Besar butiran tergantung pada laju pendinginan dan proses pengerjaan pendinginan sewaktu logam dibentuk.
Struktur mikro dari logam dapat memberikan sebagian imformasi yang mendukung sifat dari logam tersebut. Salah satu yang dapat dianalisa dari struktur
mikro adalah ukuran butir dari logam. Ukuran butir ini mempengaruhi kekerasan logam.
Ukuran butir dari logam dapat diketahui dengan menghitung diameter butirnya. Untuk menentukan ukuran butir suatu logam dapat dipergunakan beberapa metode,
antara lain adalah : 1.
Metode Intercept Heyn. 2.
Metode Intercept Snyder-Graff. 3.
Metode Planimetric Metode Jeffries.
2.7.1 Metode Intercept Heyn
Metode Intercept Heyn dapat digunakan untuk skala yang lebih besar dengan keakuratan yang cukup tinggi. Metode Intercept dapat digunakan dalam prediksi
ukuran-ukuran butiran dalam fraksi yang lebih akurat. Metode Intercept sangat ideal dalam mengukur butiran yang non equiaxed
butir yang memiliki potongan tidak sama dan jumlah potongan yang ada per unit panjang NL berhubungan secara langsung dengan daerah permukaan per unit volume
SV dari batas butirnya. SV adalah permukaan atau area dibagi dengan total-total tes panjang garis dimana SV = 2 NL. Metode ini seperti pada gambar 2.8.
Sukmawati : Perbandingan Fraksi Baja Mangan Dengan Beberapa Counting Methods, 2008 USU Repository © 2008
Gambar 2.8 Menghitung Diameter Butir dengan Metode Intercept Heyn Vander, 1984
Besar G dihitung dengan rumus : 2.1
95 2
3 ,
, N
log =
G
A
dengan : 2.2
A +
n =
N
A
1 2
dimana : n = butiran yang terpotong. A = luas lingkaran
G = grain size ukuran butir Nilai G dapat juga dapat diketahui dari tabel data grain size berdasarkan standar
ASTM E 112 pada lampiran D.
Sukmawati : Perbandingan Fraksi Baja Mangan Dengan Beberapa Counting Methods, 2008 USU Repository © 2008
2.7.2 Metode Intercept Snyder - Graff
Snyder dan Graff 1938 mengembangkan sebuah modifikasi perhitungan. Menghitung ukuran butir fasa utama austenit yang ada dalam bahan baja perkakas
dengan batas ASTM antara 9 sampai dengan 12. Jumlah butir untuk setiap luasan mengalami perubahan lebih kurang sekitar 10
butiran dan panjangnya mengalami pengurangan ukuran antara 14,1 sampai dengan 5 m sebaliknya jumlah butir hanya 3 skala.
Gambar 2.9 Menghitung Diameter Butir dengan Metode Snyder-Graff Vander, 1984
Sukmawati : Perbandingan Fraksi Baja Mangan Dengan Beberapa Counting Methods, 2008 USU Repository © 2008
Snyder dan Graff menemukan bahwa dengan menambah konsentrasi etsa kira- kira 10 HCl dalam konsentrasi 3 akan memberikan gambar mikrostruktur yang
lebih baik. Dengan perbesaran yang dilakukan adalah magnifikasi 1000 kali mengunakan Intercept Linier. Butir yang cukup halus akan mudah dihitung dengan
metode ini dimana S – 6 merupakan perhitungan jumlah Intercept yangn dilakukan Snyder – Graff.
Untuk mengkonversikan jumlah perhitungan Intercept yang dilakukan Snyder – Graff pada panjang potongan maka dilakukan perkalian dengan faktor 7.874 yang
selanjutya akan memberikan nilai N
L
sebagai jumlah potongan yang ada per milimeter atau mengalikan dengan faktor 200 yang menghasilkan nilai N
L
sebagai jumlah potongan yang ada per inci. Nilai G dapat ditentukan dari L
3
dengan menggunakan persamaan 2.3 dalam satuan millimeter.
2.3 928
. 3
} log
6454 .
6 {
3
− −
= I
G dengan :
2.4
n lingkaran
Keliling •
bainit =
bainit L
3
dengan : n = jumlah butir yang terpotong
3
L = intercept linear rata-rata G = grain size ukuran butir
Sukmawati : Perbandingan Fraksi Baja Mangan Dengan Beberapa Counting Methods, 2008 USU Repository © 2008
2.7.3 Metode Planimetric Metode Jeffries