Maksim kesepakatan mengandung prinsip sebagai berikut: 1 kurangi kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain sesedikit mungkin;
2 tingkatkan kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain sebanyak mungkin.
Contoh maxim kesepakatan: 17 Lia : Nanti malam kita nonton di Bioskop ya, Ta
Dita : Boleh. Saya tunggu di 21. Pada tuturan di atas terlihat jelas bahwa terdapat kesepakatan atau kecocokan antara penutur dan
mitra tutur untuk pergi bersama nanti malam. Hal tersebut juga diperkuat dengan tuturan dari mitra tutur “boleh” yang berarti sepakat dengan ajakan penutur, yakni nonton di Bioskop.
f. Maksim Simpati Sympathy Maxim
Maksim simpati mengandung prinsip sebagai berikut: 1 kurangi rasa antipati antara diri sendiri dan orang lain sekecil mungkin;
2 tingkatkan rasa simpati antara diri sendiri dan orang lain sebanyak mungkin. Contoh maxim simpati:
18 Andre : Lia, Ibuku meninggal tadi malam. Lia : Innalillahiwainailahi rojiun. Saya turut berduka cita.
Pada tuturan di atas, dikatakan memenuhi prinsip sopan santun maksim simpati karena terlihat jelas bahwa Lia memaksimalkan simpati kepada Andre dengan cara ikut berduka cita.
2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Isi kurikulum merupakan susunan, bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan Oemar Hamalik, 2005: 18.
Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar SD saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan badan standar nasional
pendidikan BSNP. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah jam pelajaran bahasa
Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar
siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di sekolah dasar, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-
hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. 1991: 1 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta
dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,yaitu metode penelitian yang data dan hasil analisisnya menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi
dan mengisi materi laporan Zaini Hasan, 1990:16. Penggunaan metode deskriptif diharapkan dapat memberikan bentuk tuturan bertanya pada
dialogfilm“Hafalan Shalat Delisa” dan implikasinya terhadap pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa tuturan dari tokoh dalam dialog film “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye. Mereka adalah 1 Abi Usman, 2 Umi
Salamah, 3 Kak Fatimah, 4 Cut Aisyah, 5 Cut Zahra, 6 Delisa, 7 Koh Acan, 8 Ustadz Rahman, 9 Prajurit Smith, 10 Suster Sophie.
Tokoh lainnya adalah: 1 Tiur, 2 Teuku Umam, 3 ibu guru Nur.
3.3 Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik simak dan pencatatan. Dikatakan teknik simak yakni penulis menyimak semua
dialog film “Hafalan Shalat Delisa” yang berdurasi 01:40:17 detik.Penelitian ini juga menggunakan teknik pencatatan, yakni catatan transkip data.
Catatan transkip data dilakukan untuk mencatat tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur dari setiap pemeran dalam film “Hafalan Shalat Delisa”.
Catatan tersebut, yakni catatan deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan dari setiap tokoh dalam dialog film “Hafalan Shalat
Delisa” termasuk konteks yang melatarinya, dan catatan reflektif adalah interpretasi atau penafsiran peneliti terhadap tuturan yang disampaikan oleh
penutur kepada mitra tutur.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Menyimak dan mencatat semua tuturan bertanya yang muncul dalam dialog
film “Hafalan Shalat Delisa”termasuk konteks tuturan; 2. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif, catatan
reflektif dan juga menggunakan catatan heuristik, yakni analisis konteks. Analisis heuristik digunakan apabila ada tuturan bertanya tidak langsung
yang memiliki berbagai interpretasi makna; 3. Mengidentifikasi tuturan tokoh yang di dalamnya terdapat tuturan bertanya;
4. Mengklasifikasi data tuturan bertanya, yakni bertanya langsung dan bertanya tidak langsung berdasarkan konteks;
5. Berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi data, dilakukan kegiatan
penarikan simpulan; 6. Mendeskripsikan implikasi tuturan bertanya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar SD.
Gambar 1. Bagan Analisis Heuristik
Leech, 1993:63 Leech menawarkan pemakaian analisis heuristik untuk menginterpretasi sebuah
tuturan. Dalam analis heuristik, analisis berawal dari problema, dilengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, dan asumsi dasar bahwa penutur
menaati prinsip-prinsip pragmatis, kemudian mitra tutur merumuskan hipotesis tujuan tuturan. Berdasarkan data yang tersedia, hipotesis diuji kebenarannya. Bila
hipotesis sesuai dengan bukti-bukti konstektual yang tersedia, berarti pengujian berhasil, hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interpretasi baku
yang menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatis. Jika pengujian 1. Problem
2. Hipotesis
3. Pemeriksaan
4.b. Pengujian Gagal 4.a. Pengujian Berhasil
5.Interpretasi default