Indira Fitri Apriani, 2014 PEMILIHAN BAHASA OLEH MAHASISWA ASING DI PERGURUAN TINGGI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2.2.2 Ihwal Pemilihan Bahasa
Pemilihan bahasa dalam suatu peristiwa tutur bukanlah hal yang mudah Fasold, 1984:180, yakni memilih sebuah bahasa secara keseluruhan whole
language dalam sebuah peristiwa komunikasi. Seseorang yang merupakan dwibahasawan atau multibahasawan tentu akan berpikir untuk memilih bahasa
apa yang akan digunakan ketika berbicara kepada orang lain dalam peristiwa komunikasi.
Dalam tesisnya yang berjudul “Pemilihan Bahasa Dalam Masyarakat
Sunda: Studi Kasus Di Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung”, Fasya 2009 menyebutkan bahwa terdapat tiga kategori pemilihan dalam
pemilihan bahasa. Tiga kategori pemilihan tersebut adalah. Pertama, dengan memilih satu variasi dari bahasa yang sama intra
language variation. Apabila seorang penutur bahasa Jawa berbicara kepada orang lain dengan menggunakan bahasa Jawa krama, misalnya, ia telah
melakukan pemilihan bahasa kategori pertama ini. Kedua, dengan melakukan alih kode code switching, artinya
menggunakan satu bahasa pada satu keperluan dan menggunakan bahasa yang lain pada keperluan lain dalam satuperistiwa komunikasi.
Ketiga, dengan melakukan campur kode code mixing, artinya menggunakan satu bahasa tertentu dengan bercampur serpihan-serpihan dari
bahasa lain. Dengan demikian, di dalam masyarakat multibahasa terdapat bermacam-
macam kode, yang antara lain berupa dialek, sosiolek, serta gaya yang digunakan dalam berkomunikasi. Dengan adanya kode-kode tersebut, penutur dalam
lingkungan tutur tersebut akan menggunakan kode sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan cara mengubah variasi penggunaan bahasanya.
2.2.2.1 Alih Kode
Fasol, Ralph 1984 mengemukakan bahwa masalah pertama yang dapat dipertimbangkan mengenai pemilihan bahasa adalah bahasa secara keseluruhan.
Indira Fitri Apriani, 2014 PEMILIHAN BAHASA OLEH MAHASISWA ASING DI PERGURUAN TINGGI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kita dapat membayangkan seseorang yang berbicara dua bahasa atau lebih dan harus memilih bahasa yang mana yang akan digunakan. Bermacam-macam
pemilihan yang harus kita hadapi seperti ini disebut dengan alih kode atau code- switching Laosa 1975; Greenfield 1972; Herman 1968; Sankooff 1980, dalam
Fasold 1984. Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode menurut Suwito 1996: 85-
87 antara lain ialah. 1
Penutur, seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya, mengubah situasi dari resmi menjadi
tidak resmi, atau sebaliknya. 2
Mitra tutur, mitra tutur yang latar belakan kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan apabila mitra tutur
berlatar belakang kebahasaan yang berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.
3 Hadirnya penutur ketiga untuk menetralisasi situasi dan menghormati
kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaaan mereka berbeda.
4 Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam
menentukan alih kode. Misalnya, pokok pembicaraan yang bersifat formal para penuturnya akan menggunakan ragam baku dan pokok pembicaraan
informal disampaikan dengan ragam santai. 5
Untuk membangkitkan rasa humor biasanya dilakukan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.
6 Untuk sekadar bergengsi, walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan
faktor sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode. Sebagian penutur ada yang beralih kode sekadar untuk bergengsi.
2.2.2.2 Campur Kode