Indeks Kesukaran Instrumen Penelitian

Dian Purwanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = skor maksimal ideal bobot Suherman Sukjaya, 1990, hlm. 201 Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah: DP ≤ 0,00 sangat jelek 0,00 DP ≤ 0,20 jelek 0,20 DP ≤ 0,40 sedang 0,40 DP ≤ 0,70 tinggi 0,70 DP ≤ 1,00 sangat tinggi Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software Anates V4 tipe uraian, diperoleh hasil perhitungan daya pembeda untuk setiap soal sebagai berikut: Tabel 3.3 Daya Pembeda Tiap Butir Soal No. Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,11 Jelek 2 0,48 Baik 3 0,37 Cukup 4 0,44 Baik

4. Indeks Kesukaran

Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal. Jika soal tersebut terlalu sukar, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah karena sebagian yang besar mendapat nilai yang jelek. Sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak pada skor yang tinggi, karena sebagian besar siswa mendapat nilai baik. Dian Purwanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Pengujian indeks kesukaran ini dilakukan pada dua tipe soal yaitu tipe objektif dan tipe uraian. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu: Dengan: = indeks kesukaran = jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas = jumlah siswa kelompok bawah Suherman Sukjaya, 1990, hlm. 213 Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah: IK = 0,00 soal terlalu sukar 0,00 IK ≤ 0,30 soal sukar 0,30 IK ≤ 0,70 soal sedang 0,70 IK ≤ 1,00 soal mudah IK = 1 soal terlalu mudah Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software Anates V4 tipe uraian, diperoleh hasil perhitungan indeks kesukaran untuk setiap soal sebagai berikut: Dian Purwanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,30 Soal Sukar 2 0,57 Soal Sedang 3 0,73 Soal Mudah 4 0,69 Soal Sedang Adapun untuk rekapitulasi hasil ujicoba instrumen secara keseluruhan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Tes No. Soal Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran Reliabilitas 1 0,32 Rendah 0,11 Jelek 0,30 Sukar 0,90 Sangat Tinggi 2 0,78 Tinggi 0,48 Baik 0,57 Sedang 3 0,89 Tinggi 0,37 Cukup 0,73 Mudah 4 0,86 Tinggi 0,44 Baik 0,69 Sedang Berdasarkan analisis hasil ujicoba instrumen tes di atas, dapat dikatakan bahwa kualitas instrumen tes yang telah disusun cukup baik. Akan tetapi pada soal nomor 1, interpretasi daya pembedanya termasuk dalam kategori jelek. Melihat dari hasil jawaban siswa, hal tersebut dikarenakan kurang tepatnya dalam penggunaan kalimat pada soal sehingga siswa mengalami kesalahan dalam memahami soal. Dan karena terbatasnya waktu, maka instrumen soal nomor 1 tidak dirubah dan tetap digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dian Purwanti, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING : Studi Kuasi Eksperimen terhadap siswa salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.

1 1 46

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING: Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di salah satu SMP di Bandung Barat.

0 1 28

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY : Penelitian Eksperimen pada Kelas IX Salah Satu SMP di Kota Bandung.

1 2 56

Penerapan Accelerated Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Matematis Siswa SMP (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung).

6 26 73

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH: Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas VIII Pada Salah Satu SMP di Bandung.

7 24 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Bandung.

0 17 30

PENGARUH ACCELERATED LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAM : Studi Kuasi-Eksperimen Pada Salah Satu Smp Negeri Di Pekanbaru.

19 47 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP di Kota Bandung).

0 1 60