93
atau meninggal. Binatang dan pepohonan akan mati. Alam dan seluruh isinya akan hancur. Oleh karena itu, dunia ini biasanya disebut ‘alam fana’.
Yaitu alam yang suatu saat akan mengalami kehancuran. Kehancuran alam yang paling besar, yaitu kelak pada hari kiamat. Saat itu hanya
Allah saja yang tinggal. Karena Allah tidak bersifat Fana’.
4. Mumatsalatu Lil-Hawaditsi
Mumatsalatu lil-hawaditsi artinya menyerupai semua makhluk. Al- lah tidak mungkin mirip dengan makhluk ciptaan-Nya. Allah tidak boleh
digambar atau dibikin patung lalu disembah seolah-olah ia adalah Allah. Sebagai Pencipta, Allah tidak mungkin mirip dengan benda hasil ciptaan-
Nya. Misalnya, seorang tukang kayu yang menciptakan bentuk kursi. Dia tentu tidak mirip dengan kursi yang dibuatnya.
5. Qiyamuhu Bighairihi
Qiyamuhu bighairihi artinya bergantung kepada yang lain. Tidak mungkin Allah tergantung kepada orang. Sedangkan patung yang
dianggap tuhan oleh orang-orang jahiliyah tidak mampu berbuat apa- apa. Patung sangat tergantung kepada orang yang membuatnya. Oleh
karena itu, manusia tidak layak menyembah patung. Kalau kita menyembah atau beribadah kepada Allah, bukan demi keuntungan Al-
lah. Tetapi demi keuntungan kita sendiri agar mendapat ridha-Nya. Allah tetap menjadi Tuhan walaupun seandainya manusia tidak ada yang mau
menyembah-Nya. Tetapi kalau kita tidak beribadah kepada Allah, kita sendiri yang akan merugi.
6. Ta’addud
Ta’addud artinya berbilang. Allah tidak berbilang. Allah itu Esa atau Tunggal. Allah hanya satu dan tidak mungkin Allah ada bilangan-Nya.
Misalnya, Allah pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Allah tidak mungkin berbilang seperti itu karena hal itu hanya menunjukkan
kelemahan Allah. Karena Allah itu Mahakuasa dan Mahakuat maka Dia tidak membutuhkan teman. Dia-lah satu-satunya Allah.
7. Ajzu
Ajzu artinya lemah. Tidak mungkin Allah bersifat lemah. Allah itu Mahakuat. Buktinya Allah tidak membutuhkan teman untuk mengerjakan
94
berbagai kehendak-Nya. Kalau Allah lemah, tidak akan ada lagi yang mampu mengatur nafas kita, tidak ada lagi yang mampu mengendalikan
peredaran matahari, tidak ada lagi yang menjaga peredaran planet-planet agar tidak saling bertabrakan. Tetapi ternyata semuanya tetap baik-baik
saja. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin memiliki sifat lemah.
8. Karahah
Karahah artinya terpaksa. Mustahil Allah bersifat terpaksa. Tidak ada satu pun yang mampu memaksa Allah. Kita memang disuruh rajin berdoa
kepada Allah. Apakah doa kita akan diterima atau ditolak, semua terserah Allah. Kita tidak bisa memaksa Allah agar selalu mengabulkan doa kita.
Kalau doa kita dikabulkan, berarti Allah meridhai keinginan kita. Kalau doa kita belum dikabulkan, berarti Allah telah mengetahui yang kita minta
itu belum ada manfaatnya untuk kita.
9. Jahalah
Jahalah artinya bodoh. Mustahil Allah bersifat bodoh. Kalau Allah bodoh tentu tak dapat menciptakan alam semesta. Kalau Allah bodoh,
tentu semua manusia tidak akan ada yang pintar. Nyatanya banyak manusia yang cerdas. Manusia mampu menciptakan peralatan rumah
tangga, elektronik, dan kendaraan. Manusia juga mampu menciptakan bahasa dan mengarang buku yang berguna untuk meningkatkan ilmu
pengetahuannya. Kalau manusia saja mempunyai banyak kecerdasan seperti ini, pasti kecerdasan Allah jauh lebih besar lagi. Kecerdasan Allah
tidak dapat dibandingkan dengan kecerdasan manusia. Allah adalah Pencipta manusia termasuk otaknya yang menjadi alat kecerdasannya.
Maka tidak mungkin Allah memiliki sifat bodoh.
10. Maut
Maut artinya mati. Mustahil Allah mengalami mati. Kalau Allah mati, siapa lagi yang bisa menghidupi kita? Allah yang menciptakan jantung
sehingga kita bisa bernafas. Allah juga yang menjaga detak jantung agar kita tetap bisa bernafas walaupun sedang tidur. Allah adalah zat yang
menghidupkan manusia dan seluruh makhluk-Nya. Oleh karena itu Al- lah tidak mungkin mati.