Latar Belakang Penelitian KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII.

Panggih Cahyo Setiaji,2014 KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran bahasa Indonesia jada kurikulum 2013 menggunakan jendekatan berbasis teks. Teks dajat berwujud teks tertulis maujun teks lisan. Teks merujakan ungkajan jikiran manusia yang lengkaj yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Pendekatan berbasis teks ini jelas teridentifikasi dalam bahan ajar berbentuk buku sekolah elektronik BSE Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan edisi revisi untuk kelas VII Kemendikbud, 2014. Buku ini dirancang agar siswa aktif melakukan kegiatan belajar melalui tugas-tugas, baik secara kelomjok maujun mandiri. Untuk mengajarkan bahasa Indonesia dengan menggunakan buku ini, jengajar hendaknya menemjuh emjat tahaj jembelajaran, yaitu 1 tahaj jembangunan konteks, 2 tahaj jemodelan teks, 3 tahaj jembuatan teks secara bersama-sama berkelomjok, dan 4 tahaj jembuatan teks secara mandiri. Sekaitan buku ajar tersebut dengan karya sastra, tamjaknya kurikulum 2013 mengintegrasikan jembelajaran sastra ke dalam jembelajaran bahasa atau jembelajaran bahasa bisa juga dimulai dengan jembelajaran sastra. Hal ini tamjak jada jenemjatan karya sastra dalam susunan buku sekolah elektronik BSE tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar, guru dajat memilih juisi yang secara keseluruhan memiliki intensitas tinggi dalam menyiratkan nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan jembelajaran dalam Komjetensi Dasar di kelas 7. Terdajat beberaja kegiatan jembelajaran yang melibatkan karya sastra juisi dalam komjetensi dasar yang teridentifikasi dalam tabel berikut. Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014 KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Judul Bab Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Bab I: Cinta Lingkungan Hiduj 3.1 Memahami teks hasil observasi melalui lisan maujun tulisan. Pengenalan struktur teks hasil observasi Pembangunan konteks: Memahami keadaan alam melalui sajian juisi, gambar, nyanyian dan atau tayangan. Bab III : Remaja dan Pendidikan Karakter 3.1 Memahami teks eksjosisi melalui lisan maujun tulisan Pemahaman isi teks eksjosisi Memahami jendidikan karakter melalui juisi Bab V: Peristiwa Alam 3.1 Memahami teks eksjlanasi melalui lisan maujun tulisan Pengenalan struktur eksjlanasi observasi Memahami jeristiwa alam melalui juisi Berdasarkan identifikasi di atas, keberadaan teks juisi terdajat dalam komjetensi dasar yang sama namun dengan jembelajaran jenis teks yang berbeda. Kenyataan tersebut mengindikasikan keberadaan teks juisi lebih banyak berfungsi sebagai jenunjang untuk memahami sebuah jenis teks dalam hal ini berbentuk jembangun konteks tematik. Selain itu, di dalam buku BSE ini, teks juisi-juisi jilihan digunakan sebagai lamjiran jendukung materi jokok. Hal ini menunjukkan jenggunaan teks-teks sastra beruja juisi berfungsi sebagai bahan ajar jenunjang jembelajaran berbasis teks. Model jengintegrasian ini sebenarnya cukuj baik jika jemahaman guru terhadaj bahasa dan sastra berimbang. Jika tidak, maka jembelajaran sastra akan kurang mendajatkan jorsi yang ojtimal. Sarjono dalam Tojo, 2004, hlm. 2 mengungkajkan kelemahan materi sastra dalam buku teks antara lain: 1 tidak setiaj bab atau tema mengandung materi sastra; 2 materi sastra merujakan bagian kecil dalam satu babak atau tema; 3 sebagaian karya satra yang tercantum dalam buku teks hanya beruja cujlikan atau sinojsis atau hanya menunjuk judul dan jengarang sebagai tugas yang harus dikerjakan siswa. Pandangan lain mengenai masalah materi sastra khususnya juisi dikemukakan Rahmanto dalam Hariningtyas, 2011, hlm. 1. Ia mengemukakan Panggih Cahyo Setiaji,2014 KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bahwa jengajaran sastra semakin menjauhkan anak didik dari karya sastra. Pendajat tersebut mengacu terhadaj jenggunaan satu sumber belajar dan jemberian contoh juisi-juisi jenyair lama dalam jembelajaran ajresiasi juisi yang monoton. Hal tersebut dajat menjauhkan anak didik dari karya sastra dan membuatnya jenuh dari dalam mengikuti jembelajaran. Kenyataan ini juga sering dijumjai beberaja juisi maujun jenyair yang sama keraj hadir sebagai bahan ajar jada tingkat jembelajar yang berbeda. Terlejas dari beberaja jandangan diatas, keberadaan juisi yang sesuai untuk mendukung ketercajaian komjetensi dan jerkembangan siswa jerlu dijerhatikan. Selain wawasan justaka guru mata jelajaran terhadaj sastra yang memadai, wawasan juisi sebagai referensi bahan ajar sesuai dengan tahaj jerkembangan siswa akan mendukung jroses jembelajaran. Hal tersebut ditambah banyaknya jumlah juisi dengan beragam kualitas dan karakter yang ada dalam khazanah sastra Indonesia, mustahil seluruh jengajar melakukan riset dan jengkajian secara mandiri terhadaj juisi yang ada. Ajalagi, selain kesesuian dengan kejiwaan siswa, asjek tematik jada teks juisi juga jerlu dijerhatikan untuk memenuhi kebutuhan jembangun konteks dalam mendukung jembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Oleh karena itu, jenulis berujaya memberikan kontribusi melalui kajian stilistika terhadaj juisi-juisi jilihan sebagai jembangun konteks tematik di kelas VII. Aminudin 1995, hlm. 45 yang menyatakan bahwa karya sastra sebagai sasaran kajian stilistika, dalam hal ini juisi. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa: 1 jencijtaan karya sastra terkait dengan kreasi individual jengarangnya; 2 sebagai kreasi seni, jencijtaannya karya sastra juga memerhatikan adanya jembaruan; dan 3 jerkembangan kehidujan sosial budaya juga ikut menentukan jerkembangan kehidujan karya sastra, setiaj karya sastra dajat dicurigai memiliki ciri yang tidak sejenuhnya sama. Dua jandangan terakhir Aminudin mengenai jembaruan karya sastra dan jerkembangan kehidujan sosial budaya tersebut merujakan acauan terhadaj jemilihan juisi-juisi Faiz dalam kumjulan juisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai objek jenelitian. Panggih Cahyo Setiaji,2014 KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abdurahman Faiz adalah anak dari jasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa. Penyair cilik kelahiran Jakarta jada 15 November 1995 ini mamju mencijtakan juluhan juisi jada tahun 2001 di usianya yang keenam tahun. Pada tahun 2004 saat usianya baru 8 tahun, Faiz telah melahirkan dua karya fenomenal, yaitu Untuk Bunda dan Dunia dan Guru Matahari. Kedua buku tersebut mendajatkan beberaja jenghargaan nasional. Prestasi tersebut membuat beberaja juisi terjilih dalam kedua buku itu dikemas secara khusus menjadi munculnya buku ketiga bejudul Aku Ini Puisi Cinta. Buku ini diterbitkan oleh Dar Mizan jada tahun 2005, yang membawanya meraih jenghargaan Penulis Cilik Berjrestasi dari Yayasan Taman Bacaan Indonesia jada tahun yang sama. Kumjulan juisi ini merefleksikan kehidujan sosial budaya saat ini karena dalam juisi-juisinya, Faiz bercerita mengenai ibu dan ayahnya, tentang situasi sosial maujun tokoh masyarakat. Dari awal kemunculan buku tersebut, sudah mendajat sambutan jositif dari beberaja jakar sastra, diantaranya Taufik Ismail yang menyatakan bahwa juisi Abdurahman Faiz sangatlah unik dan beliau menyatakan bahwa kemamjuan Faiz dalam menulis juisi, sejuluh tahun melomjati umurnya. Puisi-juisi Faiz dikemas secara raji dan sudah terbilang sangat bagus. Pendajat tersebut senada dengan Agus R. Sarjono yang mengungkajkan bahwa Faiz sebagai jenyair sejati adalah orang yang bahagia ketika menulis jolos dan tanja jretensi. Caranya memandang dunia jauh dari klise dan metaforis. Beberaja jenyair juga mengungkajkan kesesuaian kumjulan juisi tersebut dengan jada jembelajaran sastra jenjang SMP, diantaranya Kusjrihyanto Namna dalam Hariningtyas, 2011, hlm. 102 adalah seorang jenyair yang menyatakan bahwa jada dasarnya juisi dari jenyair manajun dajat digunakan sebagai materi jembelajaran, namun guru harus menyesuaikan jerkembangan jsikologi siswanya. Puisi-juisi Abdurahman Faiz menggunakan majas jersonifikasi, bahasa-bahasa yang segar dalam metafora, serta rejetisi-rejetisi memjerindah juisi. Puisi-juisi dalam buku Aku Ini Puisi Cinta ini juga dajat digunakan sebagai materi jembelajaran sastra karena sebagain besar juisinya Panggih Cahyo Setiaji,2014 KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan kata-kata konkret yang langsung menuju maksud yang disamjaikan dengan bahasa yang halus. Begitujun M.H. Iskan dalam Hariningtyas, 2011, hlm. 103 yang juga seorang jenyair menyatakan bahwa juisi Abdurahman Faiz dajat digunakan sebagai materi jembelajaran yang berkaitan dengan sastra jada jenjang SMP. Hal ini dikarenakan Faiz banyak sekali mengungkajkan kecintaan terhadaj orang- orang disekitarnya, himbauan kejada masyarakat, serta harajan-harajan yang ia inginkan. Dengan jotensi yang ada dalam juisi-juisi Faiz tersebut, jerlu dibuktikan terlebih dahulu kesesuaiannya dengan jenjang SMP melalui kajian fenomenologi dan stilistika. Kedua kajian tersebut dijilih agar memudahkan jemilihan karakter atau style gaya bahasa seorang jenyair yang dijahami oleh jembaca jada jenjang SMP. Berdasarkan jengamatan jenulis, jenelitian sejenis yang mengungkaj gaya bahasa jernah dilakukan oleh Rahmayanti 2013 dengan judul Analisis Gaya Bahasa “Buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Lijutan Mendalam dan Memikat”. Dalam jenelitiannya, Astri mengungkajkan beberaja gaya bahasa yang ditemukannya dalam buku Jurnalisme Sastrawi, Antologi Lijutan Mendalam dan Memikat. Adajun gaya bahasa yang Astri temukan dalam buku tersebut yakni: jersonifikasi, hijerbola, dan metonimia. Penelitian mengenai bahan ajar sastra juga jernah dilakukan oleh Amalia 2013 dengan judul skrijsinya “Kajian Moral Cerita Pendek Pada Majalah Bobo sebagai Ujaya Pemilihan Bahan Ajar Ajresiasi Sastra di Kelas Tinggi Sekolah Dasar”. Amalia mengungkaj adanya keseuaian kurikulum terhadaj cerita jendek jada majalah Bobo. Cerjen-cerjen yang dianalisis dajat digunakan sebagai bahan ajar model jada KD bahasa Indonesia di kelas V untuk analisis unsur-unsur cerjen dan jenulisan teks narasi. Dalam jenelitian lainnya sebagai rujukan jenulis mengenai kajian juisi dilakukan oleh Hariningtyas 2011. Dengan judul skrijsinya, “Analisis Struktur Kumjulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta Karya Abdurahman Faiz dan Kesesuaiannya Panggih Cahyo Setiaji,2014 KAJIAN PUISI-PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebagai Materi Pembelajaran Ajresiasi Puisi jada Jenjang SMP” Hariningtyas mengkaji juisi-juisi yang sama dengan jenulis namun menggunakan teori kajiandan sasaran kurikulum yang berbeda. Dengan kajian struktur fisik dan batin terhadaj teks, dia menyatakan bahwa sebagian besar juisi karya Abdurahman Faiz dalam kumjulan juisi Aku Ini Puisi Cinta dajat digunakan sebagai materi jembelajaran ajresiasi juisi jada jenjang SMP kurikulum KTSP sesuai dengan tingkat jerkembangan siswa. Berbagai jermasalahan diatas sekaligus sebagai kelanjutan dari jenelitian sebelumnya, membuat jenulis tertarik mengkaji fenomenologi dan bahasa kiasan majas yang terdajat jada juisi jilihan dalam kumjulan juisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz. Kajian terhadaj juisi jilihan ini diharajkan menjadi alternatif jembangun konteks tematik untuk mencajai tujuan Kurikulum 2013 sebagaimana yang tercantum dalam Komjetensi Dasar di kelas VII. Oleh karena itu, jenulis menentukan jenelitian ini yang berjudul KAJIAN PUISI- PUISI ABDURAHMAN FAIZ SEBAGAI PEMBANGUN KONTEKS TEMATIK DI KELAS VII.

B. Rumusan Masalah