Mekanisme Pertukaran Uang Berbasis Bitcoin di Perusahaan Artabit
Website ArtaBit sangat mudah digunakan pengguna. Pengguna akan menyukai Bitcoin karena sangat nyaman digunakan, aman, terpercaya,
tidak ada resiko pencurian identitas dan yang paling penting, menghemat uang anda.
Artabit memiliki misi memberikan solusi pembayaran yang mudah, cepat, dan, aman. Kami percaya bahwa bitcoin adalah solusi yang paling baik
sebagai bentuk pembayaran. Di dunia ini, masih sedikit sekali orang yang memiliki pengetahuan apa itu bitcoin. Walaupun layanan Artabit berbasis
bitcoin network, kami memberikan pilihan kepada pengguna untuk mengenal dengan baik ataupun tidak mengerti sama sekali tentang bitcoin. Hal ini tidak
akan mempengaruhi kemudahan layanan Artabit. Sedangkan visi Artabit adalah solusi pembayaran terbaik dengan basis
bitcoin network untuk cakupan Asia Tenggara. Kami memulai langkah pertama di Indonesia, negara asal 3 dari 4 co-founders ArtaBit. Negara yang
memiliki populasi terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara. Negara yang memiliki potensi sangat besar di masa depan.
Pintu untuk memperoleh informasi telah terbuka lebar, namun untuk beberapa alasan banyak dari orang Indonesia yang belum dan tidak
menggunakannya secara optimal. Artabit fokus pada teknologi bitcoin di dalam komunitas. Ada potensi yang luar biasa yang dapat menaungi semua
aspek ekonomi. Dan satu misi Artabit adalah untuk membantu bitcoin
mengaplikasikan potensi ini. Reaksi dunia mengenai bitcoin sangat luar biasa, dan Artabit tidak mau Indonesia berada di belakang ini semua. Salah satu
tujuan Artabit adalah membantu mempromosikan dan mendorong
penggunaan bitcoin di Indonesia, tidak hanya untuk membantu startup bitcoin namun juga demi keuntungan konsumen di Indonesia dengan memiliki
alternatif pembayaran yang lebih baik. Pada awalnya, perusahaan ini adalah exchange, yaitu jual beli uang digital
bitcoin. Akan tetapi, setelah melihat potensi bitcoin yang bagus untuk merevolusionerkan mekanisme pembayaran agar menjadi lebih mudah maka
perusahaan ini mengarah ke payment solutions, pengiriman uang atau remittance, dan donasi.
1
Selain itu juga mengarah kepada pedagang dari kalangan bisnis kecil dan menengah, baik online melalui internet dan offline tokogerai
dengan tujuan untuk memperluas pasar mereka baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam hal remmitance atau pengiriman uang, perusahaan ini juga
mempermudah agar masyarakat yang menjadi TKI di luar negeri yang memiliki uang bitcoin lebih mudah untuk menukarkan dan mentransfer uang mereka ke
dalam rupiah dengan biaya yang sangat murah. Dalam transaksi pertukaran mata uang di perusahaan ini, proses
operasionalnya berjalan melalui sistem, yaitu dengan mengisi sebuah formulir yang terdapat dalam website perusahaan ini yang berupa informasi pribadidata
1
Wawancara Pribadi dengan Denny Muktar. Jakarta, 29 April 2014
diri, informasi bank yang dimiliki klien, serta informasi bitcoin wallet,
2
ini merupakan syarat utama untuk melakukan transaksi pertukaran uang berbasis
bitcoin. Setelah mengisi formulir pertama sebagai bentuk dari pendaftaran, selanjutnya mengisi formulir order yang menandakan bahwa klien akan
melakukan transaksi pertukaran tersebut, lalu akan ada notifikasi yang akan dikirimkan langsung ke email klien yang berisi beberapa petunjuk, seperti
mentransfer rekening rupiah ke rekening Artabit atau mentransfer ke bitcoin ke bitcoin wallet yang telah ditentukan.
Dalam transaksi ini, minimal nominal uang yang dipertukarkan dalam satuan rupiah adalah dengan kurs beli sebesar Rp. 50.000, sedangkan kurs
jualnya minimal 0,03 btc dalam satuan bitcoin. Akan tetapi jumlah ini tidak mengikat dan bisa diubah kapanpun oleh pihak dari Perusahaan Artabit. Untuk
masalah waktu penyelesaian dalam transaksi ini hanya membutuhkan waktu hitungan menit setelah dana yang ditransfer oleh klien terdeteksi dalam
rekeningwallet Perusahaan Artabit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan transaksi ini batal, yaitu uang tidak dikirim; uang yang dikirim tidak sesuai
dengan yang diorder, serta uang yang dikirim melewati batas waktu yang telah ditentukan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan uang belum ditransfer,
maka pihak Artabit akan menghapus secara otomatis order tersebut. Transaksi ini tidak dikenakan biaya apapun. Beberapa toko online yang sudah bekerja sama
2
Wawancara Pribadi dengan Imelda. Jakarta, 22 Juli 2014
dengan perusahaan ini adalah wijaya motor, dwijaya photographer, elektronik sakinah, seta moda, dan lainnya.
Dalam surat edaran yang dinyatakan oleh Bank Indonesia Nomor 166DKom memperhatikan undang-undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang serta UU N0. 23 Tahun 1999 yang kemudian diubah beberapa kali, terakhir bahwa bitcoin dan virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat
pembayaran yang sah di Indonesia. Masyarakat dihimbau untuk berhati-hati terhadap bitcoin dan virtual currency lainnya. Segala risiko terkait
kepemilikanpenggunaan bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilikpengguna bitcoin dan virtual currency lainnya. Namun, pernyataan tersebut memberikan
angin segar kepada komunitas bitcoin di Indonesia karena pada dasarnya peredaran bitcoin tidak dilarang tetapi risiko menjadi tanggung jawab masing-
masing. Hal ini juga sebagai landasan “legalitas” dari peredaran bitcoin.
3
Salah satu bukti keberadaan uang digital bitcoin di Indonesia adalah berdirinya Perusahaan Artabit yang mendasari pertukaran uang digital berbasis bitcoin.
Perusahaan ini pun telah mengetahui tentang surat edaran yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Perusahaan ini pun tidak menanggapi hal tersebut sebagai
ancaman, akan tetapi mereka memiliki keyakinan bahwa Perusahaan Artabit ini akan menjadi perusahaan yang merevolusionerkan transaksi pembayaran,
khususnya uang digital bitcoin menjadi lebih mudah dan potensinya yang bagus dalam rangka membantu untuk membangun ekonomi. Mereka berpedoman pada
3
Oscar Darmawan, Bitcoin: Mata Uang Digital Dunia Jasakom, 2014, h. 26
kitab KUHP yang menyebutkan bahwa selama ada dua orang yang sepakat dan tidak merasa diancam, ditipu, dan sebagainya, adalah suatu yang diperbolehkan
atau sah melakukan transaksi trade. Dalam perspektif ekonomi transaksi ini sangat menguntungkan, khususnya
di Perusahaan Artabit walaupun pemerintah belum mengesahkan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Karena dilihat dari sisi ekonomi, potensi bitcoin
sangat bagus dalam membangun ekonomi. Yaitu dengan transaksi pertukaran uang dari bitcoin ke rupiah yang menjadikan bertambahnya jumlah uang beredar,
maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
B. Pandangan DSN-MUI terhadap Proses Pertukaran Uang Berbasis Bitcoin di Perusahaan Artabit ditinjau dari Teori Sharf
Dalam Islam, keberadaan uang digital belum banyak dibahas karena sifatnya yang sangat kontemporer. Di sisi lain, ini menjadikan referensi bagi
pengembangan ilmu ekonomi Islam selanjutnya. Di indonesia, khususnya dari pandangan salah satu lembaga Islam, yaitu DSN-MUI, juga belum memberikan
fatwa terkait tentang hukum fiqih bertransaksi menggunakan uang digital bitcoin ini. Akan tetapi dalam waktu dekat tidak menutup kemungkinan akan ada suatu
lembaga atau perusahaan yang meminta fatwa terkait transaksi dengan
menggunakan uang digital tersebut
4
, mengingat bahwa negara ini adalah mayoritas penduduk muslim.
Walaupun belum mengeluarkan fatwa tentang transaksi menggunakan uang digital bitcoin, namun DSN-MUI telah memberikan suatu pandangan mengenai
transaksi ini. Dengan menggunakan Al-Qur’an dan hadits sebagai bahan dasar pertimbangan dalam menilai hukum transaksi tersebut. Menurut pandangan
DSN-MUI melalui wawancara antara penulis dengan salah satu pihak dari lembaga ini, menyebutkan bahwa bitcoin ini memang bersifat digitalelektronik.
Dikarenakan transaksinya yang berjalan melalui sistem komputer seperti uang digital pada umumnya e-money.
Namun, ada sesuatu yang menjadikan transaksi menggunakan uang berbasis bitcoin ini berbeda dari uang digital e-money pada umumnya. Yaitu,
apabila dalam e-money biasanya terdapat bentuk yang misalnya berwujud sebuah kartu plastik atau cek, sebagai bentuk representasi dari nilai yang dimiliki dalam
kartu tersebut. Namun, dalam bitcoin, tidak ada wujud dari representasi nilai yang dimiliki, semua nilainominal terdapat dalam suatu sistem komputer yang
berbentuk wallet. Kembali pada definisi uang beserta syarat-syarat uang pada umumnya:
a. Dapat diterima dan diketahui b. Nilainya stabil
c. Mudah dibawa
4
Wawancara pribadi dengan Kanny Hidaya, Jakarta 22 Oktober 2014
d. Tahan lama e. Dapat dibagi-bagi
Sedangkan dalam Islam yang ditinjau melalui hukum fiqih, Al-Ghazali menyatakan bahwa syarat-syarat suatu benda dapat dikatakan uang adalah
sebagai berikut: 1. Uang tersebut dicetak dan diedarkan oleh pemerintah
2. Pemerintah menyatakan bahwa uang tersebut merupakan alat pembayaran yang resmi di daerah tersebut, dan
3. Pemerintah memiliki cadangan emas dan perak sebagai tolak ukur dari uang yang beredar
5
Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, Ibnu Khaldun juga mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak, namun emas dan perak
menjadi standar nilai uang. Uang yang mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah, bahwa ia senilai sepersekian gram emas dan perak. Sekali
pemerintah menetapkan nilainya, maka permerintah tidak boleh mengubahnya.
6
Selain dari segi bentuknya, terdapat juga dari segi legalitasnya, sesuatu dapat dikatakan sebagai uang apabila dinyatakan sah oleh pemerintah sebagai
alat pembayaran dan terdapat undang-undang yang mengatur tentang uang tersebut.
5
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer Jakarta: Gramata Publishing, 2005, h. 178
6
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, h. 204
Transaksi ini juga dapat ditinjau melalui salah satu kaidah fiqhiyyah, yang menyatakan:
“Kemudharatan harus dihilangkan” Kaidah tersebut sering diungkapkan dengan apa yang tersebut dalam
hadits:
“Tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan” HR. Hakim dan lainnya dari Abu Sa’id al-Khudri, HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas
Perkataan dharar dan dhirar ini di kalangan ulama berbeda pendapat di antaranya:
1. al-Husaini mengartikan al-dharar dengan “bagimu ada manfaat tapi bagi tetanggamu ada mudharat”. Sedangkan al-dhirar diartikan dengan,
“bagimu tidak ada manfaatnya dan bagi orang lain tetangga memudaratkan”.
2. Ulama lain mengartikan al-dharar dengan membuat kemudharatan dan al- dhirar diartikan membawa kemudharatan di luar syariah.
7
Selain itu, dapat diperhatikan dalam segala kondisi, bahwa penetapan kaidah ini pada sejumlah kasus selalu memperhatikan kaidah-kaidah
sebagai berikut: Menolak kerusakan lebih diutamakan
daripada menarik kemaslahatan
8
Menurut DSN-MUI yang merupakan hasil dari wawancara pribadi menyatakan bahwa suatu perbuatan dilihat dari kaidah fiqihnya. Termasuk
tentang bermuamalah. Apabila transaksi tersebut lebih banyak mendatangkan mudharatnya daripada manfaatnya, maka lebih utama menghilangkan
kemudharatan tersebut daripada menarik manfaatnya. Seperti dalam transaksi bitcoin ini yang lebih besar risikonya terhadap penipuan dan tidak ada lembaga
yang bertanggung jawab atas transaksi ini. Sedangkan dari sisi akad sharf adalah suatu pertukaran dua jenis barang
berharga atau jual beli uang dengan uang atau disebut juga valas. Atau
7
Hasbi al-Shiddiqie, “Sejarah dan Kaidah Asasi”, dalam A. Dzajuli, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis Jakarta: Prenada
Media, 2006, h. 68-69
8
Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id Fiqhiyyah, Penerjemah Wahyu Setiawan Jakarta: Amzah, 2009, h. 21
pertukaran antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya.
9
Adapun dasar hukum tentang kebolehan transaksi ini adalah:
10
.
Artinya: “Juallah emas dengan emas, perak dengan perak gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan
garam dan syarat harus sama dan sejenis serta secara tunai. Jika sejenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” HR. Muslim dan
Ahmad
11
Hadits di atas menunjukkan kebolehan dalam melakukan transaksi pertukaran mata uang sharf. Akan tetapi, bila dilihat dari jenis yang
dipertukarkan adalah sesuatu yang berwujud, yang bisa direpresentasikan. Sedangkan dalam pertukaran uang digital itu sangat bersifat kontemporer, belum
ada fatwa yang membahas mengenai uang yang bersifat digitalvirtual, khususnya di Indonesia.
Apabila dilihat kembali dari definisi awal mengenai uang pada umumnya adalah segala sesuatu yang dapat diterima masyarakat secara umum, dan
9
Nurul Huda dan Muhammad heykal, “Lembaga Keuangan Syariah”, dalam Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h. 318
10
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011, h. 102
11
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, Penerjemah KMCP dan Imron Rosadi Jakarta: Pustaka Azzam, 2003, h. 666
dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah untuk keperluan transaksi, sebagai satuan hitung, dan sebagai alat penyimpanan nilai.
12
Sedangkan dalam Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan komoditas atau barang dagangan. Oleh
karena itu, motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi, bukan untuk spekulasi atau trading.
13
Dalam perspektif fiqih muamalah melalui wawancara dengan pihak DSN- MUI menghasilkan suatu kesimpulan bahwa bitcoin belum bisa dikatakan
sebagai mata uang yang sah. Karena bitcoin tidak memenuhi syarat-syarat sebagai mata uang baik dalam ekonomi konvensional maupun syariah. Serta
dalam kaidah fiqih, kegiatan transaksi ini masih banyak mendatangkan mudharatnya dibandingkan manfaatnya.
Karena segala perbuatan yang dilarang oleh Islam maupun pemerintah penguasa yang telah dikaji terlebih dahulu melalui Al-Qur’an dan hadits serta
undang-undang yang berlaku, cenderung mendatangkan kemudharatan atau kerugian. Transaksi bitcoin ini memang lebih efisien dalam hal waktu, harga, dan
jangkauannya yang mengglobal. Akan tetapi, di sisi lain kegiatan transaksi ini sangat berisiko tinggi terhadap penipuan dan ketidakstabilan nilai kursnya,
karena tidak diatur oleh regulator dan rentan kehilangan uang dalam jumlah besar apabila membeli dengan harga yang lebih tinggi.
12
Asfia Murni, Ekonomika Makro, Cet. I Bandung: Refika Aditama, 2006, h. 153
13
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Cet. I Jakarta: Gema Insani, 2001, h. 185