34 kemudian dikeringkan kembali di atas kertas perkamen dengan cara diangin-
anginkan selama 24 jam. Ampas simplisia dimaserasi kembali dengan dimasukkan ke dalam wadah gelas bertutup maserator, ditambahkan pelarut
etanol 96 sampai terendam sempurna kemudian diaduk dan dibiarkan selam 24 jam. Maserat disaring dan filtrat ditampung, dilakukan pengulangan selama 3 kali.
Maserat dipekatkan denganbantuan alat penguap rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 40
o
C sampai diperoleh ekstrak kental etanol sebanyak 11,25 gram. Bagan pembuatan ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol dapat dilihat di Lampiran
4, halaman 60-62.
3.8 Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini disterilkan lebih dahulu sebelum dipakai.Media pertumbuhan disterilkan di
autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit dan alat- alat gelas disterilkan di oven pada suhu 160-170
o
C selama 1-2 jam.Jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar dengan nyala bunsen Lay, 1994.
3.9 Pembuatan Media 3.9.1 Media Mueller Hinton Agar MHA
Komposisi : Beef dehydrated infusion 300 gL
Casein hydrolysate 17,5 gL
Starch 1,5 gL
Bacto agar 17 gL
Cara pembuatan:
35 Sebanyak 38 gMueller Hinton Agarditimbang, disuspensikan ke dalam air
suling sebanyak 1000 ml, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit Difco,1953.
3.9.2 Media Nutrient Broth NB
Komposisi : Bacto beef extract 3,0 g
Bacto peptone 5,0 g
Cara pembuatan : Sebanyak 8 g nutrient broth dilarukan dalam air suling steril sebanyak
1000 ml kemudian dipanaskan hingga semua larut.Kemudian media dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama
15 menit Difco, 1953.
3.10 Pembuatan Agar Miring
Sebanyak 3 ml media Mueller Hinton Agar cair, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diletakkan pada sudut kemiringan 30-45
o
dan dibiarkan memadat, kemudian disimpan di lemari pendingin Lay, 1994.
3.11 Pembuatan Stok Kultur Bakteri
Koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media nutrient agar miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 35-37°C selama 18-24 jam Ditjen POM, 1995.
3.12 Penyiapan Inokulum Bakteri
Koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml larutan Nutrient Broth. Kemudian diukur
36 kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan
25 Ditjen POM, 1995.
3.13 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak N-Heksana, Etilasetat dan Etanol dengan Berbagai Konsetrasi
Ekstrak n-heksana teripang Holothuria cabra Jaeger ditimbang 1 g dilarutkan dengan pelarut DMSO hingga 2 ml maka konsentrasi ekstrak adalah
500 mgml. Selanjutnya dibuat pengenceran sampai diperoleh ekstrak dengan konsetrasi 400 mgml; 300 mgml; 200 mgml; 100 mgml; 90 mgml; 80 mgml;
70 mgml; 60 mgml; 50 mgml; 40 mg, ml; 30 mgml; 20 mgml dan 10 mgml. Dilakukan prosedur yang sama terhadap ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol.
3.14 Pembuatan Aktivitas Antibakteri secara In vitro
Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media Mueller Hinton Agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45
o
– 50
o
C.Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi bakteri tercampur rata dan dibiarkan memadat.Dilakukan pengujian
aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar dengan cakram kertas yaitu dengan meletakkan cakram kertas yang telah direndam dalam beberapa
konsentrasi larutan uji ekstrak n-heksan di atas media padat yang telah diinokulasi bakteri.Dibiarkan 15 menit, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36
± 1
o
C selama 18-24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan zona jernih pertumbuhan di sekitar cakram dengan menggunakan jangka sorong.Uji aktivitas
antibakteri ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol dilakukan cara yang sama.
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Hewan
Hasil identifikasi hewan yang digunakan dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI hasilnya adalah hewan teripang filum Echinodermata, kelas
Holothuroidea, bangsa Aspidochirotida, suku Holothuriidae, marga Holothuria, jenis Holothuria scabra Jaeger.
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi
Hasil karakterisasi simplisia secara maksroskopik yang berukuran 15,2 cm, lebar 5,2 cm dan berat 100 gram. Bentuk tubuh bulat memanjang, memiliki
warna abu-abu kecoklatan dan memiliki gurat-gurat berwarna hitam di bagian punggungnya dan berwarna putih dibagian perutnya dan terdapat benjolan-
benjolan kecil yang apabila disentuh akan terasa kasar, rasa asin dan berbau amis. Hasil mikroskopik serbuk simplisia memperlihatkan adanya spikula. Hasil
pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2, Halaman 58. Menurut Darsono 1998, permukaan tubuh teripang pada umumnya kasar karena adanya
spikula pada dinding tubuh hewan tersebut. Spikula merupakan endoskeleton yang telah tereduksi menjadi berukuran mikroskopis dan tertanam dalam lapisan
dermis dinding tubuh teripang. Senyawa utama pembentuk spikula adalah kalsium karbonat yang larut dalam larutan asam.
Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia teripang Holothuria scabra Jaeger dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia teripang