariah pertama di dunia perbankan Indonesia. Produk-produk di Bank Muamalat sendiri terdiri dari produk pendanaan, pembiayaan, dan jasa.

Kegiatan penyaluran kredit (pembiayaan) mempunyai peranan yang sangat penting bagi kegiatan perbankan, karena kredit atau pembiayaan merupakan bagian terbesar sumber penghasilan bank.2 Maka BMI melakukan pengembangan terhadap produk-produk pembiayaannya (consumer financing), khususnya pembiayaan yang sifatnya konsumtif seperti pembiayaan rumah.

Dalam rangka memberikan fasilitas pembiayaan rumah, Bank Muamalat kini hadir dengan brand baru yaitu Pembiayaan Hunian Syariah

1

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia, Ed. Revisi, Cet.4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.5

2

Sutojo Siswanto, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum, (Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2000), h.63


(66)

Muamalat (PHSM) yang sebelumnya produk ini bernama Baiti Jannati. Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat yaitu fasilitas pembiayaan jangka panjang yang disediakan oleh Bank Muamalat bagi nasabah yang dinilai layak (eligible) oleh BMI (Bank Muamalat Indonesia) untuk pembelian/kepemilikan property (residential mortgage).3

Adanya Produk Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat ini dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat luas yang dilakukan oleh BMI dengan meningkatkan mutu serta fitur-fitur dari produk KPRS nya dengan melakukan peluncuran kembali nama brand yang sebelumnya Baiti Jannati menjadi Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat.Seperti yang dikatakan oleh staff PDD, Syukri:

“Sejak bulan Agustus 2010, BMI berusaha terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat luas dengan meningkatkan fitur-fitur dari produk KPRS-nya dengan melakukan peluncuran kembali nama brand yang sebelumnya Baiti Jannati menjadi Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat atau biasa disingkat menjadi (PHSM). Nah, pembiayaan hunian syariah tersebut memiliki dua produk, yaitu produk murabahah untuk PHS Pembelian dan produk musyarakah mutanaqisah untuk PHS Kongsi. Kemudian dilakukan penambahan fitur bisa untuk rumah indent dan renovasi.”4

Untuk perbedaan fitur lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

3

“Pembiayaan Hunian Syariah”, artikel di akses pada 30 Maret 2011, pukul 14.53 WIB dari http://www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/sewa_kprs

4

Wawancara Pribadi dengan Syukri Ghozali, PDD Staff, Arthaloka, 14 Maret 2011, pukul 14.30 WIB


(1)

121

itu jika suku bunganya stabil, jadi kemampuan masyarakat terjaga untuk permintaan KPR. Lalu kebijakan di bidang tenaga kerja. Seperti gaji, nilai UMR (Upah Minimum Regional) segala macem soal kesejahteraan pekerja. Kalau UMR terlalu rendah sehingga banyak orang yang tidak bisa membeli rumah, tapi secara keseluruhan kebijakan Pemerintah itu tidak berdampak. Karena orang itu mampu atau tidak mampu akan dipaksakan untuk membeli rumah (kebutuhan dasar). Kecuali kalau pembiayaan yang sifatnya komersil seperti ekspor-impor, kebijakan Pemerintah akan berdampak sekali pengaruhnya. Selain itu, regulasi dari Pemerintah cukup mensupport untuk produk-produk perbankan syariah dan KPR saat ini sedang bagus.

Untuk SDM, jadikan, eee ... harusnya kan kalau di bank-bank itu prestisnya adalah jumlah nasabah itu berbanding dengan jumlah SDM yang ngurusin dan prosesnya itu lebih efisiensi. Kalau ngerjainnya di cabang, efisiensinya jadi lebih rendah karena bagian-bagian di cabang jadi diberdayakan untuk ngurusin hal-hal yang sebenarnya bisa dilakuin di pusat. Seperti misalnya, taksasi atau penilaian jaminan itu cabang juga bisa ngelaksanain. Kan beda ya efisiensi antara 1 orang yang ditugasin seharian untuk keliling daerah untuk meriksa rumah sama satu orang yang punya tugas double job, misalnya meriksa jaminan dan tugas lain. Kecepatannya tergantung dari data-data yang diterima ... kalau untuk follow up itu

langsung, begitu nasabah ngajuin kita langsung follow up, hari besoknya paling lama diproses, masalahnya apakah datanya sudah lengkap untuk diproses. Terus


(2)

(3)

123

WAWANCARA Metode Tak Terstruktur

Nama : Rika Richana

Divisi : Product Development Division

Posisi : Service Assistant PDD

Tempat : Kantor Pusat Bank Muamalat Indonesia Arthaloka, lantai 7

Tanggal : 14 Maret 2011 dan 17 Maret 2011

Pukul : 14.30 WIB

1. Tanya : Untuk produk-produk di BMI ditangani oleh divisi apa ? Bagaimana

dengan struktur organisasi divisi tersebut ? Tolong jelaskan !

Jawab: Untuk produk-produk yang dimiliki oleh Bank Muamalat ditangani oleh

PDD tapi divisi-divisi lain juga ikut terkait. Seperti SMSD (Sales Management and Support Division), Service Division, Risk Management Division yang mengelola risiko-risiko terhadap suatu produk, HRD yang menangani SDM. Sebelum kru-kru bekerja di Muamalat, mereka semuanya di training dulu. Ada masa untuk training. Di training tersebut dikasih materi tentang produk-produk Bank Syariah, segala macemnya, sebagai dasar kita untuk kerja disiini dan lainnya. Untuk gambar strukturnya sendiri kamu liat aja di Pedoman Pengembangan Produk PDD.

2. Tanya: PDD itu divisi apa sih mba ?

Jawab: PDD itu singkatan dari Product Development Division. Tugasnya ngurusin


(4)

(5)

(6)