Komponen Tutur Ihwal Peristiwa Tutur

Indira Fitri Apriani, 2014 PEMILIHAN BAHASA OLEH MAHASISWA ASING DI PERGURUAN TINGGI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu serpihan bahasa tersebut bisa berbentuk kata-kata, tetapi bisa juga dalam bentuk frasa atau unit-unit yang lebih besar Gumperz 1977; Parasher 1980; Hill and Hill 1980, dalam Fasold 1984.

2.2.3 Ihwal Peristiwa Tutur

Yang dimaksud dengan peristiwa tutur atau speech event adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu Chaer dan Agustina, 2004: 47. Jadi, interaksi antara pedagang dan ibu di warung menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya bisa disebut peristiwa tutur. Peristiwa lain sebagai contoh, yakni sidang di pengadilan, khotbah di masjid, diskusi di ruang rapat, dan sebagainya merupakan peristiwa tutur. Akan tetapi, percakapan yang pokok percakapannya tidak menentu, tanpa tujuan, dilakukan oleh orang-orang yang tidak sengaja untuk bercakap-cakap, dan menggunakan ragam bahasa yang berganti-ganti secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur.

2.2.3.1 Komponen Tutur

Sebuah peristiwa tutur menurut Dell Hymes dalam Chaer dan Agustina, 2004: 48-49 harus memenuhi delapan komponen. Komponen-komponen tersebut, bila huruf-huruf awalnya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Adapun penjelasan dari masing-masing komponen tersebut adalah. S etting and scene latar dan suasana tutur, setting atau latar mengacu pada waktu dan tempat sebuah peristiwa tutur yang pada umumnya berupa lingkungan fisik. Untuk cerita tentang sebuah keluarga, ruangan keluarga bisa menjadi sebuah latar. Scene atau suasana merupakan latar psikologis atau definisi budaya dari sebuah suasana. Waktu, tempat, dan situasi berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di tengah konser yang bising tentu akan berbeda dengan pembicaraan di dalam perpustakaan yang sunyi. Di Indira Fitri Apriani, 2014 PEMILIHAN BAHASA OLEH MAHASISWA ASING DI PERGURUAN TINGGI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam konser kita bisa berbicara keras-keras, tapi di perpustakaan harus berbicara dengan suara pelan. P articipants peserta tutur, partisipan mengacu pada penutur dan petutur atau pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan. Partisipan bisa seorang pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dua orang yang sedang berbincang dapat berganti peran sebagai pemberi atau penerima pesan, sedangkan seorang ustaz yang sedang memberi ceramah tidak dapat bertukar peran, ustaz sebagai pemberi dan jamaan sebagai penerima. E nds tujuan tutur, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Seorang bibi bercerita tentang nenek mungkin bertujuan untuk menghibur petutur, memberikan pelajaran pelajaran kepada keponakannya, dan menghormati nenek. A ct sequence topikurutan tutur, mengacu pada pesan dan urutan peristiwa. Cerita seorang bibi mungkin saja dimulai dengan sebuah acara penghormatan untuk nenek. Alur dan pengembangan cerita memiliki urutan yang telah disusun oleh penutur. Dalam peristiwa tutur di pengadilan bertujuan untuk menyelesaikan suatu kasus, namun para partisipan dalam ruangan itu memiliki tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan terdakwa tidak bersalah. K eys nada tutur, mengacu pada nada atau tone, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan. Seperti dituturkan dengan senang hati, dengan singkat, dengan serius, dengan mengejek, dengan memuji, dan sebagainya. I nstrumentalities sarana tutur, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Sarana tutur ini juga dapat mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register. N orms norma-norma tutur, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. G enre jenis tutur, mengacu pada jenis ujaran atau jenis bentuk penyampaian, seperti doa, narasi, puisi, pepatah, dan sebagainya. Indira Fitri Apriani, 2014 PEMILIHAN BAHASA OLEH MAHASISWA ASING DI PERGURUAN TINGGI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Komponen tutur yang diajukan oleh Hymes, dalam rumusan lain tidak berbeda dengan yang disebutkan oleh Fishman. Fishman dalam Chaer dan Agustina, 2004 menyebut pokok pembicaraan sosiolinguistik, yaitu „who to speak, what language, to whom, whenm and what end‟.

2.2.3.2 Ranah Tutur