Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , ICAO
Grafik 2.4
Interpolasi pesawat kelas C dengan pesawat kelas B Ekivalen FAA
b. Cara Model Lapangan
Perhitungan dengan menggunakan cara lapangan didasarkan pada konfigurasi landasan yang sesungguhnya, termasuk didalamnya
dengan memperhatikan jarak dan bentuk lapangan. Beberapa asumsi dapat diambil pada perhitungan dengan cara ini. Yang pertama adalah
pesawat-pesawat yang beroperasi mempunyai kebutuhan waktu dan jarak penggunaan landasan yang relatif sama. Asumsi ini
memungkinkan aman dengan jalan memberikan prioritas pada pesawat yang membutuhkan waktu terlama dan jangka panjang.
Asumsi lain adalah bahwa banyaknya operasi tinggal landas dengan banyaknya operasi pendaratan adalah relatif sama. Asumsi ini bisa
diambil berdasarkan data jadwal penerbangan yang ada.
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
c. Cara Analitis dan Grafik
Cara ini berdasarkan cara-cara kapasitas per jam ultimit. Yaitu sistem landasan pacu yang didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat
maksimum yang dapat dilakukan pada landasan pacu tersebut dalam satu jam. Parameter yang dibutuhkan antara lain. Index campuran
pesawat MI berdasarkan FAA MI dapat ditentukan dengan rumus dibawah ini :
M = C + 3D Dimana :
C = Prosentase pesawat terbang tipe C dalam campuran pesawat yang menggunakan runway
D = Prosentase pesawat terbang tipe D dalam campuran pesawat yang menggunakan runway
Kemudian kapasitas runway dapat dihitung dengan rumus : C = C
b
x ET
Dimana : C = Kapasitas per jam konfigurasi pemakaian landasan pacu dalam
operasi-operasi per jam C
b
= Kapasitas ideal atau dasar konfigurasi pemakaian runway E = Faktor penyesuaian exit taxiway untuk jumlah dan lokasi dari
exit taxiway runway T = Faktor penyesuaian tak menentu faktor keamanan
2.4.5 Penundaan Pada Landasan Pacu
Penundaan terhadap pesawat didefinisikan sebagai perbedaan waktu antara waktu sebenarnya yang dihabiskan pesawat untuk
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
melakukan manuver pada landasan pacu dan waktu yang dihabiskan pesawat untuk melakukan manuver tanpa diganggu pesawat lain.
Rumus-rumus yang digunakan : C
D ADI
ADF =
dimana, ADF Arrival Delay Fakto = Faktor Penundaan Kedatangan. C
D DDI
DDF =
dimana, DDF Departure Delay Faktor = Faktor Penundaan Keberangkatan.
Maka dari hasil ADF dan DDF melalui pemilihan faktor profil permintaan penundaan rata-rata pesawat dalam satuan menit dapat
ditentukan.
2.4.6 PCN dan ACN
Setelah tebal perkerasan diketahui, maka dapat dicari nilai PCN Pavement Classification Number dan ACN Aircraft Classification
Number .
• PCN Pavement Classification Number
Adalah harga yang menyatakan daya dukung perkerasan untuk operasi yang tidak terbatas. Faktor yang digunakan untuk menghitung
nilai PCN adalah :
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
a Tipe Perkerasan
Tipe Pe r k e r a sa n Kode
Perkerasan Rigid R
Perkerasan Fleksibel F
Sumber : Annex 14, ICAO
Tabel 2.8
Pengkodean Berdasarkan Tipe Perkerasan
b Daya Dukung Subgrade
St r e n gh t CBR Kode
Tinggi 13 A
Menengah 8 - 13
B Rendah
4 - 8 C
Sangat Rendah 4
D Sumber : Annex 14, ICAO
Tabel 2.9
Pengkodean Berdasarkan Daya Dukung Subgrade
c Tekanan Ban Maksimum
Te k a n a n Kode
Tinggi, t anpa pem bat asan t ek anan W
Menengah, t ek anan dibat asi sam pai 1.50 Mpa X
Rendah, t ek anan dibat asi sam pai 1.00 Mpa Y
Sangat Rendah, t ekanan dibat asi sam pai 0.50 Mpa Z
Sumber : Annex 14, ICAO
Tabel 2.10
Pengkodean Berdasarkan Tekanan Ban Maksimum
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
d Metode Evaluasi
M e t ode Ev a lu a si Kode
Evaluasi Tek nis, penelit ian k husus karakt erist ik perk erasan dengan m enggunakan t ek nologi t inggi
T Menggunak an pengalam an pesawat dalam
penerbangan- penerbangan reguler U
Sumber : Annex 14, ICAO
Tabel 2.11
Pengkodean Berdasarkan Metode Evaluasi
Contoh : Misal, diketahui nilai PCN = 33, jenis perkerasan lentur, daya dukung sub
grade rendah, tekanan ban maksimum dibatasi sampai 1 MPa, dan metode evaluasi yang digunakan adalah evaluasi teknis.
Maka penulisan nilai PCN adalah : PCN 33 FCYT
• ACN Aircraft Classification Number
Adalah suatu angka yang menyatakan batasan dari pesawat tertentu diatas perkerasan dengan spesifikasi standard subgrade. Nilai ACN
dikeluarkan oleh pabrik pembuat pesawat. Nilai PCN maupun ACN sangat penting untuk mengetahui kinerja
perkerasan terhadap pesawat yang beroperasi, metode ini disebut Metode PCN-ACN. ICAO telah merekomendasikan metode ini untuk dalam
mengevaluasi kekuatan landas pacu terhadap pesawat yang beroperasi Aerodrome Manual Design Part I, ICAO.
Dalam perancangan perkerasan landasan pacu, baik flexible pavement
maupun rigid pavement, nilai ACN tidak boleh melebihi nilai PCN yang ada, atau dengan kata lain PCN
≥ ACN.
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
2.4.7 Lapisan Pondasi Landasan Pacu
Kadang-kadang material base coarse dan subbase perlu distabilisasi untuk mendapatkan lapisan yang lebih baik. Keuntungan
lapisan yang distabilisasi, terutama pada perkerasan fleksibel, yaitu membagi tebal lapisan yang didapat dari grafik dengan faktor ekivalen
seperti tercantum dalam Tabel 2.12 dan Tabel 2.13 berikut :
Tabel 2.12
Faktor Equivalent untuk Subbase yang distabilisasi
Kode N a m a Ba h a n
Fa k t or e k iv a le n
P - 401 Bit um inous Surface Course
1,2 - 1,6 P - 201
Bit um inous Base Course 1,2 - 1,6
P - 215 Cold Laid Bit um inous Base Cour se
1,0 - 1,2 P - 216
Mixed I n- Place Base Course 1,0 - 1,2
Sumber : Merancang, Merencana Lapangan Terbang Heru Basuki,1990
Tabel 2.13
Faktor Equivalent untuk Base Course yang distabilisasi
Kode N a m a Ba h a n Fa k t or
e k iv a le n
P - 401 Bit um inous Surface Course
1, 7 - 2,3 P - 201
Bit um inous Base Cour se 1, 7 - 2,3
P - 215 Cold Laid Bit um inous Base Cour se
1, 5 - 1,7 P - 216
Mixed I n- Place Base Cour se 1, 5 - 1,7
P - 304 Cem ent Tr eat ed Base Course
1, 6 - 2,3 P - 301
Soil Cem ent Base Course 1, 5 - 2,0
P - 209 Crushed Agregat e Base Cour se
1, 4 - 2,0 P - 154
Subbase Course 1, 0
Sumber : Merancang, Merencana Lapangan Terbang Heru Basuki,1990
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
2.4.8 Pemarkaan Landasan Pacu
Pemarkaan berfungsi membantu penerbang pilot dalam mengendalikan pesawat udara. Jenis-jenis pemarkaan tersebut adalah :
• Nomor landasan pacu Runway Designation Marking Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal landasan itu,
terdiri dari dua angka, pada landasan sejajar harus dilengkapi dengan
huruf L atau R atau C. Dua angka tadi merupakan angka
persepuluhan terdekat dari utara magnetis dipandang dari arah approach
ketika pesawat akan mendarat Heru Basuki, 1990. Misal, landasan dengan azimuth magnetis 82 maka nomor landasan adalah
08 , azimuth magnetis 86 nomor landasan 09. Nomor landasan ini
ditempatkan berlawanan dengan azimuthnya, landasan barat timur,
diujung timur ditempatkan nomor landasan 27, sedang diujung barat dipasang nomor landasan 09.
• Pemarkaan sumbu landasan pacu runway center line marking Ditempatkan sepanjang sumbu landasan berawal dan berakhir pada
nomor landasan, kecuali pada landasan yang bersilangan, landasan yang lebih dominan, sumbunya terus, yang kurang dominan
sumbunya diputus. Markanya berupa garis putus-putus, panjang garis dan panjang pemutusan sama. Panjang strip bersama gapnya tidak
boleh kurang dari 50 m, tidak boleh lebih dari 75 m. Panjang strip = panjang gap atau 30 m diambil yang terbesar. Lebar strip antara 0,3 m
atau 0,9 m tergantung kelas landasan. • Pemarkaan threshold threshold marking
Ditempatkan diujung landasan sejauh 6 m dari tepi ujung landasan membujur dengan panjang minimum 30 m dan lebar 1,8 m. Hubungan
Lebar landasan dan banyak strip dapat dilihat pada Tabel 2.14 berikut
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Le ba r la n da sa n Ba n y a k n y a St r ip
18 m 4
23 m 6
30 m 8
45 m 12
60 m 16
Sumber : Merancang, Merencana Lapangan Terbang Heru Basuki,1990
Tabel 2.14
Hubungan lebar landasan dan banyak strip Threshhold Marking
• Pemarkaan untuk jarak tetap fixed distance marking Berbentuk empat persegi panjang, berwarna menyolok biasanya
oranye. Ukurannya, panjang 45 m – 60 m, lebar 6 m – 10 m terletak simetris kanan kiri sumbu landasan. Marka ini yang terujung berjarak
300 m dari threshold. • Pemarkaan zona touchdown touchdown zone marking
Dipasang pada landasan dengan approach presisi, tapi bias juga dipasang pada landasan non presisi atau landasan non instrumen yang
lebar landasannya lebih dari 23 m. Terdiri dari pasangan-pasangan berbentuk segi empat di kanan kiri sumbu landasan dengan lebar 3 m
dan panjang 22,5 m untuk strip-strip tunggal, untuk strip ganda ukuran 22,5 m x 1,8 m dengan jarak 1,5 m. Jarak satu sama lain 150
m diawali dari threshold, banyaknya tergantung panjang landasan. Hubungan panjang landasan dan banyaknya pasangan marka dapat
dilihat pada Tabel 2.15 berikut :
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Pa n j a n g La n da sa n Ba n y a k n y a Pa sa n ga n
90 m 1
900 m - 1200 m 2
1200 m - 1500 m 3
1500 m - 2100 m 4
2100 m 6
Sumber : Merancang, Merencana Lapangan Terbang Heru Basuki,1990
Tabel 2.15
Hubungan panjang landasan dan banyaknya pasangan marka
• Pemarkaan tepi landasan pacu runway side stripe marking Merupakan garis lurus di tepi landasan, memanjang sepanjang
landasan dengan lebar strip 0,9 m bagi landasan yang lebarnya 30 m dan lebar strip 0,45 m bagi landasan yang lebarnya 30 m. Marka ini
berfungsi sebagai batas landasan terutama apabila warna landasan hampir sama dengan warna shoulder-nya.
Bentuk, warna, dan ukuran tiap-tiap pemarkaan landasan pacu ditentukan berdasarkan pada klasifikasi landasan pacu yang ditentukan
oleh ICAO ICAO, 1998.
2.5 Perkiraan Volume Lalu Lintas Udara 2.5.1 Peramalan Tingkat Pertumbuhan Penumpang
Rancangan induk lapangan terbang dikembangkan berdasarkan kepada ramalan dan permintaan, yang dibagikan dalam ramalan jangka
pendek sekitar 5 tahun, menengah 10 tahun, dan panjang 20 tahun. Analisa penumpang merupakan peninjauan tingkat demand yang
berpengaruh langsung terhadap kondisi eksisting suatu bandara. Melalui
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
perhitungan korelasi antara pertumbuhan jumlah penumpang, faktor ekonomi, sosial budaya, maka jumlah penumpang rencana dapat
diestimasi. Menurut Horonjeff, jangka ramalan makin jauh, ketepatan dan ketelitiannya menyusut, sehingga perlu disadari bahwa ramalan
jangka panjang 20 tahun hanyalah pendekatan Horonjeff, 1993. 2.5.2
Metode Peramalan
Metode yang dipakai dalam peramalan terhadap tingkat permintaan penumpang adalah dengan menggunakan analisa regresi.
Suatu ubahan dapat dilukiskan dalam suatu garis yang disebut garis regresi. Garis regresi mungkin linear mungkin juga lengkung.
Suatu garis regresi dapat dinyatakan dalam persamaan matematik yang disebut persamaan regresi. Metode yang digunakan dalam
prakiraan ada beberapa antara lain : a. Ekstrapolasi Linier Sederhana
Digunakan untuk pola permintaan yang menunjukkan suatu hubungan linier historis dengan suatu peubah waktu.
Persamaannya adalah sbb : Y = a + bx
ditaksir dari sampel {Xi,Yi ; I = 1,2,3,…,n} Penaksiran parameter a dan b garis regresi :
b =
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
−
2 2
Yi n
Yi Xi
XiYi n
Xi
a = Y – bX
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Grafik 2.5
Kecenderungan Siklus Yang Meningkat
b. Ekstrapolasi Linier Majemuk
Y = b + b
1
X
1
+ b
2
X
2
∑ ∑
∑ ∑
− =
n Y
X Y
X y
x
1 1
1
∑ ∑
∑
− =
n X
X y
x
2 1
2 1
2 1
∑ ∑
∑ ∑
− =
n Y
X Y
X y
x
2 2
2
∑ ∑
∑
− =
n X
X y
x
2 2
2 2
2 2
Persamaannya adalah sbb : n
Y Y
∑
= n
X X
∑
=
1 1
n X
X
∑
=
2 2
Dimana :
b = Y – b
1
X
1
– b
2
X
2
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
=
2 2
1 2
2 2
1 2
2 1
2 1
2 2
1
X X
X X
Y X
X X
Y X
x b
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
=
2 2
1 2
2 2
1 1
2 1
2 2
2 1
2
X X
X X
Y X
X X
Y X
X b
Y = a + bX
10 20
30 40
50
20 40
60 80
100
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
c. Korelasi
Korelasi membahas tentang hubungan antara variabel – variabel yang terdapat dalam regresi, sehingga kedua analisis ini saling terkait satu
dengan lainnya. Koefisien korelasi merupakan ukuran untuk
mengetahui derajat hubungan pada data kuantitatif.
Secara umum, pengamatan yang terdiri dari dua variabel X dan Y. Misal persamaan regresi Y = fX tidak perlu linear. Jika linear Y = a
+ bX. Apabila Y menyatakan rata – rata untuk data variabel Y, maka kita dapat membentuk jumlah kuadrat total, JK tot =
∑Y
i -
Y
2
dan jumlah kuadrat residu, JK res =
∑Y
i
– Y
2
dengan menggunakan harga Y
i
yang didapat dari regresi Y = fX. Besaran yang ditentukan oleh rumus :
I =
2 2
2
∑ ∑
∑
− −
− −
Y Y
Y Y
Y Y
i i
i
Atau I =
JKtot JKres
JKtot −
I dinamakan indeks determinasi yang mengukur derajat hubungan antara variabel X dan Y, apabila X dan Y terdapat hubungan regresi
berbentuk Y=fX. Sifat dari indeks determinasi ini adalah jika letak titik – titik diagram pancar makin dekat dengan garis regresi maka
harga I akan semakin mendekati satu. sebaliknya, jika titik – titik itu menjauh dari garis regresi, maka harga I mendekati harga nol.
Sehingga harga I antara 0 hingga 1.
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Jika sekumpulan data yang garis regresinya berbentuk linear maka derajat hubungannya akan dinyatakan dengan r yang disebut koefisien
korelasi. Sehingga I = r
2
dan diperoleh :
r
2
=
∑ ∑
∑
− −
− −
2 2
2
Y Y
Y Y
Y Y
i i
i
Berlaku untuk 0 ≤ r
2
≤ 1 sehingga untuk koefisien korelasi terdapat hubungan -1
≤ r
2
≤ +1. Harga korelasi negatif satu menunjukkan bahwa hubungan antara X dan Y adalah linear sempurna tidak
langsung, artinya titik – titik yang dihasilkan oleh X
i
,Y
i
berada pada garis regresi seluruhnya, tetapi harga Y besar berpasangan dengan
harga X kecil dan sebaliknya. Sedangkan harga korelasi positif satu menunjukkan adanya hubungan linear sempurna langsung antara X
dan Y. Pada garis regresi Y besar berpasangan dengan X besar dan Y kecil dengan X kecil. r = 0 berarti tidak ada hubungan linear antara
variabel – variabel X dan Y. Perhitungan koefisien korelasi berdasarkan sekumpulan data X
i
,Y
i
berukuran n dapat digunakan rumus :
r =
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
−
2 2
2 2
i i
i i
i i
i
Y Y
n X
X n
Y X
Y X
n
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
r Intepretasi 0.10 – 0.20
0.21 – 0.40 0.41 – 0.60
0.61 – 0.80 0.81 – 0.99
1 Tidak berkorelasi
Sangat rendah Rendah
Agak rendah Cukup
Tinggi Sangat tinggi
Tabel 2.16
Koefisien Korelasi
d. Ekstrapolasi Eksponensial Dipergunakan untuk keadaan dimana variabel yang tergantung pada yang
lain, memperlihatkan suatu laju pertumbuhan yang konstan terhadap waktu. Gejala ini sering terjadi dalam dunia penerbangan untuk proyeksi-
proyeksi tingkat kegiatan yang telah memperlihatkan kecenderungan- kecenderungan jangka panjang meningkat atau menurun dengan suatu
persentase tahunan rata-rata. Hal ini dapat dihitung dengan rumus dasar : Y = ab
CX
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Grafik 2.6
Kurva Kecenderungan Eksponensial
2.6 Perkerasan