Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Perkebunan Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 6 komoditas basis ungulan, LQ = 1 berarti komoditas tersebut tidak mempunyai keunggulan dan produksinya hanya cukup memenuhi kebutuhan propinsi itu sendiri, sedangkan LQ 1, komoditas yang bersangktan belum dapat memenuhi kebutuhan propinsi itu dan masih perlu dilakukan pasokan dari daerah lainnya. 6 Komoditi Perkebunan Spesifik daerah. Komoditi spesifik ungglan daerah Sumatera Utara yang mempunyai potensi dan berpeluang cukup besar seperti : kemenyan, nilam dan gambir. Penetapannya sebagai komoditi spesifik dikarenakan tidak banyak daerah lainnya yang menghasilkan komoditi yang sama. Komoditi spesifik umumnya diusahakan oleh perkebunan rakyat. Didasarkan pada kesesuaian agro-klimat dan ketersediaan lahan, kelayakan finansial dan ekonomi kedepan komoditi tersebut sangat berpeluang memberikan kontribusi devisa bagi Sumatera Utara.

4. Permasalahan dan Tantangan

Mengacu pada pelaksanaan pembangunan perkebunan pada periode lalu, masih dihadapi berbagai permasalahan dan tantangan, yang antara lain : 1 Budidaya komoditas perkebunan terbatas pada karet, kelapa sawit, kopi, kakao, kelapa, tebu dan tembakau. Padahal masih banyak komoditas perkebunan lainnya dengan berprospek baik secara ekonomi maupun kesesuaiannya secara agroklimat di Sumatera Utara. 2 Optimalisasi pemanfaatan lahan perkebunan dengan komoditas lainnya belum tercapai secara optimum, sehingga peluang untuk meningkatkan pendapatan pekebun belum dapat diwujudkan. 3 Fluktuasi harga agro input dan hasil perkebunan seringkali merugikan pekebun, sehingga penerapan paket teknologi dan penggunaan agro input sesuai anjuran menjadi tidak terlaksana. 4 Mutu hasil perkebunan utamanya dari perkebunan rakyat adalah rendah, dan diperburuk lagi oleh keberadaan fasilitas industri pengolahannya berada jauh dari sentra produksi. 5 Marjin keuntungan tertinggi diperoleh dari kegiatan pada sub sistem pengolahan industri hilir, dimana pada sub sistem ini kebaradaan peran petani kebun sangat rendah. 6 Transfer teknologi desiminasi hasil penelitian masih lambat sebagai akibat dari delivery and receiving system yang belum mantap. 7 Kelembagaan petani dengan fokus kegiatan kearah pemasaran, permodalan, teknologi dan agro input dirasakan masih sangat lemah. 8 Keterbatasan modal petani kebun menyebabkan sejumlah tanaman tua belum dapat diremajakan. Sejumlah 78.700 ha kebun dengan tanaman tua dan sudah tidak produktif lagi, terutama karet seluas 40.790 ha, kelapa 19.900 ha, kopi 4.500 ha. e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 7 9 Sebagai dampak dari krisis ekonomi yang lalu masih terasa dengan sulitnya medapatkan pengusaha perkebunan yang bersedia menjadi mitra petani untuk meremajakan tanaman tua. 10 Penangkar bibit belum tersedia secara memadai, sehingga petani kebun sangat sulit memperoleh bibit benih yang unggul. 11 Kendala pertanahan masih merupakan permasalahan, baik oleh tindakan penyerobotan, peralihan pemanfaatan dengan fungsi lainnya serta keterbatsan areal untuk perluasan perkebunan baru. 12 Mutu sumber daya Manusia petani kebun memerlukan pelatihan secara berkesinambungan untuk menjawab tantangan yang ada pada saat ini dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. 13 Net working pelaksanaan kegiatan perkebunan kurang memadai terhadap pencapaian sasaran yang hendak dicapai. Disamping permasalahan diatas, tantangan ke depan akan semakin besar terutama dengan era perdagangan bebas yang sudah diambang pintu, yang pada akhirnya akan menuntut suatu persaingan yang semakin ketat. Pada akhirnya komoditas perkebunan pun sebagaimana komoditas lainnya tidak hanya terkait dengan mutu dan harga tetapi juga akan dipengaruhi oleh perdagangan komoditi lain serta juga oleh politik. III. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI

1. Visi.