BAB IV PELAKSANAAN LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK
DALAM PENGADAAN BARANGJASA PADA BUMD KOTA MEDAN
E. Keberadaan LPSE di Kota Medan
LPSE menyelenggarakan pengadaan barangjasa pemerintah secara elektronik. Perusahaan Penyedia dapat mengikuti pengadaan dengan terlebih
dahulu mendaftar sebagai penyedia barangjasa. Pada Kota Medan sendiri diatur pada peraturan Walikota Medan nomor 38 tahun 2011 tentang Layanan
Pengadaan BarangJasa secara Elektronik LPSE Kota Medan, dalam peraturan Walikota tersebut juga menganjurkan BUMD mengunakan Layanan Pengadaan
Sistem Elektronik dalam melaksanakan Pengadaan barangjasa secara Elektronik Tujuan kegiatan ini untuk mendorong terlaksananya pengadaan barang dan
jasa yang bersih dan transparan. Apalagi masih tingginya pelanggaran hukum di bidang pengadaan barang dan jasa khususnya di Kota Medan
Keberadaan LPSE harus bisa dimanfaatkan oleh semua pihak untuk memantau proses tender yang sedang berlangsung termasuk BUMD, sehingga
tidak terjadi pelanggaran dalam proses penggandaan tersebut. Keberadaan LPSE sangat banyak memberi manfaat dalam proses mencegah korupsi, dibandingkan
cara tender konvensional. Karena tidak ada celah untuk melakukan suap, gratifikasi, mark up, intimidasi dan sebagainya. Selain itu, LPSE juga mengurangi
modal finansial yang dikeluarkan, kalau cara konvensional harus keluarkan banyak saat membuat dokumen, dengan LPSE hanya bermodal internet.
F. Pelaksanaan LPSE dalam Pengadaan BarangJasa Pada BUMD Kota
Medan Sebagaimana individu melakukan usaha guna memenuhi kebutuhan dan
kepentingan pribadinya, pemerintah juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan publik secara permanen dan konstan. Seperti halnya individu melakukan
hubungan kontraktual dalam memenuhi kebutuhannya maka pemerintah pun melaksanakan hal yang sama. Pola kontraktualisasi ini digunakan oleh pemerintah
sebagai salah satu cara dalam melaksanakan fungsinya disamping tindakan- tindakan sepihak unilateral acts yang didasarkan pada kewenangan dan perintah
authority and command.
18
Di dalam badan hukum mengenai badan hukum dikenal perbedaan antara badan hukum dan organ-organnya. Badan hukum adalah pendukung hak-hak
kebendaan harta kekayaan. Badan hukum melakukan perbuatan hukum melalui organ-organ yang mewakilinya. Perbedaan badan hukum dengan organ berjalan
paralel dengan perbedaan antara badan umum openbaar lichaam dengan organ pemerintahan. Pararelitas perbedaan itu kurang lebih tampak ketika menyangkut
hubungan hukum yang berkaitan dengan harta kekayaan dari badan umum yang digunakan oleh organ pemerintahan.
19
18
George Langrod, Administrative Contracts A Comparative Study, The American Journal of Comparative Law, Vol.IV, Number III, Summer 1995, p.325-326, dalam Yohanes
Sogar Simamora, op.cit., hlm. 77.
19
H.D. van WijkWillem Konijnenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht, hlm. 97 .
Pengaturan perihal para pihak dalam Pengadaan BarangJasa pemerintah melibatkan badan hukum privat dan publik. Perbedaan badan hukum publik dan
privat terletak dalam dua hal, yaitu segi pembentukannya atau cara terjadinya dan dari segi fungsinya. Apabila suatu badan dibentuk dengan Undang-Undang dan
didirikan dalam rangka menjalankan fungsi pelayanan kepentingan umum maka badan yang bersangkutan merupakan badan publik.
20
Terhadap badan hukum privat berlaku aturan dalam hukum perdata. Hubungan hukum yang dilakukan oleh badan hukum privat dengan demikian
tunduk dan dikuasai oleh hukum privat. Badan privat hanya dapat melaksanakan hubungan hukum yang sifatnya privat. Sebaliknya badan publik adalah badan
yang tunduk pada aturan hukum publik. Namun demikian badan publik dapat saja melakukan perbuatan yang berskala privat. Dalam hal demikian berlaku juga bagi
badan publik itu. Kontraktualisasi membawa implikasi kontrak yang dibuat pemerintah selalu
terdapat unsur hukum publik. Adanya unsur hukum publik dalam kontrak pemerintah menempatkan pemerintah dalam dua peran. Di satu sisi, sebagai
kontraktan pemerintah berkedudukan sebagai subjek hukum privat, di sisi lain dalam kedudukan sebagai badan hukum publik, pemerintah menjalankan fungsi
pelayanan publik. Dalam kaitan ini maka disamping pemerintah terikat pada ketentuan yang terdapat dalam konstitusi dan Undang-Undang, ia juga terikat
pada norma privat khususnya dalam hubungannya dengan kontrak.
20
Chaidir Ali, Badan Hukum, Bandung : Alumni, 1999, hlm.60-61
Dalam perspektif hukum publik, tindakan hukum pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dalam dan dipergunakan beberapa isntrumen hukum dan
kebijakan seperti peraturan perundang-undangan, kebijakan serta keputusan. Disamping itu, pemerintah juga menggunakan instrumen hukum keperdataan,
seperti perjanjian, dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Para pihak berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 16
Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBN jo. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1995 tentang Perubahan atas Keppres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
APBN jo. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1999 tentang Penyempurnaan Keppres Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan Keppres
Nomor 24 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan APBN, adalah sebagai berikut : 1.
Kepala kantorsatuan kerjapemimpin proyekbagian proyek Pengadaan yang dapat dilakukan oleh kepala kantorsatuan
kerjapemimpin proyekbagian proyek adalah pengadaan dengan nilai : a.
Sampai dengan Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah dilakukan secara pengadaan langsung di antara rekanan golongan ekonomi lemah;
b. Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah sampai dengan Rp.15.000.000,00 lima
belas juta rupiah dilakukan secara pengadaan langsung dengan SPK dari satu penawar rekanan golongan ekonomi lemah yang tercantum dalam
daftar rekanan golongan ekonomi lemah yang disusun oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat IIWalikotamadya;
c. Rp.15.000.000,00 lima belas juta rupiah sampai dengan
Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dilakukan berdasarkan
pemilihan langsung dengan SPK atau surat perjanjiankontrak, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar
golongan ekonomi lemah yang tercatat dalam DRM dan melakukan negosiasi, baik teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar
dan yang secara teknis dapat dipertanggungjawabkan; d.
Diatas Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dilaksanakan dengan surat perjanjiankontrak berdasarkan pelelangan umum atau pelelangan
terbatas. Untuk melaksanakan pelelangan umum, kepala kantorsatuan kerjapemimpin
proyekbagian proyek membentuk panitia pelelangan. 2.
Panitia Pelelangan Berdasarkan Lampiran I angka II.2 huruf e Keppres Nomor 16 Tahun
1994, Panitia ini mempunyai tugas: a.
Menyusun dan menetapkan : 1
Rencana Kerja dan Syarat RKS pengadaan barang dan jasa; 2
Tata cara penilaian pelelangan; 3
Syarat peserta pelelangan; 4
Perkiraan harga yang dikalkulasikan secaara keahlian profesional yang disahkan oleh kepala kantorsatuan kerja, atau pemimpin proyekbagian
proyek. b.
Mengadakan pengumuman mengenai pelelangan yang akan dilaksanakan melalui media massa, media cetak dan pada papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum;
c. Mengundang peserta yang tidak termasuk dalam DRM untuk mengikuti
prakualifikasi; d.
Memberikan penjelasan mengenai dokumen lelang, termasuk RKS, dan membuat berita acara penjelasan;
e. Melaksanakan pembukaan dokumen penawaran dan membuat berita acara
pembukaan dokumen penawaran; f.
Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta membuat berita acara hasil pelelangan;
g. Membuat laporan pertanggungjawaban mengenai hasil pelelangan kepada
pemberi tugas kepala kantorsatuan kerjapemimpin proyekbagian proyek. Panitia pelelangan sekurang-kurangnya terdiri atas 5 lima orang anggota
yang terdiri atas unsur : i perencanaan pekerjaankegiatan yang bersangkutan; ii penanggung jawab keuangan; dan iii penanggung jawab
perlengkapanpemeliharaan dari kantor satuan kerja atau Proyekbagian proyek yang bersangkutan.
Ketentuan Pengadaan BarangJasa pada periode ini menyebutkan para pihak dalam Pengadaan BarangJasa adalah :
a. Kepala kantorSatuan kerjaPemimpin proyekbagianproyekPejabat yang
disamakanditunjuk Pengertian para pihak yang dimaksud dalam butir a tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
1 Kepala kantorSatuan kerja : Pejabat struktural
departemenLPNDpemerintah daerah yang bertanggung jawab atas kegiatan yang dibiayai dari dana anggaran belanja rutin;
2 Pemimpin proyekbagian proyek : Pejabat yang diangkat
olehMenteriKepalaLPNDGubernurBupatiWalikotaKepala Kantor Wilayah DepartemenLPND atau pejabat setingkat yang bertugas untuk
memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu proyek yang dibiayai dari anggaran belanja pembangunan;
3 Pejabat yang disamakanditunjuk : Pejabat yang diangkat ditunjuk oleh
direksi BUMNBUMD atau badanlembaga pemerintah lainnya yang kedudukan dan fungsinya sama dengan kepala kantorsatuan
kerjapemimpin proyekbagian proyek di lingkungan instansi yang bersangkutan.
Pihak tersebut di atas dinyatakan sebagai pemilik pekerjaan yang memberi tugas kepada penyedia barangjasa untuk melaksanakan pekerjaan tertentu guna
memenuhi kebutuhan barangjasa tertentu Instansi Pemerintah yang bersangkutan atau disebut sebagai Pengguna barangjasa. Pengguna barangjasa bertanggung
jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan dan fungsional dari proses Pengadaan BarangJasa dan diangkat dengan Surat Keputusan yang
ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal DepartemenLembaga Non Departemen atau Sekretaris Wilayah Daerah PropinsiKabupatenKota atau pejabat yang
ditunjuk atas nama MenteriKepala Lembaga Pemerintah Non
DepartemenGubernurBupatiWalikotaDireksi BUMNBUMD atau pimpinan badanlembaga milik pemerintah lainnya.
Pasal 7 ayat 3 menyatakan bahwa tugas pokok Kepala kantorSatuan kerjapemimpin proyekbagian proyekPejabat yang disamakanditunjuk lainnya
dalam Pengadaan BarangJasa adalah : 1.
Menyusun rencana dan jadwal pelaksanaan proyekkegiatan bersangkutan; 2.
Mengangkatmenunjuk panitia Pengadaan BarangJasa 3.
Menetapkan paket-paket pekerjaan serta ketentuan mengenai kewajiban penggunaan produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan usaha bagi
Usaha Kecil dan Koperasi Kecil, Lembaga Swadaya Masyarakat serta masyarakat setempat;
4. Menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri HPS, jadwal tata
cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan; 5.
Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak calon penyedia barangjasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjiankontrak dengan pihak penyedia
barangjasa; 7.
Melaporkan pelaksanaanpenyelesaian Pengadaan BarangJasa kepada Pemimpin instansinya;
21
8. Memantau, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan perjanjiankontrak
yang bersangkutan;
21
Ibid
9. Menyerahkan aset proyek dengan berita acara kepada pejabat yang berwenang
pada instansi yang bersangkutan setelah proyek dinyatakan selesai. Kepala kantorSatuan kerjaPemimpin proyekbagian proyekPejabat yang
disamakanditunjuk berwenang menetapkan penyedia barangjasa untuk Pelelangan atau Pemilihan Langsung atau Penunjukan Langsung, yang bernilai
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah. Selain itu, berwenang pula menyatakan bahwa pelelangan gagal apabila : a sanggahan dari
penyelia barangjasa ternyata benar dan diterima oleh pejabat yang berwenang; b pelaksanaan pelelangan tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen yang telah
ditetapkan. Setelah proses Pengadaan BarangJasa selesai dilaksanakan, Kepala kantorSatuan kerjaPemimpin proyekbagian proyekPejabat yang
disamakanditunjuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan, baik secara sebagian atau seluruh pekerjaan, dan menugaskan
penyedia barangjasa untuk memperbaiki kekurangan dan atau mengganti pekerjaanpengadaan yang tidak sesuai dengan dokumen Kontrak sekaligus
menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dokumen Kontrak.
b. Panitia Pengadaan Berdasarkan Pasal 1 angka 4, panitia pengadaan adalah Panitia Pelelangan
atau Panitia Pemilihan Langsung atau Panitia Penunjukan Langsung yang ditugasi untuk melaksanakan Pengadaan BarangJasa oleh kepala kantorSatuan
kerjaPemimpin proyekbagian proyekpejabat yang disamakanditunjuk yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
c. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;
d. Menyiapkan dokumen pengadaan, dokumen prakualifikasi termasuk kriteria
dan tata cara panitia penawaran dan dokumen pengadaan lainnya e.
Mengumumkan Pengadaan BarangJasa melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika memungkinkan melalui
media elektronik f.
Menyusun daftar awal calon penyedia barangjasa yang memenuhi persyaratan klasifikasi bidang dan sub bidang usaha dan kualifikasi untuk
diundang mengikuti pengadaan dan bila diperlukan meminta pembuktikan kebenaran atas kualifikasi dan klasifikasinya;
g. Menyampaikan undangan kepada para calon peserta pelelangan lainnya untuk
mengikuti prakualifikasi, bila jumlah peserta lelang yang mendaftar dan memenuhi syarat pada prakualifikasi awal, kurang dari 3 tiga calon;
h. Memberikan penjelasan mengenai dokumen pengadaan termasuk syarat-syarat
penawaran, cara penyampaian dan tata cara evaluasinya yang dimuat dalam berita acara pemberian penjelasan;
i. Membuka dokumen penawaran dan membuat berita acara pembukaan
penawaran; j.
Menilai penawaran yang masuk, mengadakan klarifikasi dan menetapkan urutan atau calon pemenang pelelangan, melakukan negosiasi dalam hal
Pemilihan LangsungPenunjukkan Langsung dan membuat berita acara dari kegiatan tersebut;
k. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pengguna
barangjasa yakni kepala kantorSatuan kerjaPemimpin proyekbagian proyekpejabat yang disamakanditunjuk.
Panitia berwenang menyatakan lelang gagal apabila jumlah penyedia barangjasa yang memenuhi syarat untuk diundangkan kurang dari 3 tiga peserta
atau jumlah penyedia barangjasa yang memasukan penawaran kurang dari 3 tiga peserta, atau tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi
dan teknis. Pada periode ini para pihak yang menangani proses Pengadaan
BarangJasa pemerintah diatur lebih komprehensif dibanding pada periode- periode sebelumnya. Namun, tidak dinyatakan secara tegas sebagai suatu
organisasi pengadaan yang memiliki tugas pokok dan kewajiban.22 Menelusuri pasal-pasal dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003,
ditemukenali bahwa dalam Bagian Kedua disebutkan perihal “Tugas Pokok dan Persyaratan Para Pihak”, terdiri dari Pengguna BarangJasa pasal 9 dan
PanitiaPejabat Pengadaan pasal 10. Namun, dalam perjalanannya Keputusan Presiden ini mengalami perubahan, salah satunya menyangkut para pihak.
Berikut para pihak dimaksud sebagaimana tugas pokok dan kewajibannya tertuang pada Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya :
a. Pengguna Anggaran PAKuasa Pengguna Anggaran KPA PA yang dimaksud dalam Keputusan Presiden ini sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
22
Pasal 5 Keppres Nomor 80 tahun 2003 menyatakan bahwa para pihak dalam Pengadaan BarangJasa terdiri dari pengguna barangjasa, penyedia barangjasa, serta pihak lain yang terkait.
Perbendaharaan Negara, yakni pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian NegaraLembagaSatuan Kerja Perangkat Daerah.
Sedangkan yang dimaksud dengan KPA adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaran KementerianLembagaSatuan
Kerja Perangkat Daerah. Dalam organisasi struktural pemerintah, KPA biasanya dijabat oleh pejabat eselon II setingkat DirekturSekretaris Direktorat Jenderal
atau pejabat eselon III Kepala Satuan Kerja di daerah. b. Pejabat Pembuat Komitmen PPK
PPK adalah Pejabat yang diangkat oleh Pengguna AnggaranKuasa Pengguna AnggaranDewan Gubernur Bank Indonesia BIPemimpin Badan
Hukum Milik Negara BHMNDireksi Badan Usaha Negara Milik Negara BUMNBadan Usaha Milik Daerah BUMD sebagai pemilik pekerjaan, yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan BarangJasa. Tugas pokok PPK sebagaimana telah ditetapkan dalam Keppres adalah
sebagai berikut :
23
a. Menyusun perencanaan Pengadaan BarangJasa;
b. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan
penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;
c. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri HPS, jadual, tata cara
pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan pejabat pengadaanunit layanan pengadaan;
23
Pasal I angka 4 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
BarangJasa Pemerintah
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitiapejabat pengadaanunit
layanan pengadaan sesuai kewenangannya; e.
Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barangjasa sesuai ketentuan yang berlaku;
f. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjiankontrak dengan pihak penyedia
barangjasa; g.
Melaporkan pelaksanaanpenyelesaian Pengadaan BarangJasa kepada pimpinan instansinya;
h. Mengendalikan pelaksanaan perjanjiankontrak;
i. Menyerahkan aset hasil Pengadaan BarangJasa dan asset lainnya kepada
Menteri Panglima TNI Kepala Polri Pimpinan Lembaga Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara Pimpinan Kesekretariatan Komisi
Gubernur Bupati Walikota Dewan Gubernur BI Pemimpin BHMN Direksi BUMNBUMD dengan berita acara penyerahan;
j. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan Pengadaan BarangJasa
dimulai. Selain tugas pokok sebagaimana disebut diatas, PPK mempunyai
kewajiban, antara lain: 1 menyimpan dan memelihara seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan BarangJasa termasuk berita acara proses
pelelanganseleksi; dan 2 memberikan tanggapaninformasi mengenai Pengadaan BarangJasa yang berada di dalam batas kewenangannya kepada
peserta pengadaanmasyarakat yang mengajukan pengaduan atau yang memerlukan penjelasan.
PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barangjasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan
mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatanproyek yang dibiayai dari APBNAPBD. Namun, dapat melaksanakan proses Pengadaan
BarangJasa sebelum dokumen anggaran disahkan asepanjang anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan penerbitan surat
penunjukan penyedia barangjasa SPPBJ dan penandatangan kontrak Pengadaan BarangJasa dilakukan setelah dokumen anggaran untuk kegiatanproyek
disahkan. c. PejabatPanitia PengadaanUnit Layanan PengadaanULP Procurement Unit
Pada periode sebelumnya, dimana Pengadaan BarangJasa diatur dalam Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000, istilah pejabat pengadaan tidak
dikenaltidak diatur. Pada periode ini pejabat pengadaan dibentuk dengan latar belakang efisiensi serta efektifitas penggunaan sumber daya manusia yang
menangani Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Selain itu, berdasarkan perubahan ke-empat Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 dibentuk pula ULP yakni satu
unit yang terdiri dari pegawaipegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian Pengadaan BarangJasa pemerintah, yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran
Gubernur Bupati Walikota Dewan Gubernur BI Pimpinan BHMN Direksi BUMN Direksi BUMD yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan
pemilihan penyedia barangjasa di lingkungan Departemen Lembaga Sekretariat Lembaga Tinggi Negara Pemerintah Daerah Komisi BI
BHMNBUMNBUMD.
Panitia pengadaan wajib dibentuk apabila nilai pengadaan diatas Rp.50.000.000,00. Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp.50.000.000,00 dapat
dilaksanakan oleh panitia atau pejabat pengadaan. Adapun ULP dapat melakksanakan proses pengadaan dengan nilai dibawah ataupun sampai dengan
Rp.50.000.000,00. Panitia berjumlah ganjil, sekurang-kurangnya 3 tiga orang[46] yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaankegiatan
yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan. Sedangkan pejabat
pengadaan hanya 1 satu orang. Pada prinsipnya, seluruh pegawai negeri dari instansi bersangkutan yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dituangkan dalam Keppres dapat menjadi panitiapejabat pengadaananggota ULP, kecuali : 1 Pejabat Pembuat Komitmen
dan bendahara; 2 Pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKPInspektorat Jenderal DepartemenInspektorat Utama
Lembaga Pemerintah Non DepartemenBadan Pengawas Daerah PropinsiKabupatenKota, Pengawasan Internal BIBHMNBUMN BUMD
kecuali menjadi panitiapejabat pengadaananggota unit layanan pengadaan untuk Pengadaan BarangJasa yang dibutuhkan instansinya; 3 Pejabat yang bertugas
melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran danatau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah pembayaran.
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab pejabatpanitia pengadaananggota unit layanan pengadaan adalah :
a. Menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;
b. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri HPS;
c. Menyiapkan dokumen pengadaan;
d. Mengumumkan Pengadaan BarangJasa di surat kabar nasional danatau
provinsi danatau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;
e. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;
f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
g. Mengusulkan calon pemenang;
h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat
pembuat komitmen danatau pejabat yang mengangkatnya; i.
Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan Pengadaan BarangJasa dimulai.
Tanda buktipengakuan atas kompetensi dan kemampuan di bidang pengadaan, dalam bentuk sertifikasi keahlian Pengadaan BarangJasa pemerintah
bagi pejabat danatau panitia pengadaan, baru diperkenalkan untuk kemudian dipersyaratkan oleh Keppres pada periode ini. Dengan diaturnya kepemilikan
sertifikat keahlian bagi pejabat danatau panitia pengadaan, diharapkan proses Pengadaan BarangJasa dapat berjalan lebih baik dan lebih profesional dibanding
sebelumnya. Para pihak dalam pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah atau
dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 disebut sebagai Organisasi Pengadaan terdiri dari:
24
24
Ibid
a. Pengguna Anggaran PAKuasa Pengguna Anggaran KPA Berdasarkan pasal 8, PA mempunyai tugas dan kewenangan sebagai
berikut : a.
Menetapkan Rencana Umum Pengadaan; b.
Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website KLDI;
c. Menetapkan PPK;
d. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. Menetapkan PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
f. Menetapkan:
1 pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung
untuk paket Pengadaan BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya dengan nilai diatas Rp.100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah; Atau
2 pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk
paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp.10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
h. Mengawasi pelaksanaan anggaran;
i. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; j.
Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULPPejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan
k. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan
BarangJasa.
Penetapan KPA, berdasarkan pasal 10, dalam organisasi pengadaan dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. KPA pada KementerianLembagaInstitusi pusat lainnya merupakan Pejabat
yang ditetapkan oleh PA; 2.
KPA pada Pemerintah Daerah merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul PA;
3. KPA untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ditetapkan oleh PA
pada KementerianLembagaInstitusi pusat lainnya atas usul Kepala Daerah. 4.
KPA memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA. PAKPA diberi kewenangan untuk menyatakan suatu
PelelanganSeleksiPemilihaan Langsung gagal dengan kondisi dan syarat tertentu. Berikut bunyi lengkap pasal 83 ayat 3 :
PAKPA menyatakan PelelanganSeleksiPemilihan Langsung gagal apabila: 1.
PAKPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani SPPBJ karena proses PelelanganSeleksi Pemilihan Langsung tidak sesuai
dengan Peraturan Presiden ini; 2.
Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP danatau PPK ternyata benar;
3. Dugaan KKN danatau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan
PelelanganSeleksiPemilihan Langsung dinyatakan benar oleh pihak berwenang;
4. Sanggahan dari Penyedia BarangJasa atas kesalahan prosedur yang
tercantum dalam Dokumen Pengadaan Penyedia BarangJasa ternyata benar
5. Dokumen Pengadaan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini;
6. Pelaksanaan PelelanganSeleksiPemilihan Langsung tidak sesuai atau
menyimpang dari Dokumen Pengadaan; 7.
Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 mengundurkan diri; atau
8. Pelaksanaan PelelanganSeleksiPemilihan Langsung melanggar Peraturan
Presiden ini. b. Pejabat Pembuat Komitmen PPK
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 ayat 1 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, PPK yang ditetapkan oleh PA tersebut, memiliki tugas pokok dan
kewenangan sebagai berikut : 1 Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan BarangJasa yang meliputi :
a Spesifikasi teknis BarangJasa; b Harga Perkiraan Sendiri HPS; dan
c Rancangan Kontrak. 2 Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia BarangJasa;
3 Menandatangani Kontrak; 4 Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia BarangJasa;
5 Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
6 Melaporkan pelaksanaanpenyelesaian Pengadaan BarangJasa kepada PAKPA;
7 Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan BarangJasa kepada PAKPA
dengan Berita Acara Penyerahan; 8
Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PAKPA setiap triwulan; dan
10 Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan BarangJasa.
Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana tersebut di atas, PPK dapat mengambil langkah yang dianggap perlu, seperti:
25
c. Unit Layanan Pengadaan ULPPejabat Pengadaan i mengusulkan kepada
PAKPA untuk melakukan perubahan terhadap paket pekerjaan dan jadwal kegiatan pengadaan; ii menetapkan tim pendukung; iii menetapkan tim atau
tenaga ahli pemberi penjelasan teknis aanwijzer untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan iv menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
Penyedia BarangJasa.
ULP wajib dibentuk oleh MenteriPimpinan LembagaKepala DaerahPimpinan Institusi yang di seluruh KLDI yang dipimpinnya. Perangkat
organisasi ULP sekurangkurangnya terdiri dari kepala, sekretariat, staf pendukung dan kelompok kerja. Apabila di Keppres sebelumnya ULP melaksanakan seluruh
pengadaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000,00 kini terdapat sedikit perbedaan,
25
Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Pada Keppres Nomor 80 Tahun 2003, para pihak tidak disebutkan secara tegas sebagai organisasi pengadaan. Organisasi
pengadaan sebagaimana disebut di atas merupakan organisasi pengadaan untuk pengadaan melalui penyedia barangjasa, sedangkan bagi pengadaan yang dilaksanakan secara swakelola tidak
menggunakan ULP.
yakni ULP melaksanakan Pengadaan BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya dengan nilai diatas Rp.100.000.000,00 dan Pengadaan Jasa Konsultansi dengan
nilai diatas Rp.50.000.000,00. Sama dengan para pihak lainnya, ULPPejabat Pengadaan juga mempunyai kewenangan dan tugas pokok sebagaimana tercantum
dalam pasal 17 ayat 2, yaitu : 1
Menyusun rencana pemilihan Penyedia BarangJasa; 2
Menetapkan Dokumen Pengadaan; 3
Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran; 4
Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan BarangJasa di website KLDI masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta
menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;
5 Menilai kualifikasi Penyedia BarangJasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi; 6
Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk;
7 Membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada
MenteriPimpinan LembagaKepala DaerahPimpinan Institusi; 8
Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan BarangJasa kepada PAKPA.
9 Khusus untuk ULP :
a Menjawab sanggahan; b Menetapkan Penyedia BarangJasa untuk:
1 Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah
2 Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah
3 Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia BarangJasa
kepada PPK; 4
Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia BarangJasa; 10 Khusus untuk Pejabat Pengadaan :
a Menetapkan Penyedia BarangJasa untuk:
1
Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan BarangPekerjaanKonstruksiJasa Lainnya yang bernilai
paling tinggi Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah;
2
Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah; b Menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia BarangJasa kepada
PAKPA; Anggota ULP dilarang duduk sebagai PPK, Pengelola Keuangan[50] dan
APIP, terkecuali menjadi Pejabat Pengadaananggota ULP untuk Pengadaan BarangJasa yang dibutuhkan instansinya. Guna memperjelas dokumen pengadaan
yang diterima oleh peserta lelang, maka ULPPejabat Pengadaan dapat
memberikan penjelasan kepada para peserta lelang yang hadir. Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULPPejabat Pengadaan dilarang melakukan tindakan post
bidding, yaitu tindakan mengubah, menambah, mengganti danatau mengurangi Dokumen Pengadaan danatau Dokumen Penawaran setelah batas akhir
pemasukan penawaran.26 Berdasarkan pasal 83 ayat 1 dan 2 ULPPejabat Pengadaan selaku pihak yang
melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk, maka dapat menyatakan bahwa PelelanganSeleksiPemilihan Langsung gagal dengan berbagai sebab,
yaitu : 1.
Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 3 tiga peserta kurang dari 5 lima untuk Seleksi Umum atau kurang
dari 3 tiga untuk Seleksi Sederhana; 2.
Jumlah peserta yang memasukan Dokumen Penawaran untuk Pengadaan BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya kurang dari 3 tiga peserta;
3. Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar;
4. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran;
5. Dalam evaluasi penawaran ditemukan buktiindikasi terjadi persaingan
tidak sehat; 6.
Harga penawaran terendah terkoreksi untuk Kontrak Harga Satuan dan Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan lebih tinggi dari HPS
atau dari Pagu Anggaran untuk Seleksi;
26 Ibid
7. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk Kontrak Lump Sum diatas
HPS atau di atas Pagu Anggaran untuk Seleksi; 8.
Sanggahan hasil PelelanganSeleksi dari peserta ternyata benar; 9.
Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi danatau pembuktian
kualifikasi atau tidak hadir dalam klarifikasi dan negosiasi dengan alasan yang tidak dapat diterima dalam Seleksi. ULP wajib dibentuk KLDI
paling lambat pada Tahun Anggaran 2014. Penegasan perihal batas waktu akhir pembentukan ULP tidak diatur dalam Keppres sebelumnya.
d. PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan Dalam Keppres sebelumnya, PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan
tidak diatur. Keanggotaannya berasal dari pegawai negeri baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya, dengan tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan BarangJasa sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak; 2.
Menerima hasil Pengadaan BarangJasa setelah melalui pemeriksaanpengujian; dan
3. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan. Tindakan yang dilakukan oleh pejabat tata usaha negara mewakili
pemerintah dalam suatu hubungan kontraktual merupakan tindakan keperdataan. Dalam hal kontrak itu didahului dengan atau dituangkan dalam suatu keputusan,
maka keputusan yang dimaksud bukan merupakan keputusan tata usaha negara yang menjadi kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara.
Hal-hal yang menyangkut pembentukan, pelaksanaan, perubahan dan atau pemutusan perjanjian, sekalipun tertuang dalam bentuk keputusan harus dinilai
sebagai perbuatan hukum keperdataan. Keputusan yang demikian inilah yang menurut teori melebur dipahami sebagai keputusan yang melebur ke dalam
tindakan keperdataan. Terkait tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembayaran pelaksanaan Hukum tentang Keuangan Negara, melalui berbagai Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, secara garis besar telah menetapkan tata cara pembayaran bagi pelaksanaan kegiatan di satuan kerja,
misalnya pembayaran Pengadaan BarangJasa pemerintah, yakni : 1.
PPK dan bendahara pengeluaran berdasarkan bukti pelaksanaan kegiatan misalnya, dalam kegiatan Pengadaan BarangJasa, bukti yang dapat
digunakan antara lain Berita Acara serah Terima Pekerjaan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran SPP kepada Pejabat Penguji Tagihan.
2. Jika berdasarkan pengujian, pelaksanaan kegiatan benar maka pejabat
penguji menetapkan pembebanan anggaran dengan mengajukan SPM kepada Pejabat Penerbit SPM, sedangkan jika pelaksanaan kegiatan tidak
benar, maka SPP dikembalikan. 3.
Pejabat Penerbit SPM menyerahkan SPM ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN
27
27
Instansi vertikal Ditjen. Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen. Perbendaharaan
4. Berdasarkan SPM yang diajukan, KPPN menerbitkan Surat Perintah
Pencairan Dana SP2D kepada bank mitra. Bank mentransfer uang ke rekening bendahara pengeluaran atau ke rekening pihak ketiga.
5. Pembukuan KPPN dijadikan bahan Sistem Akuntansi Instansi SAI untuk
penyusunan laporan keuangan pemerintah. Dalam organisasi internal sebuah instansi, tanggung jawab Pengadaan
BarangJasa secara menyeluruh menjadi milik Pengguna Anggaran, namun jika dipandang dari sudut Pengadaan BarangJasa, tanggung jawab mutlak Pengadaan
BarangJasa berada pada Pejabat Pembuat Komitmen selaku penandatangan kontrak dengan pihak ketiga yang diberi mandat untuk melakukan Pengadaan
BarangJasa tertentu. Namun apabila dalam tahap proses Pengadaan BarangJasa Pengadaan
BarangJasa di lingkungan instansi pemerintah dan BUMD sampai dengan pengusulan pihak yang akan melaksanakan Pengadaan BarangJasa tersebut
terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka tanggung jawab sepenuhnya berada pada panitia pengadaan danatau pihak ketiga yang ditunjuk tersebut.
Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya bahwa dalam organisasi pengadaan pemerintah setiap instansi dimungkinkan untuk membentuk unit pengadaan
procurement unit. Namun demikian secara organisasi, tidak ada perbedaan mendasar dengan pengadaan yang tanpa melalui unit procurement sehingga
tanggung jawab masing-masing pihak dalam Pengadaan BarangJasa tetap sama. Para pihak dalam Pengadaan BarangJasa dalam konteks administrasi
negara memiliki wewenang yang diperoleh secara atributif. Wewenang yang
diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang- undangan. Dengan kata lain, organ pemerintahan memperoleh kewenangan secara
langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang- undangan.Sebagai contoh terdapat pada pasal 10 ayat 4 Perpres Nomor 54
Tahun 2010 yang berbunyi : “KPA memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA”. Berdasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Negara, Pengguna Anggaran
merupakan salah satu pejabat perbendaharaan Negara.
28
Dalam prakteknya, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, KPA dalam suatu instansikementerian lazim dijabat oleh pejabat eselon II setingkat
DirekturSekretaris DirektoratSekretaris InspektoratKepala PusatKepala Biro di pemerintahan pusat atau pejabat eselon III setingkat Kepala KantorSatuan Kerja
di pemerintahan daerah. Artinya pelimpahan wewenang tersebut dilakukan secara atributif. Hal tersebut dapat disebabkan oleh antara lain, beberapa hal berikut :
Dalam Pasal 4 ayat 1 dinyatakan bahwa MenteriPimpinan Lembaga adalah Pengguna
AnggaranPengguna Barang bagi kementerian negaralembaga yang dipimpinnya. Kembali pada bunyi pasal 10 ayat 4, KPA kemudian menjadi pejabat
perbendaharaan Negara, bukan karena amanah Undang-Undang namun karena pelimpahan wewenang. Pelimpahan wewenang inilah yang dicantumkan dalam
Peraturan Presiden untuk kemudian menjadi amanah para legislator dalam peraturan yang dibidaninya kepada lembaga eksekutif atau pemerintah.
28
Surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
•
Sebagai amanah dari pembuat Undang-Undang kepada organ pemerintahan Undang-Undang dalam arti materiil menyerahkan
wewenang tertentu kepada organ tertentu;
•
Antara PA dan KPA lazimnya terdapat hubungan hierarkhi kepegawaian. Oleh karena itu kewenangan yang ada tidak dapat diperoleh berdasarkan
delegasi hal ini juga terjadi pada pelimpahan wewenang dari PAKPA kepada PPK, ULPPejabat Pengadaan serta Pejabatpanitia Penerima Hasil
Pekerjaan;
•
PA yang telah melimpahkan wewenang tersebut kepada KPA tidak setiap saat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu. Oleh
sebab itu pelimpahan wewenang tersebut tidak bersifat mandaat. Dalam hal atribusi, penerima wewenang dapat menciptakan wewenang
baru atau memperluas wewenang yang sudah ada, dengan tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada
penerima wewenang atributaris. Wewenang-wewenang tersebut satu sama lainnya berbeda dan tidak terikat secara perdata karena diatur dalam norma peraturan
perundang-undangan. Tidak semua pejabat tata usaha negara yang menjalankan kewenangan
pemerintahan itu secara otomatis memikul tanggung jawab hukum. Badan atau pejabat TUN yang melakukan tindakan hukum atas dasar kewenangan yang
diperoleh secara atribusi dan delegasi adalah sebagai pihak yang memikul pertanggungjawaban hukum, sedangkan badan atau pejabat TUN yang
melaksanakan tugas dan pekerjaan atas dasar mandaat bukanlah pihak yang
memikul tanggung jawab hukum, yang memikul tanggung jawab adalah pemberi mandat mandans.
Para pihak bertanggung jawab berdasarkan wewenang yang tertulis dalam peraturan termasuk didalamnya bertanggung jawab atas setiap produk hukum
yang dihasilkan dari pelimpahan wewenang yang dimilikinya. Dengan demikian,
tidak setiap perbuatan hukum yang dilakukan salah satu pihak dalam sebuah
organisasi Pengadaan BarangJasa pemerintah memiliki tanggung jawab renteng terhadap pihak lainnya. Oleh karena itu, tidak serta merta Menteri sebagai PA ikut
memikul tanggung jawab dalam proses Pengadaan BarangJasa karena secara atributif Menteri sebagai PA tidak lagi memikul tanggung jawab hukum. Terlebih
dalam hal terjadi penyimpangan pengadaan, sangat tidak tepat jika tanggung jawab renteng dibebankan kepada pihak lain diluar organisasi Pengadaan
BarangJasa seperti organ struktural dan organ fungsional dalam institusi pemerintahan.
Menteri selaku PA dapat memikul tanggung jawab apabila diamanahkan dengan peraturan perundangan. Sebagai contoh :
•
Untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah, apabila PPK tidak sependapat dengan usulan panitiapejabat
pengadaan, maka PPK membahas hal tersebut dengan panitiapejabat pengadaan untuk mengambil keputusan. Apabila masih belum ada
kesepakatan maka dilaporkan kepada Menteri, dengan catatan keberatan dari PPK, untuk diputuskan dan bersifat final.
•
Untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah, apabila PPK danatau panitiapejabat pengadaan tidak
sependapat dengan keputusan Menteri, maka: 1 penetapan pemenang lelang atau keputusan lain diserahkan kepada Menteri dan panitiapejabat
pengadaan dan PPK tidak perlu melakukan perubahan berita acara evaluasi; 2 keputusan bersifat final.
Sehingga apabila dikemudian hari ditemukan penyimpangan atas Penetapan Pemenang Lelang atau keputusan lain oleh Menteri, maka berdasarkan
catatan keberatan dari PPK danatau berita acara evaluasi panitiapejabat pengadaan, tanggung jawab hukum berada pada Menteri, tidak lagi pada PPK
danatau panitiapejabat pengadaan.
•
Apabila PPK tidak bersedia menerbitkan SPPBJ karena tidak sependapat atas penetapan pemenang, maka diserahkan kepada PAKPA untuk
diputuskan dengan ketentuan : 1 apabila sependapat dengan PPK, dilakukan evaluasi ulang atau pelelangan dinyatakan gagal; 2 apabila
sependapat dengan ULP, PAKPA memutuskan penetapan pemenang oleh ULP bersifat final dan PAKPA memerintahkan PPK untuk mengeluarkan
SPPBJ
•
Dikeluarkannya Surat Penetapan Pemenang untuk : 1 Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya dengan nilai diatas Rp.100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah; atau 2 pemenang pada
Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp.10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah dengan tidak mengikuti ketentuan pada Perpres Nomor 54 Tahun
2010. Tanggung jawab renteng dalam hal terjadi penyimpangan dalam
Pengadaan BarangJasa terjadi apabila dapat dibuktikan terjadi persekongkolan antara para pihak dalam organisasi pengadaan maupun persekongkolan dengan
pihak lain diluar organisasi pengadaan. Atau dalam kondisi masing-masing pejabat terbukti melakukan kesalahan pribadi atas keputusan yang dibuatnya
sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak penyedia barangjasa. Apabila didasarkan pada teori perwakilan dan tindakan hukum dalam
bidang publik, dapatlah disebutkan bahwa pada hakikatnya yang terlibat dalam pergaulan hukum adalah yang diwakili atau jabatan, sedangkan pejabat atau wakil
hanyalah bertindak atas nama yang diwakili atau jabatan. Berdasarkan teori tersebut, terdapat 2 pendapat ahli hukum terkait pemikul tanggung jawab dan
beban kerugian yang ditimbulkannya, yaitu : 1
Secara pribadi pejabat yang bersangkutan tidak dapat dibebani tanggung jawab dan dituntut ganti rugi, dengan alasan karena pejabat itu bertindak
dalam rangka menyelenggarakan fungsi dan tugas Negara atau pemerintahan di bidang publik. Sehingga kesalahan atau kekeliruan itu
tidak terlepas dari fungsi dan tugas mereka dalam menjalankan tugas publik. Dengan alasan seperti ini, beban tanggung jawab dan tuntutan ganti
rugi secara pribadi dianggap tidak relevan.
2 Pejabat adalah manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya.
Kesalahan dan kekeliruan dalam pembuatan dan penerbitan KTUN berasal dari pribadi pejabat, bukan jabatan. Pada prinsipnya kewenangan, tugas dan
fungsi yang melekat pada jabatan itu tidak pernah dimaksudkan untuk diimplementasikan secara salah dan keliru. Terlebih saat pejabat tersebut
melakukan kesalahan secara subjektif atau melakukan tindakan dengan cara yang secara moral tercela atau bertindak dengan itikad buruk atau lalai.
G. Aspek Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengadaan BarangJasa