Tinjauan Umum Mengenai Kejahatan Terorisme

27 membentuk kelompok Al Qaeda. Anggotanya multi bangsa, tak mengenal batas negara. 75 Terorisme juga telah berkembang antara lain dalam sengketa ideologi, fanatisme agama, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan, gerilya, bahkan juga oleh pemerintah sebagai cara, dan sarana menegakkan kekuasannya. Terorisme gaya baru mengandung beberapa karakteristik, yakni : 76 a. Ada maksimal korban secara mengerikan. b. Keinginan untuk mendapatkan liputan di media masa secara internasional. c. Tidak pernah ada yang membuat klaim terhadap terorisme yang sudah dilakukan. d. Serangan terorisme tidak pernah bisa diduga karena sasasarannya sama dengan luasnya permukaan bumi. Terorisme dalam perkembangannya telah memiliki dimensi dan jaringan yang luas yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang melampaui batas- batas negara dan sudah dapat dikatakan sebagai kejahatan yang melibatkan dunia internasional. Saat ini terorisme tidak hanya menjadikan kehidupan politik untuk sasarannya sebagaimana awal kemunculannya, tetapi telah menambah dan menghancurkan berbagai aspek kehidupan manusia, seperti menurunnya kegiatan ekonomi dan terganggunya kehidupan dan budaya masyarakat yang beradab sehingga digolongkan sebagai salah satu dari delapan transnational crime. 77 75 Ibid. 76 Ibid. 77 Moch Faisal Salam , Motivasi tindakan terorisme, jakarta: Mandar Maju, 2005, hlm. 1 28

2.2.2. Definisi Terorisme

Terorisme dalam konteks pengertiannya sampai saat ini masih menjadi perdebatan, Amerika Serikat sendiri yang pertama kali mendeklarasikan “perang melawan teroris” belum memberikan definisi yang gamblang dan jelas sehingga semua orang bisa memahami makna sesungguhnya tanpa dilanda keraguan, tidak merasa didiskriminasikan serta termarjinalkan. 78 Tidak mudahnya merumuskan definisi terorisme, tampak dari usaha Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dengan membentuk adhoc comittee on terorism Tahun 1972 yang bersidang selama 7 tahun tanpa menghasilkan rumusan definisi. 79 Beberapa lembaga dan konvensi internasional telah mencoba mendefinisikan terorisme sebagai berikut : 80 a. US Central Intelegency Agency CIA Terorisme internasional adalah terorisme yang dilakukan dengan dukungan pemerintah atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan negara, lembaga, atau pemerintah asing. b. US Federal Bureau of Investigation FBI Terorisme adalah penggunaan kekerasan tidak sah atau kekerasan atas seseorang atau harta untuk mengintimidasi sebuah pemerintah, penduduk sipil elemen-elemennya untuk mencapai tujuan sosial politik. c. US Departmen of State and Defense Terorisme adalah kekerasan bermotif politik dan dilakukan oleh agen negara atau kelompok subnasional terhadap sasaran kelompok non kombatan. 78 Abdul Wahid, et.al, Kejahatan terorisme : Perspektif Agama, HAM dan Hukum, Bandung : PT Refika Aditama, 2011, hlm. 21. 79 Muhammad Mustofa, Memahami Terorisme : suatu persepektif krimonologi, Jurnal Kriminologi FISIP Universitas Indonesia, Vol.2, No.3, Desember 2002, hlm. 35. 80 Abdul Wahid, et.al, Op.cit., hlm. 24. 29 Biasanya dimaksudkan untuk memperngaruhi audien. Terorisme internasional adalah terorisme yang melibatkan warga negara atau wilayah lebih dari satu negara. d. Black’s law Dictionary Tindakan terorisme adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana Amerika, atau negara bagian Amerika, dan jelas dimaksudkan untuk; i mengintimidasi penduduk sipil; ii mempengaruhi kebijakan pemerintah; iii mempengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara penculikan dan pembunuhan. e. Convention Against Terrorist Bombing 1997 Pasal 2 ayat 1 konvensi ini menjelaskan bahwa teroris adalah orang-orang yang melakukan suatu kejahatan secara melawan hukum dan sengaja menyampaikan, menempatkan, menembakkan, atau meledakkan suatu bahan peledak, atau alat persenjataan lain di dalam, ke arah atau terhadap tempat- tempat yang digunakan untuk umum, suatu fasilitas negara atau pemerintah. f. Convention for the Supression of the Financing of Terrorism 1999 Pasal 2 dalam konvensi ini menjelaskan bahwa suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai teroris jika dilakukan oleh seseorang yang dengan sengaja dan melanggar hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung, menyediakan sejumlah dana dengan tujuan untuk melaksanakan suatu tindakan yang mengakibatkan kematian atau luka berat bagi orang lain atau orang yang tidak terlibat aktif dalam situasi konflik bersenjata, dengan tujuan untuk mengintimidasi masyarakat atau memaksa suatu pemerintahan. 30 Berdasarkan penjelasan mengenai definisi terorisme oleh beberapa lembaga tersebut, maka dapat dipastikan belum tercapainya kesepakatan mengenai pengertian terorisme tersebut. Namun hal itu tidak menjadikan terorisme dibiarkan lepas dari jangkauan hukum, karena secara harfiah, terorisme dapat diartikan sebagai serangan-serangan yang terkoordinasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok sub-nasional yang bertujuan membangkitkan perasaan teror kepada sekelompok masyarakat. 81 Untuk mempermudah pemahaman terhadap definisi terorisme, ada beberapa motif perbuatan yang merupakan terorisme dengan merujuk pada : 82 1. Motif Politik Secara umum terorisme mengandung motif politik, demikian kira-kira pandangan klasik mengenai terorisme. 2. Motif Ekonomi Terorisme yang bermotifkan ekonomi, yakni mencari keuntungan secara material sebanyak-banyaknya, biasanya dilakukan oleh organisasi-organisasi kejahatan crime organizations seperti Mafia, Yakuza, kartel-kartel perdagangan obat terlarang dan sejenisnya. 3. Motif Penyelamatan salvation Motif ini bertalian erat dengan ajaran sekte-sekte aliran kepercayaan. Pelaku terorisme sama sekali tidak mengganggap tindakannya sebagai teror, dalam keyakinan mereka, manusia hidup senantiasa dalam keadaan terpenjara dan sengsara, karena itu diperlukan adanya suatu kematian yang cepat untuk 81 Sukawarsini Djelantik, Teorisme Tinjauan Psikologi Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Kemanaan Nasional Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2010, hlm.183 82 TB. Rony R. Nitibaskara, Terorisme Sebagai Kejahatan Penuh Wajah, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol.2, No.3, Desember 2002, hlm 16-17. 31 penyelamatan. Pelaksanaan terorisme bertujuan untuk penyelamatan nyawa orang lain sebagai tindakan mulia. 4. Motif Balas Dendam Terorisme dengan motif ini biasanya dilakukan pelaku individual, atau kelompok-kelompok kecil terorganisir maupun organisasi-organisasi kejahatan. Pelaku individual dengan motif balas dendam salah satu contohnya adalah Theodore John Kecynski yang merasa kecewa dengan lembaga riset universitas tertentu yang dirasakannya telah memperlakukannya secara kurang layak, sehingga ia merasa terdorong untuk menumpahkan kemarahannya berupa terorisme berantai Seiring perkembangan waktu, terorisme kian jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat tindakan pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target-target serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi sehingga semakin jelas bahwa teror bukan merupakan bentuk kejahatan kekerasan destruktif biasa, melainkan sudah merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia Crimes against Piece and Security of Mankind. 83 Kejahatan terorisme juga merupakan kejahatan terhadap peradaban dan merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan tiap negara. Terorisme merupakan kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu dilakukan pemberantasan secara berencana dan berkesinambungan. 84 83 Mulyana W. Kusumah, Terorisme dalam Persepktif Politik dan Hukum, Jurnal Kriminologi FISIP Universitas Indonesia, Vol.2 No. 3, Desember 2002 hlm. 22. 84 Abdul Wahid, et.al, Op.cit.., hlm.11. 32

2.2.3. Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Kejahatan Terorisme

85 Kejahatan terorisme diatur dalam dua instrumen hukum internasional, yaitu Convention Against Terrorist Bombing 1997, dan Convention For The Supression of the financing of Terrorism 1999. Dibawah ini akan diuraikan masing-masing konvensi tersebut secara terbatas :

2.2.3.1. Convention Against Terrorist Bombing 1997

Konvensi ini diterima oleh majelis umum PBB pada tanggal 15 Desember 1997, terdiri atas 24 Pasal, dan terbuka untuk diratifikasi sampai tanggal 12 januari 1998. Secara garis besar konvensi ini mengatur beberapa hal mengenai kejahatan terorisme, Pasal 2 mengatur pengertian kejahatan teroris yaitu : 1 Orang-orang yang melakukan suatu kejahatan di dalam pengertian konvensi ini jika orang itu secara melawan hukum dan sengaja menyampaikan, menempatkan, menembakkan, atau meledakkan suatu bahan peledak, atau alat persenjataan lain di dalam, ke arah atau terhadap tempat-tempat yang digunakan untuk umum, suatu fasilitas negara atau pemerintah, sistem angkutan umum atau fasilitas infrastruktur : a Dengan sengaja untuk menyebabkan kematian atau luka-luka serius disekujur badan. b Dengan sengaja menyebabkan kehancuran yang meluas terhadap tempat demikian, fasilitas atau sistem, di mana akibat-akibat dari penghancuran demikian atau seperti itu mengakibatkan kehilangan ekonomi yang besar. 85 Khaidir Anwar, Hukum Internasional II,Op.cit., hlm. 54-66. 33 2 Orang-orang juga melakukan suatu kejahatan, jika orang itu berusaha melakukan suatu sebagaimana disebutkan dalam ayat 1. 3 Orang -orang juga melakukan suatu kejahatan jika orang itu : a Berpartisipasi sebagai kaki tangan dalam suatu kejahatan sebagaimana disebutkan dalam ayat 1. b Mengorganisir orang lain untuk melakukan suatu kejahatan sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 atau 2. c Dengan cara lain menyokong untuk mempersiapkan satu atau lebih kejahatan sebagaimana tersebut pada ayat 1 atau 2 oleh suatu kelompok orang-orang yang bertindak dengan tujuan umum; penyokongan tersebut. d Dilakukan secara sengaja dan keduanya dibuat dengan tujuan kegiatan- kegiatan kejahatan umum lebih lanjut atau bertujuan terhadap kelompok atau dibuat sepengetahuan secara sengaja terhadap kelompok itu untuk melakukan kejahatan tersebut. Pasal 3 konvensi ini menentukan bahwa konvensi ini tidak berlaku di mana kejahatan itu dilakukan di dalam suatu negara tunggal, pelaku kejahatan dan korban-korbannya adalah warga negara itu, pelaku kejahatan ditemukan di dalam wilayah negara itu dan bukan negara lain berdasarkan Pasal 6 ayat 1, atau Pasal 6 ayat 2 konvensi ini untuk melaksanakan yurisdiksi. Pasal 4 mengatur kewajiban bagi negara peserta untuk merumuskan kejahatan- kejahatan yang diatur dalam Pasal 2 konvensi ini didalam ketentuan hukum nasionalnya sebagai kejahatan kriminal, dan dapat dihukum dengan hukuman yang tepat. 34 Pasal 5 pada intinya menentukan bahwa setiap negara wajib menerapkan cara- cara yang diperlukan, termasuk melalui peraturan dalam negeri, untuk mengatur tindak pidana yang terdapat dalam konvensi tersebut dan tidak boleh dikenakan berdasarkan politik, filosofis, ideologi, ras, etnis, agama, atau hal lainnya. Selanjutnya Pasal 6 konvensi ini menentukan : 1. Setiap negara peserta akan mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk melaksanakan yurisdiksinya terhadap kejahatan-kejahatan yang ditentukan dalam Pasal 2, apabila : a Kejahatan itu dilakukan di dalam wilayah negara itu ; atau b Kejahatan itu dilakukan di dalam pesawat terbang yang terdaftar menurut undang-undang negara itu pada saat kejahatan itu dilakukan; atau c Kejahatan itu dilakukan oleh warga negara dari negara itu. 2. Suatu negara peserta dapat juga melaksanakan yurisdiksinya atas kejahatan- kejahatan demikian, apabila A state Party may also establish its jurisdiction over any such offence when : a Kejahatan itu dilakukan terhadap fasilitas negara dari negara itu The offence is commited against a national of that State; atau b Kejahatan itu dilakukan terhadap fasilitas negara atau pemerintah negara itu diluar negeri, termasuk kedutaan, tempat kediaman pejabat diplomatik atau konsuler negara itu The offence is commited against state or goverment facility of State abroad, including an embassy or other diplomatic or consular premises of the State; atau c Kejahatan itu dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan yang tempat kediamannya di dalam wilayah negara itu 35 The offence is commited by a stateless person who has his or her habitual residence in the territory of that State; or d Kejahatan itu dilakukan dengan berusaha memaksa negara itu melakukan atau tidak melakukan tindakan sesuatu The offence is commited in an attemp to compel that State to do or abstaim from doing any contact; atau e Kejahatan itu dilakukan di dalam pesawat terbang yang dioperasikan oleh pemerintah negara itu the offence is commited on board an aircraft which is operated by the Goverment of the State.

2.2.3.2. Convention for the Supression of the Financing of Terrorism 1999

Konvensi ini merupakan salah satu instrumen hukum internasional yang bertujuan untuk mencegah dan memberantas aktivitas terorisme di seluruh dunia, dengan jalan memutus aliran sumber dana yang diduga dipergunakan untuk kegiatan - kegiatan teroris di seluruh dunia. Masyarakat internasional menyadari bahwa jumlah dan akibat serius dari tindakan teroris sangat tergantung pada sumber dana yang tersedia. Untuk itu, konvensi ini diharapkan dapat mendorong negara-negara di dunia, sekaligus menegaskan posisi dari masyarakat internasional untuk mengutuk segala bentuk dan tindakan terorisme. Konvensi ini dibentuk dengan dilatarbelakangi adanya kenyataan bahwa kegiatan- kegiatan terorisme di seluruh belahan dunia, atas alasan apapun juga, saat ini sudah mencapai tahap yang sangat meresahkan dan dapat mengancam ketertiban dan keamanan dunia. Tindakan teroris ini tidak lagi dipandang sebagai satu kejahatan biasa ordinary crime, namun telah dianggap sebagai suatu kejahatan 36 luar biasa extraordinary crime yang dapat mengancam kehidupan umat manusia, yang penanggulangannya memerlukan suatu kerjasama internasional. Sebelum konvensi ini lahir, berbagai Resolusi PBB telah dihasilkan sebagai bentuk perhatian dan keprihatinan masyarakat internasional atas dampak dari tindakan terorisme yang sekaligus merupakan pertimbangan utama dibuatnya konvensi ini, sebagaimana tercantum pertimbangan utama dibuatnya konvensi ini, sebagaimana tercantum dalam preambule-nya, antara lain Resolusi Majelis Umum MU PBB No.506 tanggal 24 Oktober 1995, Resolusi MU PBB No. 4960 tanggal 9 Desember 1994, Resolusi MU PBB No.51210 tanggal 17 Desember 1996, Resolusi MU PBB No.53108 tanggal 8 Desember 1998. Selain itu, konvensi ini dibentuk dengan memperhatikan Resolusi Dewan Kemanan DK PBB No.1269 tanggal 19 Oktober 1999 yang secara langsung dan tegas merekomendasikan kepada sekretaris jendral PBB dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menyusun sautu instrumen hukum internasional untuk memutus aliran dana bagi kepentingan kegiatan terorisme. Substansi konvensi ini terdiri atas 28 Pasal dan satu lampiran. Beberapa rincian dari konvensi ini adalah sebagai berikut : 1 Pasal 1 menjelaskan tentang definisi dari berbagai istilah atau terminologi yang dipergunakan dalam konvensi. 2 Pasal 2 menjelaskan tentang definisi dari tindak pidana yang dapat dihukum berdasarkan konvensi ini, yaitu setiap orang yang dengan sengaja dan melanggar hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung, menyediakan sejumlah dana dengan tujuan untuk melaksanakan suatu tindakan yang mengakibatkan kematian atau luka berat bagi orang lain atau orang yang tidak terlibat aktif dalam situasi konflik bersenjata, dengan tujuan untuk 37 mengintimidasi masyarakat atau memaksa suatu pemerintahan atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu, suatu tindakan dapat dianggap melanggar konvensi ini apabila sesuai dengan definisi dari kejahatan yang diatur dalam berbagai perjanjian dalam konvensi ini. 3 Pasal 4 menjelaskan bahwa setiap peserta harus menetapkan melalui peraturan nasionalnya bahwa kejahatan yang ditentukan dalam Pasal 2 merupakan suatu tindak pidana, dan mengatur bahwa para pelaku tindak pidana dalam Pasal 2 dapat dipidana sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukannya. 4 Pasal 5 menjelaskan bahwa setiap negara peserta, sesuai dengan prinsip- prinsip hukum nasionalnya, harus melakukan cara-cara yang diperlukan untuk dapat meminta pertanggungjawaban suatu subjek hukum, yang terletak atau melaksanakan kegiatannya di salah satu negara peserta, ketika seseorang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu subjek hukum tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dapat berupa pertanggungjawaban pidana, perdata, administrasi, atau secara finansial. 5 Masih dalam Pasal 5, setiap negara peserta harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat menerapkan yurisdiksinya terhadap setiap tindak pidana yang diatur dalam Pasal 2 jika tindak pidana tersebut dilakukan di wilayah negara tersebut, di kapal laut berbendera negara tersebut, dan pelaku tindak pidana tersebut adalah warga negara tersebut. 6 Pasal 8 menjelaskan bahwa setiap negara peserta, sesuai dengan prinsip- prinsip hukum nasionalnya, harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka mengidentifikasi, mendeteksi, dan membekukan atau penyitaan 38 dana-dana yang digunakan atau ditujukan bagi kegiatan terorisme. Selain itu, setiap negara peserta harus menyusun suatu mekanisme agar dana tersebut dapat digunakan sebagai dana kompensasi bagi korban atau keluarga korban. 7 Pasal 9 menjelaskan bahwa setiap negara peserta berkewenangan untuk melakukan investigasi terhadap seseorang yang berada dalam wilayah teritorialnya dan diduga melakukan tindak pidana teroris. Sebagaimana ditentukan dalam kedua konvensi yaitu Convention on the Supression of Terorist Bombing 1997 dan Convention on the Supression of Financing Terorism 1999, maka setiap tindak pidana yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang yang melanggar salah satu diantara kedua konvensi tersebut, dapat dikategorikan sebagai kejahatan teroris. 39

2.3. Gambaran Umum Negara Afghanistan

2.3.1. Kondisi Geografis

Gambar Peta Negara Afghanistan Afghanistan merupakan sebuah negara di wilayah asia tengah dimana kota Kabul sebagai ibukotanya. Secara geografis, negara ini berbatasan langsung dengan Pakistan di sebelah timur dan selatan, Iran di barat, serta Turkmenistan, Uzbekistan dan Tajikistan di utara. Jumlah penduduk negara Afghanistan sendiri sekitar 25,8 juta orang dengan mayoritas penduduk menganut agama Islam. Sekitar 80 persen penganut islam merupakan sunni, sementara 19 persen adalah 40 syiah. Orang-orang dari agama-agama lain, seperti sikh dan hindu juga terdapat di negara ini meskipun jumlah mereka amat sedikit. 86 Bangsa Afghanistan merupakan keturunan dari hasil kawin campur antara berbagai bangsa penakluk seperti Persia, Arab, Turki dan Mongol. Mereka terbagi dalam berbagai kelompok suku dengan dominan sukunya adalah Pashtun 38 persen, Tadzik 25 persen serta Hazara 19 persen. Etnis lain adalah Uzbek, Aimaks, Turkmen, Baloch dan banyak lainnya. Penduduk negara Aghanistan, sebagian besar bekerja sebagai petani gandum dan penggembala. 87 Afganistan merupakan salah satu negara miskin di dunia, kekayaannya berupa endapan mineral, hutan dan produk pertanian. Endapan mineral yang ada meliputi bijih besi, gas alam, tembaga, batu bara, kromit, minyak, lapis lazuli, sedikit endapan emas, perak, dan batu delima. Sumber kekayaan yang berasal dari produk pertanian berupa tanaman kacang-kacangan yang menghasilkan buah seperti kenari hijau, biji pinus, kenari, dan badam, sedangkan sumber kekayaan yang berasal dari hutan sebagian besar wilayahnya sudah ditebang menjadi potongan kayu. 88

2.3.2. Kondisi Sosial Politik

Afghanistan mengalami ketidakpastian sosial politik cukup lama, hal ini terjadi sejak awal kedatangan Uni Soviet untuk melakukan operasi militer atas Afghanistan pada tahun 1979 dan berlanjut menjadi perang panjang yang mengakibatkan kerusakan besar pada negara, namun pasukan bersenjata Uni 86 www.amazine.co.id, Ketahui Budaya, Bahasa dan Tradisi Afghanistan diakses melalui situs http:www.amazine.co22584ketahui-budaya-bahasa-dan-tradisi- afghanistan pada tanggal 7 Januari 2015 pukul 20.05 WIB. 87 Ibid. 88 Ibid. 41 Soviet mundur dan meninggalkan negara Afghanistan pada tahun 1989 akibat perlawanan kelompok mujahidin yang mendapat dukungan secara internasional. 89 Uni Soviet yang meninggalkan Afghanistan justru menimbulkan perang saudara yang berkelanjutan dan akhirnya mengakibatkan Kabul jatuh ke pihak Taliban pada tahun 1996. 90 Taliban merupakan gerakan nasionalis islam yang berasal dari wilayah selatan Afghanistan. Taliban secara efektif menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan sejak tahun 1996 sampai tahun 2001. Kelompok ini dibentuk pada tahun 1994 dan mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Pakistan. Taliban mendapat pengakuan diplomatik hanya dari 3 negara, yaitu Uni Emirat Arab, Pakistan, dan Arab Saudi. 91 Tahun 2001 pasca tragedi 11 September, pemerintah Taliban digulingkan oleh Amerika Serikat karena dituduh melindungi pemimpin Al-Qaeda yang berperan sebagai dalang dalam tragedi 11 September 2001. Serangan itu dilakukan melalui operasi di darat hingga akhirmya mampu mengalahkan gerilyawan Taliban hanya dalam beberapa pekan. Taliban kemudian melarikan diri ke tempat-tempat persembunyian di Afghanistan dan Pakistan selama beberapa tahun dan tidak melakukan aktivitas, akibat invasi yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat. 92 Amerika Serikat yang melakukan operasi militer pada tahun 2001, telah berhasil membuat Taliban mundur ke wilayah timur dan selatan Afghanistan dan membuat kota Kabul menjadi ibukota 89 www.bbc.com, Afghanistan Profile, Loc.cit. 90 Ibid. 91 www.bbc.co.uk, Siapakah Kelompok Taliban ?, diakses melalui situs http:www.bbc.co.ukindonesianindepthstory200906090624_talibanhistory.shtml pada tanggal 18 Maret pukul 16.20 WIB. 92 www.kompas.com, 10 Tahun Invasi AS ke Afghanistan Diperingati, diakses melalui situs : http:internasional.kompas.comread201110071243119010.Tahun.Invasi.AS.ke.Afghanis tan.diperingati pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 11.00 WIB.