Metode Penelitian Pendekatan Penelitian Metode Penelitian

7

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya untuk perbaikan pada kondisi-kondisi yang melatarbelakangi kemampuan membaca pada siswa low vision. Selain itu bagi guru-guru dan fihak-fihak yang menangani dan memberikan layanan pendidikan siswa low vision agar dalam pemberian layanan lebih memperhatikan kondisi dan kebutuhan para siswa, sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Harapan lain penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi guru- guru, lembaga penyelenggara pendidikan, dan para pemegang kebijakan agar dalam menentukan program dan kebijakan lebih memperhatikan kondisi lapangan.

F. Metode Penelitian

Keberadaan siswa low vision yang memiliki keberagaman kemampuan membacanya merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Dari fenomena tersebut peneliti mengambil sebagian saja karena memiliki hal-hal yang spesifik atau unik, yang diambil adalah siswa low vision dengan usia kalender sudah mencukupi untuk belajar membaca tapi masih kesulitan dalam membaca Braille atau pun huruf latin. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Berdasarkan studi pendahuluan, studi kasus ini mengambil beberapa kasus yang terjadi di SLB X Kabupaten Kuningan. Di SLB tersebut 8 ditemukan kasus siswa low vision yang sudah kelas V bahkan kelas VII belum mampu membaca. Padahal secara kajian teoritis usia tersebut telah mencukupi untuk menguasai keterampilan membaca lancar dan membaca pemahaman.

G. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, sebab penelitian ini berupaya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, mengutamakan proses bagaimana data dapat diperoleh sehingga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakan dalam penelitian. Sejalan yang dinyatakan oleh Moleong 2004 bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya; perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Data atau informasi yang diungkap berupa kata-kata baik secara lisan maupun secara tertulis, gambaran secara deskripsi berdasarkan pertanyaan penelitian yang diperoleh dari subyek tentang pendapatnya dan perbuatannya pada saat dilakukan penelitian.

H. Sumber Data dan Latar Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa low vision SLB X di Kabupaten Kuningan kelas V, kelas VII dan VIII. Selanjutnya sumber data ini disebut sebagai kasus. Pemilihan kasus ini didasarkan atas pertimbangan: 1. Memiliki masalah dalam kemampuan membaca permulaan 9 2. Telah mengikuti pembelajaran membaca lebih dari tiga tahun akan tetapi masih belum lancar membaca 3. Sisa penglihatannya memungkinkan membaca dengan menggunakan media huruf awas 4. Potensi akademiknya bagus berdasarkan nilai raport yang diperolehnya Sumber data yang lainnya adalah guru dan kepala sekolah. Kedua sumber data ini selanjutnya disebut sebagai informan. Adapun latar penelitian ini adalah sebuah sekolah luar biasa SLB di Kabupaten Kuningan, yang selanjutnya disebut SLB X. Di SLB tersebut terdapat siswa low vision yang sedang belajar membaca permulaan.

I. Penjelasan Istilah

1. Membaca Permulaan

M. Ngalim Purwanto 2002: 29 berpendapat bahwa: “Disebut pengajaran membaca permulaan jika pengajaran membaca itu yang diutamakan adalah 1 memberikan kecakapan kepada siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadikan rangkaian-rangkaian bunyi bermakna, 2 melancarkan teknik membaca pada anak -anak. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjukkan pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat”. Membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya”. Membaca permulaan merupakan tahapan awal proses belajar membaca bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar. Siswa belajar 10 mengenal huruf, merangkai huruf dan teknik-teknik membaca serta memahami isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu pembelajaran membaca awal harus dipersiapkan dengan baik sehingga mampu menumbuhkan minat baca dan kemampuan membaca yang benar.

2. Low Vision

Definisi low vision menurut Juang Sunanto 2004 bahwa: “Low Vision kurang lihat adalah mereka yang mengalami kelainan penglihatan sedemikian rupa tetapi masih dapat membaca huruf yang dicetak besar dan tebal baik menggunakan Alat Bantu penglihatan maupun tidak.” Sedangkan definisi Low Vision menurut WHO pada tahun 1992 adalah: “A person with low vision is one has impairment of visual functioning even after treatment andor standard refractive correction, and has a visual acuity of les then 618 2060 to light perception or a visual field of less than 10 degree from the point of fixation, but who uses or is potentially able to use, vision for the planning andor execution of a task”. Berdasarkan pengertian tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut: Bahwa low vision adalah a. Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan pada fungsi penglihatannya b. Ketajaman penglihatan 618 2060 sampai persepsi cahaya c. Luas pandangnya kurang dari 10 derajat d. Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan penglihatannya dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari-hari. 49 BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai: 1 metode penelitian, 2 pendekatan penelitian, 3 sumber data dan lokasi penelitian, 4 teknik pengumpulan data penelitian, dan 5 teknik analisis data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena secara umum dapat memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan komprehensif terhadap unit yang diteliti. Burhan Bungin 2003:23 secara lebih rinci menjelaskan keunggulan-keunggulan studi kasus sebagai berikut: 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas 2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan- hubungan yang mungkin tidak diharapkandiduga sbelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Yin 2009 berpendapat, Penelitian studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti”. Studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data 50 secara mendalam dengan melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks Creswell Herdiansyah, 2010. Lebih lanjut Miles dan Huberman 2007:15 menyatakan: “Studi kasus merupakan kajian yang rinci disuatu latar, suatu obyek, tumpuan atau suatu peristiwa tertentu”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: 1 sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; 2 sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel- variabelnya. Salah satu kekhususan penelitian studi kasus sebagai metoda adalah pada tujuannya. Melalui pertanyaan ‘apa’ dan ‘mengapa’ terkandung substansi dasar dalam kasus yang diteliti. Oleh sebab itu penelitian ini tepat apabila digunakan pada penelitian yang bersifat eksplanatori yaitu penelitian yang bersifat menggali penjelasan kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam objek yang diteliti. Kekhususan penelitian studi kasus yang lain adalah pada sifat objek yang diteliti. Menurut Yin 2009, kasus di dalam penelitian studi kasus bersifat kontemporer, masih terkait dengan masa kini, baik yang sedang terjadi, maupun telah selesai tetapi masih memiliki dampak yang masih terasa pada saat dilakukannya penelitian. Oleh karena itu, penelitian studi kasus tidak tepat digunakan pada penelitian sejarah, atau fenomena yang telah berlangsung lama, termasuk kehidupan yang telah menjadi tradisi atau budaya. Sifat kasus yang demikian juga didukung oleh 51 Creswell Afriani, 2009 yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus berbeda dengan penelitian grounded theory dan phenomenologi yang cenderung berupaya meneliti teori-teori klasik, atau definitif, yang telah mapan definitive theories yang terkandung dalam objek yang diteliti. Berikut ini adalah tiga model desain studi kasus menurut Yin 2008:29: 1. Studi kasus Exploratory. Ketika melaksanakan studi kasus eksploratory, maka kerangka kerja dan pengumpulan data boleh jadi dilaksanakan sebelum pertanyaan penelitian didefinisikan. Model penelitian ini boleh jadi digunakan sebagai pembuka dalam penelitian hubungan. 2. Studi kasus Explanatory. Studi kasus explanatory akan bermanfaat ketika digunakan dalam penelitian sebab akibat, terutama pada penelitian masyarakat atau organisasi yang kompleks, menginginkan suatu pertimbangan untuk menggunakan berbagai macam kasus untuk menguji beberapa pengaruh. Hal ini akan tercapai dengan menggunakan teknik Pattern-matching adalah situasi dimana beberapa bagian informasi dari beberapa kasus dikorelasikan dengan beberapa proposisi teori. 3. Studi kasus deskriptif. Eksplorasi harus deskriptif ini membutuhkan kehadiran investigator untuk mendeskripsikan teori yang menetapkan kerangka kerja yang menyeluruh untuk melakukan pengkajian mengenai gagasan-gagasan penelitian. Peneliti harus mampu menentukan sebuah awal penelitian bagian apa yang dianalisis dalam penelitian. 52 Berdasakan uraian di atas, maka studi kasus merupakan model penelitian yang dipilih oleh penulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan membaca permulaan di SLB X Kabupaten Kuningan ditinjau dari kondisi yang melatarbelakangi kemampuan membaca permulaan.

B. Pendekatan Penelitian