Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Di KFC Suzuya Binjai

(1)

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM

MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

DI KFC SUZUYA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh: ISMAIL 090922035

Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan judul Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Adapun permasalahan penelitian penulis adalah bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi berperan terhadap peningkatan kinerja karyawan KFC Suzuya Binjai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses komunikasi antarpribadi, dan untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi antarpribadi. Teori komunikasi yang digunakan yakni keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness). Pada komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness) dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara baik oleh komunikan.

Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah jumlah karyawan di KFC Suzuya Binjai sebanyak 21 orang karyawan, adapun sampel yang dipilih sebagai observasi/wawancara berjumlah 15 orang karyawan. Peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan (informan kunci).

Berdasarkan hasil penelitian penulis memperlihatkan bahwa Peranan komunikasi antarpribadi sesama karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan sudah cukup baik karena menggunakan komunikasi secara verbal dan non verbal berinteraksi dengan karyawan di KFC Suzuya Binjai. Sikap keterbukaan yang ada dapat mendukung komunikasi Antarpribadi di KFC Suzuya Binjai khusunya karyawan sudah berjalan dengan cukup baik karena dilihat dari cara sesama karayawan menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh kepada karyawan yang mana tidak membeda-bedakan seorang karyawan untuk di berikan pesan atau informasinya, kemudian dalam melakukan pendekatan dengan karyawan sudah baik, sehingga penanggulangan terhadap karyawan yang acuh juga bisa dilakukan dengan baik karena sikap keterbukaan di karyawan itu sendiri sudah berjalan dengan baik. sikap empati pada karyawan KFC Suzuya Binjai membantu dalam kelangsungan kegiatan bekerja, agar kelangsungan kegiatan bekerja humas berjalan dengan lancar. Karyawan dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Karyawan di KFC Suzuya Binjai mengkomunikasikan dukungan yang positif dalam komunikasi Antarpribadi dengan sedikitnya dengan cara, menyatakan sikap positif dengan sikap positif mampu mendorong orang untuk menjadi teman kita berinteraksi. Komunikasi Antarpribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kata kunci : komunikasi antarpribadi, kinerja karyawan


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, saya ucapkan kehadirat Tuhan, yang telah memberikan kekuatan, ridho dan berkah-Nya kepada saya untuk meyelesaikan penulisan skripsi. Salawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ajaranya.

Adapun skripsi ini berjudul peranan komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara Medan.

Sebagai karya ilmiah, peneliti menyadari sepenuhya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena hanya Tuhanlah yang maha pemilik kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya berharap kiranya kritik dan masukan yang bersifat membangun demi perbaikan pada masa yang akan datang sangat di harapkan. Terimakasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada Ibunda (Amanah ), Ayahanda (Abdur Rasyid ), atas segala perhatianya, Do’a dan dukungan moril serta materil yang telah di berikan kepada penulis.

Selama melakukan penelitian, saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini ucapan terimakasih yang tidak terhingga di tujukan kepada :

1. Kepada Bapak/ Ibu Dekan Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Di Universitas Sumater Utara karena sudah berusaha untuk memberikan perubahan yang maksimal kepada falkultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Emillia Ramadhani,S.Sos,Ma, Sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan nasehat dalam penulisan skripsi ini

3. Seluruh Dosen pengajar dan staff yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sejak di bangku kuliah

4. Kepada perusahaan KFC Suzuya Binjai yang telah membantu, mulai dari persiapan hingga memberikan data penelitian yang di butuhkan


(4)

5. Terima kasih dan mohon maaf penulis aturkan kepada semua pihak yang tidak di sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam kehidupan penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan mengharapkan Ridho Tuhan Yang Maha Esa dan mohon maaf atas segala kehilafan dan kealfaan sebagai seorang hamba yang lemah, semoga karya ini berguna sekaligus sebagai sumbangan pemikiran penulis.

Medan,November 2013 Hormat saya,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 ... K onteks Masalah ... 1

1.2 ... F okus Masalah ... 5

1.3 ... T ujuan Penelitian ... 5

1.4 ... M anfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/paradigma Kajian ... 6

2.2 Kajian Pustaka ... 7

2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 8

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi ... 15

1. Teori Komunikasi Antarpribadi ... 19

2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 20

3. Proses Komunikasi Antarpribadi ... 21

4. Model Komunikasi Antarpribadi ... 24

2.2.3 Peningkatan Kinerja Karyawan ... 28

1. Pengertian Kinerja ... 28

2. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 29


(6)

4. Metode - metode Penilaian Kinerja ... 38

5. Hambatan Penilaian Kinerja ... 40

2.3 Model Teoretik ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 42

3.2 Objek Penelitian ... 42

3.3 Subjek Penelitian ... 43

3.4 Populasi dan Informan ... 43

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.6 Teknik Analisa Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.2 Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULANDAN SARAN 5.1 Simpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

5.3 Implikasi ... 86 DAFTRA PUSTAKA


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan judul Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Adapun permasalahan penelitian penulis adalah bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi berperan terhadap peningkatan kinerja karyawan KFC Suzuya Binjai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses komunikasi antarpribadi, dan untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi antarpribadi. Teori komunikasi yang digunakan yakni keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness). Pada komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan (openness), empati (empathy) dan dukungan (supportiveness) dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara baik oleh komunikan.

Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah jumlah karyawan di KFC Suzuya Binjai sebanyak 21 orang karyawan, adapun sampel yang dipilih sebagai observasi/wawancara berjumlah 15 orang karyawan. Peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan (informan kunci).

Berdasarkan hasil penelitian penulis memperlihatkan bahwa Peranan komunikasi antarpribadi sesama karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan sudah cukup baik karena menggunakan komunikasi secara verbal dan non verbal berinteraksi dengan karyawan di KFC Suzuya Binjai. Sikap keterbukaan yang ada dapat mendukung komunikasi Antarpribadi di KFC Suzuya Binjai khusunya karyawan sudah berjalan dengan cukup baik karena dilihat dari cara sesama karayawan menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh kepada karyawan yang mana tidak membeda-bedakan seorang karyawan untuk di berikan pesan atau informasinya, kemudian dalam melakukan pendekatan dengan karyawan sudah baik, sehingga penanggulangan terhadap karyawan yang acuh juga bisa dilakukan dengan baik karena sikap keterbukaan di karyawan itu sendiri sudah berjalan dengan baik. sikap empati pada karyawan KFC Suzuya Binjai membantu dalam kelangsungan kegiatan bekerja, agar kelangsungan kegiatan bekerja humas berjalan dengan lancar. Karyawan dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Karyawan di KFC Suzuya Binjai mengkomunikasikan dukungan yang positif dalam komunikasi Antarpribadi dengan sedikitnya dengan cara, menyatakan sikap positif dengan sikap positif mampu mendorong orang untuk menjadi teman kita berinteraksi. Komunikasi Antarpribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kata kunci : komunikasi antarpribadi, kinerja karyawan


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Manusia dalam kehidupan sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yangakan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.

Karyawan memiliki kebutuhan dan keinginan informasi untuk mengetahui tugas-tugas dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan dan kejujuran kebijakan komunikasi harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima oleh setiap bawahan. Komunikasi dari manajemen karyawan, karyawan ke pihak manajemen harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan jika digunakan untuk membangun semangat kerja, produktifitas dan kemajuan perusahaan.

Pimpinan perusahaan akan berusaha untuk mencoba, mengubah kebutuhan serta keinginan karyawan-karyawan, melalui proses motivasi yang disampaikan melalui komunikasi antar pribadi. Karyawan dari suatu organisasi sebagaimana lazimnya, tentu saja memiliki sekumpulan keinginan yang diharapkannya dapat terpenuhi di tempat ia bekerja. Kebutuhan dan keinginan karyawan merupakan


(9)

kekuatan pendorong bagi mereka untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam perusahaan, sikap, tabiat, kebiasaan, kepentingan dan tuntutan bukan hanya merupakan milik seorang karyawan saja, tetapi milik mereka bersama dengan karyawan yang lain. Hal ini menyebabkan karyawan-karyawan menunjukan tanggapan yang sama terhadap sesuatu yang terjadi di luar dan di sekitar mereka. Bahkan tingkah laku dan perbuatan mereka dipengaruhi hal-hal tersebut.

Dalam setiap perusahaan pasti terjadi komunikasi terutama komunikasi antarpribadi yang melibatkan dua orang. Komunikasi ini terjalin agar tercipta pemahaman yang sama antar dua orang tersebut sehingga dapat bekerja sama dengan baik. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik oleh karena itu diperlukan komunikasi yang efektif.

Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi oleh karena itu para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi.

Proses komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan khususnya yang menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan karyawan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Hubungan atasan dan bawahan merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan (Muhammad, 2007 : 172).

Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan, kepuasan, keterlibatan, tingginya harapan merupakan gambaran iklim perusahaan yang


(10)

ideal. Tujuan utama dari komunikasi dengan karyawan adalah mengidentifikasi, menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara pimpinan dengan karyawan.

Komunikasi yang efektif ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pimpinan dan karyawan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi antarpribadi yang efektif yang meliputi : a. Keterbukaan (openness), b. Empati (empathy), c. Kepositifan (positiveness), d. Dukungan (supportiveness), dan e. Kesetaraan (equality) (Muhammad, 2007 : 172).

Komunikasi efektif antara pimpinan dan karyawan juga harus dibangun berdasarkan hubungan antarpribadi yang efektif. Menurut Sugiyo (2005 : 10), hubungan antarpribadi akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut : (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti, (f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman terhadap yang lain.

Hubungan antara sesama karyawan di sebuah organisasi lebih berfokus pada aspek-aspek manusiawi, hal ini perlu diketahui dan dijalankan di dalam perusahaan. Sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan industrial (industrial relations). Hubungan industri lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan berbagai kondisi atau fasilitas kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat


(11)

hubungan yang erat, mengingat hubungan industri juga sangat dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi di kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan pihak manajemen.

Purba (2006 : 14) berasumsi bahwa melalui komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersbut. Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pimpinan dan karyawan yang baik akan dapat berdampak pada hasil kerja yang maksimal.

Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktivitas. Kentucky Fried Chicken (KFC) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang restoran siap saji.

Menurut peneliti komunikasi antar pribadi KFC Suzuya Binjai dengan karyanwannya sangat berperan dan sangat erat hubungannya di dalam peningkatan kinerja karyawan agar produksi semakin maju dengan pesat dan masalah-masalah di dalam perusahaan dapat diatasi dengan baik. Disini peneliti akan meneliti bagaimana karyawan KFC Suzuya Binjai rasa saling berkomunikasi antar pribadi dengan sesama karyawan ataupun dengan pimpinannya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai.


(12)

1.2Fokus masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :“Bagaimanakah peran komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan KFC Suzuya Binjai.”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan pihak yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan. b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses

komunikasi antarpribadi.

c. Untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi antarpribadi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai komunikasi antarpribadi dalam sebuah perusahaan antar karyawan.

c. Secara praktis, peneliti ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau masukan yang positif bagi KFC Suzuya Binjai.


(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Perspektif penelitian dalam hal ini adalah cara pandang peneliti dalam memberikan tingkat kebebasan kepada responden dalam memberikan data atau informasi yang hendak disajikan. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang berperspektif emik, yakni pendekatan penelitian yang perolehan datanya dalam bentuk narasi, cerita detail, ungkapan dan bahasa asli hasil konstruksi para responden atau informan, tanpa ada evaluasi dan interpretasi dari peneliti. Data dalam bentuk cerita detail tersebut hanya dapat diperoleh, karena teknik pengumpulan datanya adalah wawancara mendalam dan atau observasi, bukan kuesioner. Dengan demikian tingkat kebebasan perspektif emik yang diberikan kepada responden atau informan sangat tinggi (Hamidi, 2010: 124-125).

Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara‐cara yan digunakan dalam penelitian dan cara‐cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Dalam konteks desain penelitian, pemilihan paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian (Guba, 1990).

Paradigma penelitian menentukan masalah apa yang dituju dan tipe penjelasan apa yang dapat diterimanya (Kuhn, 1970) Perspektif atau paradigma penelitian yang peneliti gunakan adalah kualitatif yang memiliki tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian


(14)

menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2010: 6).

Paradigma penelitian kualitatif yang peneliti gunakan adalah paradigma rasionalistik (verstehen) memandang bahwa realitas sosial itu sebagaimana dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan di dialogkan dengan pemahaman subjek yang diteliti atau data empirik. Paradigma penelitian ini banyak digunakan antara lain dalam penelitian filsafat, bahasa, agama (ajaran) dan komunikasi.

Metode yang digunakan adalah analisis isi (content analisys) (http://www.scribd.com).

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2010:49). Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian yakni sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu. (Danim Sudarwan, 2001:105 dalam Iskandar, 2009:100).

Dengan adanya kajian teori, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:


(15)

2.2.1 Pengertian Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu : a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis

Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini berarti membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi itu terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi sudah berlangsung. Namun jika seseorang tidak mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka hal tersebut bukanlah suatu komunikasi.

2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu kepada orang lain. Onong Uchyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, mengatakan komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama


(16)

manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2004 : 19).

Suatu proses komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja, namun didalam suatu proses komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta, ataupun pendapat dari satu orang kepada orang lain. Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni menyampaikan informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.

Wilbur Schramm mengatakan dalam karyanya “Communication Research in the United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 2003 : 13).

3. Fungsi komunikasi

Menurut Cangara(2004 : 55), Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar- menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

a. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.


(17)

b. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat. c. Motivasi, menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dicapai atau diraih.

d. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

e. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

f. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

g. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imajinasi dari drama, tari kesenian, kesastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok dan individu.

h. Integrasi, menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.


(18)

Sementara itu Harun(2005 ; 41), dalam teknik komunikasi menyatakan bahwa fungsi komunikasi ini adalah:

a. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan organisasi itu dapat untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku pada suatu organisasi. c. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh anggota

organisasi.

4. Unsur-unsur komunikasi

Komunikasi yang dianggap sebagai proses, mempunyai unsur-unsur komunikasi (Purba, 2006 : 58) sebagai berikut:

a. Sumber (komunikator)

Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator, hal-hal yang harus diperhatikan oleh komunikator adalah:

1. Penampilan

2. Penguasaan masalah 3. Penguasaan bahasa

b. Penerima pesan (komunikan)

Komunikan adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang menerima pesan atau lambang. Komunikan bisa berupa klien atau indivudi, keluarga maupun kelompok masyarakat.


(19)

c. Isi pesan (message)

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi, sehingga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penyampaian pesan: dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung, atau menggunakan media / saluran.

2) Bentuk pesan

a) Informatif: bersifat memberikan keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil daripada persuasif, misalnya jika audiens adalah kalangan cendikiawan.

b) Persuasif: berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksa). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

c) Koersif: penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi ataupun ultimatum dan sebagainya.


(20)

3) Merumuskan pesan yang baik

Pesan yang akan disampaikan harus tepat. Ibarat membidik dan menembak, maka peluru harus cocok sesuai dengan sasaran. Pesan yang baik harus memenuhi beberapa syarat antara lain: Umum: mudah di pahami oleh komunikan, Jelas dan gamblang, bahasa jelas, positif, seimbang dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan komunikan

4) Hambatan-hambatan terhadap pesan

Seringkali kita mengalami hal-hal yang tidak diharapkan dalam berkomunikasi, lain yang dituju atau lain juga yang diperoleh. Dengan perkataan lain yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah:

a) Hambatan bahasa

Pesan akan disalah-artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan, apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk dalam pengertian ini penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak dimengerti sama sekali.

b) Hambatan teknis

Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan teknis, misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak, bunyi-bunyian, halilintar, lingkungan yang berisik dan sebagainya.

c) Media (saluran)

Media adalah saluran penyampaian pesan. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu:


(21)

1. Media umum

Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi; contohnya radio CB, OHP, dan sebagainya.

2. Media massa

Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal. Disebut demikian karena sifatnya, misalnya: pers, radio, film, dan televisi.

5) Umpan balik (feed back)

Setelah pesan diterima oleh komunikan diharapkan adanya umpan balik (feed back) yang diberikan komunikan, dapat berbentuk bermacam-macam yaitu: a. External feed back

Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan b. Internal feed back

Umpan balik yang diterima komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu sendiri atau dari komunikator sendiri.

c. Direct feed back atau immediate feed back

Umpan balik langsung dalam suatu komunikasi, komunikan menggerakkan salah satu anggota badannya.

d. Indirect feed back atau delayed feed back

Dalam bentuk surat kepada direksi surat kabar, penyiar radio atau penyiar televisi. Dalam hal ini umpan balik membutuhkan waktu.


(22)

e. Inferential feed back

Umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh komunikator meskipun secara tidak langsung, akan tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan.

f. Zero feed back

Hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dalam menyampaikan umpan balik yang tidak dipahami oleh komunikan.

g. Neutral feed back

Umpan balik yang netral berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang disampaikan semula. h. Positive feed back

Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan positif, misalnya dengan adanya penerimaan pada pesan yang disampaikan.

i. Negative feed back

Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan dari komunikan.

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi yang efektif dalam kehidupan manusia adalah komunikasi pribadi dimana komunikasi ini berlangsung secara dua arah. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang efektif untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Komunikator akan mengetahui tanggapan atau respon komunikan terhadap pesan yang disampaikan pada saat itu juga. Komunikator akan mengetahui dengan


(23)

pasti apakah pesan-pesan yang disampaikan itu diterima atau ditolak, berdampak negative atau positif.

Komunikasi antarpribadi biasanya didefinisikan oleh komunikasi ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial . Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi.

Komunikasi antarpribadi adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif. Deddy Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.” (Mulyana, 2005:73).

Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi. Sebagai contoh, jika seseorang berkomunikasi dengan anggota keluarga, bahwa komunikasi akan lebih dari mungkin berbeda dari jenis komunikasi yang digunakan ketika terlibat dalam tindakan


(24)

komunikatif dengan teman atau penting lainnya. Secara keseluruhan, komunikasi antarpribadi dapat dilakukan dengan baik dan tidak langsung media komunikasi langsung seperti tatap muka interaksi, serta komputer-mediated-komunikasi. Sukses mengasumsikan bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan dan memahami pesan-pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan implikasi.

Josep A. Devito dalam Effendy (2005 : 60) mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai “sebuah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara satu kelompok kecil orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.”

Adapun secara jelas Wiryanto (2004 :16) mengemukakan bahwa:

“Pendekatan hubungan dalam menganalisis proses komunikasi antar pribadi mengasumsikan, bahwa hubungan antar pribadi dapat membentuk struktur social yang diciptakan melalui proses komunikasi tersebut. Komunikasi tampak sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Bentuk hubungannya secara ilmiah berlangsung secara terus menerus. Individu berpartisipasi aktif dalam komunikasi. Mereka berimproviasasi makna, memberdayakan dan memaksakan satu sama lain.”

Dari definisi-definisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi dua orang secara tatap muka (face to face) untuk mencapai beberapa efek umpan balik. Kesamaan pengalaman merupakan yang paling penting dalam ketepatan sebuah proses komunikasi. Pesan atau komunikasi yangt disampaikan oleh komunikasi dapat diterima, dimengerti dan dipahami secara baik oleh komunikan.


(25)

Komunikasi antarpribadi lebih bersifat terbuka, sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain untuk memberikan dukungan rasa positif serta adanya rasa saling menghargai diantara kedua belah pihak. James (2008 : 121-122) efektivitas antar pribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut :

1. Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut.

2. Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, melalui sudut pandang dan kacamata orang tersebut. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain baik perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.


(26)

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dua orang secara tatap muka (face to face), diawali dari perkenalan yang dangkal kemudian berlanjut pada keakraban. Komunikasi tampak sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Pada komunikasi antarpribadi terjadi adanya keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesetaraan. Jadi antara komunikan dan komunikator kedudukannya sama.

1. Teori Komunikasi Antarpribadi

Menurut Sugiyo (2005 : 29) secara umum komunikasi antarpribadi di dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Kemunikasi antar pribadi juga merupakan pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

Selanjutnya dikatakan bahwa, teori komunikasi antarpribadi di fokuskan pada dimensi-dimensi pokok dalam komunikasi antarpribadi, antara lain :

a. Individu dalam komunikasi antarpribadi

Memahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi didalam proses psikologi. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu.

b. Memahami diri pribadi dalam komunikasi

Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu


(27)

lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia ini, tambah dan berkembang melalui interaksi social, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Dalam komunikasi antarpribadi, memahami diri sendiri merupakan suatu syarat yang mendatar. Diri pribadi, biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahami diri sendiri, kita akan lebih memahami komunikasi dan dengan memahami diri sendiri, kita akan lebih memahami komunikasi yang kita lakukan.

c. Memahami orang lain dalam komunikasi

Komunikasi antarpribadi yang efektif juga mensyaratkan kita untuk lebih memahami orang lain. Memahami orang lain ditujukan untuk mengurangi ketidakpastian dan perbandingan sosial terutama bagi orang yang baru saling mengenal.

d. Memahami hubungan antarpribadi

Hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentu kehidupan kita. Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, perasaan dan ketergantungan.

2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Sugiyo (2005 : 35-37) komunikasi antarpribadi mungkin mempunyai beberapa tujuan. Disini akan dipaparkan enam tujuan antara lain:

a. Menemukan diri sendiri, salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah menemukan personal atau pribadi

b. Menemukan Dunia Luar, komunikasi antarpribadi menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang laen serta mendapat banyak informasi.


(28)

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain.

d. Berubah sikap dan tingkah laku, banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.

e. Untuk bermain dan kesenangan, memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk membantu, terapi menggunakan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya.

Berdasarkan tujuan komunikasi antarpribadi diatas, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan hal yang sangat penting untuk mengubah perilaku dan sikap seseorang ke arah yang lebih baik. Dengan harapan dapat menjadikan pribadi yang lebih baik serta menjaga keseimbangan pikiran kita segala hal.

3.Proses Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antar Pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Apabila kita perhatikan batasan Komunikasi Antar Pribadi dari Devito, maka kita dapat melihat elemen-elemen apa saja yang terkandung di dalamnya. Dengan menguraikan elemen-elemen yang ada itu, dapatlah diuraikan proses-proses Komunikasi Antar Pribadi, yaitu :


(29)

a. Adanya Pesan.

Yang dimaksud dengan pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal. Bentuk pesan dapat bersifat ;

• Informatif : Memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri. • Persuasif : Bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran, sehingga terjadi

perubahan pada pendapat atau sikap.

• Koersif : Memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah. b. Adanya Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang.

Yang dimaksud disini adalah bahwa apabila seseorang berkomunikasi, paling sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan melibatkan sekelompok kecil orang.

c.Adanya Penerimaan Pesan (komunikan).

Yang dimaksud dengan penerimaan ialah bahwa dalam suatu Komunikasi Antar Pribadi, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang harus dapat diterima oleh orang lain. Misalnya kita berbicara dengan seseorang yang sedang memakai telepon dan mendengarkan musik tertentu, sudah tentu komunikasi kita akan sukar atau tidak dapar diterima oleh orang tersebut. Dengan demikian Komunikasi Antar Pribadi tidak akan terjadi.

d.Adanya Efek.

Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak, atau mungkin berupa pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak pula. Dengan demikian sipenerima tentu akan terpengaruh pula oleh pengiriman pesan oleh komunikator.


(30)

e.Adanya Umpan Balik.

Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh si penerima, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Apabila komunikasi itu tatap muka, maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata, senyum, anggukan kepala atau gelengan kepala.

Konsep umpan balik ini dalam proses Komunikasi Antar Pribadi amat penting, karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah komunikasinya berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Bila positif, ia patut gembira, sebaliknya jika negatif menjadi permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik positif.

Kelima hal diatas saling berhubungan dan bila salah satu diantaranya terlupakan, maka dapat mengakibatkan komunikasi berjalan lambat. Dengan begitu, tujuan pesan terhambat atau bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran seperti yang diharapkan komunikator. Proses Komunikasi Antar Pribadi menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam Komunikasi Antar Pribadi dibagi atas dua bagian :

1. Lambang Verbal.

Dalam proses Komunikasi Antar Pribadi, bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.


(31)

2. Lambang Non Verbal.

Lambang Non-verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya isyarat dengan anggota tubuh seperti kepala, mata, bibir, tangan, jari, dan lain-lain. Setiap pesan dapat dipakai sebagai perangsang untuk mendapatkan umpan balik mengenai pesan-pesan yang terlebih dahulu pada pihak lain yang bersangkutan. Setiap pihak berkemampuan memulai pesan yang baru pada pihak lain. Ia pun berkemampuan untuk menggeser pokok pembicaraan pesan-pesan mereka dan memulai pokok pembicaraan yang baru. Karenanya, komunikasi merupakan suatu proses, dimana kedua belah pihak menyusun dan menguraikan pesan-pesan yang hendak digunakan bersama. Jadi tidak berupa proses meneruskan pesan, tetapi menekankan makna pada peserta dan tidak pada pesan yang digunakan bersama oleh mereka.

Untuk kesamaan dan ketidak-samaan dalam derajat pasangan komunikator dan komunikan dalam komunikasi, Everett M. Rogers mengetengahkan istilah homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam proses Komunikasi Antar Pribadi.

4. Model Komunikasi Antar Pribadi

Dalam proses komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan. Karena dalam komunikasi atarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat mengetahui komponen – komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :


(32)

Gambar 2.1 Bagan Model Komunikasi Antar Pribadi Secara Umum

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : (Devito, 2007 : 10)

1. Pengirim – Penerima

Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, contoh komunikasi antara orang tua dan anak.

2. Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima,


(33)

maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

3. Pesan – Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa terbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

4. Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakuka secara langsung kepada khalayak. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar dengan suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi wajah dan lain sebagainya).

5. Gangguan atau Noise

Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesa yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangung komunikasi, yang terdiri dari : a. Gangguan Fisik

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.


(34)

b. Gangguan Psikolgis

Ganggan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya.

c. Gangguan Semantik

Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yag digunakan dalam komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.

6. Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan.

7. Bidang Pengalaman

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.

8. Efek

Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasi. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka (Devito, 2007 : 10).


(35)

2.2.3 Peningkatan kinerja karyawan 1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Srimindarti, 2006).

Menurut Wiabisono (2006 : 34), kinerja adalah: hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Wibowo, 2007 : 26).

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan memengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan memegang peranan penting.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta


(36)

waktu”. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) “Kinerja atau dalam bahasa inggris adalah performance, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.

2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerjanya.

Menurut Wiabisono (2006 : 35), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja personel. Perilaku yang


(37)

berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Sedangkan Menurut Wibowo (2007 : 26), ada empat determinan utama dalam produktifitas organisasi termasuk didalamnya adalah prestasi kerja. Faktor determinan tersebut adalah lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja dan karakteristik individu. Karakteristik kerja dan karakteristik organisasi akan mempengaruhi karakteristik individu seperti imbalan, penetapan tujuan akan meningkatkan motivasi kerja, sedangkan prosedur seleksi tenaga kerja serta latihan dan program pengembangan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dari individu. Selanjutnya variabel karakteristik kerja yang meliputi penilaian pekerjaan akan meningkatkan motivasi individu untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.

Sofiandi (2008 : 57), juga mengatakan bahwa faktor yang memp+engaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan secara psikologik terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality, yang artinya karyawan yang memiliki diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan keterampilan dalam mengerjakan tugas sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya, yang berada di bawah kontrol walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (As’ad,1998), yaitu: faktor individu dan situasi kerja.


(38)

Menurut Mahmudi (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah terdiri dari lima faktor, sebagai berikut.

1) Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. 2) Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan semangat,

arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.

3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi. 5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

Menurut Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara terdapat beberapa faktor yang mempengruhi pencapain kinerja faktor tersebut berasal dari faktor kemampuan, motivasi, individu, serta lingkungan organisasi. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Kemampuan

Faktor kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan relity (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata – rata ( IQ 110 – 120 ) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal ( Dalam Mangkunegara, 2006 : 13 ).


(39)

Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berarti jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap ( attitude ) pegawai dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan ( situasion ). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai organisasi pemerintahan. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi kerja untuk mencapai kinerja yang maksimal. Menurut Keith Davis yang dikutif A. A Anwar Mangkunegara Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan pegawai terhadap situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah, situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja ( Dalam Mangkunegara, 2006 : 14 ).

Motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor - faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai, yaitu :


(40)

1. prinsip partisipasi, dalam usaha memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

2. Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan mudah dimotivasi kerjanya.

3. Prinsip mengakui adil bawahan pemimpin mengakui bahwa bawahan ( pegawai ) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dalam pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi.

4. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin yang memberikan otoritas wewenang kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukanya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

5. Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan terhadap apa yang diinginkan pegawai, supaya termotivasi bekerja apa yang diharapkan pemimpin.

Sedangkan definisi motivasi menurut Suwatno dalam buku Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan ( Suwatno, 2001 : 147 ). Sejalan dengan pendapat tersebut, maka Edwin B. Flippo dalam bukunya Malayu Hasibuan yang berjudul Manajemen Sumber Daya manusia mengungkapkan konsep motivasi sebagai berikut: “Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning amployee and organization interest so that behaviour result in achievement of employee want simultaneously with attainment or organizational objectives” (Motivasi adalah suatu keahlian, dalam


(41)

mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai)

( Dalam Hasibuan, 2002 : 143 ).

Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi merupakan sebuah bentuk dorongan yang diberikan oleh lembaga supaya pegawai mau bekerja sesuai pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai tersebut. Sejalan pendapat di atas, Abraham Sperling mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah: “Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is said to satisfy the motive” (Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri, penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif). ( Dalam Anwar, 2005 : 93 ). Pendapat tersebut di atas, mengemukakan bahwa motivasi kerja merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat imbalan berupa gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat mereka bekerja.

c. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antarfungsi psikis ( rohani ) dan fisiknya ( jasmaniah ). Dengan adanya integritas yang tinggi antarfungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan memdayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi ( Dalam Mangkunegara, 2006 : 16 )


(42)

Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikiran atau Inteligensi Quotiont (IQ) dan kecerdasan emosi atau Emotional Quotiont (EQ). pada umunya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal ( average, above average, superior, very superior dan gifted ) dengan tingkat kecerdasan emosi baik.

d. Faktor Lingkungan Organisasi

Peningkatan kontribusi yang diberikan oleh pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Dibentuknya organisasi yang mengelola Sumber Daya Manusia dimaksudkan bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan produktifitas kerja organisasi sebagai keseluruhan. Menurut William Stern yang dikutif A. A Anwar Mangkunegara. Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang ( Dalam Mangkunegara, 2006:17 ).

Pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan pasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun, jika faktor lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta


(43)

merupakan pemacu (pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

3. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel) dengan membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. MenurutWiabisono (2006 : 37), penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja:

a. Penilaian sendiri (Self Assesment).

Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengukur dan memahami perbedaaan individu. Ada dua teori yang menyarankan peran sentral dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku individu. Teori tersebut adalah teori kontrol dan interaksi simbolik.

Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang dikutip olehWibowo, individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2) mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya, disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai


(44)

tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan mereka.

Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita mengembangkan konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada kepercayaan kita tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi kita. Teori ini menegaskan pentingnya memahami pendapat orang lain disekitar mereka terhadap perilaku mereka. Interaksi simbolik juga memberikan peran sentral bagi interpretasi individu tentang dunia sekitarnya. Jadi individu tidak memberikan respon secara langsung dan naluriah terhadap kejadian, tetapi memberikan interpretasi terhadap kejadian tersebut Preposisi ini penting sebagai pedoman interpretasi tentang penilaian sendiri yang digunakan dalam mengukur atau menilai kinerja personel dalam organisasi.

Penilaian sendiri dilakukan bila personel mampu melakukan penilaian terhadap proses dari hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari tugas organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian, pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan pendidikan. Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil karya sendiri menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Wibowo, 2007 : 27).

b. Penilaian 360 derajat (360 Degree Assessment).

Teknik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya karena dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra dan atasan personel Data penilaian merupakan nilai kumulatif dari penilaian ketiga penilai. Hasil penilaian saling diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadi kerancuan, bila penilaian kinerja hanya dilakukan oleh personel sendiri saja (Wibowo, 2007 : 27).


(45)

4. Metode-metode penilaian kinerja

Aspek penting dari suatu sistem penilaian kinerja adalah standar yang jelas. Sasaran utama dari adanya standar tersebut ialah teridentifikasinya unsur-unsur kritikal suatu pekerjaan. Standar itulah yang merupakan tolok ukur seseorang melaksanakan pekerjaannya. Standar yang telah ditetapkan tersebut harus mempunyai nilai komparatif yang dalam penerapannya harus dapat berfungsi sebagai alat pembanding antara prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain yang melakukan pekerjaan sejenis.

Metode penilaian prestasi kinerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 3 macam, yakni: (1) Result-based performance evaluation, (2) Behavior-based performance evaluation, (3) Judgment-based performance evaluation, sebagai berikut, (Robbins, 2003).

1) Penilaian performance berdasarkan hasil (Result-based performance evaluation). Tipe kriteria performansi ini merumuskan performansi pekerjaan berdasarkan pencapaian tujuan organisasi, atau mengukur hasil-hasil akhir (end results). Sasaran performansi bisa ditetapkan oleh manajemen atau oleh kelompok kerja, tetapi jika menginginkan agar para pekerja meningkatkan produktivitas mereka, maka penetapan sasaran secara partisipatif, dengan melibatkan para pekerja, akan jauh berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas organisasi. Praktek penetapan tujuan secara partisipatif, yang biasanya dikenal dengan istilah Management By Objective (MBO), dianggap sebagai sarana motivasi yang sangat strategis karena para pekerja langsung terlibat dalam keputusan-keputusan perihal tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Para pekerja akan cenderung menerima


(46)

tujuan-tujuan itu sebagai tujuan mereka sendiri, dan merasa lebih bertanggung jawab untuk dan selama pelaksanaan pencapaian tujuan-tujuan itu.

2) Penilaian performansi berdasarkan perilaku (Behavior Based Performance Evaluation). Tipe kriteria performansi ini mengukur sarana (means) pencapaian sasaran (goals) dan bukannya hasil akhir (end result). Dalam praktek, kebanyakan pekerjaan tidak memungkinkan diberlakukannya ukuran-ukuran performansi yang berdasarkan pada obyektivitas, karena melibatkan aspek-aspek kualitatif. Jenis kriteria ini biasanya dikenal dengan BARS (behaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan berbagai dimensi performansi. BARS menganggap bahwa para pekerja bisa memberikan uraian yang tepat mengenai perilaku atau perfomansi yang efektif dan yang tidak efektif. Standar-standar dimunculkan dari diskusi-diskusi kelompok mengenai kejadian-kejadian kritis di tempat kerja. Sesudah serangkaian sesi diskusi, skala dibangun bagi setiap dimensi pekerjaan. Jika tercapai tingkat persetujuan yang tinggi diantara para penilai maka BARS diharapkan mampu mengukur secara tepat mengenai apa yang akan diukur. BARS merupakan instrumen yang paling bagus untuk pelatihan dan produksi dari berbagai departemen. Sifatnya kolaboratif memakan waktu yang banyak dan biasa pada jenis pekerjaan tertentu, adalah job specific, tidak dapat dipindahkan dari satu organisasi ke organisasi lain.

3) Penilaian performansi berdasarkan judgement (Judgement-Based Performance Evaluation) Tipe kriteria performansi yang menilai dan/atau mengevaluasi perfomansi kerja pekerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik, quantity of work, quality of work, job knowledge, cooperation, initiative, dependability,


(47)

personal qualities dan yang sejenis lainnya. Dimensi-dimensi ini biasanya menjadi perhatian dari tipe yang satu ini.

(1) Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan;

(2) Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya;

(3) Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya;

(4) Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi).

(5) Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya;

(6) Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi.

5. Hambatan penilaian kinerja

Penilaian yang dilakukan dengan baik sesuai fungsinya akan sangat menguntungkan organisasi, yaitu akan dapat meningkatkan kinerja. Akan tetapi, dalam proses melakukan penilaian kinerja yang baik terdapat beberapa penyebab kesalahan dalam penilaian kinerja (Sedarmayanti, 2009) sebagai berikut.

1) Efek halo. Terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan mempengaruhi pengumuman kinerja.

2) Kesalahan kecenderungan terpusat. Disebabkan oleh penilai yang menghindari penilaian sangat baik atau sangat buruk. Penilaian kinerja cenderung dibuat rata-rata.


(48)

3) Bisa terlalu lemah dan bisa terlalu keras. Bisa terlalu lemah disebabkan oleh kecenderungan penilai untuk terlalu mudah memberikan nilai baik dalam evaluasi. Bisa terlalu keras adalah penilai cenderung terlalu kental dalam evaluasi. Kedua kesalahan ini pada umumnya terjadi bila standar kinerja tidak jelas.

4) Prasangka pribadi. Faktor yang membentuk prasangka pribadi (seperti faktor senioritas, suku, agama, kesamaan kelompok dan status social) dapat mengubah penilaian.

5) Pengaruh kesan terakhir. Penilaian dipengaruhi oleh kegiatan yang paling akhir. Kegiatan terakhir baik/buruk cenderung lebih diingat oleh penilai.

2.3. Model Teoretik

Berdasarkan kerangka konsep yang dikembangkan dari kerangka teori sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritis. Model ini berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan kemudian. Model teoritisnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Teoretik


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti secara sistematis. Penelitian kualitatif menyajikan data yang dikumpulkan terutama dalam bentuk kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B Sutopo, 2002: 111). Dengan demikian metode ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisis untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

3.2 Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi karyawan KFC Suzuya Binjai terhadap kinerja karyawan, terutama sikap dan komunikasi terhadap meningkatkan kinerja karyawan.


(50)

3.3 Subjek Penelitian

Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kausistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset, bukan objek, karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner (Kriyantono, 2009: 163

Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yangmudah diakses.

Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan masyarakat mereka sehari-hari. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang dalampendekatan lainnya akan hilang.

3.4 Populasi dan Informan

Menurut Warsito (1992: 49), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari mausia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.


(51)

Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah jumlah karyawan di KFC Suzuya Binjai sebagai observasi/wawancara.

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. (Sugiyono, 2008 : 297).

Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik snowball yaitu dengan mencari informan kunci. Yang dimaksud dengan informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Penjelasan tersebut, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah : Karyawan di KFC Suzuya Binjai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengunpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan adalah :


(52)

a. Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan (informan kunci). Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Jadi, teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang komunikasi antarpribadi KFC Suzuya Binjai dalam meningkatkan kinerja antar karyawan. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara ialah mengenai bagaimana proses komunikasi antarpersonal KFC Suzuya Binjai dalam membangun kinerja antar karyawan, bagaimana proses komunikasi antarpribadi pada karyawan.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang mendalam dengan informan yang bersangkutan dalam bentuk observasi langsung, dan apabila datanya sudah terkumpul kemudian dianalisis.

Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan membuat daftar pertanyaan wawancara, mengumpulkan data, dan menganalisa data tersebut. Untuk dapat mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi KFC Suzuya Binjai dalam membangun kinerja antar karyawan, peneliti melakukan beberapa tahapan penelitian, antara lain:

1. Peneliti menyusun draft pertanyaan wawancara berdasarkan pedoman wawancara. 2. Melakukan wawancara mendalam dengan informan.

3. Melakukan observasi langsung.

4. Memindahkan data hasil penelitian yang berbentuk rekaman dan tulisan dari semua pertanyaan yang diajukan kepada informan dan menganalisanya.


(1)

R : iya sesama karyawan di sini menghargai bila karyawannya berprestasi

Responden 13

Hari / tanggal : Rabu / 9 Oktober 2013

Identitas Responden

Nama : Ari

Jabatan: Karyawan

P : Apakah pihak manajemen KFC dalam menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh kepada karyawannya

R : Sudah, hususnya saya sebagai karyawan KFC Suzuya Binjai mengusahakan sesama karyawan itu begitu saya memberikan arahan di usahakan semuanya hadir, tetapi berhubung ada yang lagi di lapangan, ada yang mungkin lagi libur atau cuti jadi otomatis itu semua belum menyeluruh, tetapi saya selaku karyawan berusaha semaksimal mungkin untuk menyeluruhkan sesama karyawan ini supaya hasil yang di capai atau yang di inginkan daripada perusahaan ini khususnya KFC Suzuya Binjai bisa di akomodir dengan baik sehingga menimbulkan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

P : Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama?

R : Berbeda

P : Bagaimana cara pihak manajemen KFC dalam melakukan pendekatan dengan karyawannya?

R : menurut saya melakukan kerja sama dan system komunikasi antarpribadi yang tepat agar pimpinan dan bawahan bisa terjaga dengan baik

P : Bagaimana penanggulangan yang dilakukan KFC Suzuya Binjai terhadap karyawan yang acuh?


(2)

P : Apakah pihak manajemen KFC sudah dapat berempati dan bersimpati kepada karyawannya?

R : iya

P : Bagaimana keterlibatan aktif pihak manajemen KFC dalam memahami keadaan dan perasaan karyawannya?

R : Menurut saya konsep pekerjaan dan juga motivasi kepada karyawan lebih cepat memahaminya

P : Apakah komunikasi antar pribadi yang dilakukan KFC Suzuya Binjai sudah tepat dengan situasi dan suasana pribadi karyawannya?

R : sudah tepat sekali

P : Bagaimana cara pihak manajemen KFC mendukung karyawannya? R : menurut saya memberikan motivasi dan saran

P : Apakah masing-masing karyawan sudah menerapkan prilaku disiplin? R : iya sudah jalani penerapan ditempat saya bekerja sekarang

P : Bagaimana KFC Suzuya Binjai membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan karyawannya?

R : Menurut saya saling menjalin hubungan sesama rekan kerja yakni di bidang komunikasi dan berinteraksi yang tepat

P : Apakah sikap karyawan KFC Suzuya Binjai dalam memberikan perhatiannya sesama karyawannya?

R : iya sudah tepat

P : Apakah karyawan diKFC Suzuya Binjai seling menghargai sesama rekan kerjanya?

R : iya

Responden 14

Hari / tanggal : Rabu / 9 Oktober 2013

Identitas Responden

Nama : Izal


(3)

P : Apakah pihak manajemen KFC dalam menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh kepada karyawannya

R : Sudah, hususnya saya sebagai karyawan KFC Suzuya Binjai mengusahakan sesama karyawan itu begitu saya memberikan arahan di usahakan semuanya hadir, tetapi berhubung ada yang lagi di lapangan, ada yang mungkin lagi libur atau cuti jadi otomatis itu semua belum menyeluruh, tetapi saya selaku karyawan berusaha semaksimal mungkin untuk menyeluruhkan sesama karyawan ini supaya hasil yang di capai atau yang di inginkan daripada perusahaan ini khususnya KFC Suzuya Binjai bisa di akomodir dengan baik sehingga menimbulkan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

P : Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama?

R : Berbeda

P : Bagaimana cara pihak manajemen KFC dalam melakukan pendekatan dengan karyawannya?

R : menurut saya, melakukan saling berkomunikasi sesama kerja dan motivasi dan komunikasi lebih terbuka

P : Bagaimana penanggulangan yang dilakukan KFC Suzuya Binjai terhadap karyawan yang acuh?

R : menurut saya, memberikan teguran sesuai dengan masalah yang ada

P : Apakah pihak manajemen KFC sudah dapat berempati dan bersimpati kepada karyawannya?

R : iya sudah tepat

P : Bagaimana keterlibatan aktif pihak manajemen KFC dalam memahami keadaan dan perasaan karyawannya?

R : Menurut saya, karyawan sangat memahami bila ada keluhan dan masalah komplain kinerja

P : Apakah komunikasi antar pribadi yang dilakukan KFC Suzuya Binjai sudah tepat dengan situasi dan suasana pribadi karyawannya?


(4)

P : Bagaimana cara pihak manajemen KFC mendukung karyawannya? R : menurut saya, memotivasi karyawan

P : Apakah masing-masing karyawan sudah menerapkan prilaku disiplin? R :iya sudah diterapkan secara benar

P : Bagaimana KFC Suzuya Binjai membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan karyawannya?

R : menurut saya, memberikan suasana yang baik dan berkomunikasi secara tepat agar karyawan bisa ngerti

P : Apakah sikap karyawan KFC Suzuya Binjai dalam memberikan perhatiannya sesama karyawannya?

R : iya perhatiaan yang diutaman dengan rekan kerja

P : Apakah karyawan diKFC Suzuya Binjai seling menghargai sesama rekan kerjanya?

R : Kita menciptakan sikap menghargai antara karyawan yang lain, jadi disini kita ada kebersamaan saling merhargai satu sama lain agar tercipta suasana yang enak untuk melakukan pekerjaan

Responden 15

Hari / tanggal : Rabu / 9 Oktober 2013

Identitas Responden

Nama : Indra Jabatan: Karyawan

P : Apakah pihak manajemen KFC dalam menyampaikan pesannya sudah secara menyeluruh kepada karyawannya

R : Sudah, hususnya saya sebagai karyawan KFC Suzuya Binjai mengusahakan sesama karyawan itu begitu saya memberikan arahan di usahakan semuanya hadir, tetapi berhubung ada yang lagi di lapangan, ada yang mungkin lagi libur atau cuti jadi otomatis itu semua belum menyeluruh, tetapi saya selaku karyawan berusaha semaksimal mungkin untuk menyeluruhkan sesama karyawan ini supaya hasil yang di capai atau yang di inginkan daripada


(5)

perusahaan ini khususnya KFC Suzuya Binjai bisa di akomodir dengan baik sehingga menimbulkan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

P : Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama?

R : Berbeda

P : Bagaimana cara pihak manajemen KFC dalam melakukan pendekatan dengan karyawannya?

R : menurut saya, melakukan kerja sama dan komunikasi interpersonal

P : Bagaimana penanggulangan yang dilakukan KFC Suzuya Binjai terhadap karyawan yang acuh?

R : menurut saya, memberikan teguran yang pantas bila karyawan melakukan kesalahan

P : Apakah pihak manajemen KFC sudah dapat berempati dan bersimpati kepada karyawannya?

R : sudah tepat

P : Bagaimana keterlibatan aktif pihak manajemen KFC dalam memahami keadaan dan perasaan karyawannya?

R : menurut saya, saya lebih memberikan curhat sesama karyawan sehingga dapat mengetahui permasalahannya seperti apa dan saya memberikan solusi atau jalan keluar nantinya mas

P : Apakah komunikasi antar pribadi yang dilakukan KFC Suzuya Binjai sudah tepat dengan situasi dan suasana pribadi karyawannya?

R : Ya tergantung juga, kadang disini suasana pribadi itu tidak terlalu tepat, tetapi kita disini selalu kondisikan dari suasana yang tidak baik menjadi lebih baik untuk semaksimal mungkin agar terjadi suasana yang baik juga P : Bagaimana cara pihak manajemen KFC mendukung karyawannya?

R : Menurut saya selalu mendukung kepada karyawan dengan cara memberikan motivasi, jadi supaya tujuan visi dan misi di perusahaan tersebut tercapai P : Apakah masing-masing karyawan sudah menerapkan prilaku disiplin? R : iya selalu mematuhi peraturan yang ada dan tidak melanggar yang ada isi


(6)

P : Bagaimana KFC Suzuya Binjai membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan karyawannya?

R : Kita kadang menciptakan situasi yang santai tidak terlalu formal, jadi denga cara menyenangkan dengan karyawan dengan secara kekeluargaan, dengan memberikan selingan bercandaan agar supaya tidak terlalu tegang antara karyawan, supaya suasana hidup

P : Apakah sikap karyawan KFC Suzuya Binjai dalam memberikan perhatiannya sesama karyawannya?

R : iya. Disini saling perhatian sesama rekan kerja agar tercapainya hubungan kerja yang baik dan tepat

P : Apakah karyawan diKFC Suzuya Binjai saling menghargai sesama rekan kerjanya

R :iya saling menghargai, dan tidak menunda pekerjaan yang ada. Bahkan saling kebersamaan dengan rekan kerja satu sama lain agar tercipta suasana yang enak untuk melakukan pekerjaan