26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeliharaan Ikan dan Perlakuan Pakan Tambahan
Ikan patin Pangasius djambal yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil budidaya sendiri. Pemeliharaan ikan ditempatkan pada tiga kolam,
dimana masing-masing kolam diisi dengan satu variasi pakan. Pemeliharaan ikan patin P. djambal, pada penelitian ini menggunakan kolam terpal. Pemilihan kolam
terpal sebagai tempat pemeliharaan ikan untuk mengurangi gangguan dari luar, misalnya fitoplankton yang dapat mempengaruhi proses analisa protein. Jadi
pemeliharaan ikan patin pada kolam terpal diharapkan ikan hanya mengkonsumsi pakan yang diberikan.
Ukuran kolam yang digunakan adalah 3x5x1 m
3
. Padat penebaran benih masing-masing kolam sebanyak 33-34 ekorm
3
. Sebelum penebaran benih, dilakukan aklimatisasi penyesuaian kondisi lingkungan agar benih tidak stres. Proses
aklimatisasi ini dilakukan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit air kolam pemeliharaan ke kolam terpal agar kualitas airnya sama. Penebaran benih ikan
dilakukan pada pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi laju
pertumbuhan ikan. Pakan yang digunakan pada penelitian ini berupa pelet komersial, kemudian untuk pakan tambahannya yaitu Azolla pinnata dan suplemen probiotik.
Kandungan gizi pada pelet komersial yang digunakan yaitu protein 31-33, lemak 4, serat kasar 5, abu 13 dan air 12. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua
kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Takaran pakannya yaitu 300 gram pelet untuk satu kali pemberian pakan sedangkan ikan yang diberi suplemen probiotik, 5 ml
konsentrat probiotik diencerkan menjadi 250 ml kemudian disemprotkan pada 2000 gram pelet. Takaran pakan untuk ikan yang diberi pakan tambahan A. pinnata yaitu
memiliki perbandingan 3:1 pelet : A. pinnata.
Pemberian pakan tambahan dilakukan setelah ikan berumur dua bulan. Berdasarkan data hasil pengamatan berat badan ketika berumur 7 bulan, ikan yang
diberi suplemen probiotik memiliki kenaikan berat badan lebih signifikan daripada ikan yang diberi pakan pelet maupun yang diberi pakan tambahan A. pinnata. Berat
badan ikan yang diberi suplemen probiotik rata-rata sebesar 348,33 gram, sedangkan ikan yang diberi pakan pelet saja kontrol dan ikan yang diberi pakan tambahan A.
pinnata berturut-turut memiliki berat badan 316,67 gram dan 303,33 gram Lampiran
B. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa dengan pemberian pakan tambahan probiotik dapat meningkatkan nafsu makan dan memacu pertumbuhan secara
maksimal sehingga menambah berat badan ikan. Tetapi ikan yang diberi pakan pelet saja kontrol, memiliki berat badan yang lebih besar dari pada ikan yang diberi
pakan tambahan A. pinnata. Penyebabnya karena A. pinnata memiliki serat kasar yang tinggi. Nilai nutrisi pakan berserat tinggi ditentukan oleh isi sel dan penyusun
utama dinding sel yaitu lignin, selulosa dan hemiselulosa Christiyanto, 2005. Adanya lignin yang berlebihan pada sistem pencernaan akan menurunkan kecernaan
bahan pakan sehingga ikan mengalami kenyang semu. Gangguan metabolisme yang diakibatkan lignin adalah penurunan daya kecernaan dan penurunan bobot badan
Widodo, 2003.
4.2 Pengambilan dan Preparasi Sampel