Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

oleh :

Maya Fitria, SKM, M.Kes

197610052009122003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tulisan tentang Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kriteria fungsional dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Tulisan ini berisi tentang Faktor-faktor yang memengaruhi terhadap pemberian ASI eksklusif dengan tujuan untuk mengetahui kesulitan bagi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi dan kelainan yang diderita ibu, kondisi dari bayi, peranan keluarga terutama suami, peranan tenaga kesehatan terutama bidan, peranan layanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit atau klinik bersalin dan pemerintah serta peranan masyarakat.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat serta memberikan sumbangan yang berharga dalam peningkatan upaya kesehatan ibu dan bayi.

Medan, Oktober 2011 Penulis


(4)

ABSTRAK

ASI adalah makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama dalam kehidupannya sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World Health Organization (WHO) dan United Nations

Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja

sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI.

Dalam kenyataannya masih banyak dijumpai kesukaran dalam memberikan ASI eksklusif. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor-faktor tersebut meliputi (1) Faktor Ibu, mencakup : Psikologis Ibu, pemahaman yang kurang tentang tata laksana laktasi yang benar, keinginan menyusui kembali setelah bayi diberi formula, Fisik ibu, Kelainan ibu, Ibu hamil lagi padahal masih menyusui, dan Ibu bekerja; (2) Faktor Bayi; (3) Peranan Petugas Kesehatan, (4) Peranan Pihak Rumah Sakit/Pemerintah; (5) Faktor Keluarga dan (6) Faktor Masyarakat.

Asi eksklusif sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai generasi penerus bangsa ini. Oleh karena itu diharapkan seluruh faktor yang berperan termasuk ibunya sendiri beserta keluarga juga semua elemen-elemen terkait mencakup petugas kesehatan (bidan dan dokter), peraturan rumah sakit dan pemerintah dan dukungan masyarakat agar saling bekerjasama sehingga dapat mewujudkan keberhasilan dalam pemberian asi eksklusif tersebut.


(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………. i

Abstrak……… ii

Daftar Isi………. iii

I. PENDAHULUAN……… 1

II. PEMBAHASAN………... 1

1. Faktor Ibu……… 2

a. Psikologis Ibu……….. 2

b. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar……… 4

c. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula………. 4

d. Fisik ibu……… 5

e. Kelainan ibu……….. 6

f. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui……… 8

g. Ibu bekerja……… 9

2. Faktor Bayi………... 10

3. Peranan Petugas Kesehatan……….. 10

4. Peran Rumah Sakit / Pemerintah……….. 13

5. Faktor Keluarga……… 14

6. Faktor Masyarakat……… 15

III. KESIMPULAN………. 15

IV. PENUTUP………. 16


(6)

(7)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF

I. PENDAHULUAN

Setiap orangtua pasti menginginkan bayinya lahir secara normal, sehat dan dapat tumbuh secara optimal, serta diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat. Tugas mulia seorang ibu adalah hamil, melahirkan, kemudian menyusui bayinya. Sementara kewajiban orang tua adalah mendidik, membesarkan dan menjadi panutan bagi anak-anaknya agar impian mendapatkan anak yang berkualitas dapat terwujud.

Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk pemberian makanan yang ideal. Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir

selain ASI. World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund

(UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI.

Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Akan tetapi dengan motivasi ibu/ayah yang kuat, pengetahuan dasar yang dimiliki ibu dan ayah, serta usaha yang terus menerus, sabar dan tekun, serta didukung oleh fasilitas persalinan SAYANG BAYI tidak mustahil pemberian ASI eksklusif dapat berhasil.

II. PEMBAHASAN

Banyak faktor yang memengaruhi dalam pemberian asi eksklusif, beberapa diantaranya adalah :

1. Faktor Ibu 2. Faktor Bayi

3. Peranan Petugas Kesehatan

4. Peranan Pihak Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik

5. Dukungan Keluarga


(8)

Berikut ini akan dibahas satu persatu faktor-faktor tersebut agar dapat dipahami masalah dan tata laksananya

1. Faktor Ibu, Meliputi :

a. Psikologis ibu

Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan atau percaya diri untuk mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.

Padahal percaya diri adalah satu-satunya kiat yang paling jitu untuk dapat menyusui dengan sukses. Berikut ini beberapa pikiran ataupun perasaan negatif yang dapat menggoyahkan rasa percaya diri ibu, yaitu :

- ASI-ku belum keluar atau ASI-ku hanya keluar sedikit sekali…

Selama masa kehamilan, kedua payudara ibu mulai memproduksi ASI pertama yang disebut dengan kolostrum. Produksi kolostrum ini akan terus berlangsung hingga kira-kira seminggu setelah melahirkan. Kolostrum ini memang diproduksi dalam jumlah yang sedikit, hanya beberapa sendok teh dalam sehari. Meski sedikit dari segi kuantitas (volume), tetapi kolostrum memiliki konsentrasi nutrisi yang sangat tinggi dan mudah sekali dicerna oleh pencernaan bayi, yang memang belum sempurna. Kandungan lain yang membuat kolostrum amat sangat berharga adalah antibodi (immunoglobulin). Kolostrum mengandung IgA (immunoglobulin A) dalam jumlah besar.

Zat ini akan membentuk ’benteng pertahanan’ pertama yang akan melindungi bayi dari serangan berbagai kuman. Menurut la leche league, produksi kolostrum hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36, 23 ml per hari. Selain jumlah yang sedikit, karakteristik kolostrum juga belum seperti ASI matur. Warnanya bening kekuning-kuningan dan agak kental. Karenanya, tak jarang ibu yang tidak melihat keluarnya kolostrum mengira ASI-nya belum keluar. Ada pula ibu yang melihat kolostrumASI-nya keluar, tetapi karena jumlahnya yang sedikit itu, si ibu jadi mengira ASI-nya hanya keluar sedikit. Hingga akhirnya ibu menunda untuk menyusui atau bahkan, tragisnya, memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Sebenarnya, produksi kolostrum (yang hanya sedikit) disesuaikan dengan kapasitas perut bayi. Kapasitas maksimal perut bayi usia 1-2 hari hanya sebesar kelereng (5-7 ml). Lebih dari itu akan segera dimuntahkan karena perut bayi belum dapat meregang. Menurut la leche league lagi, sekali menyusui,


(9)

rata-rata produksi kolostrum ’hanya’ 1,4 sendok teh (6,86 ml). Dengan demikian, sekali menyusui, bayi akan mencerna habis semua kolostrum yang ia konsumsi. Tidak ada yang terbuang.

- Si kecil sering sekali terbangun malam, berarti dia tidak kenyang hanya minum ASI....

Selain sindroma ASI kurang/sedikit, ini juga satu alasan yang kerap kali membuat ibu akhirnya ’menyerah’ dan memilih memberikan susu formula kepada si kecil. Padahal bayi-bayi yang hanya minum/makan ASI memang cenderung lebih cepat merasa lapar dibandingkan dengan bayi-bayi yang diberi susu formula. Ini sangat berkaitan dengan komposisi ASI. Selain sarat nutrisi, ASI juga mengandung beragam enzim-enzim pencernaan, antara lain lipase (untuk menguraikan lemak), protease (untuk menguraikan protein), dan amilase (untuk menguraikan karbohidrat). Dengan kata lain, ASI dapat dikatakan sebagai makanan yang sudah separuh cerna, sehingga tidak butuh waktu lama bagi sistem pencernaan bayi yang memang belum sempurna perkembangannya untuk mencerna habis ASI. Itulah sebabnya, bayi-bayi ASI perlu disusui setiap 2-3 jam sekali.

Namun, tidak demikian halnya dengan bayi-bayi yang mengkonsumsi susu formula. Komposisi susu formula lebih sulit dicerna oleh sistem pencernaan bayi. Karena susu formula ’bertahan’ lebih lama dalam perut, bayi menjadi tidak lekas lapar. Efeknya, bayi akan tidur lebih lama.

Daya tampung lambung bayi yang memang masih sangat terbatas, juga menjadi penyebab bayi cepat kenyang, tapi cepat lapar kembali. Pada hari pertama, ukuran lambung bayi dapat disetarakan dengan ukuran kelereng (5-7 ml). Mulai hari ke 3, kapasitasnya sedikit meningkat menjadi 14-16 ml atau sebesar kelereng besar. Hari ke-10, lambung bayi kira-kira sebesar bola pingpong atau daya tampungnya 60-80 ml. Karena itu, ide memberikan susu dalam jumlah banyak setiap kali waktu makan, bukanlah tindakan yang tepat. Tindakan ini sama saja meregang dengan paksa lambung si kecil. Membiasakan bayi untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering, merupakan awal yang baik untuk ’mengajarkan’ kebiasaan makan yang benar dan sehat kepada anak. Bayi-bayi ASI dengan sendirinya terbiasa dengan porsi makan kecil tapi sering ini. Begitu merasa kenyang, ia tidak mau lagi menyusu. Setelah 2-3 jam kemudian, ia akan memberitahu ibu kalau ia lapar. Umumnya, bayi-bayi ASI perlu disusui setidaknya 8-12 kali dalam 24 jam.


(10)

- Bagaimana caranya mengetahui bayiku cukup mendapat ASI....

Satu hal yang juga sering menimbulkan keraguan untuk memberikan ASI eksklusif adalah ibu tidak yakin bayinya memperoleh cukup ASI, atau ibu ragu kebutuhan nutrisi bayinya dapat dipenuhi hanya oleh ASI.

Tanda-tanda berikut ini dapat Anda gunakan sebagai petunjuk bayi Anda mendapatkan cukup ASI dan cukup gizi :

a) Dalam 24 jam, si kecil buang air kecil minimal 6-8 kali sehari. Ini mungkin agak sulit diperhatikan bila bayi menggunakan popok sekali pakai. Karena yang harus diperhatikan adalah 6-8 kali basahan, bukannya 6-8 kali ganti popok.

b) Adanya pertumbuhan yang signifikan. Maksudnya, berat badan, tinggi badan, dan

lingkar kepala bayi bertambah secara signifikan. Sebagai panduan untuk memeriksa pertumbuhan anak, Anda perlu menggunakan bagan pertumbuhan (growth chart). Saat ini WHO telah mengeluarkan growth chart baru yang lebih sesuai untuk bayi-bayi ASI eksklusif.

c) Perkembangannya, baik motorik kasar maupun halus, baik. Selain itu, bayi terlihat aktif, nyaman dan bahagia.

b. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar

Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.

Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tata laksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif ( Utami, 2005).

c. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)

Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi


(11)

ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut ‘suplementer’.

Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik atau breast feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI (WHO, 1998).

Gambar 1. Menyusu dengan cangkir dan slang plastica

(Sumber: Breastfeeding Counseling: A training course. WHO, UNICEF. 1993)

d. Fisik ibu

Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.

Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat


(12)

penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus.

Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya. Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses relaktasi.

Ibu harus diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan bila menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi. Walaupun demikian beberapa obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain: obat psikiatri, obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen (pil anti hamil), dan golongan diuretika.

Bayi yang mengantuk, malas minum, kuning perlu dipikirkan pengaruh obat tertentu. Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat tersebut tidak dapat diganti dengan jenis obat lain, maka untuk sementara dianjurkan memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke klinik laktasi rumah sakit terdekat.

Obat antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin, cloxacilin, pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi selama ibu menyusui. Sedangkan obat anti tuberkulosa, obat cacing, antihistamin, antasida, hipertensi, bronkodilator, kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan beberapa suplemen nutrisi (yodium) bila memang diperlukan dapat diberikan tetapi dengan pemantauan ketat dari dokter.

e. Kelainan Ibu

Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses.

Puting lecet / puting luka

Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan


(13)

merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting. Bagaimana mengatasinya?

Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar (tongue tie).

Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand.

Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat diberikan bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang diperah luka dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan sabun, lotion salep,atau,menggosok-gosok,dengan,handuk.

Payudara penuh dan/atau bengkak

Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak.

Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar, (3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan ibu bahwa payudara penuh adalah suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih lunak.

Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan

sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI.


(14)

Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak? Segera menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu bayi/ibu dapat melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi melekat dengan baik di payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat menghisap susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara. Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI dan berikan ASI dengan cangkir ( Krisuadi SR, 1993).

Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan cara kompres hangat pada payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu dengan lembut pada tengkuk dan punggung, mengurut payudara dengan lembut, merangsang payudara dan putting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks. Setelah menyusui kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu, yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa nyeri akan berkurang.

Mastitis dan Abses

Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.

Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit

Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit ( WHO, 2000 ).

f. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui

Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:


(15)

1. Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.

2. Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan

utama.

3. Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.

Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu (1) volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, (2) puting akan lecet, (3) ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa ASI berubah ke arah kolostrum, (5) terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil.

g. Ibu bekerja

Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :

1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.

2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat

dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.

3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.

4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung

puting”.

5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.

6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.

7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi


(16)

dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.

8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu

kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam (WHO, 1993).

Gambar 3. Pemberian ASI dengan Cangkir

(Sumber: Leaflet Penatalaksanaan ASI eksklusif pada Ibu Bekerja. PODI ASI PKSC)

2. Faktor Bayi

Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan. Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.

3. Peranan Petugas Kesehatan

Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapapun sempitnya


(17)

waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk penyusuan dini.

Peran masalah-masalah umum terjadi.

Peranan awal

1. Meyakinkan bahwa

ibunya.

2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mam

1. Membiarkan

2. Mengajarkan cara merawat

umum yang timbul.

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4. Menempatkan

5. Memberikan ASI pad

6. Memberikan

7. Menghindari

Membiarkan pertama.

atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa

penting, dimana antara ibu da paling sedikit 30 menit setelah lahir.

Mengajarkan cara merawat masalah umum yang timbul

tersumbatnya saluran susu, sehingga


(18)

dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkina sebelum ibu selalu bersih da dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

Membantu ibu segera unt seri ini disebabkan, isapa mengeluarkan ASI.

Menempatkan

baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam pe

Memotivasi ibu untuk mau memberikan ASI pada

dengan keinginannya

yang sehat dapat mengosongkan sat akan kosong dalam 2 jam karena isapan

Memotivasi ibu untuk memberikan dan ASI saja.

ASI da dari ibu ya sebaliknya ASI dari ibu ya kebutuha

Menghindari pemakaian


(19)

menolak menyusu atau menghisap dari

Pada seorang primipara, ASI sering keluar pada hari ke 3 dan jumlah ASI selama 3 hari pertama hanya 50 ml (kira-kira 3 sendok makan); bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang mengakibatkan produk ASI berkurang.

Pengisapan ASI 30 menit pertama setelah lahir dengan adanya refleks mengisap akan mempercepat keluarnya ASI, juga merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak.tidak dianjurkan memberikan prelacteal feeding yaitu minum, makan sebelum ASI keluar karena akan menimbulkan masalah, lebih-lebih kalau prelacteal feeding tersebut diberikan dengan menggunakan botol dot. Hal ini akan menyebabkan bayi bingung puting (nipple confuse) yang disebabkan perbedaan mekanisme menyusui pada payudara ibu dan menyusui pada botol dot; akibatnya bayi akan lebih suka minum dari botol dot karena tanpa banyak tenaga susu bisa diisap dengan mudah Jangan tergesa-gesa menambahkan atau memberi susu formula pada bayi jika produksi ASI tidak mencukupi atau tidak ada. Tidak perlu khawatir bila bayi banyak menangis, gamoh, cikukan, bersin dan sebagainya.

4. Peran Rumah Sakit / Pemerintah

Peran rumah sakit bersalin, rumah sakit umum sangat menentukan pelaksanaan penyusuan dini. Peraturan pemerintah telah banyak mendukung pelaksanaan penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut :

a. Melarang para produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih dari ASI. b. Melarang promosi susu buatan/formula di semua sarana pelayanan kesehatan termasuk

posyandu.

c. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai umur 4 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai 2 tahun.

d. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan baik unit persalinan milik pemerintah maupun swasta.


(20)

e. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat ( Suharsono, 1993).

5. Faktor Keluarga

Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan yang harmonis akan mempengaruhi lancarnya proses laktasi. Timbulnya stres pada saat yang kritis dapat menghentikan produksi ASI (Suharsono, 1993).

Di luar faktor masih banyaknya tenaga kesehatan, rumah sakit/rumah bersalin, maupun tempat kerja yang belum ramah ASI eksklusif, ternyata dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI ekslusif. Mengapa demikian? Karena dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu.

Hormon oksitosin, hormon yang membantu pengeluaran ASI, itu sangat sensitif terhadap perasaan ibu. Sedikit saja ibu merasa ragu atau kurang pede, dapat menyebabkan kerja hormon oksitosin melambat. Akibatnya, ASI yang keluar menjadi lebih sedikit. Efek dari berkurangnya ASI ini, ibu jadi bertambah stress. Padahal semakin tinggi tingkat stress ibu, semakin berkurang pula produksi ASI-nya. Begitu seterusnya, dan kalau kondisi seperti ini dibiarkan, sangat mungkin produksi ASI akan terhenti sama sekali.

Memang akan sangat ideal bila lingkungan terdekat ibu suportif dengan ASI eksklusif. Tapi bila kondisi ideal ini sulit atau tidak tercapai, satu-satunya benteng pertahanan ibu adalah membekali diri dan suami dengan ilmu dan pengetahuan yang benar tentang seluk beluk ASI. Dengan bekal pengetahuan yang benar, ibu berpeluang lebih besar untuk dapat menjaga motivasi dan percaya diri memberikan ASI eksklusif. Terus ingatkan diri sendiri akan hal-hal yang menyebabkan ibu ingin memberikan ASI eksklusif kepada si kecil.

Untuk ’meluluhkan’ hati ibu dan atau ibu mertua, ibu bisa lebih melibatkannya dalam kegiatan menyusui. Tanyakan bagaimana pengalaman menyusui beliau. Mintalah kiat-kiat menyusui berdasarkan pengalaman beliau. Tak perlu defensif dalam menyikapi ’ketidaksetujuan’ keluarga. Karena sikap defensif biasanya justru membuat mereka semakin agresif menunjukkan ketidaksetujuannya. Ini justru akan membuat ibu semakin sulit menyampaikan informasi yang benar. Yang terpenting, ibu dan suami satu kata untuk urusan ASI eksklusif ini.


(21)

6. Faktor Masyarakat

Di beberapa daerah tertentu di Indonesia masih ada kebiasaan-kebiasaan memberikan makanan tambahan (pisang atau nasi) terlalu dini yaitu pada hari-hari pertama kelahiran; hal ini berbahaya karena usus bayi belum dapat mencerna serta pertumbuhan fungsi ginjal baru dapat beradaptasi untuk menerima makanan dengan kadar garam dan protein yang tinggi pada usia 4 bulan. Ada pandangan sebagian masyarakat bahwa menyusui dapat merusak payudara sehingga mengganggu kecantikan ibu tersebut dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui rnerupakan perilaku yang kuno. Bila ingin disebut modern ibu menggunakan susu formula. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penyusuan bayi dapat dilakukan pada kelompok ibu di pedesaan serta kelompok ibu di perkotaan. Pada kelompok ibu di pedesaan dapat disarankan bagaimana cara meningkatkan mutu ASI, serta kapan dimulai diberi makanan tambahan (Suharsono, 1993).

Pada ibu di perkotaan yang bekerja di luar rumah dan harus meninggalkan anaknya lebih dari 7 jam sangat memberatkan; beberapa perlindungan untuk ibu menyusui telah diberikan antara lain memberi cuti melahirkan selama 3 bulan dan boleh menyusui anaknya selama 2 x l/2 jam dalam waktu kerja (Krisuadi SR, 1993).

III. KESIMPULAN

1. ASI eksklusif meningkatkan kualitas generasi penerus karena anak yang mendapat ASI akan tumbuh kembang secara optimal dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin. 2. Pemberian ASI eksklusif mengurangi risiko jangka pendek dan jangka panjang.

3. ASI eksklusif menguntungkan negara karena dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, serta menghemat biaya.

4. Berhasilnya peningkatan penggunaan ASI eksklusif sangat tergantung kepada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan, dokter yang merupakan ujung tombak dalam melaksanakan ASI eksklusif terhadap ibu-ibu yang bersalin.

5. Berhasilnya pemberian asi eksklusif sangat tergantung juga oleh dukungan pihak keluarga yang terus memotivasi ibu untuk menyusui serta dukungan masyarakat.


(22)

IV. PENUTUP

Asi eksklusif sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai generasi penerus bangsa ini. Oleh karena itu diharapkan seluruh faktor yang berperan baik si ibunya sendiri beserta keluarga juga semua elemen-elemen yang lain agar dapat bekerja sinergis sehingga dapat mewujudkan keberhasilan dalam pemberian asi eksklusif tersebut.

Sangat disayangkan bila ada ibu yang tidak mau menyusui bayinya sendiri. Setiap perilaku yang salah seperti ini harus diluruskan agar tercipta anak-anak yang sehat jasmani, mental maupun sosial (Suharyono, 1991). anak yang mendapat ASI tumbuh kembang secara optimal dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin ( Suradi R, 1993).

Di samping itu keuntungan pemberian ASI/dapat menjarangkan kehamilan, hemat biaya karena tidak membeli susu formula. Sedangkan bagi bangsa dan negara, angka kesakitan dan kematian anak akan menurun serta mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan ibu dan anak; rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan bakar untuk mensterilkan botol, dan lain-lain serta mengurangi subsidi biaya perawatan rumah sakit ( Suharyono, 1991).

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati

Department of Child and Adolescent Health and Developemnt. World Health Organization

Relactation. Review of Experience and Recommendation for Practice. WHO.

Geneva. 1998.

Department of Child and Adolescent Health and Developemnt. World Health Organization.

Mastitis. Causes and Management. WHO. Geneva. 2000.

Krisuadi SR. Masalah ibu menyusui dan penanggulangannya. Majalah Kedokteran

Indonesia Vol. 43 No. 6 (Juni) 1993; 43 (6) : 361-5.

Buku Bacaan Manajeme

1-4)

Pusdiknakes, 2003. Buku 4:

Parekita, ( http://parekita.wordpress.com/2008/10/17/manageme September 2009


(23)

Suharyono, D Sri Manfaat ASI pada tumbuh kembang anak, kesehatan ibu dan keluarga berencana. Majalah Kedokteran Indonesia 8, (Agustus) 1991; 41(8) : 474-80.

Suherni, 2007. Perawat

Suradi R. Manfaat pemberian ASl secara eksklusif bagi proses tumbuh kembang anak.

Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 45 No. 1 Januari 1993, 1-5.

Suharsono. Memasyarakatkan penyusuan dini dan rawat gabung. Majalah Kedokteran

Indonesia Vol. 43 No. 6 (Juni) 1993; 43(6)-33.

World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding Counselling: A Training

Course.Trainer’s Guide. WHO. Geneva, UNICEF. New York. 1993. Utami, Roesli. Panduan Praktis Menyusui. Puspa Swara. Jakarta. 2005

http://www.ibudananak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=127&Itemid=9


(1)

dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkina sebelum ibu selalu bersih da dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu segera unt seri ini disebabkan, isapa mengeluarkan ASI.

Menempatkan baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam pe

Memotivasi ibu untuk mau memberikan ASI pada dengan keinginannya yang sehat dapat mengosongkan sat akan kosong dalam 2 jam karena isapan

Memotivasi ibu untuk memberikan dan ASI saja. ASI da dari ibu ya sebaliknya ASI dari ibu ya kebutuha

Menghindari pemakaian Pemberian susu denga


(2)

menolak menyusu atau menghisap dari

Pada seorang primipara, ASI sering keluar pada hari ke 3 dan jumlah ASI selama 3 hari pertama hanya 50 ml (kira-kira 3 sendok makan); bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang mengakibatkan produk ASI berkurang.

Pengisapan ASI 30 menit pertama setelah lahir dengan adanya refleks mengisap akan mempercepat keluarnya ASI, juga merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak.tidak dianjurkan memberikan prelacteal feeding yaitu minum, makan sebelum ASI keluar karena akan menimbulkan masalah, lebih-lebih kalau prelacteal feeding tersebut diberikan dengan menggunakan botol dot. Hal ini akan menyebabkan bayi bingung puting (nipple confuse) yang disebabkan perbedaan mekanisme menyusui pada payudara ibu dan menyusui pada botol dot; akibatnya bayi akan lebih suka minum dari botol dot karena tanpa banyak tenaga susu bisa diisap dengan mudah Jangan tergesa-gesa menambahkan atau memberi susu formula pada bayi jika produksi ASI tidak mencukupi atau tidak ada. Tidak perlu khawatir bila bayi banyak menangis, gamoh, cikukan, bersin dan sebagainya.

4. Peran Rumah Sakit / Pemerintah

Peran rumah sakit bersalin, rumah sakit umum sangat menentukan pelaksanaan penyusuan dini. Peraturan pemerintah telah banyak mendukung pelaksanaan penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut :

a. Melarang para produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih dari ASI. b. Melarang promosi susu buatan/formula di semua sarana pelayanan kesehatan termasuk

posyandu.

c. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai umur 4 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai 2 tahun.

d. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan baik unit persalinan milik pemerintah maupun swasta.


(3)

e. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat ( Suharsono, 1993).

5. Faktor Keluarga

Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan yang harmonis akan mempengaruhi lancarnya proses laktasi. Timbulnya stres pada saat yang kritis dapat menghentikan produksi ASI (Suharsono, 1993).

Di luar faktor masih banyaknya tenaga kesehatan, rumah sakit/rumah bersalin, maupun tempat kerja yang belum ramah ASI eksklusif, ternyata dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI ekslusif. Mengapa demikian? Karena dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu.

Hormon oksitosin, hormon yang membantu pengeluaran ASI, itu sangat sensitif terhadap perasaan ibu. Sedikit saja ibu merasa ragu atau kurang pede, dapat menyebabkan kerja hormon oksitosin melambat. Akibatnya, ASI yang keluar menjadi lebih sedikit. Efek dari berkurangnya ASI ini, ibu jadi bertambah stress. Padahal semakin tinggi tingkat stress ibu, semakin berkurang pula produksi ASI-nya. Begitu seterusnya, dan kalau kondisi seperti ini dibiarkan, sangat mungkin produksi ASI akan terhenti sama sekali.

Memang akan sangat ideal bila lingkungan terdekat ibu suportif dengan ASI eksklusif. Tapi bila kondisi ideal ini sulit atau tidak tercapai, satu-satunya benteng pertahanan ibu adalah membekali diri dan suami dengan ilmu dan pengetahuan yang benar tentang seluk beluk ASI. Dengan bekal pengetahuan yang benar, ibu berpeluang lebih besar untuk dapat menjaga motivasi dan percaya diri memberikan ASI eksklusif. Terus ingatkan diri sendiri akan hal-hal yang menyebabkan ibu ingin memberikan ASI eksklusif kepada si kecil.

Untuk ’meluluhkan’ hati ibu dan atau ibu mertua, ibu bisa lebih melibatkannya dalam kegiatan menyusui. Tanyakan bagaimana pengalaman menyusui beliau. Mintalah kiat-kiat menyusui berdasarkan pengalaman beliau. Tak perlu defensif dalam menyikapi ’ketidaksetujuan’ keluarga. Karena sikap defensif biasanya justru membuat mereka semakin agresif menunjukkan ketidaksetujuannya. Ini justru akan membuat ibu semakin sulit menyampaikan informasi yang benar. Yang terpenting, ibu dan suami satu kata untuk urusan ASI eksklusif ini.


(4)

6. Faktor Masyarakat

Di beberapa daerah tertentu di Indonesia masih ada kebiasaan-kebiasaan memberikan makanan tambahan (pisang atau nasi) terlalu dini yaitu pada hari-hari pertama kelahiran; hal ini berbahaya karena usus bayi belum dapat mencerna serta pertumbuhan fungsi ginjal baru dapat beradaptasi untuk menerima makanan dengan kadar garam dan protein yang tinggi pada usia 4 bulan. Ada pandangan sebagian masyarakat bahwa menyusui dapat merusak payudara sehingga mengganggu kecantikan ibu tersebut dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui rnerupakan perilaku yang kuno. Bila ingin disebut modern ibu menggunakan susu formula. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penyusuan bayi dapat dilakukan pada kelompok ibu di pedesaan serta kelompok ibu di perkotaan. Pada kelompok ibu di pedesaan dapat disarankan bagaimana cara meningkatkan mutu ASI, serta kapan dimulai diberi makanan tambahan (Suharsono, 1993).

Pada ibu di perkotaan yang bekerja di luar rumah dan harus meninggalkan anaknya lebih dari 7 jam sangat memberatkan; beberapa perlindungan untuk ibu menyusui telah diberikan antara lain memberi cuti melahirkan selama 3 bulan dan boleh menyusui anaknya selama 2 x l/2 jam dalam waktu kerja (Krisuadi SR, 1993).

III. KESIMPULAN

1. ASI eksklusif meningkatkan kualitas generasi penerus karena anak yang mendapat ASI akan tumbuh kembang secara optimal dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin. 2. Pemberian ASI eksklusif mengurangi risiko jangka pendek dan jangka panjang.

3. ASI eksklusif menguntungkan negara karena dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, serta menghemat biaya.

4. Berhasilnya peningkatan penggunaan ASI eksklusif sangat tergantung kepada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan, dokter yang merupakan ujung tombak dalam melaksanakan ASI eksklusif terhadap ibu-ibu yang bersalin.

5. Berhasilnya pemberian asi eksklusif sangat tergantung juga oleh dukungan pihak keluarga yang terus memotivasi ibu untuk menyusui serta dukungan masyarakat.


(5)

IV. PENUTUP

Asi eksklusif sangat besar manfaatnya bagi bayi, sebagai generasi penerus bangsa ini. Oleh karena itu diharapkan seluruh faktor yang berperan baik si ibunya sendiri beserta keluarga juga semua elemen-elemen yang lain agar dapat bekerja sinergis sehingga dapat mewujudkan keberhasilan dalam pemberian asi eksklusif tersebut.

Sangat disayangkan bila ada ibu yang tidak mau menyusui bayinya sendiri. Setiap perilaku yang salah seperti ini harus diluruskan agar tercipta anak-anak yang sehat jasmani, mental maupun sosial (Suharyono, 1991). anak yang mendapat ASI tumbuh kembang secara optimal dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin ( Suradi R, 1993).

Di samping itu keuntungan pemberian ASI/dapat menjarangkan kehamilan, hemat biaya karena tidak membeli susu formula. Sedangkan bagi bangsa dan negara, angka kesakitan dan kematian anak akan menurun serta mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan ibu dan anak; rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan bakar untuk mensterilkan botol, dan lain-lain serta mengurangi subsidi biaya perawatan rumah sakit ( Suharyono, 1991).

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Department of Child and Adolescent Health and Developemnt. World Health Organization

Relactation. Review of Experience and Recommendation for Practice. WHO. Geneva. 1998.

Department of Child and Adolescent Health and Developemnt. World Health Organization. Mastitis. Causes and Management. WHO. Geneva. 2000.

Krisuadi SR. Masalah ibu menyusui dan penanggulangannya. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 43 No. 6 (Juni) 1993; 43 (6) : 361-5.

Buku Bacaan Manajeme 1-4)

Pusdiknakes, 2003. Buku 4:

Parekita, ( http://parekita.wordpress.com/2008/10/17/manageme September 2009


(6)

Suharyono, D Sri Manfaat ASI pada tumbuh kembang anak, kesehatan ibu dan keluarga berencana. Majalah Kedokteran Indonesia 8, (Agustus) 1991; 41(8) : 474-80.

Suherni, 2007. Perawat

Suradi R. Manfaat pemberian ASl secara eksklusif bagi proses tumbuh kembang anak. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 45 No. 1 Januari 1993, 1-5.

Suharsono. Memasyarakatkan penyusuan dini dan rawat gabung. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 43 No. 6 (Juni) 1993; 43(6)-33.

World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding Counselling: A Training Course.Trainer’s Guide. WHO. Geneva, UNICEF. New York. 1993.

Utami, Roesli. Panduan Praktis Menyusui. Puspa Swara. Jakarta. 2005

http://www.ibudananak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=127&Itemid=9