12. Sahabat-Sahabat  Kota  Batam  terima  kasih  sahabat  yang  sudah
memberikan  motivasi  kepada  peneliti  dan  dan  teman-teman  yang  lainnya yang  tidak  bisa  disebutkan  satu-persatu  yang  pernah  belajar  bersama
peneliti,  semoga  Allah  anugerahkan  kehidupan  yang  baik  dan  semoga kalian mendapatkan kesuksesan dimasa depan..
13. Dea  Hanara,  yang  selalu  memberikan  doa  serta  motivasi  untuk  peneliti
selama  menyusun  skripsi  ini  dan  pernah  membantu  tugas  perkuliahan peneliti, semoga Allah membalas semua kebaikanmu.
14. Sahabat SMAN 4 Batam: Dewinta Puspasari, terima kasih sudah mau
menjadi  seorang  sahabat  curhat  yang  paling  lama  dalam  hidup  peneliti, selalu memberikan doa serta motivasi dan teman-teman yang lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu semoga kalian mendapatkan kesuksesan dimasa depan.
15. Dan Followers di Akun Twitter : Pria Putih, Terima kasih sudah selalu
setia  dengan  akun  saya,  yang  selalu  berbagi  cerita  dan  saling  memberi masukan,  semoga  Allah  anugerahkan  hubungan  percintaan  dan
mendapatkan jodoh yang baik untuk kalian semua. Peneliti  menyadari  bahwa  dalam  penelitian  skripsi  ini  masih  diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah  turut  serta  membantu  peneliti  dalam  melakukan  penelitian  skripsi  ini  dan
semoga  skripsi  ini  dapat  memberikan  manfaat  bagi  peneliti  khususnya  dan pembaca umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah
diberikan itu akan mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT, Amien.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandung,    Agustus 2014
Peneliti
M.Reza Pahlevi.H NIM. 41810115
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anak  merupakan  aset  keluarga  yang  harus  dijaga  dengan  baik,  kelak anak-anak  kita  kita  akan  mnejadi  aset  bangsa  dan  negara,  yang  akan
menentukan masa depan bangsa dan negara tersebut, sehingga diperlukan bimbingan  dan  pengawasan  yang  baik  serta  ketat  untuk  menghasiilkan
penerus-penerus  yang  bermoral  baik,  berwawawasan  jauh  serta  paham akan fungsinya sebagai penerus.
Sebelum  anak-anak  tiba  ke  tangan  pendidik  atau  guru  di  sekolah, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar, peranan dari fungsi
orang tua berpengaruh besar terhadap kepribadianbdan perkembangan jiwa anak,  peran  orang  tua  menjadi  sangat  penting  kualitas  komunikasi  anak
sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua berkomunikasi kepadanya, komunikasi  akan  sukses  apabila  orang  tua  memiliki  kredebilitas  dimata
anakanya.  Tanggung  jawab  orang  tua  adalaha  mendidik  anak,  maka  dari hal  itu  yang  terjadi  kepada  oramg  tua  kepadaanak  memberikan  suatu
ajaran yang bernilai pendidikan, misalnya yang diajarkan orang tua kepada anaknya seperti norma agam, norma akhlak, norma sosial, norma etika dan
juga norma moral.
Pentingnya  peran  komunikasi  dalam  keluarga  perlu  dibangun  dalam rangka  pola  pikir  anak  dan  membangun  jiwa  anak  agar  sesuai  dengan
harapan orang tua. Dalam lingkungan keluarga orang tua berperan sebagai institusi  pendidikan,  artinya  tidak  cukup  dengan  komunikasi  saja,  tetapi
didalamnya  terjadi  komunikasi  dalam  bidang  keagamaan,  sosial,  dan perlindungan  yang  dilakukan  orang  tua  terhadap  anak-anaknya  disaat
pertumbuhan remaja. Dalam  kehidupan  sehari-hari  pola  komunikasi  orang  tua  sangat
penting  untuk  perkembangan  pertumbuhan  remaja  yang  lebih  baik.  Pola komunikasi  yang  dibangun  akan  mempengaruhi  pola  asuh  orang  tua.
Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan terciptanya pola asuh yang baik juga. Hal ini telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola
asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik dan membina remaja  agar  tidak  terjadinya  perlaku-perilaku  yang  menyimpang  dengan
norma-norma  yang  telah  ada.  Kegiatan  pengasuhan  anak  akan  berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta dilambari dengan cinta dan
kasih  sayang.  Perawatan  orang  tua  yang  penuh  kasih  sayang  merupakan faktor  yang  kondusif  untuk  mempersiapkan  anak  menjadi  pribadi  dalam
anggota  masyarakat  sehat,  namun  banyak  persoalan  muncul  ketika  pola komunikasi dalam  mendidik yang diterapkan oleh orang tua tidak mampu
menciptakan  suasana  kehidupan  yang  efektif  baik  bagi  remaja  maupun didalam  keluarga.  Suasana  kehidupan  yang  kurang  efektif  itu,  misalnya
sering terjadinya konflik anatar orang tua dan anak disaat remaja.
Impikasinya  adalah  ketidakcocokan  atai  ketidaktepatan  orang  tua dalam memilih pola asuh, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya
permusuhan  serta  pertentangan  didalam  keluarga,  maka  akan  terjadi hubungan  yang  tegang,  kesenjangan  demi  kesenjangan  selalu  terjadi,  dan
komunikasi yang baik pada akhirnya sukar diciptakan. Tidak semua orang tua  memahami  pilihan  apa  yang  diinginkan  oleh  anaknua  disaat  remaja,
maka  biasanya  orang  tua  sejak  awal  telah  membekali  pendidikan, bimbingan dan arah yang baik agar anaknya berhati-hati dalam pergaulan
dengan kelompok teman sebayanya. Akan tetapi ternyata banyak orang tua yang  tidak  memahami.  Ketidakpahaman  ini  kana  menyebabkan
kesalahperlakuan  orang  tua  terhadap  anak,  misalnya  terlalu  protektif melindungi  dengan  cara  melarang  bergaul  dengan  lawan  jenisnya.  Hal
ini  akan  berdampak  buruk  bagi  anak,  misalnya  remaja  mencari ke4sempatan  untuk  bergaul  atau  berpacaran  secara  sembunyi-sembunyi
tanpa diketahui oleh orang tuanya. Peneliti  melihat  adanya  faktor  penyebab  perilaku  remaja  yang
menyimpang ini biasanya disebabkan tidak adanya perhatian dan curahan kasih  sayang  dari  orang  tua  atau  juga  peraturan-peraturan  yang  keras
sehingga  sang  anak  tidak  diberi  kebebasan.  Kebanyakan  orang  tua  sering memberikan kelonggaran dan “serba boleh” kepada anak setiap apa yang
mau diinginkannya.
Banyak yang terjadi disini orang tua cenderung menghindari tanggung jawab  mereka  untuk  memberikan  perhatian  serius  terhadap  persoalan
sehari-hari,  misalnya  kelalaian  dan  kurang  kontrol  orang  tua  terhadap anaknya  disaat  remaja,  hal  ini  dapat  menjadi  sebab  utama  terjadinya
perilaku  menyimpang  pada  remaja,  dan  dapat  menyebabkan  banyak  nya remaja,  dan  dapat  menyebabkan  banyak  remaja  banyak  menghabiskan
waktu  di  luar  bersama  teman  sebanyanya  untuk  berkumpul  dan  bergaul dengan  teman  yang  dianggapnya  mendukung  dan  memberikan  perhatian,
seperti lebih sibuk berkumpul dengan teman-teman sebanyanya, dari pada berkumpul dengan keluarga.
Agar tidak terjadi hal-hal tersebut, maka seharusnya komunikasi orang tua  dan  remaja  ditekan  kan  pada  perhatian  orang  tua  pada  remaja  dan
waktu luang orang tua bagi anak remajanya. Berbagai masalah remaja saat ini,  baik  yang  berhubungan  penyimpangan  perilaku  minuman  beralkohol,
disebabkan antara lain oleh kurang nya perhatian dan bekal yang diterima anak  dari  orang  taunya.  Semua  berawal  dari  masalah  kurang  komunikasi
antara orang tua dengan anak. Pola  komunikasi  yang  tidak  efektif  akan  berdampak  perilaku-perlaku
yang menyimpang oleh anak disaat pertumbuhan remajanya. Setiap orang tua  mempunyai  pola  komunikasi  yang  berbeda-beda  dan  bervariasi.
Didalam  buku  Syaiful  Djamarah  Bahri  2004:1  pola  diartikan  sebagai bentuk  atau  struktur  yang  tetap,  sedangkan  komunikasi  adalah  proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara
tepat  sehingga  pesan  yang  dimaksud  dapahami.  Dengan  demikian  yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau
lebih  dalam  penerimaan  dan  pengiriman  pesan  dengan  cara  yang  tepat sehingga dapat dipahami.
Menurut Yusuf Syamsu yang dikutp dari Djamarah 2004:51, adapun macam-macam pola komunikasi orang tua pada anak 3 yaitu :
1. Authoritarian cenderung bersikap bermusuhan.
Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya  dengan  mengorbankan  otonomi  anak.  Pola  komunikasi
otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Dalam pola  komunikasi  ini  sikap  peneriman  rendah,  namun  kontrolnya
tinggi,  suka  menghukum,  bersikap  mengkomando,  mengharuskan anak  untuk  melakukan  sesuatu  tanpa  kompromi  ,  bersikap  kaku
dan keras, cenderung emosional bersikap menolak.
2. Permissive membebaskan
Pola komunikasi ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berprilaku sesuai dengan keinginan
anak. Pola komunikasi permissive atau  di kenal  pula dengan pola komunikasi  serba  membiarkan  adalah  orang  tua  yang  bersifat
mengalah,  menuruti  semua  keinginan,  serta  memberikan  atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
3. Authoritative demokratis
Pola  ini  orang  tua  mengontrol  dan  menurut,  tetapi  dengan  sikap yang hangat, ada komunikasi timbal balik antara orangtua dengan
anak yang dilakukan secara rasional, memberi tahu hal positif dan negatif,  mau  mendengarkan  keluhan  dan  perasaan  si  anak,
sehingga  anak  mau  mengunggkapkan  perasaan  apa  yang dirasakan,  orang  tua  lebih  bersifat  sahabat.  Pola  komunikasi  ini
merupakan gabungan dari adanya kontrol yang kuat dan dorongan yang positif.
Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini, salah satu cara  terpenting  untuk  membantu  anak-anak  menjadi  orang  dewasa  yang
berarti  adalah  dengan  belajar  berkomunikasi  pada  mereka  secara  positif. Keluarga  menjadi  peran  penting  pembentukan  kepribadian  dan  tingkah
laku anak. Pendapat  ini  diperkuat  oleh  Arhnardi  1999:248  mengatakan
bahwa  suasana  rumah  yang  hangat  dan  perhatian,  pengukuhan, penghargaan,  kasih  sayang  dan  saling  percaya  akan  melahirkan  anak-anak
yang  kelak  hidup  dengan  nilai-nilai  positif  pula.  Betapa  pentingnya  pola komunikasi dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa
anak disaat masa remajanya.
Pola  komunikasi  orang  tua  terhadap  anak  sangat  bervariasi.  Ada yang pola komunikasinya menurut  apa  yang dianggap terbaik oleh dirinya
sendiri  saja,  sehingga  ada  yang  bersifat  menuntut  atau  mengekang, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta
kasih.  Perbedaan  pola  komunikasi  orang  tua  seperti  itu  dapat  berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.
Orang  tua  harus  berkomunikasi  tentang  bahayanya  minuman beralkohol  dengan  anak  remajanya,  dan  dapat  memberikan  penjelasan
secara  tepat  sehingga  anak  dapat  dimengerti  dan  menerima  informasi tentang  bahayanya  minuman  beralkohol  didalam  kehidupan  dengan  baik.
Komunikasi  yang  baik  dan  berjalan  lancar  diharapkan  dapat  mengatasi perilaku  yang  salah  pada  salah  satunya  perilaku  penyimpangan  dengan
minuman beralkohol dikalangan remaja. Dalam  menyampaikan  pendidikan  tersebut  dapat  dilaksanakan
secara fleksibel artinya pola komunikasi apa yang akan dipergunakan agar para remaja mengerti dan tidak salah persepsi tentang bahayanya minuman
beralkohol,  pola  komunkasi  ini  bertujuan  untuk  meredamkan  rasa keinginan tahuanya terhadap minuman beralkohol.
Minuman beralkohol
adalah minuman
yang mengandung
etanol.Etanol  adalah  bahan  psikoaktif  dan  konsumsinya  menyebabkan penurunan kesadaran.minuman keras adalah minuman yang mengandung
alkohol.Tidak  semua  minuman  beralkohol  adalah  minuman  keras
meskipun,  bir,  anggur,  minuman  malt  semuanya  mengandung  alkohol tetapi tidak minuman keras.Untuk menjadi minuman keras minuman harus
disuling dari salah satu minuman fermentasi yang disebutkan di atas.Juga tidak  semua  alkohol  etanol  jenis  dapat  minum  isopropil  alkohol  adalah
berbeda alkohol dan tidak dapat minum. Alkohol  merupakan  zat  psioaktif  yang  bersifat  adiksi  atau
adiktif.Zat  psikoaktif  adalah  golongan  zat  yang  bekerja  secara  selektif, terutama  pada  otak,  sehingga  dapat  menimbulkan  perubahan  pada
perilaku,  emosi,  kogitif,  persepsi  dan  kesadaran  seseorang  dan  lain- lain.Sedangkan adiksi atau adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila
digunakan  dapat  menimbulkan  kecanduaan  dan  ketergantungann.Jadi alkohol adalah suatu zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak,
sehingga  dapat  menimbulkan  perubahan  pada  perilaku  emosi,  kognitif, persepsi  dan  kesadaran  seseorang  yang  apabila  digunakan  dapat
menimbulkan kecanduaan atau ketergantungan.
1
Salah satu  dampak modernisasi  dari  faktor sosial  ekonomi baru ini cukupnyata  di  tengah  masyarakat  kita  adalah  penyalahgunaan  minuman
keras  pada  kalangan  remaja.  Bila  keadaan  ini  dibiasakan  maka  bencana yang akan terjadi, seperti yang telah diungkapkan oleh Wresniwiro 1996
mengenai  minuman  keras  yang  dapat  menimbulkan  perubahan  tingkah laku sebagai berikut:
1
http:mytriaryanti.wordpress.comminuman-kerassenin1021.30 WIB
“Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila  dikonsumsi  secara  berlebihan  dan  terus-menerus  dapat
merugikan  dan  membahayakan  jasmani,  rohani  maupun  bagi kepentingan  perilaku  dan  caraberfikir  kejiwaan  sehingga  akibat
lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyara
kat sekitar”. Minuman  keras  saat  ini  merupakan  permasalahan  yang  cukup
berkembang  di  dunia  remaja  dan  menunjukan  kecenderungan  yang meningkat  dari  tahun  ketahun  yang  akibatnya  dirasakan  dalam  bentuk
kenakalan-kenakalan perkelahian,
munculnya geng-geng
remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan remaja.
Kebiasaan  meminum  alkohol  dan  generasi  muda  telah  banyak dibicarakan  oleh  para  ahli  dari  berbagai  dunia.Harapan  para  remaja  agar
dapat  dianggap  dewasa  oleh  lingkungan  sekitarnya  perlu  mendapat perhatian  yang  serius.Remaja  merupakan  generasi  penerus  bangsa  yang
memiliki  potensi  untuk  berkembang  sesuai  dengan  harapan  masyarakat, remaja  perlu  untuk  memiliki  nilai  yang  tepat  bagaimana  mereka
seharusnya berperilaku. Remaja  dalam  kelompok  teman  sebaya  merupakan  salah  satu
bentuk  kompensasi  peredam  konflik  yang  banyak  dilakukan  oleh  remaja dalam  menghadapi  masalah  dengan  orang  tua  maupun  masalah-  masalah
kehidupan.Kehidupan  sosial  dengan  teman  sebaya,  pengaruh-pengaruh mereka  bertambah  pula.  Bila  terdapat  perbedaan  antara  standard  moral
dirumah  dan  standard  kelompok  teman  sebaya,    maka  mereka  menerima standard sebaya dan menolak standard keluarga.
Bergabungnya  remaja  dengan  teman  sebayanya  merupakan  suatu aspek  yang  positif    bagi  perkembangan  anak,  karena  dengan  teman
sebayanya sangat diperlukan untuk mempelajari pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja
tersebut  memiliki  aturan-aturan  yang  tidak  jarang  bertentangan  dengan aturan  yang  berlaku  di  keluarga,  maka  disinilah  pengaruh  negatif  teman
seabaya  terhadap  para  remaja.  Tidak  sedikit  remaja  yang  berprilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya.
Pengaruh  teman,lingkungan  maupun  didalam  keluarga  menjadi faktor  yang  penting  pada  remaja  untuk  memulai  kecanduaan  minuman
beralkohol. Memulai meminum minuman beralkohol merupakan hasil dari proses pengaruh buruk sosial, di mana orang yang bukan peminum ketika
berhubungan  dengan  pemabuk  pecandu  alkohol  akan  mengakibatkan rasa ketertarikan untuk mencoba meminuman beralkohol tersebut.
Bisa kita lihat atai kita temukan bertebaran warung-warung pinggir jalan,  bisa  kita  lihat  sendiri  terdapat  di  rak-rak  minuman  botol-botol
minuman beralkohol bercampur dengan minuman ringan lainya. Penjualan minuman    beralkohol  setiap  tahunya  semakin  meningkat  tidak  menutup
kemungkinan  jumlah  peminum  alkohol  juga  semakin  banyak  atau meningkat, seperti munculnya suatu tradisi minum-minuman beralkohol.
Hal  ini  terbukti  ada  beberapa  warung  pinggiran  jalanan  yang menjadi  tempat  tongkrongan  atau  kumpulan  remaja-remaja  di  kota
Bandung,  rata-rata  mereka  memang  hanya  minum  segelas  dua  gelas minuman  bersoda,  namun  tentu  tidak  menutup  kemungkinan  beberapa
diantara  mereka  penasaran  ingin  mencoba  Green  Sands,  Simirnoff,  atau Heineken  atau  BeerBintang  yang  terpanjang  bebas  disana,  dan  tidak
menutup  kemungkinan  hal  ini  akan  berkelanjutan,  mereka  akan  mencoba minuman  keras  lainnya  yang  berkadar  alkoholnya  lebih  tinggi,  seperti
Martell,  Chivas  Regal,  Vodka,  Black  Label,  Jack  Daniels  apabila  tidak adanya  pengawasan  dan  bimbingan  dari  orang  tua  maka  mereka  akan
menjadi  kecanduaan    meminum-minuman  beralkohol  dan  dijadikan  suatu kebiasaan,  sehingga  mudah  dipengaruhi  hal-hal  yang  negatif  dan  alhasil
didalam  kehidupan  sosial  seseorang  remaja  ini  tidak  berjalan  dengan efektif.
Di  kota  Bandung  sendiri  minuman  beralkohol  itu  masih  tergolong mudah  untuk  didapatin.  Hasil  dari  wawancara  oleh  peneliti  kepada  Bpk.
Asep Sudarjat Disperidag Bandung mengatakan bahwa : “Segala  minuman  beralkohol  berapapun  kadarnya  hanya  dapat
dijual  di  kafe,  pub,  hotel,  karoke  dan  hanya  doperboehkan  meminumnya atau  dikonsumsi  ditempat  itu  juga  tidak  diperbolehkan  untuk  dibawa
keluar”
Namun  kenyataan  lain,  minuman  beralkohol  tetap  saja  mudah ditemukan  seperti  warung-warung  pinggir  jalan  masih  ada  aja  menjual
minuman-minuman beralkohol tersebut.
Dari  uraian-uraian  penjelasan  diatas,  peneliti  tertarik  melakukan penelitiaan  untuk  mengetahui  tentang  pola  komunikasi  orang  tua  dengan
remaja,  dengan  judul  Pola  Komunikasi  Orang  Tua  Dengan  Remaja Pecandu Alkohol Di Kota Bandung.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan  penelitian  merupakan  fokus  kajian  peneliti  dalam melakukan  penelitian  agar  semua  pertanyaan  dapat  terarah  dengan  baik
secara sistematis dan koheren.  Adapun pertanyaan dari penelitan, sebagai berikut:
1.2.1  Pertanyaan Makro
Dari  uraian-uraian  penjelasan  diatas yang  ditelah
dikemukakan  dalam  latar  belakang  masalah  diatas,  maka  peneliti merumuskan pertanyaan makro sebagai berikut.
“Bagaimana Pola Komunikasi  Orang  Tua  Dengan  Remaja  Pecandu  Alkohol  di
Kota Bandung ?”
1.2.2  Pertanyaan Mikro
Adapun rumusan
masalah tersebut
peneliti membuat
pertanyaan mikro sebagai berikut: 1.
Bagaimana proses komunikasi  Orang tua dengan Remaja
Pecandu Alkohol di Kota Bandung?
2.
Bagaimana hubungan Orang tua dengan Remaja Pecandu
Alkohol di Kota Bandung?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun  maksud  dan  tujuan  penelitian  yang  dilakukan  pada  saat melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1.3.1  Maksud Penelitian
Maksud  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui Bagaimana  Pola  Komunikasi  Orang  Tua  dengan  Remaja  Pecandu
Alkohol di Kota Bandung.
1.3.2  Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses komunikasi Orang Tua dengan
Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung. 2.
Untuk  mengetahui  hubungan  Orang  Tua  dengan  Remaja
Pecandu Alkohol di Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun Kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
1.4.1  Kegunaan Teoritis
Diharapkan  dengan  penelitian  ini  maka  akan  berguna  untuk perkembangan  Ilmu  Komunikasi  pada  umumnya,  dan  khususnya
dalam pola komunikasi.dalam konteks komunikasi interpersonal.
1.4.2  Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan
penelitian ini
untuk menerapkan  diri  peneliti  dalam  menganalisis  Pola
Komunikasi Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung.
1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik Universitas
Penelitian ini
diharapkan dapat
menambah pengetahuan  dan  memberikan  gambaran  yang  berguna
sebagai  referensi  bagi  mahasiswa  Ilmu  Komunikasi Universitas
Komputer Indonesia
mengenai pola
komunikasi.
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Orang Tua
Bagi  orang  tua  dapat  memberikan  gambaran  pola komunikasi  orang  tua  terhadap  perilaku  remaja  pecandu
alkohol,  sehingga  orang  tua  dapat  memberikan  upaya penanggulangan  dan  lebih  memperhatikan  perilaku  anak
remajanya dengan kecanduan minuman yang beralkohol.
1.4.2.4 Kegunaan Bagi Masyarakat
Bagi  masyarakat  dapat  memberikan  contoh  yang baik  dilingkungan  eksternal  bagi  para  remaja,  sehingga
masyarakat  dapat  memberikan  nilai  pendidikan  setelah keluarga  dan  sekolah  dalam  upaya  penanggulangan
perilaku  remaja  dengan  kecanduaan  minuman  yang beralkohol.
61
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian 3.1.1  Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung
Maraknya  peredaran  minuman  keras  di  Indonesia  semakin meningkat,  khususnya  di  kota-kota  besar  minuman  beralkohol  itu
masih  tergolong  mudah  untuk  didapatin,bisa  kita  lihat  dan  dijumpai hal ini terbukti dari beberapa warung-warung pinggiran jalanandi kota
Bandung  yang  masih  tersedia  menjual  minuman  berkadar  alkohol yang    menjadi  tempat  tongkrongan  atau  kumpulan  remaja-remaja  di
kota  Bandung,  para  remaja  ini  hampir  lupa  waktu  apabila  mereka sedang mengkonsumsi minuman beralkohol dengan ramai-ramai, dan
bisa  kita  lihat  tidak  sedikit  bagi  mereka  yang  tidak  mabuk  atau  tidak menyadarkan  diri,  sehingga  mereka  lupa  dengan  apa  yang  telah
terjadi. Kejadian  ini  akan  membahayakan  bagi  seorang  remaja  yang
mengakibatkan  kecanduan  pada  minuman  beralkohol  dan  hal  ini mengakibatkan
menjadi suatu
kebiasaan meminum-minuman
beralkohol,  sehingga pada  kehidupan sosialnya tidak berjalan dengan efektif, hal ini terbukti dengan munculnya kasus-kasus para remaja di
kota Bandung  yang sering mengadakan pesta minuman keras dengan teman-teman  sebayanya  yang  bisa  mengakibatkan  kematian  karena
overdosis  terlalu  banyak  mengkonsumsi  mimuman  keras  ketika berpesta  minuman  keras,  banyak  kasus-kasus  penyimpangan  sosial
yang terjadi pada para remaja di kota Bandung yang berkaitan dengan minuman beralkohol, dan hal ini terbukti kuat saat penelitimelakukan
wawancara  langsung  kepada  Ibu.  Aiptu  Qoriah  Kepolisian  Wilayah Bandung Barat mengatakan bahwa :
“Banyak  terjadinya  kegiatan  kriminalitas  remaja-remaja  dikota Bandung  sehabis  mengkonsumsi  minuman  keras,  mereka  berani
melakukan apapun karena dipengaruhi oleh alkohol tersebut”. Dari
perilaku-perilaku remaja
yang menyimpang
maka dibutuhkan  adanya  suatu  pola  komunikasi  yang  baik  yang  dibangun
oleh  orang  tua  agar  terciptanya  pola  asuh  yang  baik  dalam  mendidik seorang anak disaat remaja agar terhindar dan tidak mudah terpengaruh
perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang telah ada.
3.1.2  Pola Komunikasi Orang Tua
Objek  penelitian  yang  dilakukan  oleh  peneliti  adalah  mengenai Pola Komunikasi Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota
Bandung.Komunikasi  orang  tua  merupakan  pembentukan  sikap  dan perilaku  anak  yang  berpengaruh  pada  perkembangan  anak  disaat
remaja  ke  dewasa  dan  disinilah  unsur  pendidik  terhadap  anak  di bentuk.  Dan  salah  satu  cara  adalah  dengan  berkomunikasi  untuk
menanamkan  nilai-nilai.  Bila  hubungan  yang  di  kembangkan  oleh orang tua tidak harmonis misalnya tidak ketepatan orang tua itu sendiri
dalam  memilih  pola  komunikasi  maka  dengan  begitu  muncul  lah
konflik  antara  orang  tua  dengan  sang  anak  disaat  masa  pertumbuhan remajanya  yang  tidak  dapat  terelakan  begitu  juga  sebaliknya,  jika
orang  tua  memilih  telah  memilih  pola  komunikasi  yang  tepat  maka konflik-konflik  antara  orang  tua  dengan  anaknya  disaat  remaja  pun
dapat terelakan.
Peran  orang  orang  tua  sebagai  orang  pertama  dalam  sebuah keluarga  yang  berinteraksi  dengan  seorang  anak  sangat  memiliki
peranan  dalam  menentukan  pembentukan  dan  perkembangan  mental anak  untuk  mengatasi  kesulitan-kesulitan  yang  tengah  dihadapi  oleh
sang  anak  disaat  remaja.  Didalam  tercakup  pemberian  kasih  sayang, penerimaan, penyediaan segala kebutuhan anak, aturan-aturan, disiplin
serta  mendorong  kompetensi  kepercayaan  diri,  dalam  menampilkan model  peran  yang  pantas  dan  menciptakan  suatu  lingkungan  yang
menarik  dan  responsive,dan  orang  tua  harus  memberikan  pendidikan berupa  pengarahandan  bimbingan  yang  berkaitan  dengan  ilmu
pengetahuan,  norma,  agama,  tatakrama  serta  masih  banyak  lagi  yang dapat  menentukan  perkembangan  remaja,  serta  dapat  memberikan
suatu kepercyaan penuh  kepada  anak agar anak remaja mereka dapat hidup mandiri secara bertanggung jawab dan jalan di jalan yang benar.
Sekarang  ini  telah  terjadi  kemerosotan  moral  dikalangan  remaja, salah  satu  bukti  nyata  bahwa  moralitas  remaja-remaja  di  kota
Bandung mengalamin kemerosotan moral dengan semakin banyaknya kasus-kasus  yang muncul  yang dilakukan oleh remaja-remaja di  kota
Bandung  seperti  tindakan  kekerasan  yang  muncul  atau  kegiatan premanisme,  perkelahian  dan  hingga  meminum-minuman  keras
bersama teman-teman sebayanya. Hal  ini  terlihat  jelas  terdapat  buruknya  kualitas  komunikasi  orang
tua  di  kota  Bandung  dalam  membentuk  perilaku  anaknya  disaat remaja,  sehinga  sang  anak  mengalamin  kemerosotan  moral  terhadap
kehidupan  sosialnya.  Di  kota  Bandung  masih  banyak  orang  tua  yang salah  dalam  mengasuh  anaknya,  hal  yang  menyebabkan  kesalahan
pola  komunikasi  orang  tua  dalam  memilih  pola  asuh  anaknya  disaat remaja,  ini  biasanya  mereka  lebih  cenderung  ke  otoriter  atau
mengekang, ada yang terlalu memberi kebebasan, da nada juga orang tua  yang  terlalu  sibuk  dengan  pekerjaannya  sehingga  sang  anak
merasa kekurangan kasih sayang atau perhatian dari orang tuanya. Orang  tua  yang  cenderung  ke  otoriter  atau  mengekang  akan
menciptakan  hubungan  yang  tegang,  orang  tua  menggunakan  kontrol tinggi,  kekuasaan  dan  peraturan-peraturan  yang  dibuat  seerta
memaksa anakya untuk menuruti semua yang dikatakan. Kesalahan  pola  komunikasi  orang  tua  inilah  yang  menghasilkan
pola  asuh  yang  buruk  yang  menyebabkan  munculnya  kasus-kasus perilaku-perilaku penyimpangan dikalangan remaja dikota Bandung.
3.2  Metode Penelitian
Metode  penelitian  adalah  prosedur  yang  dilakukan  dalam  upaya mendapatkan  data  ataupun  informasi  untuk  memperoleh  jawaban  atas
permasalahan  penelitian  yang  telah  diajukan.  Oleh  karena  itu,  penentuan tahapan  penelitian  berikut  teknik  yang  digunakan  harus  mencerminkan
relevansi  dengan  fenomena  penelitian.  Peneliti  berpijak  dari  realitas  yang terjadi dilapangan, yaitu pola komunikasi orang tua dengan remaja pecandu
alkohol di kota bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan studi
deskriptif. Dalam definisi yang dikemukakan Sugiyono seperti yang dikutip dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, menyatakan
bahwa : “Bahwa  penelitian  kualitatif  adalah  penelitian  yang  digunakan  untuk
meneliti  pada  kondisi  obyek  yang  alamiah,sebagai  lawannya  adalah eksperimen  dimana  peneliti  adalah  sebagai  instrument  kunci,  teknik
pengumpulan  data  dilakukan  secara  triangulasi  gabungan,  analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada
generalisasi” Sugiono, 2009 : 5. Sementara Deddy Mulyana 2003:159, menyatakan bahwa:
“Metode  penelitian  kualitatif  dalam  arti  penelitian  kualitatif  tidak mengandalkan  bukti  berdasarkan  logika  matematis,  prinsip  angka,  atau
metode  statistic.  Penelitian  kualitatif  bertujuan  mempertahankan  bentuk dan  isi  prilaku  manusia  dan  menganalisis  kualitas-kualitasnya,  ahli-ahli
mengubah menjadi entitas-
entitas kuantitatif.” Maka penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu kegiatan
proses  berpikir  induktif  untuk  memahami  realitas,  peneliti  yang  terlibat langsung  dalam  situasi  dan  latar  belakang  fenomena  yang  diteliti  serta
memusatkan perhatian pada suatu pristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian.
3.2.1  Desain Penelitian
Dalam  melakukansuatu  penelitian  sangat  diperlukan  perencanaan dan  perancangan  dalam  penelitian,  agar  penelitian  dapat  berjalan
dengan lancar, baik dan sistematis. Dalam  desain  penelitian  ini,  peneliti  melakukan  suatu  penelitian
dengan  pendekatan  deskriptif.Penelitian  deskriptif    merupakan penelitian    yang  berusaha  mendeskripsikan  dan  menginterpretasikan
sesuatu,  misalnya  kondisi  atau  hubungan  yang  ada,  pendapat  yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat efek yang terjadi,
atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Menurut  definisi  yang  dikemukakan  oleh  Jalaludin  Rakhmat
1998:25 bahwasannya metode penelitian deskriptif adalah: “Memaparkan  situasi  atau  peristiwa,  mengumpulkan  informaasi
actual  secara  rinci  yang  melukiskan  gejala  yang  ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek  yang  berlaku,  membuat  perbandingan  atau  evaluasi  dan menentukan  apa  yana  dilakukan  orang  lain  dalam  menghadapi
masalah  yang  sama  dan  belajar  dari  pengalaman  mereka  untuk menetapkan rencana dan keputusa
n pada waktu yang akan datang”.
Penelitian  deskriptif  ini  mengamati  objeknya,  menjelajahi  dan menemukan  pengetahuan-pengetahuan  sepanjang  proses  penelitian
lebih  jauh  dan  lebih  dalam  khususnya  pola  komunikasi  orang  tua dengan remaja pecandu alkohol di kota Bandung.
Menurut  Jonathan  Sarwono  pengertian  desain  penelitian  memiliki pengertian sebagai berikut:
“Desain  penelitian  bagaikan  sebuah  peta  jalan  bagi  peneliti  yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian
secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
Berdasarkan  definisi  diatas  maka  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa desain  penelitian  merupakan  rencana  dan  struktur  penyelidikan
terhadap  pengumpulan  data  sehingga  dapat  menjawab  pertanyaan dalam penelitian.
Dalam  melakukan  penelitian  diperlukan  melakukan  perancangan dan  perencanaan.  Maka  peneliti  melakukan  langkah-langkah  sebagai
berikut: 1.
Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang  akan  diteliti  dan  menjadi  masalah  dalam  penelitian.  Dalam
penelitian  ini  penulis  mengambil  judul  Pola  Komunikasi  Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Di Kota Bandung.
2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu
kehidupan  masyarakat.  Dalam  penelitian  ini  menjadi  rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Proses komunikasi
b. Hubungan
3. Memberi definisi terhadap subfokus. Penelitian ini hanya terdapat
satu subfokus yaitu pola komunikasi. 4.
Memilih teknik pengumpulan data
5. Teknik  pengumpulan  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini
dengan  menggunakan  2  cara,  yaitu  pengumpulan  data  melalui penelitian lapangan seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan
penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.
3.2.2  Teknik Pengumpulan Data
Teknik  pengumpulan  data  merupakan  langkah  yang  paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti  tidak  akan  mendapatkan  data  yang  memenuhi  standar  data
yang  di  tetapkan.  Adapun  teknik  pengumpulan  data  yang  dilakukan, sebagai berikut:
3.2.2.1 Studi Pustaka
Peneliti  menggunakan  studi  kepustakaan  yaitu  teknik pengumpulan data menggunakan buku atau referensi sebagai
penunjang penelitian, dengan melengkapi atau mencari data- data  yang  dibutuhkan  dari  literature,  referensi,  majalah,
makalah  dan  yang  lainnya,  sehingga  memperoleh  data-data yang  tertulis  melalui  telaah  bacaan  yang  ada  kaitannya
dengan  masalah  penelitian.  Peneliti  disini  dalam  melakukan penelitian  tentu  tidak  terlepas  dari  adanya  pencarian  data
dengan  menggunakan  studi  kepustakaan.  Disini  peneliti
menggunakan  studi  pustaka  dengan  mencari  berbagai  data sebagai  pendukung  dari  penelitian  yang  dilakukan  oleh
peneliti, yaitu dengan menggunakan: A.
Referensi buku
Referensi  buku  adalah  buku  yang  dapat  memberikan keterangan  topik  perkataan,  tempat  pariwisata,  data
statistika,  pedoman,  alamat,  nama  orang,  riwayat  orang- orang  terkenal.Pelayanan  referensi  adalah  pelayanan  dalam
menggunakan  buku- buku  referensi  dan  disebut  “koleksi
referensi”,  sedangkan  ruang  tempat  penyimpanan  disebut ruang referensi karena sifatnya dapat memberikan petunjuk
harus selalu tersedia di perpustakaan sehingga dapat dipakai oleh setiap orang pada setiap saat.
B. Internet Searching
Pengumpulan  data  dengan  melengkapi  atau  mencari data-data  yang  dibutuhkan  internet,  yaitu  dari  website
maupun  blog.Dengan  hal  ini,  upaya  penelitian  yang dilakukan  pun  dapat  menjadi  baik  karena  tidak  hanya
berdasarkan  pemikiran  sendiri  selaku  peneliti  melainkan pemikiran-pemikiran  dan  pendapat  dari  para  ahli  atau
peneliti lainnya. Sehingga bisa dibandingkan serta referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.
3.2.2.2  Studi Lapangan
Adapun  studi  lapangan  yang  dilakukan  oleh  peneliti  untuk memperoleh  data  yang  valid  dan  faktual  yang  diharapkan
berkenaan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  mencakup beberapa cara diantaranya yakni:
1. Wawancara Mendalam atau in-depth Interview
Menurut  Burhan  Bungin  menjelaskan  mengenai wawancara mendalam adalah :
“Proses  memperoleh  keterangan  untuk  tujuan penelitian  dengan  cara  tanya  jawab  sambil  bertatap
muka  antara  pewawancara  dengan  informan  atau orang  yang  diwawancarai  dengan  atau  tanpa
menggunakan pedoman guide wawancara, dimana pewawancara
dan informan
terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama ”.
Dan  sebagaimana  juga  dijelaskan  oleh  Masri Singarimbun  mengenai  wawancara  mendalam  adalah
sebagai berikut : “Percakapan  yang  dilakukan  oleh  pewawancara
dengan  cara  menyampaikan  pertanyaan  kepada responden,
merangsang responden
untuk menjawabnya,  menggali  jawaban  lebih  jauh  bila
dikehendaki dan mencatatnya ”.
Untuk  itu  dibutuhkan  keterampilan  mewawancarai,
motivasi  yang  tinggi  dan  rasa  aman,  artinya  tidak  ragu dan takut menyampaikan pertanyaan.
2. Observasi non Partisipan