Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Literatur Terdahulu

7

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peran UNIFEM United Nations Development Fund for Women dalam upaya melindungi hak-hak perempuan dalam konflik Darfur?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencoba menjelaskan peran UNIFEM United Nations Development Fund for Women dalam upaya melindungi hak- hak perempuan di Darfur, ketika perempuan-perempuan di Darfur tersebut merasa tertindas dan menjadi korban seksual akibat perang yang terjadi di daerah Darfur. Serta langkah apa yang dilakukan oleh UNIFEM dalam melindungi perempuan- perempuan dari konflik yang terjadi di Darfur seperti yang telah dirangkum dalam latar belakang di atas.

1.4. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Praktis Hasil studi ini diharapkan dapat memberi pemahaman tentang keadaan perempuan-perempuan di Darfur yang menjadi korban perang pada masa konflik di Darfur. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagaimana UNIFEM dalam upayanya melindungi hak-hak perempuan di Darfur ketika konflik yang terjadi antara pasukan Pemerintah dengan pemberontak yang bahkan melibatkan penduduk sipil, dan mengetahui sebab mengapa hal itu bisa terjadi. 8 2. Manfaat akademis Untuk perkembangan studi hubungan internasional selanjutnya, akan ditinjau lebih lanjut mengenai peran UNIFEM sebagai Organisasi Internasional dalam melindungi hak-hak perempuan yang menjadi korban perang.

1.5. Literatur Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang menjadi literatur terdahulu dalam penelitian ini. Penelitian yang pertama yaitu skripsi dari Fitriani, 15 yang kedua skripsi Dhita Bhangga Kun Maharani. 16 Penelitian yang pertama berjudul Kontribusi Perspektif Feminis dalam Studi Hubungan Internasional : Sebuah tinjauan terhadap fenomena perkosaan perempuan di wilayah konflik, dari Fitriani. dalam tulisannya, Fitriani membahas kasus pemerkosaan perempuan yang lazim terjadi selama masa konflik.Fitriani menjabarkan karakteristik-karakteristik dari fenomena pemerkosaan perempuan di wilayah konflik dan mencoba menganalisisnya dengan menggunakan sudut pandang dari perspektif realis, liberalis, dan globalis. Namun perspektif-perspektif tersebut tidak dapat menjelaskan mengenai fenomena pemerkosaan sehingga perspektif feminis dibutuhkan untuk menjawab kasus pemerkosaan perempuan yang terjadi di wilayah konflik ke dalam kajian dari studi HI. Dalam penelitian Fitriani menurut Pakar feminis yang secara khusus membahas tentang pemerkosaan perempuan di wilayah konflik adalah Susan Brownmiller dan Chyntia Enloe. Susan Brownmiller mengenalkan terminologi 15 Fitriani, 2006, Kontribusi Perspektif Feminist Dalam Study Hubungan Internasional: Sebuah Tinjauan Terhadap Fenomena Perkosaan Perempuan Di Wilayah konflik, UI, Jakarta. 16 Dita Bhangga Kun Maharani, 2010, Peran UNIFEM United Nations Development Fund For Women dalam menghapuskan kekerasan Terhadap Wanita Afghanistan, UNAIR, Surabaya. 9 symbolic battlefields atau medan perang simbolik atas tubuh perempuan. Walaupun perempuan tidak turun langsung dalam perang, identitas dari tubuhnya merepresentasikan satu budaya dan genetik dari sukuagamaras tertentu yang berbeda dari pihak musuh, Chyntia Enloe mengenalkan terminologi the personal is international yang memperlihatkan bagaimana politik yang ada secara internasional membentuk identitas personal, kehidupan pribadi, serta hubungan antar manusia di dunia. Pemerkosaan dalam waktu perang banyak dilakukan tentara sebagai hasil dari sistem patriarkal yang ditanamkan melalui militerisasi. 17 Penelitian yang kedua yaitu Peran UNIFEM dalam menghapuskan kekerasan terhadap perempuan Afghanistan dari Dita Bhangga Kun Maharani. Dalam penelitiannya penulis mencoba membahas mengenai peningkatan hak asasi perempuan di Afghanistan setelah Kelompok Taliban tidak lagi memimpin, khusunya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Menurut sejarahnya, hak asasi perempuan Afghanistan mengalami pasang surut, pada beberapa periode mengalami peningkatan. Akan tetapi sejak perang sipil dan invasi Uni Soviet terjadi di Afghanistan tahun 1978 kondisi perempuan memburuk. Perempuan menjadi salah satu korban dalam perang. Hal ini diperparah ketika kelompok Mujahidin dan Taliban menguasai Afghanistan. 18 Pada saat kelompok Mujahidin berhasil mengalahkan Uni Soviet dan menguasai Afghanistan, kekerasan terhadap perempuan menyebar luas, namun pemerintah tidak memberlakukan kebijakan resmi mengenai larangan terhadap perempuan untuk mendapatkan hak mereka. Kebijakan larangan terhadap 17 Fitriani 2006, Kontribusi Perspektif Feminis Dalam Studi Hubungan Internasional:Sebuah Tinjauan Terhadap Fenomena Perkosaan Perempuan Di Wilayah Konflik, UI, Jakarta: hal 12 18 Dita Bhangga Kun Maharani 2010 Peran UNIFEM United Nations Development Fund for Women Dalam Menghapuskan Kekerasan Terhadap Wanita Afghanistan 2002-2009 Surabaya: UNAIR 10 perempuan secara ekstrim diberlakukan pada saat Taliban memimpin Afghanistan, perempuan dilarang tampil diruang publik dan diharuskan memakai pakaian khusus burqa. Setelah Taliban dikalahkan oleh AS melalui invasi militer tahun 2001, kondisi perempuan di Afghanistan mendapatkan perhatian kembali, baik dari dalam negeri maupun internasional. Beberapa perbaikan mulai terlihat dibidang kesehatan, pendidikan dan sosial. UNIFEM sebagai badan PBB yang bergerak untuk perempuan hadir di Afghanistan tahun 2002. UNIFEM melalui program gender and justice yang didalamnya termasuk unit elemination of violence against women bertujuan untuk mengurangi perluasan kekerasan terhadap perempuan di Afghanistan. Fenomena kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi baik kekerasan fisik dan seksual. Penelitian ini mengkaji mengapa kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi di Afghanistan. Melalui teori organisasi dan konsep sistem serta konsep sosiologi hukum diperoleh bahwa kekerasan terhadap perempuan masih banyak terjadi di Afghanistan disebabkan oleh dua hal. Pertama, kurangnya kapabilitas pemerintah dalam mengimplementasikan sistem hukum di Afghanistan sehingga perempuan kurang mendapatkan perlindungan hukum. Kedua, budaya patriarki dan fundamentalisme yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Afghanistan menyebabkan perempuan memiliki posisi subordinat dibanding laki-laki. 11 Tabel 1.1 Tabel Penelitian Terdahulu No NamaJudul Metodologi Hasil 1 Fitriani Kontribusi Perspektif Feminis dalam Studi Hubungan Internasional: Sebuah tinjauan terhadap fenomena perkosaan perempuan di wilayah konflik. - Deskriptif - Menjabarkan perspektif HI realis, liberalis, globalis dan feminis - Fokus pada fenomena perkosaan perempuan di wilayah konflik Fenomena Perkosaan yang terjadi diwilayah konflik sebagai medan perang simbolik atas tubuh perempuan. Perkosaan dalam waktu perang banyak dilakukan tentara sebagai hasil dari sistem patriarki yang ditanam melalui militerisasi. 2 Dita Bhangga Kun Maharani Peran UNIFEM United Nations Development Fund For Women dalam menghapuskan kekerasan terhadap wanita Afganistan. - Deskriptif - Menggunakan teori organisasi, konsep sistem dan konsep sosiologi hukum - Fokus pada peran UNIFEM dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan di Afghanistan. Dalam upayanya mengurangi perluasan kekerasan yang terjadi di Afghanistan, UNIFEM mengaplikasikan program gender and justice, dimana kekerasan terjadi terhadap perempuan Afghanistan disebabkan oleh dua hal. Pertama kurangnya kapabilitas pemerintah mengimplementasikan sistem hukum di Afghanistan. Kedua budaya patriarki dan fundamentalisme yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Afghanistan. 3 Trisnawati Peran UNIFEM United Nations Development Fund For Women dalam upaya melindungi hak-hak perempuan pada konflik sipil Darfur. - Deskriptif - Menggunakan konsep Organisasi Internasional dan Gender Based Violence GBV - Fokus terhadap peran UNIFEM dalam Melindungi perempuan dari kekerasan seksual, pemerkosaan, FGM dan GBV. Kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan pada konflik Darfur dijadikan sebagai senjata oleh pasukan Janjaweed dalam memerangi para pemberontak. Dalam upayanya melindungi perempuan Darfur, UNIFEM mengaplikasikan program yang fokus terhadap penanganan GBV. 12 1.6. Landasan Konsep 1.6.1.