Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

(1)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh : RISMA INDAH

110406070

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh : RISMA INDAH

110406070

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

RISMA INDAH 110406070

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(4)

HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diternitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Juli 2015 Penulis

Risma Indah 110406070


(5)

Nomor Pokok : 110406070 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP. 19660622 1997 1001

Koordinator Skripsi

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP. 19660622 1997 1001

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP. 19660622 1997 1001


(6)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. N. Vinky Rahman, M.T Anggota Komisi Penguji : 1. Agus Jhonson, S.T, M.T


(7)

Nama : Risma Indah

NIM : 110406070

Judul Proyek Tugas Akhir : Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

Tema : Arsitektur Kontekstual

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status Waktu

Pengumpulan Laporan

Paraf Pembimbing 1

Koordinator RTA-4231

1. Lulus Langsung 2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikkan Tanpa

Sidang

4. Perbaikkan dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015 Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP. 19660622 1997 1001

Koordinator Tugas Akhir

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP. 19660622 1997 1001


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan pertolonganNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Skripsi Alur Profesi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. N Vinky Rahman, M.T, sebagai Dosen Pembimbing, Ketua

Koordinator Perancangan Arsitektur 6, Skripsi, dan Ketua Departemen Arsitektur. Terima kasih penulis ucapakan atas bimbingan, dukungan, dan selalu sabar mengajari penulis untuk menyelesaikan Perancangan Arsitektur 6 dan Skripsi sampai dengan selesai.

2. Bapak Agus Jhonson, S.T., M.T. dan Bapak Chichi Asda, S.T.,M.T., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik selama proses pengerjaan Perancangan Arsitektur 6 dan penulisan Skripsi.

3. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA., sebagai Sekertaris Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang selalu dengan sabar mendengarkan cerita mahasiswa termasuk penulis.

4. Seluruh Staf Pengajar, dan Bapak/Ibu Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara atas semua ilmu yang telah diberikan selama penulis berkuliah di Arsitektur

5. Keluarga penulis, yaitu kedua orang tua M. Sihite, S.E., dan M. Purba, serta ketiga saudara penulis Ka Christine, Daud, dan Frida. Terima kasih atas segala cinta, doa, semangat, dukungan, kesabaran, dan segala pengorbanan yang selama ini diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman Tim GeryArkitek yaitu Fitri, Gunario, dan Try yang telah bersama berjuang dalam proses pengerjaan Perancangan Arsitektur 6 dan Skripsi.


(9)

7. TG-Arch Bang Roy, Grace, dan Rejeki yang telah setia mendoakan, memberikan semangat, serta selalu mengingatkan untuk tetap mengandalakan Tuhan di dalam pengerjaan Perancangan 6 dan Skripsi

8. Sahabat-sahabat penulis Ruth, Chaterine, Christy, Hana, yang selalu setia mendengar cerita dan menyemangati dalam proses pengerjaan Arsitektur 6 dan Skripsi. Semoga kita tetap bersama.

9. Teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat, dan sharing mengenai impian yang ingin dicapai, Robert dan Dana.

10.Ka Reni Ardilla Sinaga yang menjadi tempat bertanya selama pengerjaan proses perancangan arsitektur 6 dan Skripsi

11.Teman-teman Arsitektur 2011 yang saya cintai, terima kasih untuk dukungan dan semangat, serta waktu yang telah kita habiskan bersama baik dalam suka maupun duka di Arsitektur USU. Arsitektur 2011 hebat!

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sengat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud. Akhir Kata, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi adik-adik Arsitektur USU, masyarakat, serta Bangsa Indonesia.

Medan, Juli 2015 Risma Indah


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.I Latar Belakang ... 1

I.II Kerangka Berpikir ... 3

I.III Sistematika Pembahasan ... 4

BAB II ISU KAWASAN ... 5

II.I Rumusan Masalah ... 5

II.II Maksud dan Tujuan ... 5

II.III Metode ... 6

II.III.I Pendekatan Masalah ... 6

II.III.II Asumsi ... 6

II.III.III Lingkup dan Batasan Perancangan ... 7

BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ... 8

III.I Judul ... 8

III.II Tema ... 9

III.III.I Pengertian Arsitektur Kontekstual ... 9

III.III Studi Banding ... 14

III.IV Data ... 21

III.IV.I Data Umum Lokasi Perancangan ... 21

III.IV.II Sejarah Eks Pemeraman Tembakau PTPN II... 23

III.IV.III Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II ... 27


(11)

III.V.I Analisa Fungsi ... 41

III.V.II Analisa Peletakkan Bangunan ... 47

III.V.III Analisa Sirkulasi ... 52

II.V.IV Kesimpulan Analisa ... 55

III.VI Konsep ... 56

III.VI.I Konsep Zoning ... 56

III.VI.II Konsep Sirkulasi (Circle Pedistrian Way) ... 57

III.VI.IV Konsep RTH ... 59

III.VI.V Konsep Orientasi ... 60

III.VI.VI Konsep Skenario Kawasan ... 61

BAB IV HASIL PERANCANGAN KAWASAN ... 62

BAB V PENGANTAR FUNGSI ... 64

BAB VI HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI .... 65

VIII.I Rumusan Masalah ... 65

VIII.II Maksud dan Tujuan ... 65

VIII.III Metode ... 66

VI.III.I Pendekatan Masalah ... 66

VI.III.II Asumsi ... 66

VI.III.III Lingkup dan Batasan Masalah... 67

BAB VII DESKRIPSI HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI ... 68

VIII.I Judul ... 68

VIII.II Tema ... 69

VIII.II.I Pengertian ... 69

VIII.II.II Studi Banding Tema ... 71

VIII.III Studi Banding ... 78

VIII.IV Data ... 84

VIII.V Analisa ... 90

VIII.V.I Analisa View ... 90

VIII.V.II Analisa Kebisingan... 91


(12)

VIII.V.IV Analisa Sirkulasi Pengguna ... 93

VIII.V.V Analisa Kegiatan Pengguna Ruang ... 94

VIII.VI Konsep ... 98

VIII.VI.I Konsep Bentukkan Massa ... 98

VIII.VI.II Konsep Orientasi Bangunan... 99

VIII.VI.III Konsep Fasade Bangunan ... 100

BAB IX HASIL PERANCANGAN ... 106

IX.I Hasil Perancangan ... 106

XI.II Kesimpulan ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 East Wing, National Gallery ... 12

Gambar 3. 2 Site Plan East Wing, National Gallery ... 12

Gambar 3. 3 Pyramide du Lourve, Prancis ... 13

Gambar 3. 4 Ponte Vecchio, Florence, Italia ... 13

Gambar 3. 5 Peta Wisata Kota tua Jakarta ... 14

Gambar 3. 6 Bangunan bersejarah di sekitar Kota Tua, Jakarta ... 16

Gambar 3. 7 Peta Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia ... 18

Gambar 3. 8 Mr, JWW Brich ... 19

Gambar 3. 9 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak ... 19

Gambar 3. 10 Fasilitas Wisata di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak ... 20

Gambar 3. 11 Gedung Pemerraman Tembakau sekaran (2015) ... 24

Gambar 3. 12 Gedung Pemeraman Tembakau pada tahun 1980-an ... 24

Gambar 3. 13 Rumah Manager sekarang (2015) ... 26

Gambar 3. 14 Rumah Manager 1980-an ... 26

Gambar 3. 15 Eksisting Kawasan ... 28

Gambar 3. 16 Bangunan Eksisting dalam kawasan ... 28

Gambar 3. 17 Rumah Manager 1980-an ... 31

Gambar 3. 18 Rumah manager 2015 ... 31

Gambar 3. 19 Kantor Distrik... 32

Gambar 3. 20 Rumah Staff ... 33

Gambar 3. 21 Gedung Minyak ... 34

Gambar 3. 22 Pos Security ... 35

Gambar 3. 23 Gudang Pupuk Kayu ... 36

Gambar 3. 24 Taman Kanak-Kanak di dalam kawasan ... 37

Gambar 3. 25 Pohon Beringin... 38

Gambar 3. 26 Pohon yang membentuk ... 39

Gambar 3. 27 Analisa Fungsi ... 42

Gambar 3. 28 Rumah Manager ... 43

Gambar 3. 29 Pemeraman Tembakau ... 43

Gambar 3. 30 Contoh Pusat Komunitas ... 43

Gambar 3. 31 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia ... 44

Gambar 3. 32 Contoh Penginapan ... 44

Gambar 3. 33 Contoh Pasar ... 45

Gambar 3. 34 Contoh Taman Rekrasi Air ... 45

Gambar 3. 35 Contoh Plaza ... 46

Gambar 3. 36 Contoh Promanade di Pinggir sungai ... 46

Gambar 3. 37 Zoning Aksesiibilitas ... 47

Gambar 3. 38 Zoning Kawasana yang menyebabkan kebisngan ... 48

Gambar 3. 39 Zoning View ... 51

Gambar 3. 40 Zoning Fungsi Kawasan ... 53

Gambar 3. 41 Matriks Kawasan ... 54

Gambar 3. 42 Konsep Zoning Fungsi Kawasan ... 56

Gambar 3. 43 Konsep Sirkulasi Kawasan ... 57

Gambar 3. 44 Konsep Bentukkan Massa ... 58

Gambar 3. 45 Konsep RTH ... 59

Gambar 3. 46 Konsep Orientasi Bangunan ... 60


(14)

Gambar 7. 1 Floral Deco ... 70

Gambar 7. 2 Streamline Deco ... 70

Gambar 7. 3 Zig zag deco ... 71

Gambar 7. 4 Neo Classicael Deco ... 71

Gambar 7. 5 Hotel Savoy Homann, Bandung ... 71

Gambar 7. 6 Deluxe Room (Tower Wing) ... 73

Gambar 7. 7 Deluxe Room (Millenium Wing) ... 74

Gambar 7. 8 Executive Room ... 75

Gambar 7. 9 Junior Suite Room ... 76

Gambar 7. 10 Homann Suite Room ... 77

Gambar 7. 11 Hotel 101 Suryakencana, Bogor... 78

Gambar 7. 12 Inteior Bangunan ... 79

Gambar 7. 13 Bangunan bersejarah di sekitar kawasan hotel ... 79

Gambar 7. 14 Deluxe Balcony Roonm ... 80

Gambar 7. 15 Deluxe Room ... 80

Gambar 7. 16 Executive Suite Room ... 80

Gambar 7. 17 View dari kamar Hotel ... 81

Gambar 7. 18 Interior Hotel Casa del Rio ... 81

Gambar 7. 19 Bangunan di sekitar Hotel ... 83

Gambar 7. 20 Struktur Organisasi Pengelola Hotel ... 89

Gambar 7. 21 Analisa View ... 90

Gambar 7. 22 Analisa Kebisingan ... 91

Gambar 7. 23 Analisa Sirkulasi Kawasan ... 92

Gambar 7. 24 Plaza ... 92

Gambar 7. 25 Promanade ... 92

Gambar 7. 26 Konsep Bentukkan Massa ... 98

Gambar 7. 27 Konsep Orientasi Bangunan ... 99

Gambar 7. 28 (kanan) Hotel Preanger dan (kiri) Vila Isola, Bandung ... 100


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penilaian Rumah Manager ... 31

Tabel 2 Penilaian Kantor Distik ... 32

Tabel 3 Penilaian Rumah Staff ... 33

Tabel 4 Penilaian Gedung Gudang Minyak ... 34

Tabel 5 Penilaian Pos Security... 35

Tabel 6 Penilian Gudang Pupuk Kayu ... 36

Tabel 7 Penilaian Taman Kanak-kanak ... 37

Tabel 8 Penilaian Pohon Beringin ... 38

Tabel 9 Penilaian Pohon yang membentuk vista ... 39

Tabel 10 Analisa Peletakkan Bangunan ... 48

Tabel 11 Analisa kebisingan yang disebabkan bangunan disekitar kawasan ... 49

Tabel 12 Analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan di dalam kawasan ... 50

Tabel 13 Analisa View Kawasan ... 51

Tabel 14 Analisa sirkulasi kawasan ... 52

Tabel 15 Zoning Fungsi Kawasam ... 54

Tabel 16 Jumlah Kamar di Hotel Casa del Rio, Melaka ... 82


(16)

ABSTRAK

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan Tembakau Deli.

Salah satu pabrik tembakau di Kota Medan adalah Pemeraman Tembakau Eks PTPN II yang sudah tidak digunakan lagi, atau dapat diakatakan terbengkalai. Pabrik ini memiliki luas 8,2 Ha, dan memiliki beberapa bangunan yang masih kokoh dan memiliki nilai historis yang tinggi salah satunya adalah bangunan pemeraman tembakau, gudang minyak, dan rumah manager. Bangunan ini sebenarnya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kawasan pabrik ini, diperlukan pengalih fungsian dan merevitalisasi bangunan-bangunan tersebut.

Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata serta dapat belajar mengenai sejarah tembakau dan proses pembuatannya. Salah satu fungsi yang mendukung Kawasan Wisata Tembakau Deli adalah adanya sebuah hotel. Fungsi dari hotel ini adalah menyediakan akomodasi penginap di kawasan agar pengunjung dapat menginap dan menikmati lebih lama kawasan tersebut. Arsitektur kontekstual Art Deco diterapkan pada bangunan, agar kontekstual dengan bangunan eksisting. Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang diterapkan dapat membangkitkan kembali minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar mengenai sejarah tembakau deli.


(17)

ABSTRACT

Medan is the one of the cities in Indonesia with a variety of potential natural wealth and human resources.The natural richness of which is the number of indusrial estates were estabilished in the city of Medan, one of them is Perkebunan Tembakau Deli.

One of tobacco factory in Medan is Pemeraman Temabakau Eks. PTPN II who had not used and neglected. Area of this factory is 8,2 Ha. This factory has a building that is still strong and has a high historical value. They are curring tobacco, manager‟s house, and oil warehouse, the building can still be used. That‟s why, to revive the region, required the transfer of function and revitalization of buildings.

Kawasa Wisata Sejarah Tembakau Deli is choosen to revitalize this area. Because in addition to revive this area, visitors who came to be traveled and learned about history of Deli Tobacco and the manufacturing process. One of te function in Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli is Hotel. The function of this hotel is to provide lodging accommodations in this area so the visitors can stay longer and enjoy the region. Architecture contextual Art Deco is applied to the building, in oerder to the new building can context to the old building. Expected with the completion of architectural palnning is applied can revive public interest to visit and learn about history of tobacco deli


(18)

ABSTRAK

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan Tembakau Deli.

Salah satu pabrik tembakau di Kota Medan adalah Pemeraman Tembakau Eks PTPN II yang sudah tidak digunakan lagi, atau dapat diakatakan terbengkalai. Pabrik ini memiliki luas 8,2 Ha, dan memiliki beberapa bangunan yang masih kokoh dan memiliki nilai historis yang tinggi salah satunya adalah bangunan pemeraman tembakau, gudang minyak, dan rumah manager. Bangunan ini sebenarnya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kawasan pabrik ini, diperlukan pengalih fungsian dan merevitalisasi bangunan-bangunan tersebut.

Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata serta dapat belajar mengenai sejarah tembakau dan proses pembuatannya. Salah satu fungsi yang mendukung Kawasan Wisata Tembakau Deli adalah adanya sebuah hotel. Fungsi dari hotel ini adalah menyediakan akomodasi penginap di kawasan agar pengunjung dapat menginap dan menikmati lebih lama kawasan tersebut. Arsitektur kontekstual Art Deco diterapkan pada bangunan, agar kontekstual dengan bangunan eksisting. Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang diterapkan dapat membangkitkan kembali minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar mengenai sejarah tembakau deli.


(19)

ABSTRACT

Medan is the one of the cities in Indonesia with a variety of potential natural wealth and human resources.The natural richness of which is the number of indusrial estates were estabilished in the city of Medan, one of them is Perkebunan Tembakau Deli.

One of tobacco factory in Medan is Pemeraman Temabakau Eks. PTPN II who had not used and neglected. Area of this factory is 8,2 Ha. This factory has a building that is still strong and has a high historical value. They are curring tobacco, manager‟s house, and oil warehouse, the building can still be used. That‟s why, to revive the region, required the transfer of function and revitalization of buildings.

Kawasa Wisata Sejarah Tembakau Deli is choosen to revitalize this area. Because in addition to revive this area, visitors who came to be traveled and learned about history of Deli Tobacco and the manufacturing process. One of te function in Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli is Hotel. The function of this hotel is to provide lodging accommodations in this area so the visitors can stay longer and enjoy the region. Architecture contextual Art Deco is applied to the building, in oerder to the new building can context to the old building. Expected with the completion of architectural palnning is applied can revive public interest to visit and learn about history of tobacco deli


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya adalah industri perkebunan Tembakau Deli. Pada masa Hindia-Belanda Kota Medan, lebih dikenal dengan Kota Deli dan perkebunan tembakaunya yang luas dan hasil termbakau terbaik di dunai.

Banyaknya bangunan bersejarah di Kota Medan, tidak serta merta dengan penanganan dan perawatan yang akif dilakukan, padahal upaya perlindungan terhadap bangunan/kawasan bersejarah di Kota Medan sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dengan menerbitkan Perda Nomor 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah, Arsitektur, Kepurbakalaan, serta Penghijauan dalam Daerah Kota Medan.

Salah satu upaya yang harus di lakukan adalah revitalisasi yang bertujuan untuk mengembalikan suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, kemudian mengalami kemunduran/degradasi.

Salah satu kawasan sejarah di Kota Medan, yang perlu untuk direvitalisasi adalah Kawasan Pemeraman tembakau Eks.PTPN II Medan, kawasan ini dulunya digunakan sebagai kawasan pengolahan tembakau Deli. Namun sekarang, kawasan ini sudah tidak digunakan lagi untuk pengolahan tembakau, hanya tersisa gedung dan pabrik bekas pengolahan tembakau. Oleh karena itu kawasan ini perlu


(21)

dihidupkan kembali, untuk tetap menjaga kelestarian bangunan bersejarah di Kota Medan, salah satunya adalah dengan perancangan kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.

Perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli ini bertujuan untuk menghidupkan kembali bangunan bersejarah yang sudah lama dinonaktifkan dan juga untuk membuka kembali wawasan masyarakat maupun investor agar tetap mencintai sejarah kotanya sendiri. Sebab sekarang ini, masyarakat sudah mulai melupakan sejarah Kota Medan.

Akomodasi penginapan di Kawasan Wisata Sejarh Tembakau Deli juga diperlukan, agar masyarakat dapat menginap dan berwisata lebih lama di dalam kawasan. Terlebih lagi lokasi perancangan yang sangat strategis dekat dengan Pelabuhan Belawan, dimana banyak pendatang dari luar Sumatera Utara yang ingin ke medan dan sekitarnya akan melewati lokasi tersebut bila menggunakan kapal laut ataupun sebaliknya.

Sehingga pengunjung yang ingin berpergian melalui Belawan, ataupun masyarakat yang ingin berlibur namun tetap berada di dalam Kota Medan, dapat datang ke Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli ataupun menginap di hotel kawasan tersebut. Selain dapat berlibur masyarakat juga dapat berwisata sejarah di dalam kawasan tersebut.


(22)

(23)

I.III Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi : latar belakang, kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.

BAB II Isu Kawasan

Menjelaskan tentang dasar proses perancangan kawasan yang meliputi : rumusan maslaah, maksud dan tujuan, dan metode

BAB III Deskripsi Perancangan

Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tema, studi banding, data, analisa, dan konsep mengenai kawasan

BAB IV Hasil Perancangan

Merupkan hasil gambar rancangan arsitektur Master Plan BAB V Pengantar Fungsi

Menjelaskan tentang pengantar fungsi indivu yang berawal dari kawasan BAB VI Hotel diKawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

Menjelaskan tentang dasar proses perancangan fungsi yang meliputi : rumusan maslaah, maksud dan tujuan, dan metode

BAB VII Deskripsi Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tema, studi banding, data, analisa, dan konsep mengenai kawasan

BAB VIII Hasil Perancangan

Merupakan hasil gambarr rancangan arsitektur fungsi BAB IX Kesimpulan


(24)

BAB II

ISU KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI

II.I Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan proyek Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli Medan Sumatera Utara ini adalah :

1. Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan.

2. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.

3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

4. Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan master plan kawasan lokasi proyek.

5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah untuk dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.

II.II Maksud dan Tujuan

Studi dalam tugas ini adalah untuk memberikan dasar – dasar pengembangan konsep – konsep perencanaan dan perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli, Medan, yaitu:

1. Merevitalisasi kawasan bersejrah yang sudah tidak digunakan 2. Memanfaatkan lahan kosong secara efektif.

3. Menciptakan tenaga kerja.


(25)

5. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak sehingga menambah devisa negara melalui sektor non migas.

6. Menyediakan Kawasan Wisata Edukasi bagi Masyarakat Kota Medan, dalam bidang Pengelohan dan Sejarah Tembakau Deli.

II.III Metode

II.III.IPendekatan Masalah

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancanggan Kawasan maka dapat dilakukan beberapa pendekatan desain antara lain:

1. Studi literature dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan perancangan dan perencanaan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli 2. Studi banding tema sejenis

3. Studi lapangan yang dilakukan dengan survey langsung ke lokasi tapak yang direncanakan untuk melihat kondisi sektar tapak dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus perancanggan

4. Wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan proses perancangan dan perencanaan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

II.III.II Asumsi

Asumsi digunakan dalam menentukkan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Asumsi dalam perancnagan ini adalah :

1. Kawasan difungsikan sebagai Kawasan Wisata Buatan.

2. Salah satu Kawasan yang menjadi titik revitalisasi oleh Pemerintah 3. Pelebaran jalan pada Gang Melati menjadi 12 Meter


(26)

4. Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih 5. Zona tengah Kawasan adalah Plaza

6. Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini, pemilik proyek diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan yang telah dijual kepada pihak swasta.

II.III.III Lingkup dan Batasan Perancangan

Adapun batasan dan lingkup kajian perencanaan proyek ini bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah kawasan, yaitu;

1. Perancangan sarana rekreasi yang terintegrasi dengan fungsi fungsi di dalamnya

2. Perancangan sarana pendukung lainnya selain pusat rekreasi yang dapat memungkinkan.

3. Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara mendalam

4.

Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada.


(27)

BAB III

DESKRIPSI PERANCANGAN

III.I Judul

Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya.

Adapun judul dari kasus Perancangan Arsitektur VI ini adalah “Kawasan

Wisata Sejarah Tembakau Deli”.Berikut merupakan penjelasan terhadap judul

kasus:

• Kawasan wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi

wisatawan (SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87).

• Sejarah adalah bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu, dan pengungkapannya dapat dilakukan melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman masa lalu (Sartono Kartodirjo).

• Tembakau Deli adalah tembakau terbaik yang terkenal hingga tingkat mancanegara dengan masa kejayaan pada abad ke-19(Departemen Pertanian, 1994).

Berdasarkan pengertian di atas maka Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli adalah suatu kawasanyang bertujuan untuk menghidupkan kembali sumber daya wisata berupa nilai historis Tembakau Deli dengan wujud kegiatan pariwisata yang rekreatif dan edukatif.


(28)

III.II Tema

III.III.I Pengertian Arsitektur Kontekstual

Arsitektur Kontekstual berasal dari kata “Arsitektur” dan “Kontekstual” yang memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Arsitektur

“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk

memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia

beradab.”Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan

dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

b. Kontekstual

Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian utama pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip modernisme. Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola


(29)

pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak "Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).

Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai aspek.

 Pendekatan kontekstualisme melalui komposisi.

 Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan.

 Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal

 Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory

 Pendekatan kontekstualisme melalui type-image.

 Pendekatan kontekstualisme melalui style.

 Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism.

c. Penerapan kontektual dalam judul proyek

Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara :

 Mengambil motif-motif desain setempat :

misalnya bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain pada kawasan Kesawan. Seperti bentuk :

 Geometri : Berdasarkan standar geometri atau bentuk. Misalnya bentuk persegi, bulat, segitiga, kubus dll.

 Kompleksitas : Derajat kesederhanaan atau daya tarik bangunan tersebut. Terbagi atas 2:


(30)

- Bentuk kompleks = iregular

 Orientasi : Berdasarkan hubungan bentuk secara vertikal maupun horizontal

 Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama

Adapun dalam pengambilan bentuk dasar yang sama tetap melalui proses pengaturan kembali sehingga memiliki tampak yang berbeda.

 Memiliki efek visual yang sama

Yakni dalam melakukan pencarian bentuk-bentuk baru dalam mendisain tetap memiliki efek visual yang sama atau mendekati yang lama.

 Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)

Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan yang harmonis tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda.

d. Studi Banding Tema Sejenis

East Wing, National Gallery

Lokasi : Washington, D.C. Arsitek : I. M. Pei

Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki peninggalan seperti aslinya. Struktur post-tension dengan batu pualam sebagai penutup luar


(31)

dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung. Tapak berada di persilangan antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk trapesium, diselesaikan dengan membagi bentuk trapesium menjadi dua buah segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan plan berdasarkan kegiatannya.

Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep geometri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada pembentukan massa bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.

Pyramide du Louvre

Lokasi : Paris, Prancis Arsitek : I.M. Pei

Gambar 3. 1 East Wing, National Gallery


(32)

Pyramide du Louvre merupakan sebuah museum dengan bentuk piramida, terdapat tiga piramida kecil yang mengelilingi piramida utama. Piramida Utama

merupakan pintu masuk utama ke museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35 m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Lobi bawah tanah dibangun sebagai pintu masuk utama. Pengunjung yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap museum ini sangat kontras dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du Louvre kontras sebagai penggabung antara bangunan lama dan baru.

Ponte Vecchio, Florence, Italia

Lokasi : Florence, Italia

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam konteks arsitektur kontekstual adalah mengambil motif-motif desain setempat, seperti bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia,

Gambar 3. 3 Pyramide du Lourve, Prancis


(33)

merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela.

Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada desainnya merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan pendekatan arsitektur kontekstual yang harmonis, nilai-nilai bangunan lama yang pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru.

III.III Studi Banding

Kota Tua Jakarta

Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia). Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut Kota Tua adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta yang memiliki luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi


(34)

Jakarta Utara dan Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka. Jakarta memiliki sejarah panjang, dimulai dari kawasan yang sekarang disebut Kotatua, bercikal bakal Pelabuhan Jayakarta dibawah kerajaan Banten, dengan bentuk, pola dan arsitektur-nya, merupakan hasil dari proses sejarah, politik dan pemerintahan didukung oleh letaknya yang strategis di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Dr. Ing. H. Fauzi Bowo, Desember 2007). Kawasan Kota Tua Jakarta terkenal sebagai salah satu tempat wisata di Jakarta.

Pada abad ke-18, kawasan ini adalah pusat kota Batavia. Pada masa itu, bangunan yang sekarang menjadi museum sejarah Jakarta adalah Balai Kota.Kini, bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Belanda menjadi daya tarik utama Kota Tua.Bangunan-bangunan ini dipertahankan sebagai cagar budaya. Kawasan Kota Tua Jakarta adalah lokasi yang sangat popular untuk berwisata juga sering digunakan sebagai tempat pemotretan dan loksi syuting film. Kondisi sebagian besar bangunan di Kota Tua memang tampak kuno, karena pemerintah sengaja membiarkan bangunan-bangunan itu sesuai aslinya.Akan tetapi, beberapa bangunan tampak memprihatinkan. Beberapa bangunan di kawasan Kota Tua tampak rapuh dan tidak aman bagi wisatawan dan juga penduduk yang berada di sekitar wilayah itu.Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih kental unsur sejarah dan budaya baik itu peninggalan Belanda maupun China. Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadikan sebagai situs warisan oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya ini bertujuan untuk menjaga arsitektur yang berada di dalam wilayah Kota Tua.


(35)

Arsitektur bangunan yang berada di kawasan ini memang sangat melegenda dan kental dengan nuansa Belanda.

Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Kota Tua. Pengunjung yang datang tak hanya bisa menikmati sejarah serta arsitektur kota tempo dulu. Banyak

penjual jasa yang menawarkan „suasana‟ bak Jakarta tempo dulu dengan menyewakan sepeda ontel atau kostum menyerupai orang-orang Belanda seperti

baju atau topi.Tak hanya itu, Kota Tua merupakan tempat yang bagus untuk berfoto, apalagi di malam hari.Selain karena arsitektur bangunannya yang sangat

bersejarah, pemandangan Kota Tua di malam hari dengan lampu-lampu khas Belanda menambah suasana romantis.Selain menjadi tempat wisata, kawasan Kota Tua juga sering menjadi tempat digelarnya berbagai festival budaya.

Revitalisasi Kota Tua Jakarta memiliki visi “Terciptanya kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata budaya yang


(36)

mengangkat nilai pelestarian dan memiliki manfaat ekonomi yang tinggi”. Hal ini menunjukkan Jakarta ingin menghidupkan kawasan bersejarahnya sebagai pariwisata yang diandalkan.

Kawasan yang telah dilakukan revitalisasi adalah sekitar kawasan Taman Beos, Kawasan Museum Fatahillah, Museum Bahari, Meuseum dan Menara Syahbadar, Kawasan Kali Besar, cafe Galangan dan Restoran Padang. Untuk upaya revitalisasi yang menyeluruh hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Pengembangan kawasan revitalisasi di Kota Tua Jakarta yang berkelanjutan yaitu mengembangankan wilayah revitalisasi ke beberapa titik zona sekitar area yang telah dilakukan revitalisasi dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata budaya.

2. Perbaikan-perbaikan bangunan dan sarana prasarana yang ada di dalam kawasan revitalisasi yang mengalami kerusakan atau butuh percepatan dalam penanganan harus sesegera mungkin untuk dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi kerusakan atau hancurnya bangunan ataupun sarana yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Perbaikan dan merencanakan akses-akses yang jelas atar titik pusat pengembangan perlu dilakukan, sehingga pencapaian pengunjung akan lebih mudah. Akses tersebut dapat berupa pedestrian untuk pejalan kaki dengan tujuan agar pengendara motor tidak dapat melewati area tersebut. 4. Penyediaan kantong-kantong parkir yang tidak memanfaatkan badan atau

sisi bangunan tua sehingga tidak menggangu keberadaan bangunan tersebut bahkan untuk menghindari terjadinya kerusakan bangunan tua.


(37)

5. Penataan kembali pedagang kaki lima agar tidak memanfaatkan sisi bangunan untuk berjualan, dan tidak terkesan kumuh dan semrawut. 6. Tindakan dan program yang tegas dari pihak pemerintah untuk

memelihara, mengatur dan mengembangkan kawasan Kota Tua sebagai kawasan heritage dan juga sebagai kawasan wisata budaya, dan juga adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang konsen ke kawasan Kota Tua.

Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia

Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak adalah kompleks bangunan tradisional Melayu yang membentang di sepanjang Sungai Perak sekitar 50 kilometer selatan dari Ipoh.


(38)

a. Sejarah

Pasir Salak merupakan wujud pemberontakan orang Melayu terhadap kekejaman Residen Inggris yang pertama, J.W.W.Birch. Setelah J.W.W.Birch meninggal karena pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Melayu di sana, Si Puntum dan Dato Sri Maharajalela selaku pemimpin

pemberontakan saat itu dijatuhi hukuman mati oleh pihak Inggris. Sejak saat itu, masyarakat melayu mengangkat Si Puntum dan Dato Maharaja Lela sebagai pahlawan Melayu dan Pasir Salak dianggap sebagai salah satu tempat bersejarah. Atas inisatif yang diambil oleh Kerajaan Negeri untuk menjaga warisan bersejarah, Pasir Salakdibuka untuk memberi kemudahan kepada wisatawan yang ingin menginap sambil menikmati kawasan-kawasan bersejarah di Pasir Salak.Kompleks ini secara resmi dibuka untuk umum pada tahun 2004.

b. Fasilitas

- Terowongan Waktu

Daya tarik

utama di

Kawasan Wisata Sejarah Pasir Gambar 3. 8 Mr, JWW Brich


(39)

Salak adalah Terowongan Waktu. Terdiri atas bangunan tradisional Melayu dengan serangkaian diorama yang diatur dalam urutan kronologis, yang menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Melayu dan Malaysia dimulai dengan peristiwa Kuala Selingsing. Gedung ini juga memamerkan banyak koleksi keris.

- Menara jam

- Belotah (panggung tarian panen)

- Lela Rentaka (sejenis meriam yang digunakan oleh orang Melayu) - Rumah Kutai

- Masjid kayu - Resort hotel

RESORT AND HOTEL


(40)

III.IV Data

Pemilihan lokasi site berdasarkan pada :

a. Letak site sangat strategis untuk dijadikan kawasan wisata.

b. Potensi yang ada pada site sangat besar. Baik dari segi historis dan topografinya.

c. Eks Pemeraman Tembakau yang merupakan lahan tidur dapat dimanfaatkan kembali dalam upaya membangkitkan nilai sejarah Tembakau Deli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

III.IV.I Data Umum Lokasi Perancangan

Letak geografis site adalah sebagai berikut :

 Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

 Nama Kawasan : Desa Helvetia

 Tipe Kawasan : Pemukiman, Perkebunan

 Luas Kawasan : 8,2 Ha

 Luas Wilayah : 1027 Ha

 Batas Wilayah :

a. Selatan : Kelurahan Karang Berombak, Medan. b. Utara : Desa Manunggal Labuhan Deli.

c. Timur : Kel. Tanjung Mulia dan Pulo Brayan Medan. d. Barat : Desa Helvetia Sunggal dan Kelambir Lima Hamparan Perak.


(41)

 Iklim : Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan curah hujan 30mm/tahun

Lokasi Site

 Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

 Luas Area : ± 8,2 Ha

 Kasus Perancangan : Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

 Status Perancangan : Fiktif

 Kontur Lahan : Datar

 Batas Site :

a. Selatan : Jalan Karya dan Karya Ujung b. Utara : Jalan Helvetia by Pass. c. Timur : Sungai Deli.


(42)

III.IV.II Sejarah Eks Pemeraman Tembakau PTPN II

Perkebunan memiliki banyak arti yang berbeda tergantung berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan perkebunan tersebut. Berdasarkan fungsinya sendiri perkebunan dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam (Murdiyati, 2010).

Tembakau merupakan salah satu hasil bumi yang memiliki arti penting di Indonesia dikarenakan penjualan tembakau itu sendiri dapat dipergunakan sebagai sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas ekonomi dan cukup banyak menyerap tenaga kerja.

Indonesia memiliki berbagai macam tembakau dengan mutu-mutu yang terbaik.Salah satu nya tembakau yang terkenal di pasar internasional adalah tembakau Deli yang berasal dari salah satu negara di Indonesia yakni Sumatera Utara. Tembakau deli merupakan tembakau terbaik dibandingkan tembakau-tembakau daerah lain, bahkan hal ini sudah terkenal hingga mancanegara. (Departemen Pertanian, 1994).

Tembakau ditanam untuk pertama kalinya di Tanah Deli oleh pegawai Belanda yang bernama Jacobus Nienhuyspada tahun 1864. Ternyata, tembakau Deli menunjukkan prospek yang baik.Pada bulan Maret 1869, contoh daun tembakau Deli yang pertama tiba di Rotterdam, Belanda. Sambutan para pedagang tembakau atas daun tembakau Deli sangat memuaskan, karena kualitas daun baik, dengan daya bakar ”dekblad”3 yang baik.


(43)

Keberhasilan ini mendorong berdirinya perusahaan tembakau yang diberi namaDeli Maatscappij (Deli Company). Dalam waktu singkat, pohon-pohon di hutan ditebang untuk menyiapkan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan.

Setelah berdirinya Deli Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula perusahaan Deli Batavia Maatschappij, Tabak Mij Arendburg tahun 1877 dan Senembah Mij pada tahun 1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya. Hingga tahun 1889, telah tercatat 170 buah perkebunan besar maupun kecil.Ke-170 perkebunan tersebut tersebar pada wilayah Siak, Asahan, Serdang, Deli dan Langkat.

Tetapi kemudian jumlah perkebunan semakin tahun semakin menyusut.Beberapa perkebunan tidak dapat bertahan dalam persaingan dengan perkebunan-perkebunan yang berada pada tanah yang baik, yaitu tanah-tanah yang terletak di antara dua sungai besar, Sungai Ular (Serdang) dan Sungai Wampu (Langkat).Di luar kawasan itu, satu per satu perusahaan gulung tikar dan mengalihkan usahanya pada budidaya lainnya, seperti kelapa sawit atau karet karena tanahnya tidak cocok untuk tanaman tembakau.

Tembakau Deli sendiri di produksi dan di proses di sebuah perkebunan milik Negara yakni PT. Perkebunan

Gambar 3. 12 Gedung Pemeraman Tembakau pada tahun 1980-an

Gambar 3. 11 Gedung Pemerraman Tembakau sekaran (2015)


(44)

Nusantara II (PTPN II), Medan, Sumatera Utara. Kebun Helvetia dibuka pada tahun 1869 yang diusahakan oleh pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij. Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, Perusahaan ini lebih dikuasai oleh pihak Belanda sepenuhnya. PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia merupakan salah satu dari 22 unit perusahaan perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara II dimana pada awal tahun 2008 terjadi penggabungan antara kebun Kelambir Lima dengan

kebun Helvetia yang diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas kinerja BUMN dan Pemerintah.

Pada Tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih Perusahaan dan diberi nama PPN BARU (Pusat Perkebunan Negara Baru). PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia ini sendiri terletak di Kabupaten Deli Serdang.Kebun Helvetia terletak di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Hamparan Perak dan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Dan juga kebun ini terdiri dari HGU (Hak Guna Usaha) nomor : 111 dan 102 dengan luas lahan seluruhnya 3.372,76 Ha. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produktivitas yang dinilai masih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi tembakau Deli.

PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia terdiri dari gedung fermentasi I unit yang berfungsi untuk memisahkan hasil tembakau yang telah dikeringkan dan disusun menurut tembakau yang masih bagus daunnya dan yang sudah jelek mutunya.


(45)

PT. Perkebunan Nusantara II lebih memilih melakukan pemasaran ke luar negeri yaitu Jerman dan Amerika Serikat (AS) dikarenakan Tembakau Deli lebih populer di pasar Eropa. PT. Perkebunan Nusantara II dinilai telah berhasil merawat dan mengembangkan mutu tembakau hal ini terbukti dengan diakuinya mutu tembakau pada lelang di Bremen pada tahun 2007.Mutu yang bagus membuat harga jual tembakau Deli di pasar lelang memiliki harga yang cukup tinggi (Portal Indonesia, 2010).

Seiring dengan perkembangan zaman, produksi perkebunan tembakau Deli semakin menurun.Hal ini disebabkan krisis global yang terjadi di dunia yang memberikan efek dengan permintaan pasar terhadap cerutu. Dan juga pada tahun 2008, terjadi pembatasan di Negara Eropa yang melarang masyarakat untuk merokok (Portal Indonesia,2010). Untuk mengantisipasi kerugian yang disebabkan larangan tersebut pihak manajemen PTPN II lebih memilih melakukan penjualan di Indonesia (MedanPunya.com,2011). Penjualan tembakau deli yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara II mulai dipasarkan di Indonesia pada bulan Juni 2011. Disebabkan sebelumnya tembakau masih dikemas di dalam gedung untuk dipasarkan dipasar Eropa (MedanPunya.com,2011).

Gambar 3. 14 Rumah Manager 1980-an


(46)

Penurunan penjualan pada tembakau Deli di pasar Eropa dikarenakan beberapa factor antara lain:

1. Permintaan yang menurun karena adanya kampanye anti merokok,

“smoking can cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and

embryo disorder”. Kemudian Negara menaikkan cukai cerutunya,

sehingga cerutu menjadi barang mahal.

2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan serapan pasar.

3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan, pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan obat-obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi akan sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak, dipihak pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi.

4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau karena perkembangan kota (LembagaPendidikan Perkebunan, 2009).

III.IV.III Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II

 Kawasan Sekitar

Peruntukkan lahan disekitar kawasan Eks PTPN II cukup bervariasi, namun pada umumnya didominasi oleh perumahan warga dengan ekonomi menengah ke bawah. Deretan ruko dan pertokoan setinggi lebih dari tiga lantai terdapat pada sisi barat laut kawasan


(47)

 Eksisting Kawasan

Pada kawasan Eks. PTPN II, terdapat beberapa bangunan dengan fungsi; gudang pemeraman, kantor pengelola, taman kanak-kanak, rumah pekerja, dan gudang minyal.

Gambar 3. 15 Eksisting Kawasan


(48)

Kriteria penilaian bangunan yang dipertahankan / tidak dipertahankan pada Kawasan Kompleks PTPN II MedanKriteria-kriteria fisik visual, yaitu:

- Eseika, yaitu yang berkaian dengan nilai keindahan arsiekural, khususnya dalam

- hal penampakkan luar bangunan, yaiu: - Bentuk (sesuai dengan fungsi bangunannya) - Srukur (ditonjolkan sebagai nilai esteis)

- Ornamen (mendukung dari gaya arsitektur bangunan)

Kriteria-kriteria fisik visual ;

Keistimewaan, yaitu berkaitan dengan nilai keistimewaan, keunikkan dan kelangkaan bangunan, adalah;

- Sebagai landmark kawasan

- Kelangkaan bangunan (gaya arsitektur umum, dominan, atau satu-satunya) - Umur bangunan

- Skala monumental (berdsarkan bangunan dan ruang luar)

- Perletakkan yang menonjol (terhadap lingkungan maupun bangunan di sekitarnya)

Memperkuat citra kwasan, berkaitan dengan pengaruh kehadiran suatu obyek terhadap kawasan sekitarnya yang sangat bermakna untuk meningkatkn atau memperkuat kualitas dan citra lingkungan :

- Sesuai dengan fungsi kawasan - Kesatuan / kontinuitas


(49)

Keaslian bentuk, bberkaitan dengan tingkat perubahan bentuk fisik, baik melalui penambahan atau pengurangan;

- Jumlah ruang - Elemen struktur - Detail / ornament

- Keterwatan, berkaitan dengan kondisi fisik bangunan ; - Tingkat kerusakkan

- Presentasi sisa bagunan - Kebersihan

Kriteria – kriteria non fisik

Peran sejarah, berkaitan dengan nilai sejarah yang dimiliki, eristiwa penting yang mencatat peran ikatan simolis suatu rangkaian sejarah dan babak perkembangan suatu lokasi, sehingga merujuk pada;

- Sejarah perkembangan arsitektur - Sejarah perkembangan kota - Sejarah perjuangan bangsa

- Komersial, berkaitan dengan nilai ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek formal dan informal.

- Social budaya, berkaitan dengan nilai social budaya khas kawasan yang asih terwujud dan terwadahi, seperti legenda (budaya oral)


(50)

Rumah Manager

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun atas nama pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij

Memiliki akses jalan bawah tanah yang

berhubungan langsung dengan sungai

Struktur dan konstruksi bangunan merupakan arsitektur Belanda

Bangunan bersejarah sebagai ciri khas/penanda padakomplek PTPN II Medan Helvetia

 Rumah hunian yang di tempati oleh pemilik kebun yaitu tuan belanda perkebunan tembakau pada masa itu

 Secara berkala, rumah ini dihuni oleh manager distrik di setiap pergantian periode kerja

 Sebagai tempat beristirahat manajer distrik, tetapi tidak sebagai hunian tetap

 Dikelola oleh beberapa penjaga,

termasuk dengan tugas

melayani tamu

 Sudah dilakukan beberapa kali renovasi pada bagian interior

Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan

Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: DIPERTAHANKAN        

Tata letak gudang eks pemeraman

dan rumah

Gambar 3. 17 Rumah Manager 1980-an


(51)

Kantor Distrik

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan

Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau

Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau

.

 Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda

 Setelah beralih ke PTPN II Medan, kantor ini digunakan untuk mengurus administrasi kantor tembakau

Sudah di non-aktifkan

Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan

Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x x x  x x x

Tata letak gudang eks Pemeraman


(52)

Rumah Staff

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan

Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau

Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau

 Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda

 Setelah beralih ke PTPN II Medan, rumah ini digunakan sebagai hunian para staff perkebunan

Masih dihuni oleh staff

perkebunan tembakau Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan

Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK  x    x x x

Tata letak gudang eks pemeraman dan rumah staff

Gambar 3. 20 Rumah Staff


(53)

Gudang Minyak

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sebagai akses kegiatan antar-gudang

Struktur dan konstruksi massa bangunan yang sama

Fasade berupa papan kayu

 Menyimpan pasokan minyak Menyimpan pasokan minyak yang akan di didistribusikan ke perkebunan tembakau Klambir V

Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan

Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: DIPERTAHANKA

N

Fungsi dialihkan sebagai bagian dari

museum x  x  x  x 

Tata letak gudang eks pemeraman dan

Gambar 3. 21 Gedung Minyak Tabel 4 Penilaian Gedung Gudang Minyak


(54)

Pos Security

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau

Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau pada masa itu

Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau

Akses melapor bagi para tamu yang mengunjungi kawasan perkebunan tembakau Helvetia

Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan

Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK x x x   x x x Tata letak gudang

eks pemeraman danpos security

Gambar 3. 22 Pos Security


(55)

Gudang Pupuk Kayu

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sebagai akses kegiatan antar-gudang

Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau

Struktur dan konstruksi massa bangunan yang sama

Fasade berupa papan kayu

Menyimpan pasokan pupuk kayu

Sudah di non-aktifkan Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x  x  x  x 

Tata letak gudang eks pemeraman

dangudang pupuk kayu

Gambar 3. 23 Gudang Pupuk Kayu


(56)

Taman Kanak-Kanak

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

 Beberapa Manager komplek merupakan

alumni di TK ini  Di bangun pada tahun 90 an

Adanya aktivitas belajar dan fasilitas bermain pada masa itu

Masih ada aktivitas belajar dan bermain di taman kanak-kanak

Hanya ada kegiatan di pagi hari ketika ada aktivitas taman kanak-kanak

Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status bangunan: TIDAK DIPERTAHANKAN x x x   x  x Tata letak gudang

eks Pemeraman dan taman kanak kanak

Tabel 7 Penilaian Taman Kanak-kanak

Gambar 3. 24 Taman Kanak-Kanak di dalam kawasan


(57)

Pohon Beringin

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

 Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah

Sebagai salah satu icon PTPN II Medan Helvetia yang harus dipertahankan

Masih bertahan dan tidak ada yang berani menebang dikarenakan beberapa mitos

Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status : DIPERTAHANKAN        

Tata letak Gudang eks Pemeraman danPohon Beringin

Gambar 3. 25 Pohon Beringin


(58)

Pepohonan

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

 Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah

Sebagai salah satu icon PTPN II Medan Helvetia yang layak dipertahankan

Masih bertahan Kriteria Fisik-Visual:

Estetika

Keistimewaan

Memperkuat citra kawasan

Keaslian Bentuk

Keterawatan Kriteria Non-Fisik:

Peran Sejarah

Komersial

Sosial Budaya Status : DIPERTAHANKAN      x  

Tata letak Gudang eks Pemeraman dan Pohon Beringin

Gambar 3. 26 Pohon yang membentuk

vista Tabel 9 Penilaian Pohon yang membentuk vista


(59)

Kesimpulan:

Titik-titik yang dipertahankan pada site antara lain :

- Gudang pemeraman tembakau - Rumah manager

- Pohon beringin dan pepohonan yang menciptakan vista

- Gudang minyak Undang-Undang dan Peraturan

Garis sempadan

Utara 6,5 m

Selatan 4,2 m

Timur 15 m

Barat 3,5 m

KDB Bangunan 0,6 x La

= 0,6 x 8,2 Ha = 4,92 Ha

KDH Bangunan 0,25 x La

= 0,25 x 8,2 Ha = 2,05 Ha

KLB Bangunan = (2,4xLa) / KDB


(60)

III.V Analisa

Untuk menciptakan sebuah masterplan, diperlukan analisa sebagai bahan pertimbangan peletakan bangunan agar suasana yang akan terjadi sesuai dengan fungsi yang akan diletakkan. Analisa yang dipakai untuk menciptakan masterplan tersebut adalah :

1. Analisa Fungsi

Analisa fungsi ditujukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang diperlukan dan nantinya akan diterapkan pada kawasan ini berdasarkan pertimbangan dari data yang ada beserta asumsi yang diambil.

2. Analisa peletakan fungsi bangunan

Analisa peletakan fungsi bangunan diperlukan untuk membuat beberapa kemungkinan yang akan diambil sebagai zona peletakan bangunan. Adanya zona peletakan bangunan ini berdasar kepada rekomendasi beberapa analisa seperti analisa view, kebisingan, aksesibilitas.

3. Analisa Sirkulasi

Analisa sirkulasi yang dimaksud adalah analisa yang berkaitan dengan sirkulasi yang terjadi di dalam site kawasan.

III.V.I Analisa Fungsi

Kawasan eks pemeraman tembakau PTPN II adalah merupakan kawasan yang dulunya terkenal dengan penghasilan tembakau yang sampai diekspor ke luar negeri, dan Kota Medan menjadi terkenal karena penghasil tembakau dengan mutu tinggi. Namun, semakin lama ketenaran akan tembakau memudar dan kini yang tinggal hanyalah bangunan lama yang berdiri dengan kokoh namun tidak ada kegiatan lagi didalamnya. Karena nilai kawasan ini sangat tinggi, tentu saja kawasan ini butuh


(61)

tembakau seperti yang dahulu tetapi sudah menjadi kawasan wisata sejarah bagi pengguna.

Fungsi yang ditawarkan juga berkenaan dengan fungsi wisata. Karena nilai historis yang menjadi ciri khas dari kawasan ini maka perlunya bangunan seperti museum dan agrowisata untuk mempertahankan historis dari perkebunan dan bangunan peninggalan dari zaman dulu. Kemudian didukung oleh fasilitas komunitas untuk mengembangkan nilai kawasan ini dan faktor penginapan juga penting untuk para pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kawasan ini.

Fungsi wisata air dan kuliner juga mendukung fasilitas yang ada dan juga untuk menambah variasi fungsi bangunan yang ada di kawasan ini.


(62)

Museum

Museum dijadikan salah satu fungsi dalam kawasan ini karena adanya bangunan bersejarah yang masih berdiri pada kawasan ini yaitu bangunan gedung pemeraman tembakau dan rumah manager dari perkebunan ini. Nilai sejarah tinggi terlihat dari eksterior bangunan yang sudah kelihatan berumur puluhan tahun dan juga teknologi

bangunan yang masih dipakai pada zaman kolonial. Hal ini yang membuat fungsi museum layak untuk dijadikan fungsi bangunan pada kawasan ini sehingga bangunan ini bisa menjadi beroperasi dan terus menerus dapat digunakan.

Pusat Komunitas

Pusat komunitas cukup banyak berkembang di Kota Medan contohnya adalah komunitas Medan Heritage, Medan Berkebun, komnuitas fotografi, komunitas art dan pertunjukan dan lai

sebagainya. Sebagai kawasan yang akan dijadikan kawasan wisata bersejarah maka pusat komunitas perlu diletakkan pada kawasan ini dikarenakan ini menjadi wadah para

Gambar 3. 28 Rumah Manager Gambar 3. 29 Pemeraman Tembakau


(63)

komunitas untuk belajar banyak tentang sejarah dan juga kebun tembakau atau tanaman lainnya. Selain itu adanya komunitas membuat kawasan ini menjadi wisata masyarakat untuk melihat komunitas yang ada di Medan dan berkesempatan ikut dalam komunitas tersebut.

Diorama

Diorama menjadi salah satu fungsi wisata yang diterapkan pada kawasan ini. Fungsi ini perlu karena untuk mengingat kembali atau belajar bagaimana memproses daun tembakau. Dengan adanya diorama ini pengunjung dapat melihat proses tradisional yang dilakukan pada zaman hindia

belanda dalam memproses tembakau. Dengan demikian masyarakat dapat mempelajari sejarah dan proses pengelolaan tembakau. Di dalam diorama ini pengunjung juga dapat menikmati proses pembibitan tembakau, sampai dengan hasil jadinya. Hal ini dapat menarik pengunjung untuk datang ke Keawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.

Hotel

fasilitas

Hotel yang

disiapkan pada kawasan ini untuk para pengunjung yang mau menetap

sementara untuk lebih merasakan suasana wisata sungai dan bersejarah yang tidak dapat dirasakan

Gambar 3. 31 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia


(64)

ditempat yang lain. Penginapan nantinya akan berupa bangunan yang bertingkat banyak dan juga berupa cottage kecil sehingga keluarga sekalipun dapat menetap pada kawasan ini.

Pasar

Pasar merupakan fungsi yang diletakkan pada kawasan ini. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa pada daerah lingkungan sekitar kawasan wisata ini tidak terdapat pasar bagi penduduk, sehingga fungsi pasar sangat

diperlukan untuk menyediakan komoditi utama masyarakat. Selain itu, karena berada dikawasan wisata,maka pasar ini juga berfungsi menjadi pasar wisata yang menyediakan souvenir yang berkaitan dengan wisata sejarah dan hasil perkebunan.

Taman Rekreasi & Kuliner

Taman rekreasi dan kuliner menjadi fungsi wisata terakhir yang berada di kawasan ini. Fungsi ini diharapkan menjadi factor pemasukan juga selain fungsi –

fungsi wisata lainnya. Taman rekreasi yang berupa tempat pemandian atau waterpark dibuat untuk menambah daya tarik wisata bagi pengunjung yang hadir dikawasan ini. Fungsi

lainnya adalah fungsi wisata kuliner yang Gambar 3. 33 Contoh Pasar


(65)

dipertimbangkan karena banyaknya masyrarakat yang hadir memerlukan wadah untuk menikmati bermacam kuliner yang ada di kawasan ini dengan suasana kolonial dan suasana alam terbuka.

RTH / Plaza

RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah lahan yang difungsikan untuk kegiatan publik tanpa ada bangunan tinggi di dalamnya. Lahan ruang terbuka hijau memang berupa lahan dengan taman-taman.

Area Promanade

Area promenade adalah area yang difungsikan berjalan-jalan. Fungsi ini muncul karena adanya fungsi sungai Deli yang berada di sekitar kawasan. Area ini berjarak 15 meter

dari pinggiran sungai sesuai dengan ketetapan garis sempadan sungai. Area ini akan dimanfaatkan dengan aktivitas bersantai dan berolahraga seperti jogging track dan bicycle track. Selain itu, terdapat gazebo yang berada dipinggiran sungai sebagai tempat duduk bagi pengunjung yang ingin beristirahat sambil melihat pemandangan sungai Deli.

Gambar 3. 35 Contoh Plaza

Gambar 3. 36 Contoh Promanade di Pinggir sungai


(66)

III.V.II Analisa Peletakkan Bangunan

Analisa peletakan bangunan yang diperlukan untuk mendapatkan zona peletakan fungsi didalam siteberdasarkan pertimbangan dari analisa aksesibilitas, view dan kebisingan.

Analisa Aksesibilitas

Analisa aksesibilitas diperlukan untuk mengetahui jalur untuk mencapai kawasan site. Data yang terdapat pada kawasan adalah terdiri dari 3 sirkulasi yang dapat dilalui oleh kendaraan yaitu jalan Helvetia By Pass, Gg. Melati, jalan Karya dan pinggiran sungai. Keeempat jalur tersebut memiliki potensi untuk dijadikan jalur masuk kedalam kawasan.

Zona Potensi Rekomendasi

Helvetia By Pass

(1)

Jalan Karya (2)

 Merupakan jalan dengan lalu lintas 2 arah.

 Lebar jalan sangat mendukung sebesar 8 meter.

 Jarang terjadi kemacetan pada jalur ini

 Banyak kendaraan umum melewati jalan ini

 Jalan dengan lalu lintas 2 arah

 Jarang menjadi sumber kemacetan

 Banyak kendaraan umum melewati jalan ini

 Jalan dengan lalu lintas 2 arah

Museum Penginapan Community Center Pusat Rekreasi Pasar Penginapan Diorama

Taman Rekreasi

Pasar Gambar 3. 37 Zoning


(67)

Gg.Melati (3)

Pinggiran Sungai (4)

 Jarang terjadi kemacetan karena tidak ada aktivitas angkutan kota pada jalan ini.

 Tidak dilalui oleh pengguna kendaraan

 Jalan cukup lebar

Community Center

Penginapan

Tabel 10 Analisa Peletakkan Bangunan

Analisa Kebisingan

Analisa kebisingan diperlukan untuk mengetahui peletakan kawasan dengan mempertimbangkan fungsi yang menyebabkan kebisingan tinggi dengan fungsi yang menyebabkan kebisingan rendah.

Ada 2 jenis analisa kebisingan yang menjadi pertimbangan yaitu analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan sekitar dan analisa kebisingan yang disebabkan oleh antar fungsi yang berada di dalam kawasan

Analisa kebisingan yang disebabkan bangunan sekitar

Zona Potensi Rekomendasi

Helvetia By Pass

(1)

Jalan Karya

 Kebisingan yang disebabkan dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan banyak di lewati oleh truk besar.

 Kebisingan yang disebabkan dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang

Museum

Pusat Komunitas

Pasat

Taman Rekreasi Gambar 3. 38 Zoning

Kawasana yang menyebabkan kebisngan


(68)

(2)

Gg. Melati

(3)

Sungai

(4)

padat dan banyak pemukiman padat penduduk

 Tingkat kebisingan rendah karena tidak ada aktivitas di area ini

Diorama

Penginapan

Area Promanade

RTH

Tabel 11 Analisa kebisingan yang disebabkan bangunan disekitar kawasan

Analisa kebisingan disebabkan oleh fungsi dalam site

Fungsi Potensi Rekomendasi

Museum

Penginapan

Diorama & RTH

Potensi kebisingan pada museum rendah karena tidak banyaknya aktivitas yang mengeluarkan suara.

Potensi kebisingan pada museum rendah karena aktivitas yang terjadi adalah aktivitas privat untuk bertempat tinggal.

Potensi kebisingan yang dihasilkan cukup rendah karena aktivitas yang ada


(69)

Pasar

Taman Rekreasi

Area Promanade

didalamnya melihat diorama-diorama aktivtas perkebunan

Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas jual beli dan ramai akan pengunjung.

Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas permainan dan banyak wahana yang menimbulkan bunyi.

Potensi kebisingan yang dihasilkan rendah karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas jual beli dan ramai akan pengunjung

Tabel 12 Analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan di dalam kawasan

Analisa diaatas menjadi bahan pertimbangan fungsi apa yang akan dibuat saling berdekatan dalam kawasan site untuk menciptakan kenyamanan di dalam site


(70)

Analisa View

Analisa view diperlukan untuk mengetahui potensi peletakan fungsi berdasarkan pada potensi view yang breada di sekitar lingkungan site. Ada 2 jenis analisa view yang menjadi pertimbangan yaitu view dari dalam ke luar dan analisa view dari luar ke dalam

Analisa view dari dalam ke luar

ZONA POTENSI REKOMENDASI

Helvetia By Pass

(1)

Jalan Karya (2)

Gg.Melati (3)

Pinggiran Sungai (4)

 Jalan raya dan pemukiman penduduk

 Jalan raya dan pemukiman penduduk

 Jalan raya dan pemukiman penduduk

 Sungai dan pemukiman penduduk

Museum

Diorama Taman Rekreasi

Community Center

Pasar

Penginapan

Tabel 13 Analisa View Kawasan Gambar 3. 39 Zoning View


(71)

III.V.III Analisa Sirkulasi

Analisa sirkulasi diperlukan untuk mengetahui potensi bentukan sirkulasi yang ada di dalam site. Sirkulasi yang ada didalam site sudah terbentuk dan memiliki potensi untuk dipertahankan namun ada juga yang berpotensi untuk diubah karena tidak sesuai dengan analisa yang telah dilakukan.

Data Potensi Rekomendasi

 Sudah terdapat jalur sirkulasi pada eksisting

 Lebar sirkulasi didalam site cukup baik.

 Jalur sirkulasi yang berada pada eksisting dapat menghubungkan langsung jalan Helvetia By Pass dan jalan Karya

 Pohon Beringin yang sudah berusia cukup tua dapat dijadikan titik pusat sirkulasi karena berada ditengah kawasan

 Dijadikan kawasan dengan sistem jalur sirkulasi pejalan kaki.

 Sirkulasi didalam site sebaiknya merupakan sirkulasi yang dapat dilalui dengan berjalan kaki karena jarak tempuh yang tidak jauh

 Jalur sirkulasi diperlebar untuk memberi kesan nyaman saat berjalan kaki.

 Opsi konsep sirkulasi muncul karena adanya pohon beringin yang ada ditengah kawasan


(72)

Proses Analisa

Berdasarkan hasil yang didapat pada ketiga analisa tersebut, maka dapat diketahui bahwa ada 4 zona peletakan yang dapat dilakukan terhadap fungsi –fungsi yang akan dibuat dalam kawasan ini ditambah 1 zona peletakan yang berada di tengah dari kawasan.

Gambar 3. 40 Zoning Fungsi Kawasan

Tiga zona publik yang dimaksud adalah zona Helvetia By Pass, zona Gg. Melati, zona jalan Karya dan satu zona privat yaitu zona pinggiran sungai. Fungsi massa bangunan yang berada pada zona publik adalah museum, community center, pasar, taman rekreasi, dan diorama. Fungsi privat antara lain adalah fungsi penginapan dan fungsi pusat adalah fungsi ruang terbuka hijau.

Namun ini gambar diatas masih belum menunjukkan peletakan yang sebenarnya sehingga masih terjadi banyak kemungkinan yang bisa dibuat terhadap peletakan bangunan pada setiap zona. Maka dari pada itu perlu dilakukan perhitungan terhadap rekomendasi yang diberikan oleh seriap analisa kepada setiap fungsi dan juga adanya

DIORAMA PUSAT REKREASI


(73)

matriks keterkaitan fungsi bisa menjadi pertimbangan untuk dapat mengetahui fungsi apa yang seharusnya bisa saling berdekatan dan juga tidak berdekatan.

No Fungsi Helvetia By

Pass Gg. Melati Jl.. Karya Pinggiran sungai Pusat 1 2 3 4 5 6 7 8 Museum Penginapan P. Rekreasi Pasar Diorama Community center RTH Promanade 3 1 2 1 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1

Tabel 15 Zoning Fungsi Kawasam

Tabel diatas merupakan

akumulasi dari

rekomendasi yang dihasolkan oleh analisa untuk dijadikan pedoman

perletakan bangunan, diperkuat dengan tabel matriks untuk memperlihatkan hubungan antar fungsisatu dengan yang lain bagaimana interaksi bangunan apakah hubungan antar fungsi tersebut bersifat dekat, sedang ataupun jauh


(74)

II.V.IV Kesimpulan Analisa

Kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan bahwa analisa yang dilakukan memang berkaitan dengan jenis fungsi yang akan diterapkan, peletakan setiap bangunan didalam kawasan serta opsi konsep sirkulasi yang akan diterapkan pada kawasan ini nantinya. Hubungan antar bangunan adalah menjadi pedoman untuk memperkuat analisa sehingga peletakan fungsi bangunan itu bisa sesuai dengan suasana dan aktivitas yang ada di dalamnya.

Dan hasil yang dihasilkan dari proses analisa diatas adalah berupa zoning peletakan kawasan karena ini masih merupakan perancangan daripada masterplan sehingga tidak ada lagi opsi peletakan lainnya karena ini sudah sesuai analisa yang diolah berdasarkan data yang ada.

DIORAMA PUSAT REKREASI


(75)

III.VI Konsep

III.VI.I Konsep Zoning

Konsep Perancangan Zoning pada “Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli” dibagi atas 3 Zona yaitu :

- Zona Publik

- Zona Centre (Publik) - Zona Privat

DIORAMA Diorama merupakan fungsi yang mengajak penggunjung untuk belajar mengetahui proses pengelolaan tembakau tradisional pada zaman hidia belanda


(76)

III.VI.II Konsep Sirkulasi (Circle Pedistrian Way)

Konsep sirkulasi dimulai pada peletakan pintu masuk ke dalam kawasan site. Berdasarkan hasil analisa, pintu masuk kedalam kawasan berada di jalan Helvetia By Pass dan jalan Gg. Melati karena aktivitas lalu lintas yang tidak sering terjadi kemacetan

Sirkulasi yang terjadi pada kawasan ini adalah sirkulasi pejalan kaki, tidak ada aktivitas lalu lalang dengan menggunakan kendaraan bermotor, sehingga masyarakat dapat merasakan suasana segar dengan banyaknya zona hijau dan juga suasana kolonial yang terdapat pada kawasan ini. Jenis sirkulasi menggunakan konsep sirkulasi radial seperti rekomendasi yang dihasilkan oleh analisa sirkulasi. Zona tengah menjadi pusat pertemuan dari pengunjung yang berada di kawasan ini jadi jika ada yang merasa tersesat zona ini dapat menjadi tempat bertemu


(77)

Konsep Bentukkan Massa

Konsep bentukan bangunan yang diterapkan adalah konsep bangunan sesuai dengan tema arsitektur kawasan ini adalah kontekstual harmoni. Bangunan bersejarah rumah manager dan gedung eks pemeraman tembakau menjadi contoh bangunan untuk diterapkan kepada bangunan yang lain sehingga kawasan ini semakin kental dengan nilai sejarahnya.

bersejarah tersebut menggunakan bentukan simetris yaitu bentukan persegi panjang dan persegi, namun untuk menambah variasi bentukan akan ditambah bentukan bangunan yang digabung atau di coak.


(78)

III.VI.IV Konsep RTH

Konsep ruang terbuka hijau yang berada di kawasan ini adalah konsep ruang terbuka yang menanggapi vista yang telah ada sebelumnya pada posisi eksisting. Untuk menanggapi hal tersebut maka dibuat beberapa zona untuk melengkapi vista yang ada menjadi vista yang baru. Bentukannnya diambil dari daun tembakau yang menjadi ciri khas dari kawasan ini. Satu helai daun tembakau dibuat menjadi sebuah bunga dan menciptakan ruang pada titik tengahnya yang menjadi inti dari kawasan ini. Konsep RTH juga menyajikan tanaman tanaman atau tumbuhan hijau sehingga bisa menjadi tempat peristirahatan sementara oleh masyarakat.


(79)

III.VI.V Konsep Orientasi

Kawasan ini menggunakan satu titik sebagai orientasi utama pada bangunan lainnya, yaitu zona center atau ruang terbuka hijau kawasan ini. Setiap bangunan harus punya orientasi yang diarahkan menuju area ruang terbuka hijau, sehingga pada titik ini pengunjung dapat melihat sekeliling bangunan dan merasakan atmosfer yang berbeda seperti berada di sebuah tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka. Namun, walaaupun setiap bangunan memiliki satu orientasi yang sama, setiap bangunan juga harus menanggapi bangunan sekitar mereka ataupun lingkungan diluar daripada kawasan sejarah tersebut.


(80)

III.VI.VI Konsep Skenario Kawasan


(81)

BAB IV


(82)

(83)

BAB V

PENGANTAR FUNGSI

Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli merupakan perancangan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kawasan Eks. PTPN II. Namun dengan pengalih fungsian kawasan sebelumnya yaitu pemeraman tembakau menjadi kawasan wisata. Hal ini dikarenakan agar masyarakat dapat belajar mengenai sejarah yang dulunya membentuk Kota Medan. Karena sekarang ini di kota Medan, dapat dikatakan sangat sedikit wisata edukasi. Beberapa fungsi untuk menarik peminat pengunjung di rancang, yaitu Museum Tembakau Deli, Pusat Komunitas, Pasar, Diorama, Plaza, Pusat Rekreasi, Pusat Kuline, dan Hotel. Semua fungsi ini dirancanang untuk menunjang fasilitas Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.

Salah satu fungsi dari Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli t yaitu Hotel akan dibahas mengenai proses perancangan.


(84)

BAB VI

HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU

DELI

VIII.IRumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan proyek Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli Medan Sumatera Utara ini adalah :

1.Bagaimana merancang Hotel sehingga memiliki kesatuan dengan fungsi-fungsi disekitarnya.

2. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

3. Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan 4. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah

untuk dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.

5. Bagimana memaksimalakan potensi lahan dan lingkungan disekitarnya.

VIII.II Maksud dan Tujuan

Studi dalam tugas ini adalah untuk memberikan dasar pengembangan konsep – konsep perencanaan dan perancangan Hotel di Kawasan Wisata Tembakau Deli, Medan, yaitu:

1. Sebagai sebuah hotel berstandar bintang 3 di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

2. Menciptakan suatu wadah hunian sementara sekaligus untuk belajar mengenai sejarah Tembakau Deli


(85)

4. Menciptakan tenaga kerja.

5. Memperoleh keuntungan finansial yang sesuai dengan tujuan investasi. 6. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak sehingga menambah

devisa negara melalui sektor non migas.

VIII.III Metode

VI.III.I Pendekatan Masalah

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancanggan hotel maka dapat dilakukan beberapa pendekatan desain antara lain:

1. Studi literatur dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan perancangan dan perencanaan Hotel di kawasan wisata sejarah

2. Studi banding tema sejenis

3. Studi lapangan yang dilakukan dengan survey langsung ke lokasi tapak yang direncanakan untuk melihat kondisi sektar tapak dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek

4. Wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan proses perancangan dan perencanaan proyek ini

VI.III.II Asumsi

Asumsi digunakan dalam menentukkan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Asumsi dalam perancangan ini adalah :

1. Lahan difungsikan sebagai Hotel.

2. Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih

3. Sebagian bangunan Eks. Pemeraman Tembaka PTPN II, di fungsikan sebagai lobby Hotel


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)