Pengaruh Earning Per Share Dan return On Equity Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Subsektor Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2005-2009

(1)

v

Ratna Ariawati.,MS.,Ak selaku Dosen Pembimbing I.

Rasio keuangan banyak macamnya, diantaranya yang digunakan investor adalah EPS dan ROE. salah satu analisis yang digunakan investor dalam menentukan return saham suatu perusahaan, karena semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan mempengaruhi return saham, demikian pula sebaliknya. Skripsi ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh variabel-variabel EPS dan ROE secara parsial maupun simultan terhadap return saham pada perusahaan subsektor perbankan periode 2005-2009. Penulis menggunakan perhitungan statistik regresi dan korelasi berganda untuk mengolah data yang diteliti. Kesimpulan diambil berdasarkan uji statistik yang dilakukan (Uji t dan Uji F) dan landasan teori yang mendukung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif dan data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, diperoleh hasil uji statistik F yang menunjukkan bahwa EPS dan ROE secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan hasil uji statistik t menunjukkan EPS dan ROE secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dari hasil perhitungan ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan maupun parsial EPS dan ROE terhadap return saham.


(2)

vi

Return In The Banking Sector Companies Listed In Indonesia Stock

Exchange For 2005-2009 Period. Created By Meilisa Veranindy/21207002,

Support by Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,MS.,Ak a first master of class.

The uncertainty of investing in stocks encouraged investors to be cautious in making decisions. Each investor's decision will be based on good analysis. There are two approaches to technical analysis and fundamental analysis requires analysis of information, one of them investors obtained information is the published financial statements of the company. Analysis of financial statements requires certain size, a measure that is commonly used financial ratios. Many kinds of financial ratios, including the use of investors is the EPS and ROE. Analysis using EPS and ROE is one of the analysis used in determining stock returns of investors of a company, because the greater the level of the company's ability to generate profits will affect stock returns, and vice versa.This thesis aims to test whether there is influence of variables ROE and EPS partially or simultaneously to changes in stock prices on subsector banking companies the period 2005-2009.

The author uses statistical regression and calculation of multiple correlation to process the data under investigation. Conclusions drawn based on statistical test performed (t test and F test) and the foundation that supports the theory. The method used is descriptive method and verifikatif and data in this study were obtained from the Indonesian Capital Market Directory issued by the Jakarta Stock Exchange 2005-2009 period. Based on the statistical tests conducted, test results obtained by the F statistic that shows that the EPS and ROE simultaneously no significant effect on changes in stocks. While the statistical t test results showed a partial return on equity does not significantly influence changes in stock returns. T statistics and test results that indicate partially EPS no significant effect on changes in stock returns.


(3)

vii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan selalu ke hadirat Allah SWT Sang Maha Pemilik Ilmu yang tiada pernah terputus melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya sampai akhir zaman.

Atas kehendak-Nya pula akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “PENGARUH EARNING PER SHARE DAN RETURN ON

EQUITY TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

SUBSEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2005-2009”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, arahan sekaligus dukungan hingga terwujudnya penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati., SE., MS.Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan banyak pengarahan, masukan, kritik serta saran dan waktunya hingga terselesainya skripsi ini.


(4)

viii Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia sekaligus Selaku Dosen Penguji I.

5. Ibu Lita Wulantika SE., MSi. Selaku Dosen Penguji II.

6. Ibu Dra Rahma wahdiniwaty, M.Si selaku Dosen Wali Kelas Mn-1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

7. Seluruh Staf Dosen Pengajar dan Staf Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

8. Bapak dan Ibu tercinta terimakasih atas segala cinta, do’a dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan semoga mendapat balasan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

9. Keluargaku, kakak dan adikku tersayang terimakasih atas support dan keceriaannya selama ini.

10. Seluruh staf pojok bursa Universitas Widyatama yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

11. Sahabat tercinta yang penulis sayangi Riani, Meli, Novi.

12. Orang-orang yang telah banyak memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis Teh Ratih, Mba intan, Mba cici, Rizki, Mia, Iha, Neng, Rani, Aeny, Maya, Ririn, Yunita, Teh Nafisah dan Saras.


(5)

ix

2007 terimaksasih atas kerjasama dan kebersamaannya selama ini.

15. Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Pada penyusunan Skripsi ini penulis telah merasa berusaha semaksimal mungkin namun amatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.Akhirnya, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Juli 2011 Penulis


(6)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam perekonomian modern dan era globalisasi saat ini pasar modal di suatu negara sering kali dijadikan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan sarana investasi yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke subsektor-subsektor yang produktif. Pasar modal juga merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya.

Peranan pasar modal sangat penting bagi perekonomian karena pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kepentingan yaitu pihak yang kelebihan dana (lender) dan pihak yang memerlukan dana (borrower). Sedangkan pasar modal berfungsi keuangan adalah sebagai sarana penyediaan dana yang diperlukan oleh borrower yang didapat langsung dari lender dan lender yang menyediakan dana dan tidak harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil.


(7)

Investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Terdapat pilihan-pilihan yang dapat dimanfaatkan oleh para investor untuk berinvestasi yang pertama adalah berinvestasi pada real assets yaitu

invetasi yang diwujudkan dalam pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan

pertambangan, pembukaan perkebunan dll. Yang kedua berinvestasi dalam financial assets

investasi dalam financial assets dapat dilakukan di pasar uang misalnya berupa sertifikat

deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang atau dapat juga dilakukan di pasar

modal misalnya berinvestasi dalam bentuk saham, obligasi, waran, opsi, dll.

Saham merupakan komoditi investasi yang menarik dan menjanjikan keuntungan di masa yang akan datang. Namun berinvestasi dalam saham mengandung unsur risiko, karena sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang, kebijakan fiskal pemerintah, maupun perubahan-perubahan yang terjadi dalam industri emiten itu sendiri.

Dalam investasi saham juga dikenal istilah high risk high return yang mana pengembalian atau keuntungan atas investasi atau disebut juga dengan return saham yang diharapkan sebanding dengan risiko yang ditanggung oleh investor. Investor cenderung memilih untuk berinvestasi pada investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat risiko yang sama, atau dengan tingkat keuntungan yang sama tetapi tingkat risiko yang ditanggung lebih kecil.

Bursa Efek Indonesia sebagai tempat transaksi perdagangan saham dari berbagai jenis perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Ada beberapa jenis


(8)

pengelompokan perusahaan di Bursa Efek Indonesia berdasarkan sektor-sektor yang dikelola. Sektor-sektor tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti, sektor infrastruktur, sektor keuangan, dan sektor perdagangan jasa investasi. Sektor keuangan adalah salah satu kelompok perusahaan yang ikut berperan aktif dalam pasar modal karena sektor keuangan merupakan penunjang sektor rill dalam perekonomian di Indonesia. Sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi lima subsektor yang terdiri dari perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi, dan lainnya.

Di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia fungsi dan peranan perusahaan subsektor perbankan dalam hal ini adalah bank umum memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam perkonomian. Bank umum memiliki peran dalam hal menopang efekivitas kebijakan moneter dalam pembangunan ekonomi. Kredit-kredit dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi, sebagian besar di salurkan oleh bank umum. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara yang melakukan kegiatan lebih dari sekedar mengumpulkan dan menginvestasikan tabungan, melainkan sebagai lembaga keuangan yang berfungsi memberikan jasa-jasa keuangan lainnya seperti mendukung kelancaran transaksi perdagangan internasional yang erat kaitannya dengan kemajuan perekonomian suatu negara.


(9)

Bank umum yang sehat atau kinerjanya baik merupakan tiang utama penopang daya tahan perekonomian nasional maupun dunia. Bila sistem perbankan suatu negara dalam keadaaan baik atau sehat maka dalam hal ini pemerintah maupun bank sentral memiliki mitra yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi, khususnya kebijakan moneter. Bagi para pemilik bank , pemegang saham dan investor yang berinvestasi dalam perusahaan subsektor perbankan yang sehat dan kinerja keuangannya baik maka akan memperoleh imbal hasil atau return saham yang baik pula. Sampai saat ini bank umum masih menjadi lembaga keuangan terpenting dan terbesar karenanya industri perbankan yang kuat dan sehat sangat berperan dalam menopang perekonomian nasional.

Untuk itu pemilihan investasi pada perusahaan subsektor perbankan merupakan pilihan yang menarik, banyak diminati oleh investor, dan menguntungkan dalam hal pengembalian keuntungan atas investasi atau atas sejumlah penyertaan modal atau disebut juga dengan return saham. Sebelum melakukan investasi untuk memperoleh return yang maksimal investor perlu melakukan analisis penilaian saham. Berinvestasi yang aman memerlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data yang akurat dan terpercaya, sehingga dapat meminimalisasi risiko yang akan ditanggung oleh investor. Secara umum terdapat pendekatan-pendekatan bertahap dalam menganalisis sekuritas ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian saham, teknik yang sering digunakan oleh para investor adalah penilaian dengan menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental.


(10)

Analisis fundamental merupakan analisis penilaian saham berdasarkan laporan keuangan (financial report) yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan khususnya merupakan salah satu sumber potensial yang lazim digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan keputusan penanaman modal, adanya informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan para investor hal ini dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham dan reaksi tingkat keuntungan. Laporan Keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan yang merupakan kinerja perusahaan dalam periode tertentu. Oleh karena itu para investor menjadikan laporan keuangan ini menjadi bahan utama dalam pengambilan keputusan.

Penilaian suatu saham sangat dipengaruhi dan tidak akan terlepas dari kondisi kinerja keuangan emiten. Dalam melakukan penilaian suatu saham dengan menggunakan analisis fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio. Rasio keuangan merupakan alat untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan serta prospek pertumbuhan suatu perusahaan di masa mendatang. Ada banyak macam-macam rasio keuangan, salah satu diantara rasio keuangan yang berkaitan dalam penilaian kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba adalah rasio profitabilitas. Selain manager keuangan pihak yang memerlukan informasi keuangan dalam hal ini rasio profitabilitas perusahaan adalah para calon pemodal dan kreditur. Calon pemodal atau calon pemegang saham akan lebih berkepentingan dengan prospek profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang.

Salah satu rasio profitabilitas adalah earning per share (EPS). Investor tertarik pada angka EPS karena EPS menunjukkan besarnya laba per lembar saham


(11)

yang diperoleh untuk setiap lembar saham. EPS merupakan perbandingan antara jumlah earning dengan jumlah lembar saham yang beredar, EPS juga merupakan rasio yang mengukur pertumbuhan dan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Selain EPS para investor menggunakan rasio profitabilitas lain yaitu return on equity (ROE) sebagai alat penilaian suatu saham. Investor memandang bahwa ROE merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan modal yang maksimal bagi pemilik modal. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasikan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir.

Pada umumnya kinerja keuangan perusahaan dan return saham akan bergerak searah. Karena semakin tinggi laba atau semakin profitable suatu perusahaan dalam hal ini perusahaan pada subsektor perbankan maka akan mengakibatkan semakin banyak keuntungan yang akan diperoleh para pemegang saham.

Namun berinvestasi pada perusahaan subsektor perbankan tidak dapat dihindarkan dari risiko-risiko yang akan terjadi baik risiko yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, kuatnya pengaruh eksternal di tahun 2005 berupa melambungnya harga minyak dunia dan berlanjutnya siklus pengetatan moneter global telah memberi tekanan pada stabilitas makroekonomi di Indonesia. Kondisi makroekonomi yang memburuk yaitu seperti penurunan pertumbuhan kinerja perusahaan subsektor perbankan pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun tersebut harga BBM meningkat 2 (dua) kali yaitu sebesar 30% pada bulan Maret 2005 sebesar 100% dan pada bulan Oktober 2005 sehingga memicu inflasi


(12)

mencapai 17,11% pada Desember 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 7,73%. Dampak tingginya inflasi tersebut telah menyebabkan Bank Indonesia selaku pemegang otoritas moneter melaksanakan suatu kebijakan dengan menaikkan suku bunga. Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen pengendali inflasi, dengan suku bunga yang cenderung naik berdampak pada kebijakan perbankan untuk menaikkan suku bunga simpanan maupun bunga kredit perbankan. Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang mencapai posisi tertinggi di level 12,75% pada 2006 menurun ke level 9.00% pada awal 2007, dan secara bertahap menurun sampai akhir tahun 2007 pada level 8%. Tahun 2006 menghadapi tantangan berat di tengah kuatnya dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 lalu turunnya kinerja subsektor perbankan di pasar saham disebabkan adanya kekhawatiran investor dan dampak harga minyak yang tinggi menimbulkan naiknya inflasi yang akan menurunkan daya beli masyarakat dan berlanjut pada melemahnya sektor riil dan sektor keuangan khususnya perbankan. Alhasil, investor meragukan apakah target perolehan laba yang direncanakan perbankan akan tercapai,

Dengan adanya kenaikan suku bunga berimbas tidak hanya pada sektor riil, tapi juga pada sektor keuangan yang merupakan sektor penunjang. Hal ini tercermin dalam hasil penilaian kinerja subsektor perbankan yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan perbankan teraudit 2005 yang belum benar-benar pulih seperti saat sebelum krisis tahun 1997. Selama ini, perlahan-lahan kondisi perbankan membaik, tapi makroekonomi yang kurang kondusif selama 2005 menjadi ganjalan bagi perbaikan industri perbankan.


(13)

Di sisi lain fluktuasi tingkat suku bunga yang terjadi telah pula menjadi faktor yang menentukan tingkat daya beli masyarakat. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi melalui tabungan, tingkat bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk berinvestasi di pasar uang, karena tingkat bunga yang tinggi akan membuat investor lebih memilih aset finansial berupa deposito berjangka atau obligasi.

Berlanjut pada tahun 2007-2008 bagi para pemegang saham menurut Ruddy N Sasadara pengamat dan praktisi perbankan dalam Economic Review No. 213 September 2008 krisis sub-prime mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2008 dimana sentrum perekonomian dunia mengalami krisis ekonomi yang menimbulkan efek domino yang hebat, bangkrutnya Lehman Brothers mengguncang bursa saham di seluruh dunia. bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sampai dengan 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar, bahkan surat kabar New York Times menyebutnya sebagai kerugian paling buruk sejak peristiwa serangan 11 September 2001. Hal ini berdampak pada Kapitalisasi pasar Jakarta Composite Index (JCI) atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh sebesar 54 persen pada tahun 2008. Bahkan pasar modal Indonesia sempat menghentikan perdagangan setelah drop sebesar 10 persen dalam satu hari. Indeks harga pasar jatuh sebesar 10,38 persen ke posisi 1,451.66.


(14)

Dampak krisis finansial terhadap sektor keuangan sudah dirasakan selama tahun 2008, yaitu dengan anjloknya nilai tukar rupiah, turunnya indeks harga saham karena larinya investor asing dari pasar bursa di Indonesia, pelarian modal baik dari bursa saham maupun pasar obligasi pemerintah. Return saham pada subsektor perbankan mengalami fluktuasi terlihat dari harga saham yang mengalami perubahan baik

penurunan maupun kenaikan hal ini disebabkan oleh dampak krisis global dimana para

investor asing yang menanamkan modalnya melalui surat-surat berharga di Jakarta Stock

Exchange akan mengamankan investasinya, dengan menjual saham-saham mereka di pasar

modal terlihat dari nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menurun yang

kedua adalah subsektor perbankan sulit mendapatkan credit line di perbankan internasional

akibatnya likuiditas subsektor keuangan sangat ketat. Akibatnya likuiditas subsektor perbankan sangat ketat, inflasi tinggi, dan terjadi tingkat risiko usaha yang tinggi.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis pada 32 bank yang tercatat sebagai perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 yang mana terjadi suatu fenomena permasalahan. Berikut adalah tabel perkembangan nilai EPS, ROE, dan return saham pada perusahaan subsektor perbankan periode tahun 2005-2009.


(15)

Tabel 1.1

Perkembangan Rata-Rata Nilai EPS, ROE, dan Return Saham Pada Perusahaan Subsektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2005-2009

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa terjadi kenaikan return saham perusahaan subsektor perbankan yang cukup signifikan pada tahun 2006 namun nilai EPS dan ROE mengalami penurunan dan pada tahun 2007 terjadi penurunan return saham yang cukup signiikan namun nilai EPS dan ROE nya mengalami kenaikan hal ini bertentangan dengan teori yang diungkapkan oleh Darmadji dan Fakhruddin (2006:195), “EPS merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS akan menyebabkan semakin besar peningkatan jumlah deviden atau return yang diterima pemegang saham”.

Begitu juga dengan ROE seperti yang dikemukakan oleh Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:156), “ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas (modal). ROE merupakan indikator

Tahun EPS

(Rp)

ROE (%)

Return Saham (%)

2005 87,22 18,92 18

2006 78.4 14,18 41

2007 87,64 16,17 27

2008 103,82 40.01 35

2009 104,47 15,41 0,69


(16)

penting bagi pemilik bank, karena menunjukkan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan dalam industri perbankan”. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi di subsektor perbankan semakin tinggi. Angka ROE yang tinggi akan menjadi daya tarik bagi pemegang saham untuk menambah modalnya kembali.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh EPS dan ROE terhadap return saham. Maka dari itu penulis bermaksud menuangkannya ke dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Earning Per Share dan Return On Equity Terhadap Return Saham pada Perusahaan Subsektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode Tahun

2005-2009”.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Keadaan makroekonomi yang kurang kondusif selama tahun 2005 menyebabkan kinerja keuangan perbankan menurun.

2. Pada tahun 2006 peusahaaan subsector perbankan menghadapi tantangan yag berat di tengah kuatnya dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 lalu. Harga minyak yang tinggi yang berdampak pada


(17)

naiknya inflasi dan naiknya tingkat suku bunga yang menurunkan daya beli masyarakat dan berlanjut pada melemahnya subsektor riil. Sehingga investor meragukan apakah target yang direncanakan perbankan akan tercapai.

3. Tingkat profitabilitas pada subsektor perbankan di Bursa Efek Indonesia yang berfluktuasi sehingga mempengaruhi return yang akan diterima oleh investor terutama pada tahun 2006 dan 2007.

4. Investor mengharapkan return saham yang tinggi dari suatu perusahaan karena dengan return saham yang tinggi akan meningkatkan keuntungan para investor dalam penyertaan modalnya ke dalam perusahaan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian di atas maka penulis membatasi pembahasannya pada masalah:

1. Bagaimana perkembangan EPS pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2005-2009.

2. Bagaimana perkembangan ROE pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2005-2009.

3. Bagaimana perkembangan return saham pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2005-2009.

4. Seberapa besar pengaruh EPS dan ROE secara simultan dan parsial terhadap return saham pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2005-2009.


(18)

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dari objek penelitian yaitu mengenai pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE) tehadap return saham pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2005-2009. Sejalan dengan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan EPS pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI .

2. Untuk mengetahui perkembangan ROE pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI .

3. Untuk mengetahui perkembangan return saham pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI.

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh EPS dan ROE baik secara simultan dan parsial terhadap return saham pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian 14.1. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi penulis dan perusahaan.

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan masukan yang berarti untuk menyempurnakan analisis penilaian saham dengan menggunakan rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas yang terdiri dari EPS dan ROE.

2. Pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak lain terutama untuk mengetahui lebih jauh mengenai analisis penilaian saham dengan menggunakan rasio keuangan yaitu EPS dan ROE serta pengaruhnya terhadap return saham.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman teoritis lebih mendalam mengenai EPS dan ROE terhadap return saham serta mengetahui bagaimnan aplikasinya dikehidupan nyata, sehingga dapat menjadi tambahan pengetahuan yang bermanfaat.


(20)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 20 perusahaan pada subsektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesis periode tahun 2005-2009. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang terkait dengan data laporan keuangan perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesis periode tahun 2005-2009 pengabilan data melalui Pojok Bursa Universitas Widyatama dan melalui website www.idx.co.id berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian:

Tabel 1.2

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No. Jadwal Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

1 2 1 2 3 4 3 4 1

1 Pra Survey 2 Usulan Penelitian 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Analisis Data 6 Pelaporan Data


(21)

(22)

16 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal

Menurut Mohammad Samsul (2009:45), mengemukakan bahwa:

“Pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumya yang lebih dari satu tahun”.

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas atau saham, instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal juga merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi baik pihak swasta maupun pemerintah yang merupakan sarana untuk kegiatan berinvestasi.

Dengan demikian pasar modal dapat memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjaka yaitu instrument keuangan yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun. Seperti saham (stock), obligasi (bond), waran (warrant), right, reksa dana (mutual fund), dan berbagai instrumen derivatif seperti opsi (option), kontrak berjangka (futures), dan lain-lain. (Darmaji dan Fakhrudin, 2006:2).


(23)

2.1.1.2 Manfaat Pasar Modal

Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2006:3) pasar modal memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah:

a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

c. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi.

d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

e. Menciptakan lapangan kerja dan profesi yang menarik.

f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.

g. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

h. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial.

i. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen professional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.


(24)

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2004:120) laporan keuangan adalah:

“Penggambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan media paling penting untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan, menilai prestasi perusahaan dan kondisi ekonomis suatu perusahaan”.

Sedangkan Menurut Mohammad Samsul (2009:128) laporan keuangan adalah:

“Sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik”.

Melalui laporan keuangan maka kita akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektivan penggunaan aktiva hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan. Dengan menganalisis laporan keuangan investor dapat memprediksi prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang, berkaitan dengan penelitian ini adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan imbal hasil investasi atau return kepada investor atas modal yang telah ditanamkan.


(25)

2.1.2.2 Analisis Laporan Keuangan

Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan, maka perlu diadakan interpretasi atau analisa terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dimana data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan akan tercermin di dalam laporan keuangannya.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002:51), mengemukakan bahwa:

“Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba rugi”.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses penganalisaan dengan menggunakan laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan.

2.1.2.3 Analisis Rasio Keuangan

Untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan. Analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap tingkat kesehatan suatu perusahaan. Alat yang dapat digunakan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan.

Menurut Harahap (2004:297), rasio keuangan adalah:

“Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.


(26)

Misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya. Teknik ini sangat lazim digunakan para analisis keuangan dlam hal ini adalah investor. Rasio keuangan sangatlah penting karena menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos diatas dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting. Misalnya rasio ideal mengenai likuiditas untuk bank tidak sama dengan rasio untuk perusahaan industri, perdagangan, atau jasa.

2.1.2.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut Sutrisno (2009:215) penggolongan rasio berdasarkan penggunaan rasio yang bersangkutan. Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Rasio likuiditas atau liquidity ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemamapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu: current ratio, quick ratio atau acid test ratio, cash ratio.


(27)

2. Rasio leverage atau leverage ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Ada lima rasio leverage yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu: total debt to total asset ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio, debt service ratio.

3. Rasio Aktivitas atau activity ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas meliputi beberapa rasio diantaranya adalah rasio perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva, dan perputaran aktiva tetap.

4. Rasio keuntungan atau profitability ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio keuntungan dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu: profit margin, return on asset, return on equity, return on investment, earning per share.

5. Rasio penilaian atau Valuation ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar investor menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga


(28)

yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham. Rasio ini terdiri dari price earning ratio dan price book value.

2.1.2.5 Rasio Profitabilitas

Menurut Agnes Sawir (2003:17-18), mengemukakan bahwa:

“Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang manajemen perusahaan. Rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan”.

Analisis profitabilitas penting dalam menganalisis laporan keuangan dan analisis pengembalian atas investasi. Analisis profitabilitas lebih dari ukuran akuntansi, seperti : penjualan, harga pokok penjualan, serta beban operasi dan beban non operasi untuk menilai sumber, daya tahan (persistence), pengukuran, dan hubungan ekonomi utamanya. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentu nilai efek (sekuritas).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkaan bahwa rasio profitabilitas memiliki peranan yang sangat penting dalam menganalisis laporan keuangan khususnya bagi investor ataupun kreditor dalam melihat kinerja perusahaan dalam menanamkan investasinya. Rasio ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan perusahaan.


(29)

Menurut Harahap (2004:304) rasio profitabilitas adalah:

“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan kas, modal, jumlah karyawan, dan jumlah cabang”.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang berasal dari penjualan atau investasi perusahaan. Keuntungan perusahaan ini dapat diukur sebagai salah satu indikator yang akan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi (return) bagi pemegang saham.

Menurut Sutrisno (2009:222-223), mengemukakan bahwa terdapat berapa indikator untuk mengukur tingkat rasio profitabilitas, yaitu:

1. Profit Margin

Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang digunakan adalah :

Laba Kotor

Penjualan

EAT

x 100%

x 100% Profit Margin =

Gross Profit Margin =


(30)

EBIT Penjualan

2. Return on Asset (ROA)

Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

EBIT Total Aktiva

3. Return on Equity (ROE)

Return on Eqiuity ini sering disebut dengan rate if return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Rumusnya adalah :

EAT Modal sendiri

x 100%

x 100%

x 100% Return on Equity =

Return on Asset = Net Profit Margin =


(31)

4. Return on Investment (ROI)

Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. EAT

Investasi

5. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham. Pemilik perusahaan, pemegang saham, investor dan calon investor menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan indikator rasio profitabilitas yaitu earning per share dan return on equity sebagai rasio yang dapat mempengaruhi return saham.

x 100%

EPS =

Return on Investment =

EAT

x 100% Jumlah Lembar Saham


(32)

2.1.4 Earning Per Share

2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share

Menurut Eduardus Tandelilin (2010:365), mengemukakan bahwa:

Earning Per Share merupakan laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham di bagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”

Menurut Sutrisno (2009:223), mengemukakan bahwa:

Earning Per Share merupakan salah satu bagian dari rasio profitabilitas perusahaan yang mana para pemilik menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earning Per Share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik.

Menurut Noni Lusia Sari (2006:237), mengemukakan bahwa:

“EPS adalah laba yang akan dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar semakin besar nilai EPS perushaaan akan menunjkkan bahwa laba yang dipeoleh perusahaan akan semakin besar pula”.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195) mengemukakan bahwa:

EPS merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar peningkatan jumlah deviden yang diterima pemegang saham. Laba per lembar saham di hitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang dari jumlah saham biasa yang beredar sepanjang tahun.


(33)

Earning Per Share adalah rasio yang menunjukkan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu”.

Menurut James O Gill (2004:72), mengemukakan bahwa:

EPS atau rasio pendapatan per lembar saham merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa earning per share adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap per lembar saham yang beredar selama suatu periode tertentu. Rasio ini dihitung dari pembagian laba bersih dengan jumlah saham yang beredar.

2.1.4.2 Kegunaan Earning Per Share

Earning per share merupakan alat untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS menunjukan tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.

Bagi para investor informasi EPS dapat menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan (Tandelilin, 2010:365). Laba per lembar saham juga dapat digunakan sebagai suatu ukuran secara luas dalam penaksiran nilai saham biasa oleh


(34)

manajemen maupun pemegang saham selain itu EPS juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan profitabilitas suatu perusahaan (Wild, 2008:472). 2.1.4.3 Rumus Earning Per Share

Earning per share dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.1.5 Return On Equity

2.1.5.1 Pengertian Return On Equity

Menurut Suad Husnan (1998:564) mengemukakan bahwa:

ROE adalah rasio yang digunakan untuk menugukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Return on equity sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki sehingga ROE ini juga dapat disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002:60):

Return on equity atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri”.

= Laba bersih setelah bunga dan pajak Jumlah saham yang beredar EPS =


(35)

Menurut Agnes Sawir (2003:20), mengemukakan bahwa:

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau sering disebut sebagai rentabilitas usaha.

Menurut Suad Husnan dan Pudjiastuti (2004:73), mengemukakan bahwa: “ Rentabilitas modal sendiri atau return on equity adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri”.

Menurut Dewi Astuti (2004:37) mengemukakan bahwa:

Return on equity adalah rasio yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham.

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:118):

“ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank”.

Menurut Sutrisno (2009:223):

“Return on equity ini sering disebut dengan rate if return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki., sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri”.


(36)

Menurut Lukman Syamsuddin (2007:64):

ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:156):

“ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas (modal). ROE merupakan indikator penting bagi pemilik bank, karena menunjukkan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan dalam industri perbankan”.

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan return on equity adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. rasio ini juga dapat menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas (modal).

2.1.5.2 Kegunaan Return On Equity

Return on equity merupakan salah satu indikator dari rasio profitabilitas yang banyak diamati oleh pemilik, para pemegang saham dan calon pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin berinvestasi dan ingin membeli saham. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon


(37)

investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam hal ini adalah bank dalam memperoleh laba bersih yang akan mempengaruhi besarnya pembayaran return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham.

2.1.5.3 Rumus Return On Equity

Adapun return on equity dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.1.6 Return Saham

2.1.6.1 Pengertian Return Saham

Menurut Harjum Muharam dan Hanung Sakti (2008:8):

Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya.”

Menurut Jogiyanto (2007:109):

Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi”.

Menurut Mohamad Samsul (2009: 291) return saham adalah:

Return on equity =

EAT

Modal Sendiri X

100%


(38)

Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham. Dimana jika untung disebut dengan capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, Disamping capital gain, investor juga akan menerima dividen tunai setiap tahunnya”.

Menurut Jogiyanto (2003:110) return saham adalah:

Return saham dapat di definisikan sebagai perubahan nilai antara periode t +1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.

Menurut Abdul Halim (2003:30):

“Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi”.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan return saham adalah imbal hasil atau keuntungan yang didapatkan oleh investor atas investasi yang dilakukan berupa capital gain atau capital loss dan yield.

2.1.6.2 Komponen Return Saham

Menurut Jogiyanto (2003:111), komponen return saham terdiri dari lain return realisasi (actual return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1) Capital gain merupakan selisih dari investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu sedangkan Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dalam


(39)

penelitian ini hanya memperhitungkan return saham yang berasal dari capital gain tanpa memperhitungkan adanya deviden yield. Karena pada dasarnya dividen yang dibagikan nilainya kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh jika tidak ikut diperhitungkan. Selain itu tidak selamanya perusahaan membagikan dividen secara periodik pemegang sahamnya. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan.

2.1.6.3 Jenis Return Saham

Menurut Jogiyanto (2003:109-110) return saham dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Return Realisasi

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentu return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang.

b.Return Ekspektasi

Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Ketika investor menginvestasikan dananya maka akan mensyaratkan tingkat return


(40)

tertentu dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya diterima.

2.1.6.4 Rumus Return Saham

Dalam penelitian ini hanya memeperhitungkan return saham yang berasal dari capital gain tanpa memperhitungkan adanya deviden yield. Karena pada dasarnya dividen yang dibagikan nilainya kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh jika tidak ikut diperhitungkan. Selain itu tidak selamanya perusahaan membagikan dividen secara periodik pemegang sahamnya. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Dimana dalam penelitian ini menggunkan return actual saham tahunan. Besarnya actual return dapat dihitung dengan rumus:

(Mohamad Samsul, 2009:292) Keterangan:

Ri,t= return saham i untuk pada periode t

Pt= Price, harga penutupan saham I pada periode t (periode akhir) Ri,t =

(Pt-Pt-1)


(41)

Pt-1= Price, harga untuk waktu sebelumnya (periode awal)

Dalam penelitian ini return saham yang digunakan adalah berupa capital gain yang merupakan bagian dari return saham tahunan.

2.1.7 Keterkaitan Earning Per Share dan Return On Equity Terhadap Return Saham

2.1.7.1 Hubungan Earning Per Share Terhadap Return Saham

Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan pengembalian return dan dividen yang diterima oleh pemegang saham. Berikut adalah beberapa pendapat yang menyatakan terdapat hubungan antara earning per share terhadap return saham:

Menurut James O Gill (2004:72):

EPS atau rasio pendapatan per lembar saham merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait. Rasio yang rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan. Rasio yang tinggi berarti saham memiliki tingkat pengembalian yang tinggi


(42)

“Semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.

Menurut Lukman Syamsudin (2007:66-67) menyatakan bahwa:

Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS. Karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal itu merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan perusahaan berhasil meningkatkan tarap kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dengan harapan investor memperoleh tingkat return yang tinggi pula.

Dari teori-teori yang dikemukakan diatas maka dapat dsimpulkan bahwa earning per share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Dengan menggunakan rasio EPS, investor dapat mengetahui besarnya pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan per lembar saham maka perusahaan semakin baik kinerja perusahaannya.

Dengan semakin membaiknya kinerja perusahaan yang diakibatkan dari tingginya tingkat EPS hal itu dapat mempengaruhi perubahan return saham. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap return saham.


(43)

2.1.7.2 Hubungan Return On Equity Terhadap Return Saham

Cara yang sudah umum yang dilakukan oleh investor dalam menganalisis saham adalah melihat kelayakan kondisi suatu perusahaan adalah dengan cara menganalisis kinerja finansialnya. Salah satunya bisa dengan menganalisis tingkat profitabilitas perusahaan.

Adapun teori-teori yang menerangkan adanya hubungan antara ROE dengan return saham adalah sebagai berikut :

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:156)

Return on equity adalah rasio yang menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas (modal). ROE merupakan indikator penting bagi pemilik bank, karena menunjukkan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan dalam industri perbankan. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi di sektor perbankan semakin tinggi. Angka ROE yang tinggi akan menjadi daya tarik bagi pemegang saham untuk menambah modal.

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:119)

Return on equity merupakan rasio yang banyak diamati oleh oleh para pemegang saham baik itu pendiri maupun pemegang saham baru serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen yang merupakan bagian dari komponen return saham. Kenaikan dalam rasio ini menandakan terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Dengan adanya kenaikan harga saham bank maka akan mempengaruhi besarnya return saham yang akan diperoleh investor.


(44)

Dari teori yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ROE dengan return saham dimana apabila terjadi kenaikan pada ROE maka return saham juga akan mengalami kenaikan.

2.1.7.3 Hubungan Earning Per Share dan Return On Equity Terhadap Return Saham

Menurut Abdul Halim (2003:8), mengemukakan bahwa :

Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh profit. Apabila profit yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan tinggi, akan berpengaruh terhadap harga saham di bursa. Akibatnya permintaan akan saham tersebut meningkat, pada akhirnya harga saham akan meningkat sehingga return yang diperoleh akan meningkat. Dari teori yang dikemukakan diatas terlihat bahwa terdapat hubungan yang positif antara profit perusahaan dengan return yang akan diperoleh investor atas investasi yang dilakukan. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini profitabilitas perusahaan yang semakin baik akan mengakibatkan saham banyak diminati oleh investor sehingga harga saham suatu perusahaan menjadi tinggi. Dengan harga saham yang tinggi akan menyebabkan return yang tinggi pula.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan ROE, EPS dan return saham adalah sebagai berikut:


(45)

Dalam Jurnal Ekonomi dan Manajemen 1 (2), Desember tahun 2000, ISSN 1411-5794. Penelitian yang berjudul Pengaruh Earning Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaaan Aneka industri yang go public di Bursa Efek Jakarta. Sugeng mulyono mengemukakan bahwa variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dalam hal ini adalah harga saham setiap semester, sedangkan variabel independennya adalah Earning Per Share dan Earning Per Share. Alat analisis yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda, ordinary least square yang didasarkan pada pooling data, pengujian asumsi klasik, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas,. Subjek pada penelitian ini adalah perusahaan aneka industry yang sudah go public periode tahun 1992-1997. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial maupun siumultan EPS dan Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham perusahaan aneka industri yang go public di BEJ.

2. Askam Tuasikal

Dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Volume. 5, No.3 September 2002, ISSN 1410-6817. Penelitian yang berjudul Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Memprediksi Return Saham Studi Terhadap Perusahaan Pemanufakturan dan Nonpemnaufakturan. Askam Tuasikal mengemukakan bahwa variabel yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dalam hal ini adalah return saham pada perusahaan pemanufakturan dan nonpemanufakturan yang terdaftar di BEJ pada than 1996-1997, sedangkan variabel independennya adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROE, ROI,


(46)

NPM, rasio aktivitas, rasio pasar yang terdiri dari PER, PBV, dividend Yeald. Alat analisis yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda, pengujian asumsi model analisis secara total, uji multikolinearitas, dan uji homogenitas. Subjek pada penelitian ini adalah perusahaan pamnufakturan dan nonpemanufakturan periode tahun 1996-1997. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan pemanufakturan informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan tidak bermanfaat dalam memprediksi return saham untuk periode satu tahun ke depan. Untuk prediksi dua tahun ke depan, hasil pengujian menunjukkan informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan tertentu bermanfaat dalam memprediksi return saham. Pada perusahaan nonpemanufakturan, hasil pengujian menunjukkan bahwa informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan tidak bermanfaat dalam memprediksi return saham, baik untuk periode satu maupun dua tahun ke depan. 3. Bambang Pranowo

Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun 14.No.3 November 2009. Penelitian yang berjudul Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan. Bambang Pranowo mengemukakan bahwa variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dalam hal ini adalah harga saham, sedangkan variabel independennya adalah EPS, PER, DFL, ERR, DP, DY. Alat analisis yang digunakan peneliti adalah analisis regresi sederhana dan ganda dengan model path analysis dengan bantuan program SPSS versi 11.5 pada taraf signifikasi 5%, pengujian asumsi klasik, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas,. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang


(47)

tercatat (listing) di BEJ sampai akhir tahun 1998. Hasil penelitian ini adalah terbukti bahwa enam variabel independen penelitian DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY secara kolektif berpengaruh positif sangat meyakinkan terhadap volume penjualan, terbukti bahwa secara individual EPS akan diikuti searah dengan perubahan harga saham.

4. Agustina M.V Norpratiwi

Dalam Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol.18, No:1 April 2007. Penelitian yang berjudul Analisis korelasi investment opportunity set (IOS) terhadap return saham pada saat pelaporan keuangan perusahaan. variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dalam hal ini adalah return saham, sedangkan variabel independennya adalah MKTBKASS, MKTBKEQ, CAPBVA, EPS, PER. Alat analisis yang digunakan peneliti adalah analisis correlation

kendall’s, pengujian normalitas data. Hasil Penelitian ini adalah EPS dan PER berpengaruh terhadap return saham.

5. Harjun Muharam dan Hanung Sakti

Dalam Jurnal The Winners Vol.9 No.1 Maret 2008 ISSN 1412-121. Penelitian yang berjudul Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Kinerja Keuangan, dan Return Saham di Sekitar Pengumuman Stock Split. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas saham, kinerja keuangan, dan return saham sebagai variabel independen dan stock split sebagai variabel dependen. Pengambilan sampel adalah perusahaan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji


(48)

Multivariate Analysis of Variance (MANOVA), uji kolmogorov smirnov, uji homogenitas, uji univariat. Hasil dari penelitian ini adalah 13 perusahaan yang melakukan stock split saat stock split dan sesudah stock split. Tidak ada perbedaan antara laba bersih rata-rata per bulan perusahaan sebelum stock split, saat stock split dan stock split. Ada perbedaan antara return saham sebelum saat stock split dan stock split.

6. Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 5 No.2, September, tahun 2003, yang dikemukakan oleh Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Petra ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui faftor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham perusahaan jasa perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penulis menggunakan pendekatan Gordon, yaitu dividend discount model yang bersifat constant growth. Penulis menggunakan teknik regresi linear berganda. Teknik analisa data yaitu dengan menggunakan uji tidak bias (BLUE) dan uji kebebasan variabel bebas, yaitu dengan menggunakan teknik regresi metode langkah mundur (backward). Dalam penelitian ini, variabel bebas yang dianggap tidak layak akan dikeluarkan dari model persamaan regresi. Dilakukan juga uji homokedaktisitas dengan menggunakan rank spearman correlation. Berikutnya melakukan uji autocorrelation data dengan teknik Durbin-Watson.


(49)

Langkah terakhir dengan uji regresi model yang telah terkoreksi kemudian hasilnya dianalisa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang membentuk model penelitian adalah ROA, ROE, BVS, DER, return saham, beta saham, dan return market sebagai variabel bebas sedangkan variabel terikatnya adalah harga saham. Hasil uji parsial, yang berpengaruh signifikan terhadap variasi harga saham adalah BVS dan ROE. Variabel lainnya berpengaruh lemah. 7. Raas Perera dan S.S. Thrikawala

Dalam Journal of Finance and Economics Sri lanka, Vol. 17 Tahun 2009, Fakultas dan Perdagangan Studi Manajemen, Universitas Kelaniya, Sri Lanka. yang berjudul Studi Empiris tentang Relevansi Informasi Akuntansi dalam Keputusan Investasi . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga pasar per lembar (MPS) earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan earning yield (EY) sebagai variabel indepedennya dan return saham perusahaan sektor perbankan di Colombo Stock Exchange sebagai variabel dependen. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda dan pengujian korelasi. Hasil dari penelitian ini adalah relevansi nilai informasi keuangan pada perusahaan sektor perbankan pada Colombo Stock Exchange. Investor bereaksi menurut informasi akuntansi yang diterbitkan dalam laporan keuangan. Informasi keuangan memiliki kemampuan untuk menjelaskan harga saham dari sektor perbankan. Terdapat pengaruh yang signifikan antara MPS, EPS, ROE, EY terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Colombo Stock Exchange.


(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

Pasar modal merupakan salah satu wahana alternatif dalam berinvestasi khususnya investasi dalam jangka panjang dan sebagai media investasi bagi pemodal. Tiap-tiap pilihan investasi memiliki tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda-beda. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu sistem perekonomian.

Investor adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. Motivasi utama investor dalam menginvestasikan dananya dalam bentuk saham adalah memperoleh Return atau imbal hasil dari investasi. Salah satu analisis yang dapat dimanfaatkan oleh investor adalah analisis fundamental. Analisis fundamental adalah analisis berdasarkan laporan keuangan (financial report) yang diterbitkan oleh emiten. Laporan keuangan memiliki kandungan informasi apabila laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi oleh para investor.

Menurut Sunariyah (2006:4)

“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimilki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu komitmen atas dana yang dibuat untuk Iujuan untuk mendapatkan laba yang positif di masa satu tahun dengan diinvestasikan pada satu atau lebih aktiva, yang berjangka


(55)

waktu lebih dari satu tahun dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang positif di masa yang akan datang.

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Para pemodal dan analis keuangannya berkepentingan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi mereka. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan laporan keuangan perusahaan dengan tujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan serta mengidentifikasi kecenderungan dan pertumbuhan yang mungkin ada. Dengan adanya informasi keuangan dapat membantu mereka untuk memutuskan tindakan, apakah untuk membeli, menahan, atau menjual saham suatu perseroan.

Keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham adalah dividen dan capital gain. Jadi investasi terdiri dari dua unsur yang sangat penting risiko dan tingkat keuntungan. Suatu investasi dapat dikatakan menguntungkan (profitable) apabila investor tersebut dapat membuat pemodal (investor) menjadi lebih makmur. Dengan kata lain kemakmuran investor menjadi lebih besar setelah melakukan investasi. Berinvestasi di pasar modal akan memberikan keuntungan yang sangat besar apabila investor mampu mengambil keputusan yang tepat setiap saat dalam melakianukan investasi. Namun keputusan tersebut tidak terlepas dari kondisi di masa yang akan datang yang penuh dengan ketidakpasimbangan di dalam mengambil suatu keputusan.


(56)

Salah satu informasi yang dapat digunakan investor adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaaan yang bersangkutan. Agar dapat diketahui bagaimana kinerja suatu perusahaan dalam memberikan keuntungan atau tingkat pengembalian bagi perusahaan itu sendiri maupun kepada investornya.

Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan serta kinerja keuangan. Analisis keuangan perlu melakukan pemeriksaaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan selama pemeriksaaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio). Salah satu pertimbangan yang digunakan investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan adalah Earning Per Share yang merupakan salah satu rasio profitabilitas.

Menurut Sutrisno (2009:223) mengemukakan bahwa:

Earning Per Share merupakan salah satu bagian dari rasio profitabilitas perusahaan yang mana para pemilik menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earning Per Share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik.

EPS yang dihasilkan perusahaan merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan, yang seringkali dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan dalm saham.


(57)

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:139):

“Semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.

Menurut Lukman Syamsudin (2007:66-67) menyatakan bahwa:

Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS. Karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal itu merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan perusahaan berhasil meningkatkan tarap kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dengan harapan investor memperoleh tingkat return yang tinggi pula.

Dari teori-teori yang dikemukakan diatas maka dapat dsimpulkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham. Selain EPS itu rasio profitabilitas lain yang perlu diperatikan adalah return on equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa). Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, sering kali dijadikan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan. ROE merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir.


(58)

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:156)

Return on equity adalah rasio yang menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas (modal). ROE merupakan indikator penting bagi pemilik bank, karena menunjukkan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan dalam industri perbankan. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi di sektor perbankan semakin tinggi. Angka ROE yang tinggi akan menjadi daya tarik bagi pemegang saham untuk menambah modal.

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:119)

Return on equity merupakan rasio yang banyak diamati oleh oleh para pemegang saham baik itu pendiri maupun pemegang saham baru serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen yang merupakan bagian dari komponen return saham. Kenaikan dalam rasio ini menandakan terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Dengan adanya kenaikan harga saham bank maka akan mempengaruhi besarnya return saham yang akan diperoleh investor.

Dari teori yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ROE dengan return saham dimana apabila terjadi kenaikan pada ROE maka return saham juga akan mengalami kenaikan. Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut


(59)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pasar Modal Investor

Analisis Teknikal Analisis Fundamental

Laporan Keuangan

Rasio Keuangan

Rasio Profitabilitas Rasio Likuiditas, Rasio

Aktivitas, dan Rasio Leverage

EPS (X1)

ROE (X2)

Return Saham (Y)


(60)

Berdasarkan skema kerangka pemikiran di atas, menunjukkan bahwa earning per share dan return on equity merupakan rasio profitabilitas yang penting dalam pertimbangan keputusan investasi yang dapat mempengaruhi return saham. Jika earning per share dan return on equity tinggi maka perusahaan memiliki rasio profitabilitas yang baik, dengan demikian maka akan mengakibatkan return saham juga tinggi.

Untuk dapat menguraikan lebih jelas, penulis akan menyajikan dalam paradigma penelitian :

Earning Per Share

- Laba setelah bunga dan pajak

- Jumlah lembar saham yang beredar (Tandelilin, 2010:374)

(X1)

Return On Equity

- Earning After Tax

- Modal Sendiri (Sutrisno, 2009:223)

(X2)

Return saham (Y) - Harga penutupan saham akhir - Harga penutupan saham awal (Mohamad Samsul, 2009:292)

Lukman Syamsudddin, 2007:66

Abdul Halim (2003:8)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Mandala Manurung dan Prathama


(61)

2.3. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010:84) dikatakan bahwa :

“Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitian.”

Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mengambil hipotesis sementara dalam memecahkan masalah tersebut, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial antara Earning Per Share dan Return On Equity terhadap Return Saham.


(1)

140 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai earning per share dan

return on equity pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan subsektor

perbankan yang terdaftar di BEI periode 2005-2009, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Perkembangan earning per share (EPS) dari tahun 2005 sampai dengan 2009 cenderung mengalami kenaikan, dimana kenaikan yang sangat tinggi terjadi dari tahun 2007 yang berarti bahwa kenaikan EPS akan berdampak pada kenaikan return saham sehingga return saham yang diperoleh meningkat. 2) Perkembangan return on equity (ROE) pada perusahaan subsektor perbankan

yang terdaftar di BEI dari tahun 2005 sampai dengan 2009 cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun kenaikan terjadi yang sangat tinggi pada tahun 2008, yang berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tahun 2008 sangat tinggi. Sementara itu, penurunan ROE hanya terjadi di tahun 2007 disebabkan oleh adanya tingkat bunga yang tinggi dan inflasi. sehingga kemampuan perusahaan menghasilkan laba mengalami penurunan di tahun 2007. Selanjutnya akan berdampak pada keputusan investor dalam melakukan keputusan investasi karena kemampuan


(2)

141

perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemilik bank mengalami penurunan.

3) Perkembangan return saham pada perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2005 sampai dengan 2009 cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, dimana kenaikan yang sangat tinggi terjadi dari tahun 2008 ke tahun 2009. Kenaikan return saham ini mengindikasikan pada tahun 2009, kondisi perekonomian mulai membaik setelah kondisi krisis global di tahun 2008. Dari segi mikro ekonomi yang dinilai dengan earning

per share danreturn on equity mengalami kenaikan yang besar di tahun 2009,

sehingga return saham perusahaan pun meningkat pula dan return juga meningkat. Sementara itu, penurunan yang sangat tinggi hanya terjadi dari tahun 2007 ke tahun 2008. Penurunan ini diakibatkan adanya krisis global di tahun 2008. Namun dari segi faktor mikro ekonomi yaitu return on equity, di tahun 2008 tidak mempengaruhi penurunan return saham. Dimana earning

per share di tahun 2007 meningkat paling tinggi. Hal ini menandakan bahwa

return saham tidak selalu dipengaruhi oleh faktor makro ekonomi dan faktor

mikro ekonomi secara bersamaan. secara simultan earning per share dan

return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. earning

per share (X1) dan return on equity (X2) mempengaruhireturn Saham (Y)s

elama tahun 2005 sampai dengan 2009 adalah sebesar 1% sedangkan sisanya sebesar 99% di pengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti rasio-rasio keuangan lainnya yang tidak diteliti seperti:PER,PBV, EVA dll. Dan analisis penilain


(3)

yang digunakan investor yaitu selama kurun waktu lima tahun kebanyakan investor menggunakan analisis teknikal sebagai analisis saham yang merupakan analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar dan hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga saham tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu, seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis, maupun pengaruh isu-isu lainnya.sebagai dasar pertimbangan penanaman modal terutama dalam bentuk saham. dan faktor ekonomi makro lainnya seperti kenaikan tingkat suku bunga dan inflasi. Adapun secara parsial bahwa

earning per share mempunyai hubungan positif dan tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham dan return on equity mempunyai hubungan negatif tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka penulis ingin memberikan saran bagi perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009, yaitu sebagai berikut:

1) Bagi perusahaan subsektor perbankan sebaiknya terus meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja keuangannya terutama yang berkaitan dengan rasio kemampulabaan sehingga dengan rasio kemampulabaan yang baik akan


(4)

143

menimbulkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut.

2) Bagi investor yang ingin berinvestasi di Bursa Efek Indonesia khususnya perusahaan subsektor perbankan hendaknya juga menggunakan dasar analisis fundamental khususnya dalam mencermati kinerja perusahaan dalam menentukan portofolio investasinya.

3) Perusahaan subsektor perbankan diharapakan memiliki kepekaan terhadap perubahan kondisi makroekonomi dan memiliki strategi-strategi baru untuk meningkatkan laba agar tidak terlalu terkena dampak dari perubahan makroekonomi tersebut. Selain itu perusahaan subsektor perbankan serbaiknya melakukan inovasi produk dan peningkatan kualitas manajemen yang mencakup segala aspek. Tujuan penyesuaian, perbaikan dan peningkatan kualitas manajemen tersebut adalah agar semakin mampu menjalankan fungsi intermediasinya dalam rangka memperoleh laba.


(5)

93 Jakarta.

Dahlan Siamat. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan

Perbankan. Edisi Kelima, Lembaga Penerbitan FEUI : Jakarta.

Damodar Gujarati. (2005). Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Dewi Astuti. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.

Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani. (2003). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(2), 171-180.

Eduardus Tandelilin. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama, Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Graha Ilmu : Jakarta.

Jonathan Sarwono. (2005). SPSS 15 Teori dan Latihan, Edisi 11, PT. Danamartha Sejahtera Utama, Bandung.

Kamaruddin Ahmad. (2004). Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Lukman Dendawijaya. (2005). Manajemen Perbankan. Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia : Bogor.


(6)

94

Martono dan Agus Harjito. (2002). Manajemen Keuangan. Cetakan Kedua, Penerbit Ekonisia : Yogyakarta.

Mohamad Samsul. (2006). Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap. (2008). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sugeng Mulyono. (2000). Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 1(2), 99-116.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Penerbit Alfabeta : Bandung.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta : Bandung.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh, Penerbit Ekonisia : Yogyakarta.

Tjiptono Darmadji & Hendry M. (2011). Pasar Modal di Indonesia. Edisi Tiga, Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

Umi Narimawati, Sri Anggadini, & Linna Ismawati. (2010). Penuliisan Karya Ilmiah-Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, Earning Per Share terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

2 51 99

Pengaruh ukuran perusahaan, Leverage, economic value added, return on investment, dan earning pershare terhadap return yang diterima pemegang saham (studi empiris pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia)

0 9 123

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Pengaruh Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI)

1 19 105

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), PRICE EARNING RATIO (PER), EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Burs

0 1 15

Pengaruh Earning Per Share, Divident Per Share dan Return On Equity terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014.

0 0 22

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar di BEI ( Periode Tahun 2005-2009 ).

0 0 6

Pengaruh Return On Assets, Return On Equity, Earning Per Share, Dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham Perusahaan Food And Beverages yang Terdaftar di BEI.

0 0 1

Analisis Pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, Earning Per Share terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

0 0 11