PERAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SURAKARTA DALAM MELINDUNGI HAK-HAK KONSUMEN

SURAKARTA DALAM MELINDUNGI HAK-HAK KONSUMEN

Skripsi

Oleh:

ENIK PURWANTININGSIH

K6407025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA NOVEMBER 2012

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Enik Purwantiningsih

NIM

: K6407025

Jurusan/Program Studi

: PIPS/PPKn

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SURAKARTA DALAM MELINDUNGI HAK-

ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan

Enik Purwantiningsih

SURAKARTA DALAM MELINDUNGI HAK-HAK KONSUMEN

Oleh: ENIK PURWANTININGSIH K6407025 SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Enik Purwantiningsih. Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Surakarta dalam Melindungi Hak-hak Konsumen. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, 2) Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Surakarta dalam melindungi Hak-hak konsumen.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Strategi penelitiannya menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa/aktivitas serta dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan teknik wawancara, observasi serta analisis dokumen. Untuk memperoleh validitas data dalam penelitian ini digunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan/verifikasi. Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) tahap persiapan, 2) tahap pengumpulan data,

3) tahap analisis data, 4) tahap penyusunan laporan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran terhadap hak konsumen dapat dilihat dari sistem hukumnya yaitu: a) substansi hukum, pemerintah Negara Indonesia telah mengeluarkan produk undang-undang maupun peraturan dibawahnya guna mewujudkan perlindungan terhadap hak-hak konsumen, tetapi masyarakat belum banyak yang tahu akan produk peraturan tersebut bahkan hanya sedikit saja masyarakat yang tahu akan hak-hak yang mereka miliki. b) struktur hukum atau pranata hukum, guna mewujudkan perlindungan terhadap hak-hak konsumen yang dilanggar oleh pelaku usaha maka dibentuk aparat penegak hukum yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta, tetapi selama ini belum dapat berjalan secara maksimal hal ini disebabkan oleh : kurangnya ketersediaan dana, kurangnya sarana dan prasarana, dan kurangnya sumber daya manusia. c) budaya hukum, tingkat kesadaran hukum dari pelaku usaha masih dapat dikatakan kurang, padahal secara jelas didalam undang-undang sudah disebutkan bahwa ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. 2) Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Surakarta dalam melindungi hak-hak konsumen meliputi: a) memberikan konsultasi kepada konsumen, b) pengawasan klausula baku, c) menyelesaikan sengketa konsumen dengan 3 macam cara yaitu mediasi, arbitrase, dan konsiliasi.

Enik Purwantiningsih. The Role of Consumer Dispute Settlement Council (BPSK) in Protecting the Consumer Rights. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2012.

The objectives of research are to find out: 1) the factors causing the infringement of consumer rights, 2) the role of Surakarta consumer dispute settlement council (BPSK) in protecting the consumer rights.

This research used a descriptive qualitative method. The research strategy was a single strategy. The data was obtained from informant, place/activity as document. The sampling technique purposive sampling. Techniques of collecting data used was to obtain and to organize the data of research were interview, observation as well as document analysis. To validate the data, the data triangulation was used. Meanwhile technique of analyzing data used was an interactive model of analysis with the following stages: 1) data collection, 2) data reduction, 3) data display, 4) conclusion drawing/verification. The procedure of research included: 1) preparation, 2) data collection, 3) data analysis, and 4) research report writing stages.

Based on the result of research, it could be concluded that: 1) the factors causing the infringement of consumer rights be seen from the legal system, namely: a) law substance, Indonesian gonerment has some laws regulations to protect consumenr rights, but not many people know about these regulations, only

a few of them know about the consumer rights, b) law structure, to protect the consumer rights that ar Consumer Dispute Sttlement Council, but this has not worked maximally because of the lack of fund, facilities and human recources, c) law culture, the businessman are still lack of lawawareness where as it is clearly stated on the law that there are some responsibilities that have to be fulfilled by the businessmen. 2) The role of Surakarta Consumer Dispute Settlement (BPSK) in protecting the consumer right included: a) counseling the consumer, b) standard clause supervision, c) resolving the consumer dispute in three ways: mediation, arbitrage, and consiliation.

...Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q. S. Al-Insyirah Ayat 5)

...Kebahagiaan akan tumbuh berkembang manakala bisa membantu orang lain. Namun bilamana tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering.

Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman, harus disirami tiap hari dengan sikap dan tindakan memberi (J. Donald Walters)

...Tidak ada kegagalan selama kita menikmati prosesnya. (Hitam Putih)

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi yang tersusun dengan penuh kesungguhan ini, penulis persembahkan kepada :

1. Bapak, ibu dan keluarga tercinta atas doanya

2. Mas Feby Irawan atas motivasinya

3. Elis atas kebersamaan selama ini

4. Teman-teman FKIP PPKn angkatan 2007

5. Almamater

Bismillahirrohmanirrohim. Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala yang timbul dapat teratasi, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

4. Dra. Ch Baroroh, M. Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan persetujuan, pengarahan, bimbingan dan petunjuk serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Utomo, M. Pd. selaku Pembimbing II yang tiada henti-hentinya memberikan pengarahan, dorongan, motivasi, bimbingan teknis dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal pengetahuan untuk penyusunan skripsi ini.

7. Segenap staf di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta.

Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan mencurahkan segala kemampuan dengan harapan agar memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun mengingat adanya keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................... 79

A. Kesimpulan .............................................................................. 79

B. Implikasi .................................................................................. 80

C. Saran ........................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82 DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 85

Tabel 1. Jumlah Pengaduan Konsumen di BPSK Surakarta Tahun 2011........ 4 Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................ 41 Tabel 3. Jumlah Pengaduan Konsumen di BPSK Surakarta Bulan Januari

Sampai Bulan Maret 2012 ................................................................... 71

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 40 Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif ....................................................... 52 Gambar 3. Struktur Organisasi BPSK Surakarta ............................................. 58

BAPPEDA Surakarta................................................................ 169

Lampiran 20. Surat Ijin Penelitian/Survay dari BAPPEDA Surakarta ........... 170 Lampiran 21. Surat Keterangan Penelitian dari BPSK Surakarta.................. 171

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam menjaga keberlangsungan kehidupannya mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga. Kebutuhan tersebut terdiri dari beberapa macam kebutuhan baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier, tetapi kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh diri sendiri. Manusia pasti akan membutuhkan manusia yang lainnya guna memenuhi kebutuhan tersebut karena tidak mungkin dapat membuat atau memproduksi semua kebutuhan tersebut secara pribadi. Kebutuhan manusia akan terus bertambah dan berbeda dari waktu ke waktu, yang dalam pemenuhan tersebut manusia menggunakan atau memakai barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh manusia lain yang biasa dikenal dengan produsen atau pelaku usaha. Konsumen tidak akan bisa memenuhi semua kebutuhannya tanpa pelaku usaha atau produsen, begitu juga sebaliknya pelaku usaha atau produsen tidak akan dapat bertahan apabila tidak ada konsumen yang bersedia memakai atau menggunakan barang yang telah dihasilkan.

Perkembangan dunia usaha pada saat ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga banyak menghasilkan berbagai macam variasi barang dan/atau jasa yang dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh konsumen. Keadaan tersebut disatu sisi akan membawa manfaat atau kegunaan yang besar kepada konsumen karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa dapat terpenuhi dan akan memberikan banyak pilihan kepada konsumen sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.

Setiap manusia dalam kondisi apapun akan menjadi konsumen atau pemakai dalam suatu barang dan/atau jasa tertentu. Namun, kondisi yang demikian dapat mengakibatkan kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang. Konsumen dapat digunakan sebagai obyek bisnis oleh pelaku usaha atau produsen dengan berbagai cara antara lain melalui iklan, promosi, dan perjanjian-perjanjian yang dapat merugikan konsumen. Kondisi Setiap manusia dalam kondisi apapun akan menjadi konsumen atau pemakai dalam suatu barang dan/atau jasa tertentu. Namun, kondisi yang demikian dapat mengakibatkan kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang. Konsumen dapat digunakan sebagai obyek bisnis oleh pelaku usaha atau produsen dengan berbagai cara antara lain melalui iklan, promosi, dan perjanjian-perjanjian yang dapat merugikan konsumen. Kondisi

Pelanggaran terhadap konsumen yang masuk ke YLKI per November 2011 ada 469 pengaduan. Adapun enam besar komuditas yang paling tinggi diadukan konsumen adalah sebagai berikut : perbankan 98 pengaduan, perumahan 67 pengaduan, jasa telekomunikasi 64 pengaduan, listrik 53 pengaduan, air minum 35 pengaduan dan transportasi 30 pengaduan. (Sudaryatmo, 2011:http://ylki.or.id)

Kedudukan konsumen berada didalam posisi yang lemah seperti yang diungkapkan Sudaryatmo (1996: 91) yang keberlangsungan roda perekonomian, konsumen menduduki posisi yang cukup penting. Namun ironisnya, sabagai salah satu pelaku ekonomi, kedudukan konsumen sangat lemah dalam ha

Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Resolusi No.39/248 Tahun 1985 tentang Perlindungan Konsumen (Guidelines for Consumer Protection) juga merumuskan berbagai kepentingan konsumen yang perlu dilindungi, yaitu :

Perlindungan konsumen dari bahaya bagi kesehatan dan keamanan; promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial; tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan kemampuan melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi; pendidikan konsumen; tersedianya upaya ganti rugi yang efektif; kebebasan membentuk organisasi konsumen untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka . (Happy Susanto, 2008: 26).

Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi warga negaranya, hal

pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi

i asas

perlindungan hukum pada segenap bangsa tersebut. Perlindungan hukum pada segenap bangsa itu tentulah bagi segenap bangsa tanpa kecuali. Baik laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, orang kota atau desa, orang asli atau keturunan dan pelaku usaha atau konsumen. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa,

Apabila kehidupan seorang terganggu atau diganggu oleh pihak lain maka alat- alat negara akan turun tangan untuk melindungi dan atau mencegah terjadinya gangguan tersebut, penghidupan yang layak bagi kemanusiaan merupakan hak dari warga negara dan hak semua orang yang merupakan hak dasar secara menyeluruh. (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008: 50).

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa konsumen merupakan bagian dari warga negara, sedangkan warga negara mempunyai hak yang harus dilindungi oleh negara, seperti yang diungkapkan oleh Assiddiqie dalam Winarno (2009: 98) :

Hak warga negara merupakan kewajiban negara terhadap rakyatnya. Hak- hak warga negara wajib diakui (recognized), wajib dihormati (respected), dilindungi (protected), dan difasilitasi (fasilitated), serta dipenuhi (fulfilled) oleh negara. Negara didirikan dan dibentuk memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup warganya.

Ketidakseimbangan kedudukan antara konsumen dan pelaku usaha perlu untuk mendapatkan perlindungan. Upaya perlindungan terhadap konsumen tersebut diwujudkan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa upaya perlindungan konsumen merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat yang diharapkan masyarakat khususnya konsumen yang dirugikan akan merasa terlindungi tanpa mengabaikan kepentingan dari pelaku usaha.

Hubungan antara konsumen dan pelaku usaha yang tidak seimbang tersebut tidak menutup kemungkinan menimbulkan perselisihan antara keduanya. Perselisihan yang terjadi biasanya akan berdampak bagi kerugian konsumen. Salah satu wujud dari penyelenggaraan perlindungan hak-hak konsumen seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Konsumen yang bermasalah terhadap produk yang dikonsumsi akan dapat memperoleh haknya secara lebih mudah melalui peranan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Gerakan dan P

If a problem does arise they can seek help from YLKI (a consumer protection organisation), or through the institusion of consumer protection dispute

Artinya : jika masalah muncul, mereka dapat mencari

bantuan dari YLKI atau melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. (RAR Murni - jurnal.pdii.lipi.go.id)

Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen berdasarkan Keputusan Presiden Nomor

32 Tahun 2008. Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta merupakan salah satu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di Indonesia yang belum lama terbentuk telah mendapat banyak pengaduan dari konsumen dalam berbagai bidang. Data pengaduan yang telah dihimpun Oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Pengaduan Konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen Surakarta Pada Tahun 2011. No Jenis

Jumlah

1. Perbankan dan Keuangan

2. Leasing

3. Barang Peralatan rumah Tangga

4. Jasa Telekomunikasi

5. Rumah Sakit

6. Money Changer

7. Property

8. Jasa Pelayanan Listrik Negara

9. Jasa air Bersih

10. Jasa Perparkiran

11. Property

Jumlah Total

Sumber : Data BPSK Surakarta Sumber : Data BPSK Surakarta

Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Peran Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Surakarta dalam Melindungi Hak-hak

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas dan untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Faktor apa yang menyebabkan hak-hak konsumen dilanggar oleh pelaku usaha ?

2. Bagaimana peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta dalam melindungi hak-hak konsumen ?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah Penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tersebut. Adapun Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan hak-hak konsumen dilanggar oleh pelaku usaha.

2. Untuk mengetahui peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta dalam melindungi hak-hak konsumen.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang adanya perlindungan terhadap konsumen.

b. Sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kepada semua pihak yang terkait dengan peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam melindungi hak- hak konsumen.

b. Memberikan masukan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan pemerintah untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam melindungi konsumen.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Hak Warga Negara

a. Pengertian Hak

Pengertian hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

untuk berbuat sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, (Tim Penyusun, 2007: 381). Sedangkan pengertian hak menurut Srijanti dkk (2006: 78) setelah melaksanakan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya sebagai

James W. Nickel dalam Azyumari Azra (2003: 199) menyatakan bahwa hak mempunyai unsur-

demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu dengan instansi.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia atau sebagai warga negara yang seharusnya diperoleh setelah melaksanakan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya sebagai warga negara.

b. Pengertian Warga Negara

Istilah warga negara merupakan terjemahan kata citizen (bahasa Inggris) yang mempunyai arti sebagai berikut :

1) Warga negara;

2) Petunjuk dari sebuah kota;

3) Sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air;

4) Bawahan atau kawula.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 26 menyatakan bahwa, menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-

Menurut As Hikam masih dalam Wijianto dan Winarno (2010: 24) citizen artinya

adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk negara itu

Sedangkan dalam Winarno (2007: 47), menyebutkan bahwa : Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi

perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Kita juga sering mendengar kata-kata seperti warga desa, warga kota, warga masyarakat, warga bangsa, dan warga dunia. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga negara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.

Azyumari Azra (2003: 73), menyatakan bahwa : Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu

penduduk yang menjadi unsur dari suatu negara. Istilah ini dahulu biasa disebut dengan hamba atau kawula negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama untuk kepentingan bersama.

Jadi warga negara adalah orang-orang Indonesia asli maupun orang- orang dari bangsa lain yang telah disahkan oleh undang-undang yang merupakan bagian dari suatu negara.

c. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945

ampai (Winarno, 2007: 58). Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi :

-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan -tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

2) Hak membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 berbunyi :

etiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

3) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang

4) Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi : berarti bahwa bangsa Indonesia percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat (2) berbunyi :

kaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

5) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara. Dinyatakan bahwa,

-tiap warga negara berhak dan wajib iku

6) Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD 1945, yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran, ayat (1) menerangkan bahwa

-tiap warga negara berhak . Adapun ayat (2) dijelaskan bahwa mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem

7) Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pasal 32 UUD 1945 ayat (1) menyatakan bahwa memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarkat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-

8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat (1) berbunyi

ayat (2) berbunyi

-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang -cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang

ayat (4) berbunyi demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan

, dan

diatur dalam undang-

9) Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945 dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Selain mempunyai hak, warga negara juga memiliki kewajiban. Menurut Winarno (2009: 97) kewajiban warga negara itu meliputi :

1) Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yaitu kewajiban warga negara untuk

mentaati hukum dan pemerintahan

2) Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan kewajiban warga negara

untuk membela negara

3) Pasal 31 ayat 2 yaitu kewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar dan

menengah.

2. Tinjauan Umum Hak-hak Konsumen

a. Pengertian Konsumen

Menurut Celina Tri Siwi Kristiyanti (2008: 22) istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata

Consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap or

Pengertian konsumen berdasarkan hukum Amerika dan Eropa dalam Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo (2004: 7)

pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh

adalah kelompok ekonomis (economics group) dalam perekonomian (economy) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hampir setiap keputusan masalah-masalah ekonomi yang bersifat perdata dan publik (public and private economic decision) . Kata Kennedy mereka satu satunya kelompok penting dalam perekonomian yang secara efektif tidak terorganisir serta pandangan-pandangan mereka sering tidak didengar.

Menurut Analisis Colin Scott dan Julia Black masih dalam Yusuf Shofie (2003: 13) menyatakan bahwa, (citizen) , terkait dengan partisipasi aktif setiap orang perseorangan dalam kehidupan sosial dan politik (participation of individuals in social and political life)

Menurut Yusuf Shofie (2002: 14) menya

onsumen adalah setiap pengguna barang atau jasa untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga, dan tidak untuk memproduksi barang/jasa lain atau

Dalam buku yang lain Yusuf Shofie (2000: 195) menyatakan Konsumen adalah mereka yang memperoleh barang atau jasa untuk keperluan

Az. Nasution dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti (2008: 25), menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yaitu :

1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa

digunakan untuk tujuan tertentu;

2) Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/ jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

3) Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa, pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

Menurut Celina Tri Siwi Kristiyanti (2008: 27) unsur-unsur dari definisi konsumen menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut pemakai, barang dan/atau jasa, yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain, dan barang

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Setiap Orang Subyek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah orang sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual atau juga termasuk badan hukum. Tentu yang paling tepat tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan, tetapi konsumen harus mencakup juga badan usaha dengan makna lebih luas dari pada badan hukum.

2) Pemakai Sesuai dengan bunyi Penjelasan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

nekankan konsumen adalah konsumen akhir (ultimate consumer) digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan/atau jasa itu.

3) Barang dan/atau Jasa Berkaitan dengan istilah barang dan/atau jasa, sebagai pengganti terminologi tersebut digunakan kata produk. Saat ini produk sudah berkonotasi barang atau jasa. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 9 tahun 1999 mengartikan barang sebagai setiap benda baik 3) Barang dan/atau Jasa Berkaitan dengan istilah barang dan/atau jasa, sebagai pengganti terminologi tersebut digunakan kata produk. Saat ini produk sudah berkonotasi barang atau jasa. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 9 tahun 1999 mengartikan barang sebagai setiap benda baik

4) Yang Tersedia dalam Masyarakat Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia dipasaran. Dalam perdagangan yang makin kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen.

5) Bagi Kepentingan diri Sendiri, Keluarga, Orang Lain, Makhluk Hidup lain Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain (diluar diri sendiri dan keluarganya), bahkan untuk makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.

6) Barang dan/atau Jasa itu tidak untuk Diperdagangkan Pengertian konsumen dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah biasa dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen diberbagai negara. Secara teoritis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya sulit menetapkan batasan-batasan seperti itu.

Jadi konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga, orang lain, atau makhluk hidup lain dan tidak untuk memproduksi barang dan/atau jasa tersebut atau tidak untuk memperdagangkan kembali.

1) Hak Konsumen Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan hak yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen.

Hak-hak dasar konsumen pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika serikat J.F. Kennedy didepan kongres pada tanggal 15 maret 1962, yaitu :

a) Hak memperoleh keamanan;

b) Hak memilih;

c) Hak mendapat informasi;

d) Hak untuk didengar. (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004: 38) Empat hak dasar tersebut diakui secara internasional, dalam perkembangannya organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International Organization of Consumer Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak

hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang

Disamping itu, Masyarakat Eropa (Europese Ekonomische Gemeenschap atau EEG) juga telah menyepakati lima hak dasar konsumen, yaitu :

a) Hak perlindungan kesehatan dan keamanan (recht op bescherming van zijn gezendheid en veiligheid);

b) Hak perlindungan kepentingan ekonomi (recht op bescherming van zijn economische belangen);

c) Hak mendapat ganti rugi (recht op schadevergoeding);

d) Hak atas penerangan (recht op voorlichting en vorming);

e) Hak untuk didengar (recht om te worden gehord). (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004: 39) e) Hak untuk didengar (recht om te worden gehord). (Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004: 39)

Hak atas keamanan dan keselamatan, hak untuk memperoleh informasi, hak untuk memilih, hak untuk didengar, hak untuk memperoleh kebutuhan hidup, hak untuk memperoleh ganti kerugian, hak untuk memperoleh pendidikan konsumen, hak memperoleh lingkungan yang bersih dan sehat, hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, dan hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut.

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Hak Atas Keamanan dan Keselamatan Dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian baik secara fisik maupun psikis apabila mengkonsumsi suatu produk.

b) Hak Untuk Memperoleh Informasi Hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang diinginkan atau sesuai dengan kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Informasi yang merupakan hak konsumen tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat atau kegunaan produk, tanggal kadaluwarsa, serta identitas dari produsen produk tersebut. Informasi tersebut dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, baik yang dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada produk, maupun melalui iklan-iklan yang disampaikan oleh produsen, baik melalui media cetak maupun elektronik.

c) Hak Untuk Memilih Dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan kebutuhannya tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak untuk memilih ini pula c) Hak Untuk Memilih Dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan kebutuhannya tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak untuk memilih ini pula

d) Hak Untuk Didengar Hak ini dapat berupa pertanyaan tentang hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu apabila informasi yang diperoleh tentang produk tersebut kurang memadai, ataukah berupa pengaduan atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu produk, atau yang berupa pernyataan atau pendapat tentang suatu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen.

e) Hak Untuk Memperoleh Kebutuhan Hidup Hak ini merupakan hak yang sangat mendasar, karena menyangkut hak untuk hidup. Dengan demikian, setiap orang (konsumen) berhak untuk memperoleh terutama kebutuhan dasar (barang dan jasa) untuk mempertahankan hidupnya (secara layak).

f) Hak Untuk Memperoleh Ganti Kerugian Hak atas ganti kerugian ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen. Hal ini sangat terkait dengan penggunaan produk yang telah merugikan konsumen, baik yang berupa kerugian materi, maupun kerugian yang menyangkut diri (sakit, cacat, bahkan kematian). Untuk merealisasikan hak ini tentu saja harus melalui prosedur tertentu, baik diselesaikan secara damai (diluar pengadilan) maupun yang diselesaikan melalui pengadilan.

g) Hak Untuk Memperoleh Pendidikan Konsumen Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen dimaksudkan agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk, karena dengan pendidikan konsumen tersebut, konsumen akan g) Hak Untuk Memperoleh Pendidikan Konsumen Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen dimaksudkan agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk, karena dengan pendidikan konsumen tersebut, konsumen akan

h) Hak Memperoleh Lingkungan yang Bersih dan Sehat

Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat ini sangat penting bagi setiap orang. Hak untuk memperoleh lingkungan bersih dan sehat serta hak untuk memperoleh informasi tentang lingkungan ini diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang sekarang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

i) Hak untuk Mendapatkan Barang Sesuai dengan Nilai Tukar yang Diberikannya Hak ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari kerugian akibat permainan harga secara tidak wajar. Dalam keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga suatu barang yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang diperolehnya.

j) Hak untuk Mendapatkan Upaya Penyelesaian Hukum yang Patut

Hak ini tentu saja dimaksudkan untuk memulihkan keadaan konsumen yang telah dirugikan akibat penggunaan produk dengan melalui jalur hukum.

Sepuluh hak konsumen diatas yang merupakan himpunan dari berbagai pendapat hampir semuanya sama dengan hak-hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1) Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; 4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana semestinya;

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

Bagaimanapun rumusan hak-hak konsumen diatas baik dari pendapat para ahli maupun yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada beberapa prinsip atau tujuan yang ingin dicapai yaitu hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian atau kecurangan yang dilakukan oleh pelaku usaha, hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar dan hak untuk memperoleh penyelesaian konsumen secara patut terhadap masalah yang dihadapi oleh konsumen.

2) Kewajiban Konsumen Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa kewajiban konsumen antara lain adalah :

1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

c. Hak Konsumen Merupakan Hak Warga Negara

Dasar hukum dari perlindungan warga negara secara umum dan secara khusus terhadap konsumen sebenarnya dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa: "Negara melindungi segenap bangsa Indonesia Dasar hukum dari perlindungan warga negara secara umum dan secara khusus terhadap konsumen sebenarnya dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa: "Negara melindungi segenap bangsa Indonesia

Pembangunan ekonomi mencakup berbagai sektor pembangunan yang saling terkait. Salah satu bentuk keterkaitan tersebut, pembangunan di bidang ekonomi sangat berkaitan dengan persoalan hak. Bila kita mengkhususkan lagi, maka dimensi ekonomi yang masih kurang tersentuh selama ini baik dalam kajian teoritis apalagi dalam praktik adalah perlindungan konsumen dari perspektif hak.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kegiatan ekonomi merupakan kegiatan manusia yang bersifat asasi, yakni menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat mendasar bagi manusia. Dalam kaitan ini, konsumen adalah manusia yang mengonsumsi barang dan jasa. Dengan demikian bila soal pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang manusia menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka tepatlah bila kita katakan bahwa perlindungan konsumen adalah bagian dari hak asasi manusia. Pengabaian terhadap perlindungan konsumen dengan sendirinya bermakna pelanggaran terhadap hak asasi manusia, baik dalam tataran masyarakat secara keseluruhan maupun manusia secara individu. (Ahkam Jayadi, 2008: http.//gerakankonsumen.blogspot.com)

Sinai Deuth (1994) menyatakan,

. Artinya, Menurut beberapa pengujian substantif atas hak asasi manusia, hak- hak konsumen dapat diakui sebagai hak asasi manusia. Sedangkan Menurut

Artinya, Konsumen bukan Tuhan, tetapi warga negara biasa yang memiliki hak asasi manusia dan berhak oleh hukum untuk pilihan bebas.

Abdul Halim Barkatullah dalam jurnal hukum No. 2 Vol 14 April -hak Konsumen dalam Transaksi E-

menyatakan bahwa,

ak-hak konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen merupakan penjabaran dari pasal- pasal yang bercirikan negara kesejahteraan, yaitu Pasal 27 ayat (2) dan Pasal

33 Undang-U Disamping Undang-Undang Perlindungan konsumen, berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memuat kaidah yang menyangkut hubungan dan masalah konsumen sekalipun peraturan perundang- undangan tersebut tidak khusus diterbitkan untuk konsumen, setidak-tidaknya dapat diartikan dasar bagi perlindungan konsumen. Susanti Adi Nugroho (2011 : 69) menyatakan bahwa peraturan tersebut adalah :

1) untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indone

2) Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945, menyatakan bahwa, -tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi

Celina Tri Siwi Kristiyanti (2008 hukum lainnya terdapat pada ketentuan yang termuat dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Ketentuan tersebut berbunyi :

Tiap-tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi Sesungguhnya apabila kehidupan seorang terganggu atau diganggu oleh pihak lain, maka alat negara akan turun tangan, baik diminta atau tidak, untuk melindungi dan atau mencegah terjadinya gangguan tersebut. Penghidupan yang layak bagi kemanusiaan merupakan hak dasar bagi warga negara dan hak semua orang yang merupakan hak dasar secara menyeluruh.

langsung didalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak menyebut istilah konsumen tetapi secara tidak langsung pelindungan konsumen didalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah diatur didalam pembukaan maupun didalam pasal-pasalnya.

d. Pelanggaran Hak Konsumen

Pelanggaran hak-hak konsumen di Indonesia merupakan suatu hal yang sering di jumpai sehari-hari. Beberapa sebab terjadinya pelanggaran hak konsumen adalah kelemahan konsumen. Posisi konsumen sebagai pihak yang lemah juga diakui secara internasional seperti yang dinyatakan oleh Susanti Adi Nugroho (2011: 2) sebagaimana tercermin dalam Resolusi Majelis Umum PBB, No. A/RES/39/258 tahun 1985 tentang Guidelines for Consumer Protection , yang menyatakan bahwa :

Taking into account the interets and needs of consumer in all countries, particulary those in developing countries, recognized that consumers often face imbalances in economics terms, educational levels, and barganing power, and bearing in mind that consumers should have the right of acces to non-bazard-ous products, as well as the right of access to promote just, equitable and sustinable economic and social development.

Artinya : Dengan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan konsumen di semua negara, khususnya di negara-negara berkembang, diakui bahwa konsumen sering menghadapi ketidakseimbangan dalam hal ekonomi, tingkat pendidikan, dan daya tawar, dan mengingat bahwa konsumen harus memiliki hak akses ke produk yang tidak berbahaya, serta hak atas akses untuk mempromosikan adil, pembangunan ekonomi dan sosial yang adil dan berkelanjutan.

Sedangkan menurut Ahmadi Miru (2011: 2) menyatakan bahwa, aktor yang mempengaruhi kelemahan konsumen sehingga banyak menimbulkan pelanggaran terhadap konsumen adalah konsumen kurang kritis Pelanggaran yang dilami konsumen selama ini banyak disebabkan karena konsumen kurang kritis terhadap barang atau jasa yang ditawarkan, Sedangkan menurut Ahmadi Miru (2011: 2) menyatakan bahwa, aktor yang mempengaruhi kelemahan konsumen sehingga banyak menimbulkan pelanggaran terhadap konsumen adalah konsumen kurang kritis Pelanggaran yang dilami konsumen selama ini banyak disebabkan karena konsumen kurang kritis terhadap barang atau jasa yang ditawarkan,

Sedangkan menurut Abdul Halim Barkatullah (2009: 19) menyatakan bahwa secara umum posisi konsumen berada didalam posisi tawar yang lemah, yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah sebagai berikut :

1) Dalam masyarakat modern, pelaku usaha menawarkan berbagai jenis

produk baru hasil kemajuan teknologi dan manajemen.

2) Terdapat perubahan-perubahan mendasar dalam pasar konsumen, dimana konsumen sering tidak memiliki posisi tawar untuk melakukan evaluasi yang memadai terhadap produk barang dan jasa yang diterimanya. Konsumen hampir-hampir tidak dapat memahami sepenuhnya penggunaan produk-produk canggih.

3) Metode periklanan modern melakukan disinformasi kepada konsumen

daripada memberikan informasi secara obyektif.

4) Pada dasarnya kedudukan konsumen ada didalam posisi yang lemah, karena kesulitan dalam memperoleh informasi yang memadai.

e. Teori Sistem Hukum Lawrence Meir Friedman

Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya Hukum . (Ashibly, 2001: http://ashibly.blogspot.com)

Dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Substansi Hukum Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem Substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law 1) Substansi Hukum Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem Substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law