a. Adanya Pesan. Yang dimaksud dengan pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal
maupun non verbal. Bentuk pesan dapat bersifat ; •
Informatif : Memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri. •
Persuasif : Bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran, sehingga terjadi perubahan pada pendapat atau sikap.
• Koersif : Memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.
b. Adanya Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang. Yang dimaksud disini adalah bahwa apabila seseorang berkomunikasi, paling
sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan melibatkan sekelompok kecil orang.
c. Adanya Penerimaan Pesan komunikan.
Yang dimaksud dengan penerimaan ialah bahwa dalam suatu Komunikasi Antar Pribadi, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang harus dapat diterima
oleh orang lain. Misalnya kita berbicara dengan seseorang yang sedang memakai telepon dan mendengarkan musik tertentu, sudah tentu komunikasi kita akan sukar
atau tidak dapar diterima oleh orang tersebut. Dengan demikian Komunikasi Antar Pribadi tidak akan terjadi.
d. Adanya Efek.
Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak, atau mungkin berupa
pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak pula. Dengan demikian sipenerima tentu akan terpengaruh pula oleh pengiriman pesan oleh komunikator.
Universitas Sumatera Utara
e. Adanya Umpan Balik.
Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh si penerima, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Apabila komunikasi itu tatap
muka, maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata, senyum, anggukan kepala atau gelengan kepala.
Konsep umpan balik ini dalam proses Komunikasi Antar Pribadi amat penting, karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah
komunikasinya berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Bila positif, ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi
permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.
Kelima hal diatas saling berhubungan dan bila salah satu diantaranya terlupakan, maka dapat mengakibatkan komunikasi berjalan lambat. Dengan begitu,
tujuan pesan terhambat atau bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran seperti yang diharapkan komunikator. Proses Komunikasi Antar Pribadi menggunakan
lambang sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam Komunikasi Antar Pribadi dibagi atas dua bagian :
1. Lambang Verbal. Dalam proses Komunikasi Antar Pribadi, bahasa sebagai lambang verbal
paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkrit
maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2. Lambang Non Verbal. Lambang Non-verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi,
yang bukan bahasa, misalnya isyarat dengan anggota tubuh seperti kepala, mata, bibir, tangan, jari, dan lain-lain. Setiap pesan dapat dipakai sebagai perangsang untuk
mendapatkan umpan balik mengenai pesan-pesan yang terlebih dahulu pada pihak lain yang bersangkutan. Setiap pihak berkemampuan memulai pesan yang baru pada pihak
lain. Ia pun berkemampuan untuk menggeser pokok pembicaraan pesan-pesan mereka dan memulai pokok pembicaraan yang baru. Karenanya, komunikasi merupakan suatu
proses, dimana kedua belah pihak menyusun dan menguraikan pesan-pesan yang hendak digunakan bersama. Jadi tidak berupa proses meneruskan pesan, tetapi
menekankan makna pada peserta dan tidak pada pesan yang digunakan bersama oleh mereka.
Untuk kesamaan dan ketidak-samaan dalam derajat pasangan komunikator dan komunikan dalam komunikasi, Everett M. Rogers mengetengahkan istilah homophily
dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam proses Komunikasi Antar Pribadi.
4. Model Komunikasi Antar Pribadi
Dalam proses komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan. Karena dalam komunikasi atarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika.
Untuk dapat mengetahui komponen – komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Bagan Model Komunikasi Antar Pribadi Secara Umum
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : Devito, 2007 : 10
1. Pengirim – Penerima Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah
pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi,
contoh komunikasi antara orang tua dan anak. 2. Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan
kata – kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam
komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima,
Universitas Sumatera Utara
maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
3. Pesan – Pesan Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa terbentuk verbal
seperti kata – kata atau nonverbal gerak tubuh, simbol atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.
4. Saluran Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara
pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan
saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakuka secara langsung kepada khalayak. Contoh dalam
komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan saluran indera pendengar dengan suara. Isyarat visual atau sesuatu yang tampak seperti gerak tubuh, ekpresi
wajah dan lain sebagainya. 5. Gangguan atau Noise
Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesa yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangung komunikasi, yang terdiri dari :
a. Gangguan Fisik Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan,
seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Gangguan Psikolgis Ganggan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif
diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya.
c. Gangguan Semantik Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yag digunakan dalam komunikasi,
seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa
yang digunakan dalam berkomunikasi. 6. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan
bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.
Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan.
7. Bidang Pengalaman Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.
8. Efek Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai
paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasi. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka Devito, 2007 : 10.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Peningkatan kinerja karyawan 1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya Srimindarti, 2006. Menurut Wiabisono 2006 : 34, kinerja adalah: hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja
kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan
jajaran personel di dalam organisasi Wibowo, 2007 : 26. Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan,
ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan memengaruhi
bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu
dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan memegang
peranan penting. Menurut Malayu S.P. Hasibuan 2006: 94 menjelaskan bahwa “Kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta
Universitas Sumatera Utara
waktu”. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono 2008: 2 “Kinerja atau dalam bahasa inggris adalah performance
”, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang
disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan
tersebut.
2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu
lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka
keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerjanya.
Menurut Wiabisono 2006 : 35, secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja personel. Perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.
Sedangkan Menurut Wibowo 2007 : 26, ada empat determinan utama dalam produktifitas organisasi termasuk didalamnya adalah prestasi kerja. Faktor determinan
tersebut adalah lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja dan karakteristik individu. Karakteristik kerja dan karakteristik organisasi akan
mempengaruhi karakteristik individu seperti imbalan, penetapan tujuan akan meningkatkan motivasi kerja, sedangkan prosedur seleksi tenaga kerja serta latihan
dan program pengembangan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dari individu. Selanjutnya variabel karakteristik kerja yang meliputi
penilaian pekerjaan akan meningkatkan motivasi individu untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.
Sofiandi 2008 : 57, juga mengatakan bahwa faktor yang memp+engaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi
motivation. Faktor kemampuan secara psikologik terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality, yang artinya karyawan yang memiliki diatas rata-rata
dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan keterampilan dalam mengerjakan tugas sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya, yang berada di bawah kontrol walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka
tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor As’ad,1998, yaitu: faktor individu dan situasi kerja.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mahmudi 2005, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah terdiri dari lima faktor, sebagai berikut.
1 Faktor personalindividual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2 Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3 Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
keeratan anggota tim. 4 Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi. 5 Faktor kontekstual situasional, meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal. Menurut Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara terdapat
beberapa faktor yang mempengruhi pencapain kinerja faktor tersebut berasal dari faktor kemampuan, motivasi, individu, serta lingkungan organisasi. Berdasarkan hal
tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Kemampuan
Faktor kemampuan ability terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan relity knowledge + skill. Artinya, pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ diatas rata – rata IQ 110 – 120 apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal Dalam Mangkunegara, 2006 : 13 .
Universitas Sumatera Utara
Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain
diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan
kurang berarti jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap attitude pegawai dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan situasion . Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai organisasi pemerintahan. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja untuk
mencapai kinerja yang maksimal. Menurut Keith Davis yang dikutif A. A Anwar Mangkunegara Motivasi diartikan suatu sikap attiude pimpinan dan pegawai
terhadap situasi kerja situation dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif pro terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan
sebaliknya jika mereka bersikap negatif kontra terhadap situasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja Dalam Mangkunegara, 2006 : 14 .
Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor -
faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Terdapat beberapa
prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. prinsip partisipasi, dalam usaha memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan
kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2. Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan mudah dimotivasi kerjanya.
3. Prinsip mengakui adil bawahan pemimpin mengakui bahwa bawahan pegawai
mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dalam pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi.
4. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin yang memberikan otoritas wewenang
kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukanya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi
termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. 5.
Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan terhadap apa yang diinginkan pegawai, supaya termotivasi bekerja apa yang diharapkan pemimpin.
Sedangkan definisi motivasi menurut Suwatno dalam buku Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang
berarti dorongan atau menggerakan Suwatno, 2001 : 147 . Sejalan dengan pendapat tersebut, maka Edwin B. Flippo dalam bukunya Malayu Hasibuan yang berjudul
Manajemen Sumber Daya manusia mengungkapkan konsep motivasi sebagai berikut: “Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning amployee and organization
interest so that behaviour result in achievement of employee want simultaneously with attainment or organizational objectives” Motivasi adalah suatu keahlian, dalam
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai
Dalam Hasibuan, 2002 : 143 . Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi merupakan sebuah bentuk
dorongan yang diberikan oleh lembaga supaya pegawai mau bekerja sesuai pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Sejalan pendapat di atas, Abraham
Sperling mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah: “Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is
said to satisfy the motive” Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri drive dan diakhiri dengan penyesuaian
diri, penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif. Dalam Anwar, 2005 : 93 . Pendapat tersebut di atas, mengemukakan bahwa motivasi kerja merupakan
suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat imbalan berupa gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui
penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat mereka bekerja.
c. Faktor Individu