1.2. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah capaian cakupan imunisasi dasar lengkap masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Kabupaten Bireuen sehingga peneliti ingin melihat pengaruh faktor presdiposisi dan faktor penguat terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor presdiposisi dan faktor penguat terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor presdiposisi pengetahuan, sikap, nilai, pendidikan dan penghasilan dan faktor penguat dukungan keluarga dan petugas kesehatan terhadap
kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen Tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif terhadap berbagai pihak:
1. Sebagai bahan informasi dan masukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
program imunisasi bagi pemerintah daerah khususnya pemerintahan dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupatenkota.
Universitas Sumatera Utara
2. Dapat digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk kegiatan perencanaan
program khusus program imunisasi dalam menentukan strategi dan kebijakan menanggulangi masalah kelengkapan imunisasi pada bayi dan balita.
3. Bagi puskesmas sebagai masukan khususnya program imunisasi supaya cakupan
program lebih ditingkatkan. 4.
Bagi masyarakat khususnya ibu-ibu yanga ada di wilayah Puskesmas Peusangan Siblah krueng dapat lebih mengetahui pentingnya kelengkapan imunisasi untuk
bayi dan balita untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh tidak lengkap imunisasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain,perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individuyang bersangkutan Winardi, 2004.
Skinner dalam Notoatmodjo 2012 merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar,oleh karena
perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan organisme tersebut merespons. Respons dapat dibedakan menjadi dua,yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan oleh
rangsangan-rangsangan stimulus tertentu. Misalnya cahaya terang menyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih. b.
Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan berkembang yang diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Misalnya
apabila petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baikakan memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik
dalam melaksanakan tugasnya.
8
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam
bentukterselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masihterbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, sikap yang
terjadipada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam
bentuktindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelasdalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan
dilihat oleh orang lain Notoatmodjo, 2012. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Menurut Benjamin Bloom dalam Notoatmodjo 2012, ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu : pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan tindakan
psikomotor. 2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan knowledge merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo 2010, pengetahuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Awareness knowledge Pengetahuan kesadaran, yaitu pengetahuan akan
keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. Pada
ini inovasi diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat
tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media
massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi.
b. How-to-knowlegde Pengetahuan pemahaman, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih
meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini.
c. Principles-knowledge Prinsip dasar, yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip
keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat Notoatmodjo, 2010, yaitu:
1. Mengetahui knowledge
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. 2.
Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, menormalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau pengunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa analysis
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. 5.
Sintesa synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu materi atau objek. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang
ada. 6.
Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan adalah : 1.
Pendidikan Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya Notoatmojo, 2007.
2. Sumber Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang pesan atau amanat.Pengetahuan diperoleh
melalui informasi yaitu kenyataan fakta dengan melihat dan mendengar sendiri. Informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan atau instansi
pemerintah atau media massa. Pada umumnya petugas kesehatan melakukan pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui
media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain.Adapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber informasi
kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan pengetahuan seseorang.
3. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan ekonomi baik tingkat
pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga Notoatmodjo, 2007
4. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada
dan agama yang dianut Notoatmodjo, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang tertutup tersebut. Notoatmodjo 2007 sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.Sedangkan menurut Winardi 2004 sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup
terhadap stimulus ataupun objek tertentu.Allport dalam Notoatmodjo 2010 menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1. Kepercayaan keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1.
Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan Objek. 2.
Menanggapi Responding Menanggapi diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
3. Menghargai Valuing
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. 4.
Bertanggung jawab Responsible Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia
harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Bertanggungjawab merupakan sikap yang paling tinggi
tingkatannya Notoatmodjo, 2010. Menurut Azwar 2005 ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap
obyek sikap antara lain : 1.
Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung
untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai
konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut. 3.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai
Universitas Sumatera Utara
sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruhui
terhadap sikap konsumenya. 5.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak
mengherankan jika pada giliranya konsep tersebut mempengaruhui sikap. Menurut Mar’at dalam Rahayuningsih 2008, Faktor-faktor yang
memengaruhi pembentukan sikap adalah :
1.
Pengalaman pribadi Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang
kuat dan sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2.
Kebudayaan Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut
dibesarkan, contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3.
Orang lain yang dianggap penting Significant Otjhers Orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku
dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus, misalnya: orangtua, pacar, suamiisteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya
Universitas Sumatera Utara
individu tersebut akan memiliki sikap yang searah konformis dengan orang yang dianggap penting.
4.
Media massa Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan,
media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat memengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar
afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.
5.
Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseoranghingga ikut berperan dalam menentukan sikap
seseorang
6.
Faktor Emosional Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam
penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego sehingga dapat bersifat sementara ataupun menetap persistentahan
lama.Contoh: Prasangka sikap tidak toleran, tidak fair.
2.1.3. Tindakan
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang sangat baik
Universitas Sumatera Utara
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak Notoatmodjo, 2007.
Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1.
Persepsi Perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek yang pertama. 2.
Respon Terpimpin Guide Response Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh
adalah indikator tingkat kedua. 3.
Mekanisme Mechanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga. 4.
Adaptasi Adaptation Tindakan yang sudah berkembang dengan baik Notoatmodjo, 2007.
2.1.4. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang organismeterhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikaskan menjadi 3 kelompok : Pertama, perilaku pemeliharaan kesehatan
haelth maintenance, seperti perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan dan erilaku pemenuhan kebutuhan gizi. Kedua, perilaku pencarian dan
penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan health seeking behavior,
Universitas Sumatera Utara
seperti mengobati sendiri self treatment dan pengobatan di dalamluar negeri. Ketiga, perilaku kesehatan lingkungan, yang meliputi:
1. Perilaku hidup sehat, seperti : makan dengan menu seimbang appropriate diet,
olahraga teratur, tidak merokok dan tidak minum-minuman keras, istirahat cukup, mengendalikan stres, gaya hidup yang positif.
2. Perilaku sakit, yaitu pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan pengobatan 3
Perilaku peran sakit the sick role behavior 3.
Peran pasien yaitu hak-hak orang sakit right seperti : memeperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan lain-lain, kewajiban orang sakit
obligation seperti : memberitahukan penyakit kepada orang lain terutama kepada dokter, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan lain-lain,
perilaku peran orang sakit the sick role seperti : tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal fasilitas penyembuhan yang layak, megetahui hak dan
kewajiban orang sakit dan lain-lain Mubarak, 2009.
2.1.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karenaperilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternallingkungan.Menurut teori Lawrance Green dalam Notoatmodjo 2010
menyatakan bahwaperilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku behaviorcauses dan faktor diluar perilaku non behaviour causes.
Selanjutnya perilaku itusendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor predisposisi predisposing factors, yang mencakup pengetahuan,sikap,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya b.
Faktor pemungkin enabling factor, yang mencakup lingkungan fisik,tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
c. Faktor penguat reinforcement factor, yang meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
2.2. Imunisasi
Imunisasimerupakan suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh bayi
dan anak. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan Depkes RI, 2005. Imunisasi
lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
Menurut Ranuh dalam Lisnawati, 2011 yang dimaksud dengan imunisasidasar adalahpemberian imunisasi BCG 1x, Hepatitis B 3x, DPT 3x,
Polio 4x, dan campak 1x sebelum bayi berusia setahun dan biasanya diberikan pada bayi berusia sembilan bulan. Imunisasi diberikan mempunyai tujuan yaitu:
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat populasi atau
Universitas Sumatera Utara
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi campak. Memberikan kekebalan terhadap penyakit yag dapat dicegah dengan imunisasi yaitu
Polio, Campak , Difteri, Pertusis, Tetanus, TBCdan Hepatitis B. Menurut Lisnawati 2011 tujuan dari pemberian imunisasi adalah
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud angka kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Menurut Mulyani dan Rinawati 2013, imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem imun tubuh mempunyai sistem memori daya ingat, ketika
vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk natibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman.
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisassi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer anti body secara pasif. Vaksinasi adalah
imunisaai aktif dengan pemberian vaksin antigen yang dapat merangsang pembentukan imunitas anti bodi dari sistem imun dalam tubuh. Imunitas secara
pasif dapat di peroleh dari pemberian dua macam imunoglobulin, yaitu imunoglobulin yang non-spesifik atau gammaglobulin dan imunoglobulin yang
spesifik yang berasal dari plasma donor yan sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksiinasi penyakit tertentu Hedinegroho, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan
telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu memproduksi limfosit yang peka sebagai anti bodi dan sel memori. Cara ini meniru
infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuan nya adalah memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup
unutuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat
membentuk anti bodi dan mematikan penyakit antigenyang masuk kedalam tubuh. Berbagai jenis vaksin yang beredar di masyarakat sejak sepuluh tahun
terakhir, merupakan vaksin yang aman dan ampuh. Berarti, vaksin yang dipergunakan seluruh dunia mempunyai keamanan yang sama karna mempergunakan standar
internasional. Vaksin tersebut juga dapat menimbulkan kekebalan yang lebih baik dan lebih tinggi kadarnya, sehingga bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama dari
pada vaksin terdahulu. Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoit yang diubah sedemkian rupa
sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenisitas Hadinegroho,2011.
Berbagai keuntungan vaksinansi antara lain: 1 pertahanan tubuh yang dibentuk olehbeberapa vaksin akan dibawa seumur hidupnya, 2 vaksinasi adalah
“cost-effective” karena murah dan efektif, 3 vaksinasi tidak berbahaya, karena
Universitas Sumatera Utara
reaksi yang serius sangat jarang terjadi jauh lebih jarang terjadi dari komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.
2.2.2. Tujuan Imunisasi
Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi PD31.PD31 adalah
penyakit-penyakit menular yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah dan kematian balita .Sebelum kegiatan-kegiatan imunisasi dipergunakan luas di dunia,
banyak anak yang terinfeksi penyakit seperti polio, campak, pertussis dan difteri yang dapat berakibat kematian dan kecacatan. Keadaan tersebut akan diperberat bila
disertai dengan gizi buruk dan menyebabkan peningkatan Case fatality rate CFR penyakit PD31 tersebut Depkes RI, 2010.
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat
populasi, atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi
pada jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria dan poliomielitis Hadinegroho, 2011 . Secara umum tujuan imunisasi antara
lain: 1 imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas angka kesakitan dan mortalitas angka kematian pada bayi dan balita, 2 imunisasi sangat efektif untuk
mencegah penyakit menular, 3 melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Jenis-Jenis Imunisasi
Menurut Wahab 2002, beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah adalah sebaga iberikut :
a Imunisasi BCG Bacillus Calmette-Guerin
Merupakanimunisasi yang paling banyak digunakandi dunia untukmencegahpenyakit TBC. BCG mampu melindungi anak dari meningitis
tuberkulosis dan tuberkulosis milier dengan derajat proteksi sekitar 86 . BCG melindungi terhadap penyebaran bakteri secara hematogen, tetapi tidak mampu
membatasi pertumbuhan fokus yang terlokalisasi seperti pada tuberkolusis paru. BCG juga melindungi anak dari lepra dengan perkiraan kemampuan
proteksi dari 20 di Birma, sampai 80 di Uganda. b
Imunisasi DPT Diphteria, Pertusis, Tetanus Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis dantetanus. Difteri adalah preparat toksin difteri yang di non aktifkan dengan foemal dehit dan di absorbsi pada garam alumunium untuk menaikkan
anti genesitasnya. Toksit ini melindungi tubuh terhadap kerja toksin. Toksoit tetanus TT adalh preparat toksin tetanus yang di non aktifkan dengan formal
dehit dan di absorbsi pada garam alumunium untuk meningkatkan anti genesitasnya. TT merangsang pembentukan anti toksin untuk menetralkan
toksin tentanus. Anti toksin yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum. Ada 2 jenis
vaksin feetusis adalah 1. Vaksin seluruh sel yaitu vaksin yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
seluruh vaksin vertusis yang dimatikan dengan bahan kimia atau panas, 2 vaksin a seluler yang baru baru ini diperkenalkan di beberapa negara maju.
c Imunisasi Polio.
Ada 2 jenis vaksin polio poliomielitis, yaitu vaksin yang di berikan per oral dan diberikan secara suntikan. Antibodi terhadap virus folio dapat ditransmisikan
melalui plasenta. imunisasi yang digunakan untuk
mencegah penyakit poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
d Imunisasi Campak
Vaksin campak adalah preparad virus hidup yang dilemahkan dan berasal dari berbagai strain virus campak yang diisolasi pada tahun 1950. Pada umur 9
bulan, sekitar 10 bayi dibeberapa negara masih mempunyai anti bodi dari ibu yang dapat menganggu respon terhadap imunisasi merupakanimunisasi yang
digunakanuntukmencegahpenyakitcampakpadaanak. e
Imunisasi Hepatitis B Merupakanimunisasi yang digunakanuntukmencegahpenyakit hepatitis. Ada 2
tipe vaksin hepatitis B yanag mengandung HsbAg yaitu 1: vaksin yang berasal dari plasma dan 2 vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan
imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti HbsAg ibu tidak mengganggu respons terhadap vaksin.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Sasaran Imunisasi
Seseorang yang beresiko untuk terkena penyakit dapat dicegah dengan pemberian imunisasi, yaitu :
1. Bayi dan anak balita, anak sekolah dan remaja
2. Calon jemaah haji umroh
3. Orang tua, manula
4. Orang yang bepergian ke luar negeri
Imunisasi yang dilakukan akan melindungi anak terhadap penyakit. Walaupun pada saat ini fasilitas ini telah tersedia dimasyarakat, akan tetapi tidak semua bayi
telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.
2.2.5. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi KIPI
Menurut Chen dalam Purnamaningrum2014 ada beberapa penyebab KIPI diantaranya adalah :
1. Kesalahan program atau teknik pelaksanaan
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. 2.
Reaksi suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung
maupun tidak langsung harus dicatat reaksi KIPI.
Universitas Sumatera Utara
3. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebkan oleh induksivaksin pada umumnyasudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi samping vaksin dan secara
klinis biasanya ringan. 4.
Faktor kebetulan koinsiden Kejadian yang timbul secara kebetulansaja setelah imunisasi. Indikator faktor
kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat.
5. Penyebab tidak diketahui
Kejadian atau masalah yang tidak diketahui sebelumnya.
2.2.6. Tenaga Kerja yang Berhubungan dengan Imunisasi
l. Jurim Juru Imunisasi Petugas imunisasi yang ditunjuk langsung oleh dinas kesehatan untuk
berperan langsung mengambil vaksin di dinas kesehatan dan mendatangi tiap –tiap yang mengadakan posyandu.
2. Petugas kesehatan di bagian poliklinik anak di puskesmas
3. Bidan baik yang ada di puskesmas maupun yang ada di desa.
2.3. Landasan Teori
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu:
Universitas Sumatera Utara
aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang
ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan
emosi juga merupakan perilaku manusia Notoatmodjo, 2010. Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner maka Perilaku kesehatan
pada dasarnya adalah suatu respons seseorang organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan seseorang diselenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan promotive, pencegahan penyakit preventive, penyembuhan penyakit curative dan pemulihan kesehatan rehabilitative.Respon atau reaksi
manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat pasif dan bersifat aktif.Bersifat pasif pengetahuan, persepsi dan sikap, bersifat aktif tindakan yang
nyata atau practice.Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan yang modern maupun
pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang
terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguna fasilitas, petugas, dan obat-obatan. Perilaku seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari
dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain ; susunan
Universitas Sumatera Utara
saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya Notoatmodjo, 2010.
Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2007 menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2
faktor pokok, yaitu : a. Faktor perilaku behavioral causes
b. Faktor diluar perilaku non behavioral causes Selanjutnya faktor perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-
faktor predisposisi predisposing factors, faktor-faktor pemungkin enabling factors, dan faktor-faktor penguat reinforcing factors.Faktor-faktor predisposisi
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung untuk
mewujudkan perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut dengan faktor pendukung atau faktor pemungkin.Misalnya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit. Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, keluarga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama
petugas kesehatan.
Gambar 2.1 Landasan teori
2.4.
Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan kerangka konsep penelitian, yaitu faktor presdiposisi dan faktor penguat
memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Kerangka konsep dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Faktor Predisposisi -
Pengetahuan -
Sikap -
Nilai -
Pendidikan -
Penghasilan
Faktor Penguat -
Dukungan Keluarga -
Dukungan Petugas Kesehatan -
Dukungan Tokoh Masyarakat Faktor Pemungkin
- Ketersediaan fasilitas
- Jarak pelayanan kesehatan
dengan tempat tinggal Perilaku
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa variabel independen terdiri dari faktor presdiposisi pengetahuan, sikap, pendidikan dan penghasilan dan faktor
penguat dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat memengaruhi variabel dependen yaitu kelengkapan imunisasi dasar.
Faktor Predisposisi -
Pengetahuan -
Sikap -
Pendidikan -
Nilai -
Penghasilan
Faktor Penguat - Dukungan Keluarga
- Dukungan petugas kesehatan
- Dukungan tokoh masyarakat KelengkapanImunisasi
Dasar Faktor Pemungkin
- Jarak dengan Pelayanan
kesehatan
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian