NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 155
melepaskan diri dari cengkeraman struktur itu.
Kosakata ideologi keterikatan pada struktur di atas, diwujudkan
dengan menggunakan
pola klasifikasi.
Pola klasifikasi
classification scheme merujuk pada kosakata yang diorganisasikan ke
dalam pelbagai
tipe wacana
Fairclough, dalam
Santoso, 2009:65.Salah satu fungsi kosakata
adalah untuk mengklasifikasi kondisi realitas. Dalam rumusan yang lebih
lengkap, seperti diutarakan oleh Lee, dalam Santoso, 2009:65, bahasa
dapat dilihat sebagai “alat” untuk mengklasifikasikan
pengalaman dunia kita dalam banyak cara yang
berbeda dan dalam banyak tingkat yang
berbeda pula.
Kosakata perempuan, ibu, istri, janda, anak
perempuan, digunakan
untuk mengklasifikasikan manusia menurut
jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia
jenis laki-laki
adalah manusia yang memiliki atau bersifat
seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki penis,
memiliki jakala dan memproduksi sperma.
Sedangkan perempuan
memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui.Alat-
alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis laki-laki dan
perempuan
selamanya. Artinya
secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara laki-
laki dan perempuan.secara permanen tidak
berubah dan
merupakan ketentuan
biologis atau
sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan
atau kodrat.
4.1.2 Ideologi
Penolakan Terhadap Kodrat
Beberapa perempuan
membangun sebuah ideologi yang mencoba
“menolak keberadaan
kodrat bagi perempuan”.sementara itu, ideologi dominan di Indonesia
pada umumnya adalah wanita sudah lahir dengan kodratnya yakni sebagai
ibu rumah tangga yang menjalankan peran-peran domestik, makhluk yang
secara kodrat sebagai manusia kelas dua, makhluk yang secara kodrat
menjalankan fungsi sebagai objek, dan sebagainya. Perempuan hanya
sebagai konco wingking atau dalam istilah bahasa Jawanya “swargo
nunut
neroko katut”
Fakih, 2003:12.Perempuan
dikonsepkan hanya bisa macak, masak, manak.Di
luar itu adalah pekerjaan laki-laki, seperti pada contoh kutipan berikut
ini. 4 Kewajiban seorang laki-laki,
yang terutama adalah bekerja mencari nafkah, baik di kantor,
di sawah, di laut atau dimana saja.
Sedangkan seorang
perempuan, mereka
juga memiliki
kewajiban, yang
terutama adalah
mengurus urusan
rumah tangga
dan mendidik anak. Jadi, memasak,
mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu,
dan merapikan
seluruh rumah adalah kewajiban seorang perempuan hlmn. 25
Pada kutipan di atas, kosakata mencuci,
mengepel, menyetrika,
menyapu, memasak,
mengurus rumah tangga dianggap sebagai
“kodrat wanita”.Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki
sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala
rumah tangga, berakibat bahwa
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 156
semua pekerjaan gender rumah tangga menjadi tangggung jawab
kaum perempuan.Konsekuensinya,
banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk
menjaga kebersihan dan kerapian rumah
tangganya, mulai
dari membersihkan dan mengepel lantai,
memasak, mencuci,
hingga memelihara anak.
Di kalangan masyarakat luas beredar pandangan atau keyakinan
bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis pekerjaan
perempuan, seperti semua pekerjaan gender, dianggap dan dinilai lebih
rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai
pekerjaan
laki-laki, serta
dikategorikan sebagai
“bukan produktif”
sehingga tidak
diperhitungkan dalam
statistik ekonomi negara. Sementara itu kaum
perempuan, karena anggapan gender ini, sejak dini telah disosialisasikan
untuk
menekuni peran
gender mereka. Di lain pihak, kaum laki-laki
tidak diwajibkan secara kultural untuk
menekuni berbagai
jenis pekerjaan gender itu.
5 “Apa itu tidak melawan kodrat wanita, Nis.”
“Ha… ini
masalahnya, Lek.Banyak perempuan dan istri
yang belum mengerti kodratnya sendiri.Kodrat wanita itu hanya
hamil,
melahirkan, dan
menyusui anaknya.Kalau
mencuci, memasak
dan mendidik anak itu tanggung
jawab suami.Nabi saja sering melaksanakan pekerjaan rumah
tangga.Kalau dalam hal jimak, Lek, suami dan istri itu sama-
sama
punya hak
untuk merasakan
enaknya… jadi
bukan kewajiban istri saja, tapi juga kewajiban suami… kok
ndomblong aja to, Lek?” hlmn. 209
Frasa “melawan kodrat wanita” dan “belum mengerti kodratnya”,
seperti pada kutipan 5 memberikan penegasan bahwa menjadi wanita
pada hakikatnya sama menjadi pria. Ia mesti dipandang sebagai manusia,
bukan karena memiliki jenis kelamin tertentu yang sudah terkonstruksi
oleh faktor-faktor sosial budaya. Beberapa
perempuan juga
memperjuangkan sebuah
konsep bahwa
harkat dan
martabat perempuan adalah hasil konstruksi
sosial.Dia amat bergantung kepada individu perempuan itu sendiri dan
kesediaan laki-laki untuk menerima perempuan dalam konsep kesetaraan
dan keadilan gender.
Abidah sebagai
seorang perempuan, sadar bahwa stereotip
dan stigma terhadap perempuan lebih berkaitan
dengan label-label
konstruksi sosial dan karenanya perlu dihilangkan dengan pelbagai
cara. Salah satunya adalah melalui usaha wanita untuk menunjukkan
kepada pria bahwa ia mampu mengerjakan pelbagai tugas seperti
laki-laki, atau berkarakter “kuat” dan tidak cengeng seperti laki-laki.
Contoh pada kutipan berikut ini. 6 Jika aku naik kuda, semua orang
mendongak ke arahku jika
bicara denganku. Aku juga bisa memimpin
pasukan perang
seperti Aisyah atau Putri Budur, sehingga para laki-laki perkasa
menjadi tunduk di belakangku.” hlmn. 27
Beberapa perempuan
juga memperjuangkan
konsep bahwa
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 157
harkat dan martabat perempuan adalah hasil konstruksi sosial.
7 “…pergaulan suami istri harus
dilakukan dengan cara yang baik, yang menyenangkan bagi
kedua belah pihak. Menurut al- Qur’an, kedudukan suami dan
istri itu setara. Sama-sama memiliki hak dan kewajibannya
sesuai akal pikiran, perasaan, dan hatinya. Jadi tidak berlaku
hukum, satu majikan satunya budak.” hlmn. 139
Dewasa ini terjadi peneguhan pemahaman
yang tidak
pada tempatnya di masyarakat, di mana
apa yang sesungguhnya gender, karena pada dasarnya konstruksi
sosial, justru dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentuan biologis atau
ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar
yang dewasa ini sering dianggap atau dinamakan sebagai
“kodrat wanita” adalah konstruksi sosial
dan kultural
atau gender.Misalnya
saja sering
diungkapkan bahwa mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan
dan keindahan rumah tangga atau urusan
gender sering
dianggap sebagai
“kodrat wanita”.Padahal
kenyataannya, bahwa
kaum perempuan memiliki peran gender
dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan
rumah tangga adalah konstruksi kultural dalam suatu masyarakat
tertentu.Oleh karena itu, boleh jadi urusan mendidik anak dan merawat
kebersihan
rumah tangga
bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Oleh
karena jenis pekerjaan itu bisa dipertukarkan dan tidak bersifat
universal, apa yang sering disebut sebagai “kodrat wanita” atau “takdir
Tuhan atas wanita” dalam kasus mendidik
anak dan
mengatur kebersihan
rumah tangga,
sesungguhnya, adalah gender. Fitur formal kebahasaan yang
digunakan dalam komunikasi adalah metafora.Metafora adalah ungkapan
kebahasaan yang maknanya tidak dapat dijangkau secara langsung dari
lambang yang dipakai karena makna yang
dimaksud terdapat
pada prediksi
ungkapan kebahasaan
itu.Wahab, 1990: 142. Piranti metafora juga mengandung rmakna
tentang pemahaman dan pengalaman akan sejenis hal yang dimaksudkan
dengan perihal yang lain. Dengan kata lain, metafora itu sesuatu yang
dideskripsikan diganti dengan uraian lain
yang dapat
dibandingkan. Menurut Beard dalam Santoso,
2009: 67 metafora disematkan ke dalam
cara bagaimana
kita mengkonstruksikan dunia di sekitar
kita dan cara dunia dikonstruksikan oleh orang lain untuk kita.
Berikut dikemukakan
penggunaan metafora yang muncul dalam kosakata nilai pengalaman,
ideologi penolakan terhadap kodrat dalam novel Perempuan Berkalung
Sorban, karya Abidah El Khalieqy.
Tabel. 4.1 Daftar Kosakata Metafora
Kutipan Ekspresi
Metafora Kesan
yang Muncul
12 makhluk
nomor dua hiperbola
15 pohon-
pohon akan tergetar dan
burung kolibri
sahabatku menjadi
hiperbola
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 158
gelisah
15 ke tingkatan
galaksiku yang begitu
tinggi hiperbola
4.1.3 Ideologi