Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Desa Suka Dame Kecamatan TigaPanah Kabupaten Karo Tahun 2016

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, A., Reddaiah, P., Baridalyne, N., 2006. Nutritional Status and Menarche in Adolescent Girls in an Urban Resettlement Colony of South Delhi. Dalam Indian Journal of Community Medicine. 2006. New Delhi: Centre of Community Medicine

Adiningsih, N. U., 2010. Ayah “Menyusui” Cermin Kesetaraan Gender. Jakarta. Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga.

Afifah, D. N., 2007. Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI Eksklusif (studi kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Diambil tanggal 25 November 2015 dari

http://eprints.undip/ARTIKEL_ASI.pdf.

Amiruddin dan Rostia, 2006. Promosi Susu Formula menghambat pemberian ASI Ekslusif pada bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa’Baeng– Baeng Makasar. Makasar, (UNHAS).

Aprillia, Y., 2009. Analisis sosialisasi program inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif kepada bidan di Kabupaten Klaten. Diambil tanggal 11 Mei 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/23747/1/Yesie_Aprillia.pdf.

Arasta, L. D., 2010. Hubungan pelaksanaan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di polindes Harapan Bunda desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Diambil tanggal 25

November 2015 dari

http://e-journal.akbidpurworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/64/62.

Arikunto, S., 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta

Azwar, 2011. Sikap Manusia Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC Cholil, 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Depkes RI, 2002,

Penilaian

K I dan K IV, Jakarta. Maternal dan Neonatal, Jakarta.

Damayanti, Diana, 2010. Asyiknya Minum ASI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(2)

Dinas Kesehatan Kab.Karo, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Karo, Kabanjahe. Dongson dalam Sarwono Prawiroharjo, 2010. Pengetahuan, Perilaku dan presepsi

ibu tentang pemberian ASI/ ASI Eksklusif. Ejournal litbang

Ernawati A, 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Higiene Saniyasi Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 tahun di Kabupaten Semarang.Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Emiralda, 2007. Pengaruh Pola Asuh Anak Terhadap Terjadinya Balita Malnutrisi di Wilayah Kerja Puskesmas Montasik Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Fikawati, S & Syafiq, A., 2010. Kajian implementasi dan kebijakan ASI Eksklusif dan IMD di Indonesia. Diambil tanggal 25 November 2015 dari http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/642/627.

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Edisi 3, Jakarta: EGC. Fauzi R, 2007. Pola Menyusui pada Ibu Bekerja di Beberapa Wilayah di Jakarta

dan Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhinya.

Harahap, N., 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada suku Mandailing di wilayah kerja Puskesmas Bantan Kelurahan Medan Tembung. Diambil tanggal 26 November 2015 dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26924/4/Chapter%20II.pd f. Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A., Partiwi, I Gst Ayu, 2008. Bedah ASI. IDAI

Cabang DKI Jakarta: Jakarta.

Hidayat, A., Aziz Alimul, 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Imam Ghozali, 2011. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika.

Istiarti, Tinuk, 2000. Menanti Buah Hati. Yogyakarta: Media Persindo.

Jafar, N., 2011. ASI Eksklusif. Diambil tanggal 26 November 2015 dari http://repository.unhas./ASI%20EKSKLUSIF.docx.

Judarwanto, Widodo, 2008. Enterobacter sakazakii, Bakteri Pencemar Susu. RS Bunda Jakarta & Picky Eaters Clinic. Dari: http://medicastore.com. Diakses tanggal 15 April 2013.


(3)

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti ASI.

Manuaba, I.A.S.K., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC

Muji Rahayu, 2010. Hubungan Pendidikan Ibu dan Pendapatan Orang Tua dengan Lama Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Pucangan Kecamatan KartaSura, Surakarta. Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiyah.

Morhason-Bello, O. I., Adedokun, O. B. & Ojengbede, A. O., 2009. Social support during childbirth as a catalyst for early breastfeeding initiation for first-time nigerian mothers. International breastfeeding journal, 416.

Maryunani, Anik, 2012. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM Maryunani, 2010. Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif Dan Menajemen Laktasi.

DKI Jakarta

Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta

Pertiwi, P., 2012. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di kelurahan kunciran indah Tanggerang. Skripsi. Universitas Indonesia

Prasetyono, Dwi Sunar, 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif (Pengalaman, Praktik, dan Kemanfaatan-kemanfaatannya). Jogjakarta: Diva Press.

Roesli, Utami, 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Rukiyah, Y., 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : TIM

Ramaiah, Savitri, 2007. ASI dan Menyusui. PT. Bhuana Ilmu Populer ; Jakarta. Santoso, S., 2003. SPSS Mengelola Data Statistik Secara Propesional. PT. elex

Medika Komputindo. Jakarta

Siregar, Arifin MHD, 2007. Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yangmemengaruhinya. Universitas Sumatra Utara. Medan

Soetjiningsih, 2001. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan , Seri Gizi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


(4)

Surakarta, Ria Ambarwati, 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Binaan Puskesmas Padangsari Kecamatan Banyumanik, Semarang, Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : C.V Andi Offset

Satoto, 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pengamatan 0-18 bulan di Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Disertasi). UNDIP. Semarang

Sulistyawati, 2009. Tumbang,status gizi,dan imunisasi dasar , Numed, Yogyakarta. Setiadi, 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

UNICEF WHO, 2006. Baby-Friendly Hospital Initiative: Revised, Updated and Expanded for Integrated Care. New York: UNICEF/WHO

Zainuddin, 2008. Pengaruh Konseling Ibu Hamil Terhadap Inisiasi Menyusu Dini Di Kabupaten Pangkep Tahun 2008. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berupa observasional yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel-variabel penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data (Sugiyono, 2007) untuk menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif di desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015- Februari 2016.

3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi pada saat penelitian di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2015 berjumlah 64 ibu yang memiliki bayi umur 7 – 12 bulan.


(6)

3.3.2 Sampel

Penelitian ini menggunakan metode total sampling yakni mengambil seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga terdapat 64 orang sampel penelitian. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1). Data primer

Data yang langsung diperoleh dari responden dengan Angket yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah di persiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban kuesioner.

2). Data sekunder

Data yang mendukung data primer yang diperoleh dari Kepala Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2015 dan dari Puskesmas setempat seperti jumlah ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan, umur ibu dan data pendukung lainnya.

3.5 Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari 8 variabel independent (faktor pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, IMD dan dukungan suami) serta 1 (satu) variabel terikat Y (pemberian ASI Eksklusif) dengan definisi operasional sebagai berikut:


(7)

3.5.1 Variabel Independen 1. Pengetahuan (X1)

Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif dan cara-cara meningkatkan produksi ASI agar pemberian ASI tetap lancar.

2. Sikap (X2)

Reaksi respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek 3. Pendidikan (X3)

Tingkat pendidikan terakhir yang dicapai ibu sampai penelitian ini dilakukan. 4. Pekerjaan (X4)

Jenis pekerjaan yang dilakukan ibu sehari hari dalam menopang kehidupan keluarga yang dikelompokkan dalam bekerja dan tidak bekerja.

5. Pendapatan (X5)

Pendapatan minimum regional provinsi Sumut sebagaimana ditetapkan oleh Peraturan Menteri No. 7 tahun 2014 tentang Upah Minimum yakni sebesar Rp 1.505.850

6. Budaya (X6)

Yakni kebiasaan dan kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.

7. IMD (X7)

Yakni permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui dengan usahanya sendiri segera setelah lahir

8. Dukungan suami (X8)


(8)

memberikan ASI Eksklusif kepada bayi. 3.5.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rendahnya pemberian ASI Eksklsuif yakni pemberian ASI tanpa susu formula (makanan atau minuman lain) selama 6 bulan usia bayi.

3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dan Angket dengan metode pengukuran sebagai berikut :

Tabel 2.3

Aspek Pengukuran Pengetahuan, Pendapatan, Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Pemberian ASI Eksklusif

No. Variabel Penelitian

Skala

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur A Variabel Bebas

1 Pengetahuan Ordinal Angket 1. Baik 0. Buruk

2 Sikap Ordinal Angket 1. Baik

0. Buruk 3 Pendidikan Ordinal Angket 1. Tinggi

0. Rendah 4 Pekerjaan Ordinal Angket 1. Bekerja

0. Tidak bekerja 5 Pendapatan Ordinal Angket 1. > Rp 1.505.850

0.  Rp 1.505.850

6 Budaya Ordinal Angket 1. Tidak

0. Ada

7 IMD Ordinal Angket 1. Ya

0. Tidak 8 Dukungan suami Ordinal Angket 1. Mendukung


(9)

Tabel Lanjutan 2.3

No. Variabel

Penelitian Skala Ukur

Cara

Ukur Hasil Ukur B. Variabel Terikat

Pemberian ASI Eksklusif

Ordinal Angket 1. Ya 2. Tidak

1). Pengetahuan

Pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :

- Benar, diberi skor 1 - Salah, diberi skor 0

Sehingga kategori pengetahuan adalah sebagai berikut :

P =

Kategori

terendah Skor

tertinggi

Skor

=

2 0 15

=7.5 dibulatkan jadi 8

Dengan demikian, maka dapat ditentukan :

a). Skor 0 -7 : Pengetahuan Ibu buruk

b). Skor 8-15 : Pengetahuan Ibu baik (Nursalam,2008)

2). Sikap

Sikap terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 4 (empat) opsi jawaban yakni

- Sangat setuju, diberi skor 4 - Setuju, diberi skor 3

- Tidak setuju, diberi skor 2 - Sangat tidak setuju, diberi skor 1


(10)

Sehingga kategori sikap adalah sebagai berikut : P =

Kategori

terendah Skor

tertinggi

Skor

=

2 10 40

=15 Dengan demikian, maka dapat ditentukan :

a). Skor 10-25 : Sikap Ibu buruk

b). Skor 26-40 : Sikap Ibu baik (Nursalam,2008) 3). Budaya

Budaya terdiri dari 6 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :

-Ada, diberi skor 0 -Tidak Ada, diberi skor 1

Sehingga kategori Budaya adalah sebagai berikut : P =

Kategori

terendah Skor

tertinggi

Skor

=

2 0 6

=3 Dengan demikian, maka dapat ditentukan :

a). Skor 0 -3 : Tidak ada Budaya yang berpengaruh b). Skor 4-6 : Ada Budaya yang berpengaruh (Nursalam,2008)

4). Inisiasi menyusui dini (IMD)

Pemberian IMD terdiri dari 6 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :


(11)

- Ya, diberi skor 1

Sehingga kategori pemberian IMD adalah sebagai berikut : Dengan demikian, maka dapat ditentukan :

a). Skor 0 -5 : Tidak IMD b). Skor 6 : Ya (IMD) 5). Dukungan suami

Dukungan suami terdiri dari 20 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :

-Ada (Mendukung), diberi skor 1

- Tidak (Tidak Mendukung), diberi skor 0

Sehingga kategori dukungan suami adalah sebagai berikut : P =

Kategori

terendah Skor

tertinggi

Skor

=

2 0 20

=10 Dengan demikian, maka dapat ditentukan :

a). Skor 0 -10 : Tidak Mendukung

b). Skor 11-20 : Mendukung (Nursalam,2008) 6). Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif terdiri dari 2 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :

-Ya, diberi skor 1 - Tidak, diberi skor 0


(12)

Sehingga kategori pemberian ASI adalah sebagai berikut : P =

Kategori

terendah Skor

tertinggi

Skor

=

2 0 2

= 1 Dengan demikian, maka dapat ditentukan :

a). Skor 0 - 1 : Tidak ASI Esklusif

b). Skor 2 : ASI Esklusif (Nursalam,2008) 3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Uji Validitas

Validitas atau kesahihan merupakan kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur ( Arikunto, 2010).

Sebelum melakukan penelitian sesungguhnya, uji coba validitas dilakukan terhadap 30 sampel di Puskesmas Kilometer 11 desa Silumboyah Kecamatan Siempatnempu Hulu Sidikalang.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Sugiyono (2008) menyatakan bahwa: “Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang”. Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi, jawaban atau pertanyaan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang. “Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Alpha’s Cronbach yang


(13)

dirumuskan” dalam Nugroho (2005) sebagai berikut. jika koefisien reliabilitas (α) ≥ 0,6 maka alat ukur dianggap reliable (handal) atau terdapat internal consistency

reliability.

Untuk melihat hasil uji validitas dan realiabilitas dengan tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

Pertanyaan 1 0.417 0,361 Valid 0.878 Reliabel

Pertanyaan 2 0.520 Valid

Pertanyaan 3 0.473 Valid

Pertanyaan 4 0.617 Valid

Pertanyaan 5 0.564 Valid

Pertanyaan 6 0.570 Valid

Pertanyaan 7 0.570 Valid

Pertanyaan 8 0.520 Valid

Pertanyaan 9 0.608 Valid

Pertanyaan 10 0.617 Valid

Pertanyaan 11 0.570 Valid

Pertanyaan 12 0.473 Valid

Pertanyaan 13 0.473 Valid

Pertanyaan 14 0.520 Valid

Pertanyaan 15 0.473 Valid

Tabel 2.4 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel pengetahuan dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.


(14)

Tabel 2.5

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap

Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

Sikap 1 0.746 0,361 Valid 0.900 Reliabel

Sikap 2 0.463 Valid

Sikap 3 0.677 Valid

Sikap 4 0.714 Valid

Sikap 5 0.524 Valid

Sikap 6 0.704 Valid

Sikap 7 0.797 Valid

Sikap 8 0.668 Valid

Sikap 9 0.405 Valid

Sikap 10 0.817 Valid

Tabel 2.5 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel Sikap terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel Sikap dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 2.6

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Budaya

Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

Budaya 1 0.640 0,361 Valid 0.873 Reliabel

Budaya 2 0.765 Valid

Budaya 3 0.687 Valid

Budaya 4 0.694 Valid

Budaya 5 0.620 Valid


(15)

Tabel 2.6 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel budaya terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel budaya dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 2.7

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel IMD

Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

IMD 1 0.632 0,361 Valid 0.849 Reliabel

IMD 2 0.669 Valid

IMD 3 0.670 Valid

IMD 4 0.715 Valid

IMD 5 0.556 Valid

IMD 6 0.556 Valid

Tabel 2.7 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel IMD terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel IMD dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.


(16)

Tabel 2.8

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Suami Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil

Item-total Alpha

Correlation

Dukungan suami 1 0,447 0,361 Valid 0,913 Reliabel

Dukungan suami 2 0,728 Valid

Dukungan suami 3 0,595 Valid

Dukungan suami 4 0,531 Valid

Dukungan suami 5 0,558 Valid

Dukungan suami 6 0,414 Valid

Dukungan suami 7 0,502 Valid

Dukungan suami 8 0,647 Valid

Dukungan suami 9 0,546 Valid

Dukungan suami 10 0,556 Valid

Dukungan suami 11 0,423 Valid

Dukungan suami 12 0,426 Valid

Dukungan suami 13 0,562 Valid

Dukungan suami 14 0,752 Valid

Dukungan suami 15 0,605 Valid

Dukungan suami 16 0,677 Valid

Dukungan suami 17 0,622 Valid

Dukungan suami 18 0,391 Valid

Dukungan suami 19 0,617 Valid

Dukungan suami 20 0,605 Valid

Tabel 2.8 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan Suami terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.


(17)

3.7.3. Analisis Data

Analisis dapat dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :

1). Analisis Univariat yakni untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentasi dari nilai yang diperoleh masing-masing item pertanyaan kuesioner. Data-data yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk tabel. 2). Analisis Bivariat yakni untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel

terikat digunakan uji Fiser Exact dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%, sehingga bila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel dinyatakan berhubungan secara signifikan.

3). Analisis Multivariat dengan regresi logistik biner

Model regresi logistik biner digunakan untuk melihat apakah variabel tak bebas yang berskala dikotomi (0 dan 1) dipengaruhi oleh variabel bebas baik yang kategorik maupun numerik. Bentuk umum model peluang regresi logistik dengan k variabel diformulasikan sebagai berikut :

 (x) = ( ( ) )

8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0

1 X X X X X X X X

X X X X X X X X e e                                  

 (Lemeshow, 2000)

dimana ;

X1 = Pengetahuan X2 = Sikap

X3 = Pendidikan X4 = Pekerjaan X5 = Pendapatan X6 = Budaya

X7 = Inisiasi menyusui dini (IMD) X8 = Dukungan suami


(18)

Fungsi tersebut merupakan fungsi linier sehingga perlu dilakukan transformasi ke dalam bentuk logit agar dapat dilihat hubungan antar variabel respon dengan penjelas.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik (logistic regression) karena data penelitian menggunakan data dikotomik (1,0). Hal ini sesuai dengan penjelasan Ghozali (2011) bahwa analisis regresi logistik cocok digunakan untuk penelitian dengan data penelitian dikotomi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Santoso (2003) bahwa alasan menggunakan model regresi logistik karena dalam penelitian ini ingin menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana variabel dependennya merupakan variabel dummy (berupa data dikotomi, 1 dan 0)

Tahapan pelaksanaan uji regresi logistik adalah menentukan lebih dulu variabel bebas mana yang layak disertakan kedalam uji regresi logistik yakni dengan ketentuan Jika nilai p < 0,25, maka variabel bebas layak disertakan kedalam analisis multivariate.


(19)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Tiga panah 4.1.1.Keadaan Geografis

Penelitian dilaksanakan di Desa Suka Dame yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Tiga panah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Desa Suka Dame merupakan pemekaran dari Desa Sukadame dan Desa Lambar berdasarkan Peraturan Daerah No 3 tahun 2010 pada tahun 2010. Luas desa Sukadame secara keseluruhan adalah 413 Ha, yang sebagian besar digunakan untuk usaha tani lahan kering untuk budidaya tanaman wortel, tomat, kentang, jeruk, kubis dan buncis.

Desa Sukadame berada pada jarak 7 km dari Kabanjahe Kabupaten Karo dan 80 km dari Medan Provinsi Sumatera Utara dan pada ketinggian 1.100-1.300 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata berkisar 16- 27 C dengan kelembaban 85%, Desa Sukadame mempunyai batas - batas wilayah sebagai berikut;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman, Kecamatan Barus Jahe - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka, Kecamatan Tiga panah - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tiga panah, Kecamatan

Tigapanah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Regaji , Kecamatan Merek Desa Sukadame memiliki jumlah penduduk sebanyak 1447 dengan penduduk laki laki sebanyak 699 orang dan 748 perempuan, 418 rumah tangga


(20)

(data tahun 2014). Sebagian besar penduduk bermatapencarian petani sebanyak 1.608 orang, industri rumah tangga sebanyak 6 orang, PNS /ABRI 39 orang, dan pekerja lain sebanyak 22 orang sehingga total ada sebanyak 167 orang.

Menurut Data Puskesmas Tiga Panah Desa Sukadame tahun 2015 jumlah PUS (pasangan usia subur) adalah 232 orang yang terdiris dari 154 orang pemakai kontrasepsi dan 78 orang yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan jumlah kelahiran sebanyak 23 bayi yang meliputi 11 bayi laki laki dan 8 bayi perempuan. 4.2. Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik ke-64 responden dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagaimana disajikan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1.

Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan

No Variabel Frekuensi Persentase

1 Umur (tahun)

20-35 tahun 45 70.3

>35 tahun 19 29.7

2 Pendidikan

Tinggi 24 37.5

Rendah 40 62.5

3 Pekerjaan

Bekerja 27 42.2

Tidak bekerja 37 57.8

4 Pendapatan

Rendah (Rp.1.505.850) 36 56.2

Tinggi (> Rp1.505.850) 28 43.8

Total 64 100.0


(21)

Ditinjau dari faktor umur, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 45 orang (70,3%) berumur antara 20-35 tahun dan 19 orang (29,7%) berumur lebih dari 35 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden berumur antara 20-35 tahun yakni sebanyak 45 orang (70,3%).

Ditinjau dari faktor pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 24 orang (37,5%) berpendidikan tinggi dan 40 orang (62.5%) berpendidikan rendah. Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan rendah yakni sebanyak 40 orang (62,5%).

Ditinjau dari faktor pekerjaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 27 orang (42,2%) bekerja dan 37 orang (57,8%) tidak bekerja. Dengan demikian, mayoritas responden tidak bekerja yakni sebanyak 37 orang (57,8%).

Ditinjau dari faktor pendapatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 36 orang (56,2%) berpendapatan rendah (≤Rp.1.505.850) dan 28 orang responden (43,8%) berpendapatan tinggi (>Rp. 1.505.850). Dengan demikian mayoritas responden berpendapatan rendah yakni sebanyak 36 orang (56,3%).

4.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 15 item pernyataan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:


(22)

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif

No Pernyataan Jawaban

Benar Salah 1 ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena

mempunyai nilai nutrisi paling tinggi dibanding makanan bayi lainnya dimana ASI banyak mengandung protein,lemak, zat besi, zat anti infeksi, taurin,vitamin dan mineral.

36 (56.3%)

28 (43.8%) 2 ASI paling tepat diberi pada bayi baru lahir sampai umur

6 bulan karena organ pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI

27 (42.2%)

37 (57.8%) 3 Produksi ASI yang diberikan ibu untuk bayinya memiliki

kandungan yang sama setiap saat

32 (50.0%)

32 (50.0%) 4 Air putih boleh diberikan selama tahap pemberian ASI

Eksklusif

34 (53.1%)

30 (46.9%) 5 Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian

bayi akibat berbagai penyakit seperti diare, radang dan sebagainya sehingga anak yang diberi ASI bertahan hidup tiga kali lebih besar dibanding yang tidak mendapatkan ASI

37 (57.8%)

27 (42.2%) 6 Pemberian ASI Eksklusif tidak dapat membantu

menjarangkan kelahiran

40 (62.5%)

24 (37.5%) 7 Memberikan ASI bersama obat, vitamin dan mineral

sebelum usia 6 bulan bukan ASI Eksklusif

32 (50.0%)

32 (50.0%) 8 Pemberian ASI Eksklusif tidak mempengaruhi kecerdasan

anak

39 (60.9%)

25 (39.1%) 9 Keadaan emosional ibu yang tidak baik dapat

menghambat pemberian ASI Eksklusif karna mengganggu produksi ASI

42 (65.6%)

22 (34.4%) 10 Penyakit diare paling sering terjadi pada bayi yang tidak

diberi ASI Eksklusif sampai minimal usia 6 bulan

29 (45.3%)

35 (54.7%) 11 Asi yang pertama keluar berwarna kekuningan adalah

susu basi yang tidak boleh diberikan kepada bayi

34 (53.1%)

30 (46.9%) 12 Kurangnya pemahaman tentang keunggulan ASI akan

menyebabkan ibu mudah terpengaruh untuk menggunakan susu formula

23 (35.9%)

41 (64.1%) 13 ASI tidak baik diberikan saat bayi sedang mengalami

diare

32 (50.0%)

32 (50.0%) 14 Dengan memberi ASI Eksklusif dapat menghemat

pendapatan keluarga,mempercepat kembalinya bentuk tubuh ibu seperti sebelum hamil, mencegah kangker payudara

31 (48.4%)

33 (51.6%) 15 Masalah dalam pemberian ASI adalah tidak dapat tersedia

setiap saat (tidak siap saji) dan dapat terkontaminasi

29 (45.3%)

35 (54.7%)


(23)

Pada umumnya responden kurang paham tentang pesmberian ASI Eksklusif. Sesuai jawapan respoden bahwa produsi ASI yang diberikan ibu untuk bayinya tidak memiliki kandungan yang sama setiap saat ( 50%). Responden menyatakan pemberian ASI bersama obat, vitamin dan mineral sebelum usia 6 bulan merupakan ASI Eksklusif (50 %). Responden menyatakan pemberian ASI Eksklusif tidak mempengaruhi kecerdasan anak ( 60,9%). Responden menyatakan penyakit diare paling sering terjadi pada bayi bila tidak diberi ASI Eksklusif sampai minimal usia 6 bulan (54,7%). Responden menyatakan ASI yang pertama keluar berwarna kekuningan adalah susu basi yang tidak boleh diberikan kepada bayi (53,1%). Responden menyatakan masalah dalam pemberian ASI adalah dapat tersedia setiap saat (tidak siap saji) dan dapat terkontaminasi (54,7%).

Berdasarkan hasil pengukuran ke-15 jawaban responden tersebut di atas, pengetahuan responden tentang pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni buruk (jika mendapat skor 0-7) dan baik jika mendapat skor 8-15 dimana mayoritas responden memiliki kategori pengetahuan buruk tentang pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 37 orang (57,8%) seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.3.

Kategori Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif No Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 27 42.2

2 Buruk 37 57.8


(24)

4.2.3 Sikap

Sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 10 item pernyataan dengan 4 opsi jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Menurut saya pemberian ASI Eksklusif dapat digantikan dengan susu fomula

4 (6.3%) 41 (64.1%) 15 (23.4%) 4 (6.3%) 2 Menurut saya, Ibu menyusui harus siaga

memberikan ASI Eksklusif

14 (21.9%) 24 (37.5%) 15 (23.4%) 11 (17.2%) 3 Menurut saya pemberian ASI Eksklusif

sebaiknya tidak diberikan makanan dan minuman tambahan lainnya

4 (6.3%) 36 (56.3%) 7 (10.9%) 17 (26.6%) 4 Saya yakin kebutuhan nutrisi bayi tidak

dapat dipenuhi hanya dengan pemberian ASI Eksklusif sehingga harus diberi makanan atau minuman lain

8

(12.5%) 27 (42.2%)

12 (18.8%)

17 (26.6%) 5 Menurut saya menyusui bayi yang

pertama kali seharusnya setelah ibu selesai dibersihkan (dimandikan) dan berganti pakaian 6 (9.4%) 23 (35.9%) 32 (50.0%) 3 (4.7%) 6 Menurut saya ASI Eksklusif sangat

penting diberikan pada bayi untuk mendukung pertumbuhan bayi yang sehat 6 (9.4%) 41 (64.1%) 9 (14.1%) 8 (12.6%) 7 Menurut saya memperkenalkan

makanan tambahan pada bayi sebelum usia 6 bulan, baik untuk merangsang pertumbuhan gigi 5 (7.8%) 17 (26.6%) 25 (39.1%) 17 (26.6%) 8 Tidak perlu memberi makanan atau

minuman tambahan lain selama ASI Eksklusif pada bayi (sebelum usia 6 bulan) 8 (12.5%) 36 (56.3%) 10 (15.6%) 10 (15.6%) 9 Saya merasa pemberian ASI secara

Eksklusif sangat melelahkan sehingga saya akan memberikan susu formula agar saya tidak kelelahan

24 (37.5%) 20 (31.1%) 13 (20.3%) 7 (10.9%)


(25)

Lanjutan Table 4.4

10 Saya yakin memberi ASI Eksklusif dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayinya

13 (20.3%)

34 (53.1%)

13 (20.3%)

4 (6.3%)

Pada umumnya responden tidak setuju dengan pernyataan pemberian ASI Eksklusif dapat digantikan dengan susu formula (64,1%). Kebutuhan nutrisi bayi tidak dapat dipenuhi hanya dengan pemberian ASI Eksklusif sehingga harus diberi makanan atau minuman lain (42,2%) dan pemberian ASI secara eksklusif sangat melelahkan sehingga saya akan memberikan susu formula agar saya tidak kelehan (37,5%). Responden memjawab pernyataan dalam hal menyusui harus siaga memberikan ASI Eksklusif (37,5%), pemberian ASI Eksklusif sebaiknya tidak diberikan makanan dan minuman tambahan lainnya (56,3% ), ASI Eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi untuk mendukung pertumbuhan bayi yang sehat (64,1%), tidak perlu memberikan makanan atau minuman tambahan lain selama ASI Eksklusif pada bayi ( sebelum usia 6 bulan ) (56,3%), saya merasa pemberian ASI secara eksklusif sangat melelahkan sehingga saya akan memberikan susu formula agar saya tidak kelelahan (37,5%), dan pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayinya (53,1%).

Berdasarkan hasil pengukuran ke-10 jawaban responden tersebut di atas, sikap responden tentang pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni buruk (jika mendapat skor 10-25) dan baik (jika mendapat skor 26-40) dimana mayoritas responden memiliki sikap buruk terhadap pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 36 orang (56,3%) seperti disajikan pada tabel berikut :


(26)

Tabel 4.5.

Kategori Sikap Ibu tentang pemberian ASI eksklusif

No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 28 43.8

2 Buruk 36 56.2

Total 64 100.0

4.2.4 Budaya

Faktor Budaya dalam kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 6 item pernyataan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.6.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Faktor Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif

No Pernyataan

Jawaban Ada Tidak

ada 1 Di lingkungan ibu apakah ada kebiasaan memberi

makanan dan minuman yang di konsumsi ibu kepada bayinya sebelum usia 6 bulan.

48 (75.0%)

16 (25.0%) 2 Dari generasi ke generasi di keluarga anda apakah ada

keyakinan bahwa bayi harus diberi air untuk menyambut kehadiran bayi di dunia ini

31 (48.4%)

33 (51.6%) 3 Apakah di tempat tinggal ibu ada larangan untuk

menyusui di tempat umum

45 (70.3%)

19 (29.7%) 4 Menurut ibu apakah ada kebiasaan atau tradisi memberi

jamu (ramuan tertentu) kepada ibu yang sedang menyusui

37 (57.8%

27 (42.2%) 5 Adakah kebiasaan di desa Suka dame para suami pergi ke

kedai bergabung dengan pria lain untuk minum tuak atau sekedar mengobrol dan meninggalkan istrinya di rumah sendiri sehingga ibu terpaksa harus memberi susu formula pada bayinya disaat mengerjakan pekerjaan rumah

42

(65.6%) 22 (34.4%) 6 Menurut ibu apakah ada tradisi dalam memberikan

makanan/ minuman seperti : pisang, madu, air teh, air putih, kopi dan lain lain kepada bayi sebelum bayi berumur 6 bulan

51 (79.7%)

13 (20.3%) Responden memiliki kebiasaan yang tidak mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif bahwa ada pemberian makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu kepada bayinya sebelum usia 6 bulan (75,0%), ada larangan untuk menyusui di tempat umum (70,3%), ada kebiasaan atau tradisi memberi jamu (ramuan tertentu)


(27)

kepada ibu yang sedang menyusui (57,8%),ada kebiasaan para suami pergi ke kedai kopi bergabung dengan pria lain untuk minum tuak atau sekedar mengobrol dan meninggalkan istrinya di rumah sendiri sehingga ibu terpaksa harus memberi susu formula pada bayinya di saat mengerjakan pekerjaan rumah (65,6%). Dan ada tradisi dalam memberi makanan / minuman seperti: pisang, madu, air teh, air putih, kopi dan lain- lain kepada bayi sebelum bayi berumur 6 bulan (79,7%).

Berdasarkan hasil pengukuran dari ke-6 jawaban responden tersebut di atas, maka faktor Budaya dalam pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni tidak berpengaruh (jika mendapat skor 0-3) dan berpengaruh (jika mendapat skor 4-6) dimana mayoritas responden menyatakan faktor budaya berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 34 orang (53,1%) seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.7.

Kategori Faktor Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif

No Faktor Budaya Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Tidak ada budaya yang

berpengaruh 30 46.9

2 Ada budaya yang

berpengaruh 34 53.1

Total 64 100.0

4.2.5 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi menyusui dini dalam pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 6 item pernyataan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:


(28)

Tabel 4.8.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Faktor Inisiasi Menyusui Dini dalam Pemberian ASI Eksklusif

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak 1 Apakah bayi ditelungkupkan di atas dada/ perut ibu? 38

(59.4%)

26 (40.6%) 2 Apakah bayi ditelungkupkan di dada ibu tanpa

menggunakan alas?

33 (51.6%)

31 (48.4%) 3 Apakah setelah lahir bayi segera atau tidak lebih dari 1 jam

sudah berada di dada ibu?

36 (56.3%)

28 (43.8%) 4 Apakah setelah ditelungkupkan di dada atau perut ibu, bayi

bergerak dan berusaha menemukan puting susu ibunya?

32 (50.0%)

32 (50.0%) 5 Apakah setelah di telungkupkan di dada/ perut ibu, bayi

dibantu atau di arahkan untuk menemukan puting susu ibunya ?

49 (76.6%)

15 (23.4%) 6 Apakah setelah ditelungkupkan di dada/ perut ibu bayi

menemukan puting susu ibu kemudian mulai menyusui?

36 (56.3%)

28 (43.8%) Pernyataan ibu tentang inisiasi menyusui dini dalam pemberian ASI Eksklusif di jawab ya tentang bayi ditelungkupkan di atas dada / perut ibu (51,6%), setelah lahir segera atau tidak lebih dari 1 jam sudah berada di dada ibu (56,3%), setelah di telungkupkan di dada atau perut ibu, bayi bergerak dan berusaha menemukan puting susu ibunya (50.0%), setelah ditelungkupkan di dada/ perut ibu bayi menemukan puting susu ibu kemudian mulai menyusui (56,3% ), setelah ditelungkupkan di dada / perut ibu, bayi di bantu atau diarahkan untuk menemukan puting susu ibunya (76,6%).

Berdasarkan hasil pengukuran dari ke-6 jawaban responden tersebut di atas, maka inisiasi menyusui dini (IMD) dalam pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni tidak ada IMD (jika mendapat skor 0-3) dan ada IMD (jika mendapat skor 4-6) dimana mayoritas responden tidak


(29)

memberikan IMD yakni sebanyak 46 orang (71,9%) seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.9.

Kategori Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam Pemberian ASI Eksklusif No Inisiasi Menyusui Dini Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Ada IMD 18 28.1

2 Tidak ada IMD 46 71.9

Total 64 100.0

4.2.6. Dukungan Suami

Dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 20 item pertanyaan sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.10.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak

1 Jika anda mengalami masalah dalam memberikan ASI apakah suami anda tidak melakukan tindakan dan berusaha belajar mengenai solusi yang bisa membantu anda?

40

(62.5%) 24 (37.5%) 2 Apakah suami anda mencari informasi dari luar (seperti:

buku, majalah dan lain- lain) tentang cara pemberian ASI yang seharusnya dan diberi tahukan kepada anda?

25 (39.1%)

39 (60.9%) 3 Apakah suami anda menyadari perlunya ASI Eksklusif

(0-6 bulan) bagi bayi ?

31 (48.4%)

33 (51.6%) 4 Suami saya menyarankan kepada saya untuk memberikan

makanan tambahan untuk bayi saya

37 (57.8%)

27 (42.2%) 5 Suami saya selalu belajar bagaimana menjadi ayah ASI

(melakukan semua hal yang dapat mendukung pemberian ASI) yang baik

27 (42.2%)

37 (57.8%) 6 Apakah suami anda mendukung atau setuju dengan

tindakan anda memberi ASI kepada bayi yang baru lahir?

33 (51.6%)

31 (48.4%) 7 Suami saya merasa dihiraukan saat saya menghabiskan

waktu untuk menyusui bayi saya

41 (64.1%)

23 (35.9%) 8 Suami saya tidak pernah memberikan kata- kata pujian

kepada saya tentang menyusui karna menurutnya menyusui merupakan kewajipan dan hanya urusan wanita saja

31

(48.4%) 33


(30)

Tabel 4.10 Lanjutan

No Pernyataan Jawaban Ya T Tidak 9 Apakah suami anda selalu mengingatkan anda untuk

selalu mengkonsumsi makanan bergizi dan agar produksi ASI anda selalu lancar?

33 (51.6%)

31 (48.4%) 10 Suami saya merasa saya tidak menarik lagi setelah saya

menyusui

36 (56.3%)

28 (43.8%) 11 Jika suami anda kembali ke rumah, apakah ia gemar

membawa buah dan makanan bergizi lainnya untuk anda konsumsi ?

28 (43.8%)

36 (56.3%) 12 Apakah suami anda selalu mendukung dana yang

diperlukan agar produksi ASI anda selalu lancar ?

38 (59.4%)

26 (40.6%) 13 Apakah suami anda selalu berusaha mencarikan vitamin

penambah tenaga agar produksi ASI anda tetap lancar?

29 (45.3%)

35 (54.7%) 14 Ketika bayi terus menangis suami saya dengan segera

memberikan susu formula kepada bayi saya

31 (48.4%)

33 (51.6%) 15 Karena harus bekerja suami saya meminta ibu mertua

saya ikut serta membantu melakukan pekerjaan rumah agar tidak terganggu memberikan ASI pada bayi saya

31 (48.4%)

33 (51.6%) 16 Apakah suami anda selalu perduli dengan makanan

tambahan yang anda perlukan agar produksi ASI tetap lancar?

33 (51.6%)

31 (48.4%) 17 Apakah suami anda tetap memberi semangat saat anda

terlihat lelah dan kurang bergairah makan?

40 (62.5%)

24 (37.5%) 18 Apakah suami anda selalu pergi ke kedai tuak untuk

bergabung dengan temannya atau sekedar minum tuak sehingga ibu harus mengerjakan pekerjaan rumah sendiri ?

32 (50.0%)

32 (50.0%) 19 Apakah suami anda selalu perduli dengan makanan

tambahan yang anda perlukan agar produksi ASI tetap lancar?

35 (54.7%)

29 (45.3%) 20 Suami saya tidak mengijinkan saya terus menerus

menyusui bayi saya karena saya harus mengerjakan semua pekerjaan rumah

32 (50.0%)

32 (50.0%)

Ibu menyatakan suami kurang mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif dalam hal suami tidak melakukan tindakan danberusaha belajar mengenai solusi yang bisa membantu ibu (62,5%), suami tidak mencari informasi dari luar (seperti: buku, majalah dan lain- lain) tengtang cara pemberian ASI yang


(31)

seharusnya dan diberitahukan (60,9 %), suami tidak menyadari perlunya ASI Eksklusif (0-6 bulan) bagi bayi (57,8%), suami jarang belajar bagaimana menjadi ayah ASI (melakukan semua hal yang dapat mendukung pemberian ASI) yang baik (57,8%), suami merasa istrinya tidak menarik lagi setelah ibu menyusui (56,3%), suami tidak gemar membawa buah dan makanan bergizi lainnya untuk ibu konsumsi (56,3%), suami jarang berusaha mencarikan vitamin penambah tenaga agar produksi ASI ibu tetap lancar (54,7%), suami tidak meminta ibu mertuanya ikut serta membantu melakukan pekerjaan rumah agar ibu tidak terganggu memberikan ASI pada bayi (51,6%). Selebihnya suami mendukung pemberian ASI Eksklusif dalam hal suami mendukung atau setuju dengan tindakan ibu memberi ASI kepada bayi yang baru lahir (51,6%), suami merasa di hiraukan saat ibu menghabiskan waktu untuk menyusui bayi (64,1%), suami pernah memberikan kata- kata pujian kepada ibu tentang menyusui karena menurutnya menyusui merupakan kewajiban dan hanya urusan wanita saja (51,6%), suami selalu mengingatkan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi agar produksi ASI selalu lancar (51,6%), responden menyatakan suami selalu mendukung dana yang diperlukan agar produksi ASI anda selalu lancar (59,4%), suami tetap memberi semangat saat anda terlihat lelah dan kurang bergairah makan (62,5%),dan suami selalu peduli dengan makanan tambahan yang ibu perlukan agara produksi ASI tetap lancar (54,7%)

Berdasarkan hasil pengukuran dari ke-20 jawaban responden tersebut di atas, maka dukungan suami dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni tidak mendukung (jika mendapat skor 0-10) dan mendukung (jika mendapat skor


(32)

11-20) dimana mayoritas responden tidak mendapat dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 39 orang (60,9%) seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.11

Kategori Dukungan Suami dalam Melakukan Pemberian ASI Eksklusif No Dukungan Suami Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Mendukung 25 39.1

2 Tidak mendukung 39 60.9

Total 64 100.0

4.2.7. Pemberian ASI Ekslusif

Pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 2 item pertanyaan sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.12.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pemberian ASI Eksklusif

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak 1 Apakah ibu memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan ? 38

(59.4%)

26 (40.6%) 2 Apakah bayi tidak pernah diberi makanan/ minuman

kepada bayi sebelum usia 6 bulan kecuali obat atau vitamin ?

23 (35.9%)

41 (64.1%) Responden menyatakan memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan (59,4%) dan bayi pernah diberi makanan/ minuman kepada bayi sebalum usia bayi 6 bulan kecuali obat atau vitamin (64,1%).

Berdasarkan hasil pengukuran dari ke- 2 jawaban tentang pemberian ASI Eksklusif tersebut di atas, maka pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni tidak ASI Eksklusif (jika mendapat skor 0-1) dan ASI Eksklusif (jika mendapat skor 2) dimana mayoritas responden tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 54 orang (84,4%) seperti disajikan pada tabel berikut :


(33)

Tabel 4.13

Kategori Pemberian ASI Eksklusif

No Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi (n) Persentase (%)

1 ASI Eksklusif 10 15.6

2 Tidak ASI Eksklusif 54 84.4

Total 64 100.0

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, inisiasi menyusui dini dan dukungan suami dengan variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif).

4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.14.

Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pengetahuan

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

n % n % n %

Buruk 36 97.3 1 2.7 37 100.0

Baik 18 66.7 9 33.3 27 100.0 0.001

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.14 memperlihatkan bahwa dari 37 responden dengan pengetahuan buruk, 36 orang ( 97,3%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 1 orang (2,7%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 27 responden dengan pengetahuan baik, 18 orang (66.7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif, 9 orang (33,3%) memberikan ASI Eksklusif.


(34)

Dengan demikian, mayoritas responden dengan pengetahuan buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (97,3%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel pengetahuan = 0,001, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,001) < 0,25.

4.3.2. Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.15.

Tabulasi Silang antara Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif Sikap

Pemberian ASI Eksklusif

Total p

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

n % n % n %

Buruk 34 94.4 2 5.6 36 100.0

Baik 20 71.4 8 26.6 28 100.0 0.001

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.14 memperlihatkan bahwa dari 36 responden dengan sikap buruk, 34 orang (94,4%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,6%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 28 responden dengan sikap baik, hanya 20 orang (71,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif, 8 orang (28,6%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden dengan sikap buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (94,4%).


(35)

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel sikap = 0,016, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sikap memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,016) < 0,25.

4.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16.

Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pendidikan

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

N % n % n %

Rendah 38 95.0 2 5.0 40 100.0

Tinggi 16 66.7 8 33.3 24 100.0 0.004

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.16 memperlihatkan bahwa dari 40 responden dengan pendidikan rendah, 38 orang (95.0%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,0%) yang memberikan ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 24 responden dengan pendidikan tinggi, 16 orang (66,7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif, 8 orang (33,3%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden dengan pendidikan rendah tidak memberikan ASI Eksklusif (66,7%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel pendidikan = 0,004, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat


(36)

disimpulkan bahwa variabel pendidikan memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,004) < 0,25.

4.3.4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji

Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.17.

Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pekerjaan

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

N % n % n %

Tidak bekerja 35 94.6 2 5.4 37 100.0

Bekerja 19 70.4 8 29.6 27 100.0 0.013

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.16 memperlihatkan bahwa dari 37 responden yang tidak bekerja, 35 orang (94,6%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,4%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 27 responden yang bekerja, 19 orang (70,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (29,6%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak bekerja, tidak memberikan ASI Eksklusif (94,6%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel pekerjaan = 0,013, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pekerjaan memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,013) < 0,25.


(37)

4.3.5. Hubungan Pendapatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.18.

Tabulasi Silang antara Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pendapatan

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

N % n % n %

 Rp 1.505.850 34 94.4 2 5.6 36 100.0

> Rp 1.505.850 20 71.4 8 28.6 28 100.0 0.016

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.18 memperlihatkan bahwa dari 36 responden dengan pendapatan  Rp 1.505.850, 34 orang (94,4%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,6%) yang memberi ASI eksklusif. Selanjutnya, dari 28 responden dengan pendapatan > Rp 1.505.850, 20 orang (71,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (28,6%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang berpendapatan rendah ( Rp1.505.850), tidak memberikan ASI Eksklusif (94,4%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel pendapatan = 0,016, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,016) < 0,25.


(38)

4.3.6. Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara Budaya dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji

Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.19.

Tabulasi Silang antara Faktor Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif Faktor Budaya

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

n % n % n %

Ada budaya yang berpengaruh

33 97.1 1 2.9 34 100.0 Tidak ada budaya yang

berpengaruh

21 70.1 9 30.0 30 100.0 0.004

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.18 memperlihatkan bahwa dari 34 responden yang menyatakan ada pengaruh budaya dalam memberikan ASI Eksklusif, 33 orang (97,1%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 1 orang (2,9%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 30 responden yang menyatakan ada budaya yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif 21 orang (70,0%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 9 orang (30,0%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang menyatakan tidak ada budaya yang mempengaruhi pemberikan ASI Eksklusif (97,1%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel Budaya = 0,004, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Budaya memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,004) < 0,25.


(39)

4.3.7. Hubungan Inisiasi menyusui dini dengan Pemberian ASI Eksklusif Hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.20.

Tabulasi Silang antara Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif

Inisiasi menyusui dini

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

n % n % n %

Tidak ada IMD 44 95.7 2 4.3 46 100.0

Ada IMD 10 55.6 8 44.4 18 100.0 0.000

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.19 memperlihatkan bahwa dari 46 responden dengan tidak inisiasi menyusui dini, 44 orang (95,7%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (4,3%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 18 responden dengan inisiasi menyusui dini, hanya 10 orang (55,6%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (44,4%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini, tidak memberikan ASI Eksklusif (95,7%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel inisiasi menyusui dini = 0,000, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inisiasi menyusui dini memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,000) < 0,25.


(40)

4.3.8. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.21.

Tabulasi Silang antara Dukungan suami dengan Pemberian ASI Eksklusif Dukungan

suami

Pemberian ASI Eksklusif

Total P

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

n % n % n %

Tidak mendukung 37 94.9 2 5.1 39 100.0

Mendukung 17 68.0 8 32.0 25 100.0 0.010

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.20 memperlihatkan bahwa dari 39 responden dengan tanpa dukungan suami, 37 orang (94,9%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,1%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 25 responden dengan dukungan suami, 17 orang (68,0%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (32,0%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak mendapat dukungan suami, tidak memberikan ASI Eksklusif (94.9%).

Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel dukungan suami = 0,010, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan suami memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,010) < 0,25.


(41)

4.4 Seleksi Bivariat

Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value < 0,25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat.

Tabel 4.22.

Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat (Kandidat)

Variabel P

Pengetahuan 0,001*

Sikap 0,016*

Pendidikan 0,004*

Pekerjaan 0,013*

Pendapatan 0,016*

Budaya 0,002*

Dukungan Suami 0,004*

IMD 0,000*

Keterangan : * variabel yang memenuhi syarat

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai

p < 0,25 sehingga semua variabel dapat langsung masuk ke tahap multivariat.

Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan metode backward diperoleh bahwa faktor pengetahuan dan IMD berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. 4.5 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh simultan dan parsial dari variabel bebas (pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, inisiasi menyusui dini dan dukungan suami) terhadap variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif).


(42)

Tabel 4.23.

Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Variabel Nilai

B

Signifikansi (p)

Exp (B)

Confidence Interval 95% Batas Bawah Batas Atas

Pengetahuan -2,292 0,045 9,893 0,047 93,451

Imd 2,336 0,010 10,339 1,734 61,646

Constant -2,054

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor pemungkin yaitu variabel pengetahuan dengan nilai p=0,045 berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dan variabel IMD dengan nilai p < 0,010 berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah variabel IMD dengan nilai koefisien regresi (nilai B) adalah 2,336 yang dapat diartikan bahwa pemberian ASI Eksklusif akan meningkat jika IMD dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa variabel pengetahuan memiliki nilai Exp (B) sebesar 9,893 dengan 95% Confidence Interval 0,047 - 93,451 sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu dengan pengetahuan baik akan mempunyai kemungkinan 9,893 kali memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya buruk. Variabel IMD diperoleh nilai Exp (B) sebesar 10,339 pada 95% Confidence

Interval 1,734- 61,646 sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang melakukan

IMD akan mempunyai kemungkinan 10,339 kali memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD.


(43)

Berdasarkan hasil uji regresi logistik tersebut, maka dapat dibuat model persamaan regresi untuk mengidentifikasi probabilitas pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang memiliki anak 7-12 bulan sebagai berikut:

1 P =

1 + e-(a+ b1 (x1) + b2 (X2))

1 P =

1 + e-(-4,346+ 2,292 (x1) + 2,336 (X2)) Keterangan

p : Probabilitas pemberian ASI Eksklusif pada ibu menikah usia dini X1 : Pengetahuan, koefisien regresi 2,292

X2 : Inisiasi menyusui dini, koefisien regresi 2,336 a : Ketetapan - 4,346

e : Bilangan alamiah 2,71828

Persamaan di atas diketahui bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik, melakukan inisiasi menyusui dini kemungkinan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 57 %


(44)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan tahun 2016 untuk mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa Sukadame dapat dilihat sebagai berikut

5.1. Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki kategori pengetahuan buruk tentang pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 37 orang (57,8%) dan mayoritas responden berpengetahuan buruk yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 36 orang (97,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,001). Artinya, semakin buruk pengetahuan ibu, semakin cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif. Sesuai hasil tabulasi silang dimana mayoritas responden dengan pengetahuan buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (97,3%). Sesuai dengan hasil uji regresi logistik dimana variabel pengetahuan memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nova, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Tindakan ASI Eksklusif dan dengan menggunakan uji chi square membuktikan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan dengan


(45)

tindakan pemberian ASI Eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu, semakin besar kemungkinan memberikan ASI Eksklusif.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007).

Pengetahuan tentang ASI Eksklusif serta motivasi pemberian ASI Eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku/sikap ibu yang diakibatkan oleh masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makanan dan minuman pada bayi seperti pemberian kopi. Perilaku menyusui yang tidak baik diantaranya membuang kolostrum karena dianggap susu basi, tidak bersih dan kotor. pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), kebiasaan memberikan makanan/ minuman yang di konsumsi oleh ibu kepada bayinya, serta kurangnya rasa percaya diri responden ASInya cukup untuk bayinya

5.2. Pengaruh Faktor Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki kategori sikap buruk tentang pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 36 orang (56,3%) dan mayoritas responden yang memiliki sikap buruk tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 34 orang (94,4%). Hal ini


(46)

mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,001). Artinya, semakin buruk pengetahuan ibu, semakin cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji tabulasi silang juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden dengan sikap buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (56,3%). Hal yang sama dikonfirmasi oleh hasil regresi logistik dimana variabel sikap tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,001). Hal ini disebabkan ibu memiliki latar belakang pendidikan rendah (62,5%). Ibu berpendidikan rendah kurang memahami tentang manfaat ASI Eksklusif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nana dkk Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Kepercayaan Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013 dan dengan menggunakan uji korelasi membuktikan bahwa sikap memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Semakin baik sikap ibu, semakin cenderung memberikan ASI Eksklusif.

Penelitian serupa di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang berjudul hubungan faktor internal dan faktor eksternal ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tahun 2014 dari hasil penelitian menunjukkan 18 responden (31,0%) yang memberikan ASI Eksklusif ada hubungan sikap (p = 0,001) dan dukungan keluarga (p = 0,012) dengan pemberian ASI Eksklusif.


(47)

Perilaku atau sikap yang salah juga dapat dilihat dalam pemberian makanan terhadap bayinya berdasarkan hasil observasi antara lain: menyusui bayinya sekaligus diberi susu formula, subjek memberikan cairan lain yang tidak bergizi seperti air, madu, buah-buahan yang lembek, serta memberikan MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan.

Hasil penelitian Foo et al. (2005) dalam Nurhudah dan Mahmudah (2012) menunjukkan bahwa sikap ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI. Ibu yang menganggap bahwa ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan.Sikap ibu terhadap pemberian makan bayi menjadi prediktor kuat dalam pemberian ASI Eksklusif

Kondisi pengetahuan ini sangat berperan dalam membentuk sikap positif atau sikap negatif seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Kecendrungan tindakan pada kondisi pengetahuan yang baik adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan kecenderungan tindakan pada sikap negatif adalah menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek secara spesifik (Azwar, 2011). Oleh karena itu, sikap sebagian besar responden yang masih negatif tentang ASI Eksklusif diduga berkaitan dengan kondisi pengetahuan yang masih rendah.


(48)

5.3. Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden berpendidikan rendah yakni sebanyak 40 orang (62,5%) dan mayoritas responden berpendidikan rendah yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 38 orang (95,0%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,004). Artinya, semakin rendah pendidikan ibu, semakin cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.

Hasil uji tabulasi silang memperlihatkan bahwa mayoritas responden dengan pendidikan rendah tidak memberikan ASI Eksklusif (95,0%). Berbeda dengan hasil regresi logistik dimana variabel pendidikan tidak benpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,004).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Firmansyah Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Iniversitas Airlangga dengan judul Pengaruh Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Tuban dan dengan menggunakan analisi multivariat membuktikan bahwa pendidikan dan pekerjaan memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Penelitian serupa oleh juliani (2009) Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan judul faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate menunjukkan hasil bahwa faktor pendidikan (p= 0,003) berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.


(49)

Hasil regresi logistik dimana variabel pendidikan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan ibu memiliki pekerjaan di luar rumah ( 42,2%). Ibu bekerja cenderung tidak memberikan ASI Eksklusif di sebabkan tidak dapat menyediakan ASI perah tetapi susu formula kepada bayinya.

Menurut Hidayat (2005) bahwa pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Juga menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

5.4. Pengaruh Faktor Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden tidak bekerja yakni sebanyak 37 orang (57,8%) dan mayoritas responden tidak bekerja yang tidak melakukan pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 35 orang (94,6%), Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,013). Hasil uji tabulasi silang juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang tidak bekerja, tidak memberikan ASI Eksklusif (94,6%). Hasil uji regresi logistik juga memperlihatkan bahwa faktor pekerjaan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Hasil penelitian Salfina (2003), bahwa 59,7% ibu yang bekerja hanya memberi ASI 4 kali dalam sehari, sementara jika pada waktu siang hari diberikan


(50)

susu formula oleh keluarga atau pengasuhnya. Demikian juga dengan penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI Eksklusif. Hasil penelitian Doni Fransiskus Sinaga (2010) dengan judul Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada balita di kelurahan padang bulan kecamatan medan baru, hasil analisis bivariatnya menunjukkan terdapat 5 variabel mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif salah satunya adalah ibu yang tidak bekerja (p= 0,002). Penelitian Rohani Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan judul pengaruh karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Teluk kecamatan secanggang kabupaten langkat tahun 2007 juga memperoleh hasil penelitian bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah pekerjaan.

5.5. Pengaruh Faktor Pendapatan terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden dengan pendapatan rendah yakni sebanyak 36 orang (56,3%) dan mayoritas responden dengan pendapatan rendah yang tidak melakukan pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 35 orang (94,6%), Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,016). Hasil uji tabulasi silang memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang pendapatannya rendah, tidak memberikan ASI Eksklusif (94,6%). Tetapi hasil regresi logistik membuktikan bahwa pendapatan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif, Hal ini disebabkan ibu


(51)

berpendapatan rendah juga memberikan susu bayinya karena adanya alasan persepsi bahwa ASI belum dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemberian ASI Eksklusif, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

5.6. Pengaruh Faktor Budaya terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyatakan faktor budaya berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 34 orang (53,1%) dan mayoritas responden dengan pernyataan faktor budaya berpengeruh yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 33 orang (97,1%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor budaya dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,004).

Hasil uji tabulasi silang memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang menyatakan ada pengaruh budaya, tidak memberikan ASI Eksklusif (97,1%). Berbeda dengan hasil regresi logistik dimana variabel faktor budaya tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan dalam keluarga bahwa suami lebih dominan mengambil keputusan dalam hal kesehatan dan perawatan anak di bandingkan dengan ibu sendiri.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian ika andriani Sitorus Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan judul Faktor – faktor yang menghambat


(1)

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.5.1. Variabel Independen ... 39

3.5.2.Variabel Dependen ... 40

3.6. Instrumen dan Aspek pengukuran ... 40

3.7. Teknik Analisis Data ... 44

3.7.1. Uji Validitas ... 44

3.7.2. UjiReliabilitas ... 44

3.7.3. Analisis Data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Tiga panah ... 51

4.1.1. Keadaan Geografis ... 51

4.2. Analisis Univariat... 52

4.2.1. Karakteristik Responden ... 52

4.2.2. Pengetahuan ... 53

4.2.3. Sikap ... 56

4.2.4. Budaya ... 58

4.2.5. Inisiasi Menyusui Dini ... 60

4.2.6. Dukungan Suami ... 61

4.2.7. Pemberian ASI Eksklusif ... 64

4.3. Analisis Bivariat ... 65

4.3.1.Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 65

4.3.2. Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 66

4.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 67

4.3.4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 68

4.3.5. Hubungan Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 69

4.3.6. Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 70

4.3.7.Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 71

4.3.8.Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 72


(2)

4.4. Seleksi Bivariat ... 73

4.5. Analisis Multivariat ... 73

BAB V. PEMBAHASAN ... 76

5.1. Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 76

5.2. Pengaruh Faktor Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 77

5.3. Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 80

5.4. Pengaruh Faktor Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 81

5.5. Pengaruh Faktor Pendapatan terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 82

5.6. Pengaruh Faktor Budaya terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 83

5.7. Pengaruh Faktor Inisiasi Menyusui Dini terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 84

5.8. Pengaruh Faktor Dukungan Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 85

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 87


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi ASI, ASI Transisidan ASI Matur ... 14

Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi Gizi dalam Kolostrum, ASI dan Susu Sapi ... 17

Tabel 2.3 Aspek Pengukuran Pengetahuan, Pendapatan, Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami, dan pemberian ASI Ekslusif ... 40

Tabel 2.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Akseptor ... 45

Tabel 2.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ... 46

Tabel 2.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Budaya ... 46

Tabel 2.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel IMD ... 47

Tabel 2.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Suami Akseptor ... 48

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Pemberian ASI Ekslusif ... 54

Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Ekslusif ... 55

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap terhadap Pemberian ASI Ekslusif ... 56

Tabel 4.5 Kategori Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Ekslusif ... 58

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Faktor Budaya dalam Pemberian ASI Ekslusif ... 58

Tabel 4.7 Kategori Faktor Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 59


(4)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Faktor Inisiasi Menyusui Dini dalam Pemberian

ASI Eksklusif ... 60 Tabel 4.9 Kategori Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam

Pemberian ASI Eksklusif ... 61 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang

Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 61 Tabel 4.11 Kategori Dukungan Suami dalam Melakukan

Pemberian ASI Eksklusif ... 64 Tabel 4.12 Distribusi Frekuesi Jawaban Responden tentang

Pemberian ASI Eksklusif ... 64 Tabel 4.13 Kategori Pemberian ASI Eksklusif ... 65 Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 65 Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Sikap dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 66 Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 67 Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 68 Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Pendapatan dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 69 Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Budaya dengan Pemberian

ASI Eksklusif ... 70 Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Inisiasi Menyusui Dini dengan

Pemberian ASI Eksklusif ... 71 Tabel 4.21 Tabulasi Silang antara Dukungan Suami dengan

Pemberian ASI Eksklusif ... 72 Tabel 4.22 Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 2 Surat keterangan selesai melakukan penelitian

Lampiran 3 Master tabel