Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Kr it e r ia 1 2
3 4
Kem ir ingan efekt if m aksim um 1,0
1,0 1,0
1,0 Kem ir ingan m em anj ang m aksim um
2,0 2,0
1,5 1,25
Perubahan k em ir ingan m em anj ang m aksim um
2,0 2,0
1,5 1,5
Perubahan k em ir ingan per 30 m 0,4
0,4 0,2
0,1 Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998
Tabel 2.5
Kemiringan Memanjang Landasan Pacu Standar ICAO
c. Kemiringan Melintang Transversal Slope Landasan Pacu
Untuk menjamin pengaliran air permukaan yang berada diatas landasan pacu, perlu kemiringan melintang dengan standar ICAO
seperti terlihat dalam Tabel 2.6 berikut :
Kode H u r u f La n da sa n Pa cu Ke m ir in ga n M e lin t a n g
A 2, 0 B 2, 0
C 1, 5 D 1, 5
E 1, 5 Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , ICAO
Tabel 2.6
Standar ICAO dalam Kemiringan Melintang Landasan Pacu
2.4.4 Kapasitas Landasan Pacu
Untuk memperhitungkannya dapat dengan cara :
a. Cara Grafik
Dalam menentukan kapasitas operasi dari runway melalui cara grafik adalah dengan berdasarkan grafik hubungan campuran
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
pesawat dengan konfigurasi landasan pacu. Langkah pertama adalah dengan menentukan Exit Rating. Cara menentukan Exit Rating
dapat dengan cara grafik berdasarkan FAA. Melalui konfigurasi landasan pacu dan jenis exit taxiway, nilai exit rating dapat
ditentukan. Nilai exit rating dapat didapat dari Grafik 2.1 berikut :
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , ICAO
Grafik 2.1
Menentukan nilai Exit Rating berdasarkan FAA
Langkah kedua adalah dengan menentukan jenis campuran pesawat. Jenis campuran pesawat ditentukan berdasar pada kelas jenis
pesawat masing-masing berdasarkan FAA. Penggolongan pesawat
udara tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.7 berikut :
Ke la s Je n is Pe sa w a t
Uda r a
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Tabel 2.7
Penggolongan Pesawat Terbang untuk cara-cara Kapasitas Praktis
Dari nilai exit rating yang keluar dan campuran kelas pesawat yang didapatkan, maka kapasitas operasi per jam dari runway pada kondisi VFR
Visual Flight Rules dan pada Kondisi IFR Instrument Flight Rules dapat
ditentukan. Kapasitas per jam dapat dilihat pada Grafik 2.2 dan Grafik 2.3
berikut :
A Boeing 707 , 747 , 720 ; Douglas DC- 8, DC- 10 ; Lockhead L- 1011
B Boeing 727 , 737 ; Douglas DC- 9 ; BACI - 11 ; sem ua pesawat penerbangan
berm esin pist on dan t ur boprop yang besar C
Pesaw at t erbang kecil y ang digerak kan propeller unt uk penerbangan sepert i Fair child F- 27 dan pesaw at j et bisnis
D Pesaw at pener bangan um um y ang digerakk an propeller berm esin ganda dan
beberapa pesawat dengan m esin t unggal y ang lebih besar E
Pesaw at pener bangan um um y ang digerakk an propeller berm esin t unggal Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , FAA
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , ICAO
Grafik 2.2
Kapasitas per jam landas pacu tunggal dalam kondisi VFR untuk operasi-operasi campuran FAA
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , ICAO
Grafik 2.3
Kapasitas per jam landas pacu tunggal, landasan pacu sejajar berjarak rapat dan landasan pacu – V terbuka dalam kondisi IFR FAA
Karena campuran sebenarnya ini berbeda dari yang diberikan pada bagan kapasitas, maka harus digunakan grafik untuk mendapatkan campuran
interpolasi. Grafik interpolasi tersebut dapat dilihat dengan Grafik 2.4
berikut :
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN PERPANJANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA AHMAD YANI
SEMARANG
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Horonjeff,1998 , ICAO
Grafik 2.4
Interpolasi pesawat kelas C dengan pesawat kelas B Ekivalen FAA
b. Cara Model Lapangan