Sahabat SMAN 4 Batam: Dewinta Puspasari, terima kasih sudah mau Authoritarian cenderung bersikap bermusuhan. Permissive membebaskan Wawancara Mendalam atau in-depth Interview

12. Sahabat-Sahabat Kota Batam terima kasih sahabat yang sudah

memberikan motivasi kepada peneliti dan dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang pernah belajar bersama peneliti, semoga Allah anugerahkan kehidupan yang baik dan semoga kalian mendapatkan kesuksesan dimasa depan..

13. Dea Hanara, yang selalu memberikan doa serta motivasi untuk peneliti

selama menyusun skripsi ini dan pernah membantu tugas perkuliahan peneliti, semoga Allah membalas semua kebaikanmu.

14. Sahabat SMAN 4 Batam: Dewinta Puspasari, terima kasih sudah mau

menjadi seorang sahabat curhat yang paling lama dalam hidup peneliti, selalu memberikan doa serta motivasi dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu semoga kalian mendapatkan kesuksesan dimasa depan.

15. Dan Followers di Akun Twitter : Pria Putih, Terima kasih sudah selalu

setia dengan akun saya, yang selalu berbagi cerita dan saling memberi masukan, semoga Allah anugerahkan hubungan percintaan dan mendapatkan jodoh yang baik untuk kalian semua. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta membantu peneliti dalam melakukan penelitian skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT, Amien. Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandung, Agustus 2014 Peneliti M.Reza Pahlevi.H NIM. 41810115 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dengan baik, kelak anak-anak kita kita akan mnejadi aset bangsa dan negara, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara tersebut, sehingga diperlukan bimbingan dan pengawasan yang baik serta ketat untuk menghasiilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawawasan jauh serta paham akan fungsinya sebagai penerus. Sebelum anak-anak tiba ke tangan pendidik atau guru di sekolah, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar, peranan dari fungsi orang tua berpengaruh besar terhadap kepribadianbdan perkembangan jiwa anak, peran orang tua menjadi sangat penting kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua berkomunikasi kepadanya, komunikasi akan sukses apabila orang tua memiliki kredebilitas dimata anakanya. Tanggung jawab orang tua adalaha mendidik anak, maka dari hal itu yang terjadi kepada oramg tua kepadaanak memberikan suatu ajaran yang bernilai pendidikan, misalnya yang diajarkan orang tua kepada anaknya seperti norma agam, norma akhlak, norma sosial, norma etika dan juga norma moral. Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orang tua. Dalam lingkungan keluarga orang tua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya disaat pertumbuhan remaja. Dalam kehidupan sehari-hari pola komunikasi orang tua sangat penting untuk perkembangan pertumbuhan remaja yang lebih baik. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan terciptanya pola asuh yang baik juga. Hal ini telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik dan membina remaja agar tidak terjadinya perlaku-perilaku yang menyimpang dengan norma-norma yang telah ada. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta dilambari dengan cinta dan kasih sayang. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota masyarakat sehat, namun banyak persoalan muncul ketika pola komunikasi dalam mendidik yang diterapkan oleh orang tua tidak mampu menciptakan suasana kehidupan yang efektif baik bagi remaja maupun didalam keluarga. Suasana kehidupan yang kurang efektif itu, misalnya sering terjadinya konflik anatar orang tua dan anak disaat remaja. Impikasinya adalah ketidakcocokan atai ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola asuh, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan didalam keluarga, maka akan terjadi hubungan yang tegang, kesenjangan demi kesenjangan selalu terjadi, dan komunikasi yang baik pada akhirnya sukar diciptakan. Tidak semua orang tua memahami pilihan apa yang diinginkan oleh anaknua disaat remaja, maka biasanya orang tua sejak awal telah membekali pendidikan, bimbingan dan arah yang baik agar anaknya berhati-hati dalam pergaulan dengan kelompok teman sebayanya. Akan tetapi ternyata banyak orang tua yang tidak memahami. Ketidakpahaman ini kana menyebabkan kesalahperlakuan orang tua terhadap anak, misalnya terlalu protektif melindungi dengan cara melarang bergaul dengan lawan jenisnya. Hal ini akan berdampak buruk bagi anak, misalnya remaja mencari ke4sempatan untuk bergaul atau berpacaran secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh orang tuanya. Peneliti melihat adanya faktor penyebab perilaku remaja yang menyimpang ini biasanya disebabkan tidak adanya perhatian dan curahan kasih sayang dari orang tua atau juga peraturan-peraturan yang keras sehingga sang anak tidak diberi kebebasan. Kebanyakan orang tua sering memberikan kelonggaran dan “serba boleh” kepada anak setiap apa yang mau diinginkannya. Banyak yang terjadi disini orang tua cenderung menghindari tanggung jawab mereka untuk memberikan perhatian serius terhadap persoalan sehari-hari, misalnya kelalaian dan kurang kontrol orang tua terhadap anaknya disaat remaja, hal ini dapat menjadi sebab utama terjadinya perilaku menyimpang pada remaja, dan dapat menyebabkan banyak nya remaja, dan dapat menyebabkan banyak remaja banyak menghabiskan waktu di luar bersama teman sebanyanya untuk berkumpul dan bergaul dengan teman yang dianggapnya mendukung dan memberikan perhatian, seperti lebih sibuk berkumpul dengan teman-teman sebanyanya, dari pada berkumpul dengan keluarga. Agar tidak terjadi hal-hal tersebut, maka seharusnya komunikasi orang tua dan remaja ditekan kan pada perhatian orang tua pada remaja dan waktu luang orang tua bagi anak remajanya. Berbagai masalah remaja saat ini, baik yang berhubungan penyimpangan perilaku minuman beralkohol, disebabkan antara lain oleh kurang nya perhatian dan bekal yang diterima anak dari orang taunya. Semua berawal dari masalah kurang komunikasi antara orang tua dengan anak. Pola komunikasi yang tidak efektif akan berdampak perilaku-perlaku yang menyimpang oleh anak disaat pertumbuhan remajanya. Setiap orang tua mempunyai pola komunikasi yang berbeda-beda dan bervariasi. Didalam buku Syaiful Djamarah Bahri 2004:1 pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap, sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapahami. Dengan demikian yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga dapat dipahami. Menurut Yusuf Syamsu yang dikutp dari Djamarah 2004:51, adapun macam-macam pola komunikasi orang tua pada anak 3 yaitu :

1. Authoritarian cenderung bersikap bermusuhan.

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Dalam pola komunikasi ini sikap peneriman rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi , bersikap kaku dan keras, cenderung emosional bersikap menolak.

2. Permissive membebaskan

Pola komunikasi ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berprilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permissive atau di kenal pula dengan pola komunikasi serba membiarkan adalah orang tua yang bersifat mengalah, menuruti semua keinginan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

3. Authoritative demokratis

Pola ini orang tua mengontrol dan menurut, tetapi dengan sikap yang hangat, ada komunikasi timbal balik antara orangtua dengan anak yang dilakukan secara rasional, memberi tahu hal positif dan negatif, mau mendengarkan keluhan dan perasaan si anak, sehingga anak mau mengunggkapkan perasaan apa yang dirasakan, orang tua lebih bersifat sahabat. Pola komunikasi ini merupakan gabungan dari adanya kontrol yang kuat dan dorongan yang positif. Begitu pentingnya faktor komunikasi dalam keluarga ini, salah satu cara terpenting untuk membantu anak-anak menjadi orang dewasa yang berarti adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka secara positif. Keluarga menjadi peran penting pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak. Pendapat ini diperkuat oleh Arhnardi 1999:248 mengatakan bahwa suasana rumah yang hangat dan perhatian, pengukuhan, penghargaan, kasih sayang dan saling percaya akan melahirkan anak-anak yang kelak hidup dengan nilai-nilai positif pula. Betapa pentingnya pola komunikasi dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak disaat masa remajanya. Pola komunikasi orang tua terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola komunikasinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat menuntut atau mengekang, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orang tua seperti itu dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak. Orang tua harus berkomunikasi tentang bahayanya minuman beralkohol dengan anak remajanya, dan dapat memberikan penjelasan secara tepat sehingga anak dapat dimengerti dan menerima informasi tentang bahayanya minuman beralkohol didalam kehidupan dengan baik. Komunikasi yang baik dan berjalan lancar diharapkan dapat mengatasi perilaku yang salah pada salah satunya perilaku penyimpangan dengan minuman beralkohol dikalangan remaja. Dalam menyampaikan pendidikan tersebut dapat dilaksanakan secara fleksibel artinya pola komunikasi apa yang akan dipergunakan agar para remaja mengerti dan tidak salah persepsi tentang bahayanya minuman beralkohol, pola komunkasi ini bertujuan untuk meredamkan rasa keinginan tahuanya terhadap minuman beralkohol. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol.Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol.Tidak semua minuman beralkohol adalah minuman keras meskipun, bir, anggur, minuman malt semuanya mengandung alkohol tetapi tidak minuman keras.Untuk menjadi minuman keras minuman harus disuling dari salah satu minuman fermentasi yang disebutkan di atas.Juga tidak semua alkohol etanol jenis dapat minum isopropil alkohol adalah berbeda alkohol dan tidak dapat minum. Alkohol merupakan zat psioaktif yang bersifat adiksi atau adiktif.Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kogitif, persepsi dan kesadaran seseorang dan lain- lain.Sedangkan adiksi atau adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduaan dan ketergantungann.Jadi alkohol adalah suatu zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduaan atau ketergantungan. 1 Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial ekonomi baru ini cukupnyata di tengah masyarakat kita adalah penyalahgunaan minuman keras pada kalangan remaja. Bila keadaan ini dibiasakan maka bencana yang akan terjadi, seperti yang telah diungkapkan oleh Wresniwiro 1996 mengenai minuman keras yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai berikut: 1 http:mytriaryanti.wordpress.comminuman-kerassenin1021.30 WIB “Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan caraberfikir kejiwaan sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyara kat sekitar”. Minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di dunia remaja dan menunjukan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun yang akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan perkelahian, munculnya geng-geng remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan remaja. Kebiasaan meminum alkohol dan generasi muda telah banyak dibicarakan oleh para ahli dari berbagai dunia.Harapan para remaja agar dapat dianggap dewasa oleh lingkungan sekitarnya perlu mendapat perhatian yang serius.Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Remaja dalam kelompok teman sebaya merupakan salah satu bentuk kompensasi peredam konflik yang banyak dilakukan oleh remaja dalam menghadapi masalah dengan orang tua maupun masalah- masalah kehidupan.Kehidupan sosial dengan teman sebaya, pengaruh-pengaruh mereka bertambah pula. Bila terdapat perbedaan antara standard moral dirumah dan standard kelompok teman sebaya, maka mereka menerima standard sebaya dan menolak standard keluarga. Bergabungnya remaja dengan teman sebayanya merupakan suatu aspek yang positif bagi perkembangan anak, karena dengan teman sebayanya sangat diperlukan untuk mempelajari pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada masa dewasanya nanti. Sisi lain karena kelompok remaja tersebut memiliki aturan-aturan yang tidak jarang bertentangan dengan aturan yang berlaku di keluarga, maka disinilah pengaruh negatif teman seabaya terhadap para remaja. Tidak sedikit remaja yang berprilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya. Pengaruh teman,lingkungan maupun didalam keluarga menjadi faktor yang penting pada remaja untuk memulai kecanduaan minuman beralkohol. Memulai meminum minuman beralkohol merupakan hasil dari proses pengaruh buruk sosial, di mana orang yang bukan peminum ketika berhubungan dengan pemabuk pecandu alkohol akan mengakibatkan rasa ketertarikan untuk mencoba meminuman beralkohol tersebut. Bisa kita lihat atai kita temukan bertebaran warung-warung pinggir jalan, bisa kita lihat sendiri terdapat di rak-rak minuman botol-botol minuman beralkohol bercampur dengan minuman ringan lainya. Penjualan minuman beralkohol setiap tahunya semakin meningkat tidak menutup kemungkinan jumlah peminum alkohol juga semakin banyak atau meningkat, seperti munculnya suatu tradisi minum-minuman beralkohol. Hal ini terbukti ada beberapa warung pinggiran jalanan yang menjadi tempat tongkrongan atau kumpulan remaja-remaja di kota Bandung, rata-rata mereka memang hanya minum segelas dua gelas minuman bersoda, namun tentu tidak menutup kemungkinan beberapa diantara mereka penasaran ingin mencoba Green Sands, Simirnoff, atau Heineken atau BeerBintang yang terpanjang bebas disana, dan tidak menutup kemungkinan hal ini akan berkelanjutan, mereka akan mencoba minuman keras lainnya yang berkadar alkoholnya lebih tinggi, seperti Martell, Chivas Regal, Vodka, Black Label, Jack Daniels apabila tidak adanya pengawasan dan bimbingan dari orang tua maka mereka akan menjadi kecanduaan meminum-minuman beralkohol dan dijadikan suatu kebiasaan, sehingga mudah dipengaruhi hal-hal yang negatif dan alhasil didalam kehidupan sosial seseorang remaja ini tidak berjalan dengan efektif. Di kota Bandung sendiri minuman beralkohol itu masih tergolong mudah untuk didapatin. Hasil dari wawancara oleh peneliti kepada Bpk. Asep Sudarjat Disperidag Bandung mengatakan bahwa : “Segala minuman beralkohol berapapun kadarnya hanya dapat dijual di kafe, pub, hotel, karoke dan hanya doperboehkan meminumnya atau dikonsumsi ditempat itu juga tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar” Namun kenyataan lain, minuman beralkohol tetap saja mudah ditemukan seperti warung-warung pinggir jalan masih ada aja menjual minuman-minuman beralkohol tersebut. Dari uraian-uraian penjelasan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitiaan untuk mengetahui tentang pola komunikasi orang tua dengan remaja, dengan judul Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Di Kota Bandung.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan fokus kajian peneliti dalam melakukan penelitian agar semua pertanyaan dapat terarah dengan baik secara sistematis dan koheren. Adapun pertanyaan dari penelitan, sebagai berikut:

1.2.1 Pertanyaan Makro

Dari uraian-uraian penjelasan diatas yang ditelah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan makro sebagai berikut. “Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung ?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Adapun rumusan masalah tersebut peneliti membuat pertanyaan mikro sebagai berikut: 1. Bagaimana proses komunikasi Orang tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung? 2. Bagaimana hubungan Orang tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan pada saat melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses komunikasi Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui hubungan Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Diharapkan dengan penelitian ini maka akan berguna untuk perkembangan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan khususnya dalam pola komunikasi.dalam konteks komunikasi interpersonal. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti Peneliti mengharapkan penelitian ini untuk menerapkan diri peneliti dalam menganalisis Pola Komunikasi Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung.

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia mengenai pola komunikasi.

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Orang Tua

Bagi orang tua dapat memberikan gambaran pola komunikasi orang tua terhadap perilaku remaja pecandu alkohol, sehingga orang tua dapat memberikan upaya penanggulangan dan lebih memperhatikan perilaku anak remajanya dengan kecanduan minuman yang beralkohol.

1.4.2.4 Kegunaan Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat dapat memberikan contoh yang baik dilingkungan eksternal bagi para remaja, sehingga masyarakat dapat memberikan nilai pendidikan setelah keluarga dan sekolah dalam upaya penanggulangan perilaku remaja dengan kecanduaan minuman yang beralkohol. 61

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung Maraknya peredaran minuman keras di Indonesia semakin meningkat, khususnya di kota-kota besar minuman beralkohol itu masih tergolong mudah untuk didapatin,bisa kita lihat dan dijumpai hal ini terbukti dari beberapa warung-warung pinggiran jalanandi kota Bandung yang masih tersedia menjual minuman berkadar alkohol yang menjadi tempat tongkrongan atau kumpulan remaja-remaja di kota Bandung, para remaja ini hampir lupa waktu apabila mereka sedang mengkonsumsi minuman beralkohol dengan ramai-ramai, dan bisa kita lihat tidak sedikit bagi mereka yang tidak mabuk atau tidak menyadarkan diri, sehingga mereka lupa dengan apa yang telah terjadi. Kejadian ini akan membahayakan bagi seorang remaja yang mengakibatkan kecanduan pada minuman beralkohol dan hal ini mengakibatkan menjadi suatu kebiasaan meminum-minuman beralkohol, sehingga pada kehidupan sosialnya tidak berjalan dengan efektif, hal ini terbukti dengan munculnya kasus-kasus para remaja di kota Bandung yang sering mengadakan pesta minuman keras dengan teman-teman sebayanya yang bisa mengakibatkan kematian karena overdosis terlalu banyak mengkonsumsi mimuman keras ketika berpesta minuman keras, banyak kasus-kasus penyimpangan sosial yang terjadi pada para remaja di kota Bandung yang berkaitan dengan minuman beralkohol, dan hal ini terbukti kuat saat penelitimelakukan wawancara langsung kepada Ibu. Aiptu Qoriah Kepolisian Wilayah Bandung Barat mengatakan bahwa : “Banyak terjadinya kegiatan kriminalitas remaja-remaja dikota Bandung sehabis mengkonsumsi minuman keras, mereka berani melakukan apapun karena dipengaruhi oleh alkohol tersebut”. Dari perilaku-perilaku remaja yang menyimpang maka dibutuhkan adanya suatu pola komunikasi yang baik yang dibangun oleh orang tua agar terciptanya pola asuh yang baik dalam mendidik seorang anak disaat remaja agar terhindar dan tidak mudah terpengaruh perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang telah ada.

3.1.2 Pola Komunikasi Orang Tua

Objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai Pola Komunikasi Orang Tua dengan Remaja Pecandu Alkohol di Kota Bandung.Komunikasi orang tua merupakan pembentukan sikap dan perilaku anak yang berpengaruh pada perkembangan anak disaat remaja ke dewasa dan disinilah unsur pendidik terhadap anak di bentuk. Dan salah satu cara adalah dengan berkomunikasi untuk menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang di kembangkan oleh orang tua tidak harmonis misalnya tidak ketepatan orang tua itu sendiri dalam memilih pola komunikasi maka dengan begitu muncul lah konflik antara orang tua dengan sang anak disaat masa pertumbuhan remajanya yang tidak dapat terelakan begitu juga sebaliknya, jika orang tua memilih telah memilih pola komunikasi yang tepat maka konflik-konflik antara orang tua dengan anaknya disaat remaja pun dapat terelakan. Peran orang orang tua sebagai orang pertama dalam sebuah keluarga yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peranan dalam menentukan pembentukan dan perkembangan mental anak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tengah dihadapi oleh sang anak disaat remaja. Didalam tercakup pemberian kasih sayang, penerimaan, penyediaan segala kebutuhan anak, aturan-aturan, disiplin serta mendorong kompetensi kepercayaan diri, dalam menampilkan model peran yang pantas dan menciptakan suatu lingkungan yang menarik dan responsive,dan orang tua harus memberikan pendidikan berupa pengarahandan bimbingan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, norma, agama, tatakrama serta masih banyak lagi yang dapat menentukan perkembangan remaja, serta dapat memberikan suatu kepercyaan penuh kepada anak agar anak remaja mereka dapat hidup mandiri secara bertanggung jawab dan jalan di jalan yang benar. Sekarang ini telah terjadi kemerosotan moral dikalangan remaja, salah satu bukti nyata bahwa moralitas remaja-remaja di kota Bandung mengalamin kemerosotan moral dengan semakin banyaknya kasus-kasus yang muncul yang dilakukan oleh remaja-remaja di kota Bandung seperti tindakan kekerasan yang muncul atau kegiatan premanisme, perkelahian dan hingga meminum-minuman keras bersama teman-teman sebayanya. Hal ini terlihat jelas terdapat buruknya kualitas komunikasi orang tua di kota Bandung dalam membentuk perilaku anaknya disaat remaja, sehinga sang anak mengalamin kemerosotan moral terhadap kehidupan sosialnya. Di kota Bandung masih banyak orang tua yang salah dalam mengasuh anaknya, hal yang menyebabkan kesalahan pola komunikasi orang tua dalam memilih pola asuh anaknya disaat remaja, ini biasanya mereka lebih cenderung ke otoriter atau mengekang, ada yang terlalu memberi kebebasan, da nada juga orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga sang anak merasa kekurangan kasih sayang atau perhatian dari orang tuanya. Orang tua yang cenderung ke otoriter atau mengekang akan menciptakan hubungan yang tegang, orang tua menggunakan kontrol tinggi, kekuasaan dan peraturan-peraturan yang dibuat seerta memaksa anakya untuk menuruti semua yang dikatakan. Kesalahan pola komunikasi orang tua inilah yang menghasilkan pola asuh yang buruk yang menyebabkan munculnya kasus-kasus perilaku-perilaku penyimpangan dikalangan remaja dikota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan dalam upaya mendapatkan data ataupun informasi untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang telah diajukan. Oleh karena itu, penentuan tahapan penelitian berikut teknik yang digunakan harus mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian. Peneliti berpijak dari realitas yang terjadi dilapangan, yaitu pola komunikasi orang tua dengan remaja pecandu alkohol di kota bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan studi deskriptif. Dalam definisi yang dikemukakan Sugiyono seperti yang dikutip dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, menyatakan bahwa : “Bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi” Sugiono, 2009 : 5. Sementara Deddy Mulyana 2003:159, menyatakan bahwa: “Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistic. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi prilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, ahli-ahli mengubah menjadi entitas- entitas kuantitatif.” Maka penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu pristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukansuatu penelitian sangat diperlukan perencanaan dan perancangan dalam penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik dan sistematis. Dalam desain penelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan deskriptif.Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat 1998:25 bahwasannya metode penelitian deskriptif adalah: “Memaparkan situasi atau peristiwa, mengumpulkan informaasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek- praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa yana dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusa n pada waktu yang akan datang”. Penelitian deskriptif ini mengamati objeknya, menjelajahi dan menemukan pengetahuan-pengetahuan sepanjang proses penelitian lebih jauh dan lebih dalam khususnya pola komunikasi orang tua dengan remaja pecandu alkohol di kota Bandung. Menurut Jonathan Sarwono pengertian desain penelitian memiliki pengertian sebagai berikut: “Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.” Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan terhadap pengumpulan data sehingga dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian. Dalam melakukan penelitian diperlukan melakukan perancangan dan perencanaan. Maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Di Kota Bandung. 2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: a. Proses komunikasi b. Hubungan 3. Memberi definisi terhadap subfokus. Penelitian ini hanya terdapat satu subfokus yaitu pola komunikasi. 4. Memilih teknik pengumpulan data 5. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut:

3.2.2.1 Studi Pustaka

Peneliti menggunakan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian, dengan melengkapi atau mencari data- data yang dibutuhkan dari literature, referensi, majalah, makalah dan yang lainnya, sehingga memperoleh data-data yang tertulis melalui telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Peneliti disini dalam melakukan penelitian tentu tidak terlepas dari adanya pencarian data dengan menggunakan studi kepustakaan. Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan mencari berbagai data sebagai pendukung dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan menggunakan: A. Referensi buku Referensi buku adalah buku yang dapat memberikan keterangan topik perkataan, tempat pariwisata, data statistika, pedoman, alamat, nama orang, riwayat orang- orang terkenal.Pelayanan referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku- buku referensi dan disebut “koleksi referensi”, sedangkan ruang tempat penyimpanan disebut ruang referensi karena sifatnya dapat memberikan petunjuk harus selalu tersedia di perpustakaan sehingga dapat dipakai oleh setiap orang pada setiap saat. B. Internet Searching Pengumpulan data dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan internet, yaitu dari website maupun blog.Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukan pun dapat menjadi baik karena tidak hanya berdasarkan pemikiran sendiri selaku peneliti melainkan pemikiran-pemikiran dan pendapat dari para ahli atau peneliti lainnya. Sehingga bisa dibandingkan serta referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.

3.2.2.2 Studi Lapangan

Adapun studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang valid dan faktual yang diharapkan berkenaan dengan penelitian yang dilakukan mencakup beberapa cara diantaranya yakni:

1. Wawancara Mendalam atau in-depth Interview

Menurut Burhan Bungin menjelaskan mengenai wawancara mendalam adalah : “Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama ”. Dan sebagaimana juga dijelaskan oleh Masri Singarimbun mengenai wawancara mendalam adalah sebagai berikut : “Percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dengan cara menyampaikan pertanyaan kepada responden, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya ”. Untuk itu dibutuhkan keterampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut menyampaikan pertanyaan.

2. Observasi non Partisipan

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 3 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead (studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang TUa Dengan Anak Sebagai Komunitas Skinhead Dalam Berinteraksi Di Kota Bandung)

0 33 98

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA KANDUNG TERHADAP ANAK REMAJA YANG MENGALAMI DEPRESI ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Remaja Yang Mengalami Depresi ).

0 0 14

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

Komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu Narkoba di Surabaya.

0 1 96

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA)

0 0 21