Komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu Narkoba di Surabaya.

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA PECANDU NARKOBA DI SURABAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I. Kom)

Oleh :

ELIT PRAWIJAYA NIM. B06210016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Elit Prawijaya (B06210016), “Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak Remaja

Pecandu Narkoba di Surabaya”.

Fokus penelitian ini meliputi : 1) Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua pada anak remaja pecandu narkoba di Surabaya. 2) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan anak remaja pecandu narkoba dan faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba.

Analisa yang dilakukan yakni untuk mengetahui proses dan keberhasilan pelaksanaan dengan menggunakan metode dan teknik analisis data tersebut, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa Komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba menggunakan komunikasi interpersonal yang bersifat langsung dengan melakukan tatap muka secara langsung untuk member pemahaman, pola pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba adalah penyampaian komunikasi ibu dengan emosi menjadi salah satu penghambat dan pola pendukung komunikasi orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba adalah cara komunikasi ayah kepada anak yang baik membuat anak remaja nyaman berkomunikasi dengan ayah sesuai dengan teori yang telah dipaparkan oleh peneliti.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN HASIL KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESEHAN TIM PENGUJI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. TujuanPenelitian ... 6

D. Manfaatpenelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konsep Penelitian ... 8

G. KerangkaPikirPenelitian ... 11

H. MetodePenelitian ... 13

1. Pendekatan dan JenisPenelitian ... 13


(8)

4. TahapanPenelitian... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 17

I. SistematikaPembahasan ... 18

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 21

A. KajianPustaka ... 21

1. Komunikasi Interpersonal ... 22

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 22

b. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal……….27

c. Karakteristik Komunikasi Interpersonal……….29

d. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal……….30

2. Komunikasi Verbal ... 31

3. Komunikasi Nonverbal ... 32

4. Pengertian Remaja ... 33

5. Narkoba……….34

B. Kajian Teori ... 35

1. Interaksi Simbolik ... 35

2. Model Peranan ... 39

BAB III PENYAJIAN DATA ... 36

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 42

1. Deskripsi Subyek ... 42

a. Latar Belakang Ayah ... 43

b. Latar Belakang Ibu ... 44

c. Latar Belakang Remaja Pecandu Narkoba ... 45

d. Latar Belakang Significant Other I ... 45

e. Latar Belakang Significant Other II ... 46

2. Deskripsi Obyek ... 46


(9)

B. Penyajian Data ... 48

BAB IV ANALISIS DATA ... 66

A. TemuanPeneliti ... 66

B. KonfirmasiTemuandenganTeori ... 69

BAB V PENUTUP ... 80

A. Simpulan ... 80

B. Rekomendasi ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi adalah segala sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan hidup, menurut Dasrun Hidayat yang mengutip dari Mulyana manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk mempertahankan hidupnya. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak pertama manusia dilahirkan manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi.1

Menurut Deddy Mulyana komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan konteks-konteksnya atau tingkatannya (Jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi). Pengklasifikasian komunikasi yaitu komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antrapribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, san komunikasi massa.2

Dari judul yang diusung oleh peneliti, komunikasi yang dibahas untuk skripsi ini adalah komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menurut Mulyana dalam bukunya adalah komunikasi

1

Dasrun Hidayat, 2012, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 24. 2

Deddy Mulyana, 2009, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hlm. 78.


(11)

2

antara orang-orang secara tatap muka, yang menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.3

Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik. Komunikasi diadik adalah komunikasi yang melibatkan dua orang. Seperti suami dan istri, ibu dan anak, dua sahabat dekat, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berada dalam jarak dekat baik secara verbal maupun nonverbal.

Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan nampak pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah topik pembicaraan, pada kenyataannya komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh suatu pihak, misalnya komunikasi suami istri didominasi oleh suami, komunikasi ibu dengan anak didominasi oleh ibu, dan sebagainnya.4

Orang tua pada umumnya memperhatikan perilaku perkembangan anak secara langsung atau pun tidak langsung. Dalam menunjang berperilaku baik para orang tua memilikan lingkungan yang baik terutama dibidang pendidikan. Anggapan orang tua lingkungan pendidikan baik, dan akan menimbulkan kebaikan, akan tetapi bila peranan orang tua berkurang dan sibuk


(12)

3

dengan urusan pekerjaan maka para anak memilih lingkungan kecil yang sesuai dengan kemauannya yang terkesan nyaman.

Permasalahannya remaja ketika memilih lingkungan tersendiri terkandang atas dasar kenyamanan tanpa memperhitungkan apakah itu baik ataupun buruk bagi diri sendiri. Dampaknya rentan remaja coba-coba dalam lingkungannya yang berakhir pada penyimpangan sosial seperti mengkonsumsi minuman keras, pecandu narkoba, bermain judi bahkan melakukan seks bebas. Fenomena tersebut umum tergambar pada masyarakat, walaupun sudah berbagai cara dilakukan guna mencegah fenomena tersebut, namun tetaplah perubahan yang sistemik di masyarakat masih belum membuahkan hasil maksimal, khususnya para remaja pecandu narkoba. pecandu narkoba pada awalnya hanyalah coba-coba dan akhirnya menjadikan pelampiasan dan pelarian ketika para remaja mengalami masalah.

Kebanyakan remaja memiliki pandangan pragmatis terkait dunianya dan memiliki fenomena permasalahan disetiap pertemananya. Pada masa remaja timbul dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang merasakan suka dan duka. Berpikiran pragmatis membuat remaja tidaklah berfikir panjang. Ketika mempunyai keinginan ataupun tujuan dan tidak mendapatkan dukungan dari orang tua. Remaja seolah-olah menutup komunikasi dengan orang tuanya dan beralih pada teman dekat yang membuatnya berasa nyaman dan senang. lima dari sepuluh remaja di Surabaya, ketika berkumpul dengan teman-temannya


(13)

4

dan salah satu dari mereka membawa narkoba disini jenis ganja maka mau tidak mau mereka semua mengkonsumsinya atas dasar persudaraan. Semua itu berawal ketika remaja mendapatkan masalah di lingkungan keluar dan melampiaskan pada perkumpulannya. Saat penyimpangan tersebut di anggap sebagai titik kenyamanan dan kesenangan maka timbulah kecandungan pada remaja.

Ketika remaja belum berkelanjutan mengkonsumsi narkoba maka peran komunikasi orang tua sangatlah penting guna mengarahkan ke jalan yang lebih baik. karena bila tidak di tanggapi dengan serius dan hati-hati maka berdampak lebih buruk lagi. Menurut sumber cerita dari pecandu narkoba, ada tiga kategori pemikiran orang tua terhadap anaknya yang pecandu narkoba. Yang pertama orang tua tidak suka dan melarangnya dengan keras sehingga remaja semakin tertekan dengan orang tuanya maka mereka para remaja hanya di mulut bilang tidak, dan ketika jauh dari rumah dia akan mencoba kembali. Yang kedua orang tua menyetujuinya bahwa anak remajanya tidak masalah konsumsi narkoba karena ayahnya juga pecandu narkoba. Yang ketiga yakni pemikiran yang tidak imbang menurut remaja pecandu narkoba, dengan larangan konsumsi narkoba bagi anak remajanya tapi ayahnya juga pecandu narkoba tak henti-henti. Namun di lapangan penulis menemukan satu fenomena keluarga yang menarik, dan berbeda dari pemahaman tiga orang tua yang diatas, dimana cara didik orang tua yang memiliki filosofi dari kesalahan,


(14)

5

cara didiknya terhadap anak remaja pecandu narkoba lebih intens diarahkan dan diberi pemahaman atas nilai-nilai dari kebenaran bagi diri sendiri, orang lain dan Tuhan sehingga membuat remaja berfikir lebih dewasa dan memilih dengan sendirinya akan hidup lebih baik itu seperti apa, dengan tanpa penekanan serta kekerasan fisik atau batin yang dilakukan oleh orang tua.

Remaja pada intinya ingin keluar dari masalahnya namun banyak dari mereka belum mampu untuk keluar dari masalahnya. Dalam fungsi komunikasi sendiri akan lebih berperan sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pendekatan komunikasi interpersonal orang tua terhadap remaja pecandu narkoba sangat di perhatikan karena pada saat itu remaja lebih sensitif. Komunikasi yang bersifat penekanan terhadap remaja dampaknya terhadap hubungan orang tua dan anak bisa saja akan terganggu.


(15)

6

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Remaja pecandu Narkoba, Peneliti merumuskan berberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua pada anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya. C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian Komunikasi interpersonal Orang Tua dengan Remaja Pecandu Narkoba

1. Untuk mendeskripsikan dan memahami komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

2. Untuk mendeskripsikan dan memahami bagaimana faktor pendukung dan penghambat berjalan dalam komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja Pecandu di surabaya.

D. Manfaaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil dari penelitian ini ditinjau dari segi teoritis dan praktis, sebagi berikut:

1. Secara teoritis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi ilmu komunikasi, khususnya ilmu tentang bagaimana komunikasi


(16)

7

interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba, sehingga penelitian ini bisa bermanfaat untuk penelitian selanjutnya 2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman, pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang proses komunikasi interpersonal orang tua dan anak pecandu narkoba di Surabaya.

E. Penelitian Terdahulu

Melihat dari skripsi yang didselesaikan oleh Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah tahun 2017 tentang “ Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Penderita Lupus”. Penelitian Alfiyatur Rochmah mempunyai tujuan mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus. Persamaan penelitian terdahulu dengan sekarang adalag sama-sama meneliti tentang komunikasi interpersonal. Sedangkan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan sekarang adalah komunikasi interpersonal yang diteliti, penelitian terdahulu meneliti tentang komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus, sedangkan penelitian yang sekarang meneliti tentang komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

Yang kedua adalah skripsi yang disusun oleh Chaulatul Mustafidah Ms Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Surabaya pada tahun 2014. Skripsi dengan judul “Komunikasi Interpersonal Orang Tua


(17)

8

Otoriter dengan Anak Kandung (Studi Kasus pada desa Penompo RT12 / RW04 Jetis Mojokerto)”. Persamaan dengan peneliti sekarang adalah sama-sama meneliti tentang komunikasi interpersonal orang tua dengan anak. Sedangkan perbedaan peneliti terdahulu dengan penelitian sekarang adalah konteks obyek yg diteliti. Penelitian terdahulu meneliti orang tua otoriter dengan anak kandung, sedangkan penelitian yang sekarang meneliti tentang orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba.

Yang ketiga adalah skripsi yang disusun oleh Habib Ahmad Sidiq Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014. Dengan judul Skripsi “Komunikasi Interpersonal anggota SFCK (Slank Fans Club Krian) di kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo”. Persamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama meneliti tentang komunikasi interpersonal. Perbedaan yang pertama adalah peneliti yang sekarang meneliti tentang komunikasi orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba, sedangkan penelitian terdahulu meneliti tentang komunikasi Slank Fans Club krian. Perbedaan yang kedua adalah lokasi penelitian, dimana peneliti yang sekarang meneliti di Surabaya sedangkan penelitian terdahulu meneliti di Krian Sidoarjo.

F. Definisi Konsep Penelitian 1. Komunikasi Interpersonal


(18)

9

M. Hardjana mengatakan komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.5

Menurut Agus Mulyono, yakni komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.6

Dalam penelitian ini komunikasi interpersonal diartikan sebagai suatu sarana pendekatan orang tua kepada anak remajanya yang bermasalah dengan perilaku menyimpang oleh si anak, yakni mengkonsumsi narkoba. Dengan komunikasi interpersonal, diharapkan setiap peran komunikasi dapat saling memahami terhadap gagasan, ide dan pesan yang disampaikan, sehingga dapat memunculkan satu solusi yang saling membangun dan saling menerima antara komunikan dan komunikator, antara orang tua dan anak demi kebaikan bersama.

5

Suranto Aw : Komunikasi Interpersonal. (yogyakarta, 2011 GRAHA ILMU) Hlm 3 6


(19)

10

2. Orang Tua

Pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “orang tua artinya ayah dan ibu”. Orang tua dalam keluarga ada sebagai panutan dan pembimbing anaknya.

Penelitian ini orang tua yang dimaksud ialah orang tua yang memiliki remaja pecandu narkoba. Ayah dan ibu bertanggung jawab atas anak, sehingga berperilaku, cara mendidik dan aktifitas orang tua berpengaruh terhadap proses berkembangnya anak.

3. Remaja

Remaja adalah usia muda, mulai dewasa, sudah sampai umur untuk menikah.7 Ditinjau dari umur, menurut World Healt Organization menetapkan bahwa yang disebut remaja adalah manusia yang berusia 12 hingga 24 tahun. Departemen kesehatan Replublik Indonesia menyebutkan angka 10 hingga 19 tahun untuk pelayanan kesehatan remaja.8 Peneliti mengacu pada ketentuan dari WHO, yang menjelaskan usia remaja dimulai dari 12th – 24th.

4. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya


(20)

11

oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.9. adapun jenis pemanfaatan narkoba yang ada di Indonesia yakni, Marijuana, Cocaine, Methamphetamine, Heroin, Club Drugs.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir dalam penelitian komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya yakni, pengembangan dari ilmu komunikasi interpersonal dengan beberapa teori komunikasi. Teori komuniksi tersebut adalah interaksi simbolik dan dari pengertian pendukung lainnya yang disesuaikan pada fenomena penyampaian pesan komunikasi interpersonal orang tua dan naka remaja yang bermasalah dengan narkoba.

Bagan. 1. 1

Kerangka pikir penelitian

9

https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba


(21)

12

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat “humanis” menurut Ardianto, Innas hasna haiah dkk. Dimana perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu di atas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna yang disepakati secara kolektif. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu cirri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionalisme simbolik.10

Komunikasi verbal Komunikasi non verbal

Teori interaksi simbolik


(22)

13

Interaksi simbolik ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto dalam Innas Hasna Haifah, Makna tersebut berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.11

Barbara Ballis Lal, mengidentifikasi cara pandang interaksionisme simbolik yakni tiga dari enam yang di identifikasi oleh Barbara yakni:

1. Orang mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subyektif tentang situasi yang dihadapi.

2. Kehidupan sosial lebih merupakan proses-proses interaksi daripada struktur-struktur yang karenanya selalu berubah.

3. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran-penafsiran dimana objek-objek yang relevan serta tindakan-tindakan tertentu di perhitungkan dan didefinisikan.

Interaksional simbolik, dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan di tas, dapat dikatakan berupaya membahas totalitas perilaku

11


(23)

14

manusia dipahami melalui proses interaksi yang terjadi. Struktur sosial dan makna-makna dicipta dan dipelihara melalui interaksi sosial.12

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata penulisan atau lisan dan perilaku orang-orang yang diamati pada latar dan individu secara holic, penelitian kualitatif mempunyai tujuan agar peneliti lebih mengenal lingkungan penelitian dan dapat mengamati langsung di tempat penelitian.13

Jenis penelitian kualitatif ini lebih menekankan makna dari para ahli, orang yang belajar mengenai sesuatu dari subyek penelitian dengan menggunakan jenis penelitian ini, dapat diketahui bagaimana proses fenomena pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba.

2. Subyek , Obyek dan Lokasi a. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang ada dalam fenomena berlangsung, yang dimana dapat memberikan informasi terhadap obyek penelitian, adapun subyek penelitian dalam hal ini

12


(24)

15

adalah seorang ibu, ayah dan anak remaja pecandu narkoba, yang telah dijelaskan dalam konteks penelitian dalam cara didiknya yang tidak dengan penekanan dan kekerasan yang berarti kepada anak remajanya, dalam penerapan cara didiknya terhadap anak remajanya.

b. Obyek

Obyek dari fenomena ini adalah proses komunikasi interpersonal yang diterapkan orang tua dan anak remaja pecandu narkoba.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil peneliti adalah di daerah Surabaya yakni Medokan Gg 3/45 Surabaya Daerah tersebut adalah daerah padat pemukiman yang sedang berkembang secara ekonomi dibantaran sungai.

3. Jenis dan Sumber Data

Peneliti mencari data dengan melihat fenomena yang terjadi dilapangan, data dicari melalui informasi dari subyek penelitian dan data dikembangkan melalui informasi yang terdekat dari subyek. Penelitian fenomena komunikasi interpersonal orang tua dan remaja pecandu narkoba ini sangat sensitive dengan masyarakat, karena fenomena yang akan diteliti tergolong aib bagi kalangan keluarga. peneliti membutuhkan pendekatan khusus untuk mencari fenomena dalam keluarga tersebut.


(25)

16

Data di ambil menggunakan wawancara dengan subyek dan mencari setiap jawaban yang telah diberikan oleh informan, sehingga lebih luas data yang diambil, maka banyak data yang diperoleh. Untuk keabsahan data, peneliti dapat mengkombinaskan pertanyaan yang sama dari obyek ke beberapa keluarga terdekat dan bila perlu ke remajanya. 4. Tahapan-tahapan Penelitian

a. Tahap Pralapangan

Dalam tahapan pralapangan ini peneliti menyelesaikan prosedur perizinan. Perizinan ditujukan untuk kelancaran procedural penelitian dilapangan saat peneliti berada di lapangan dan juga di gunakan untuk identitas resmi sebagai peneliti dilapangan dari lembaga-lembaga perizinan yang terkait seperti, surat perizinan dari kampus yang di tandatngani dari dekan Fakultas Dakwah atau surat perizinan dari kelurahan yang ditandatangani oleh pak lurah dan lain sebagainya.

b. Tahap Penelitian di Lapangan

Dalam peneliti menggunakan metode wawancara dalam penggali data, peneliti saat dilapangan menggunakan beberapa startegi dalam teknis wawancaranya untuk menggali informasi ke subyek peneliti, minggu ke satu peneliti menggunakan teknik pendekatan atau bisa disebut dengan ramah tamah terhadap keluarga besar dan


(26)

17

menyampaikan maksut serta tujuan yang baik sehingga tidak ada kesalahfahaman.

Minggu kedua mencari informasi terhadap penyampaian bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal kepada subyek. Minggu ketiga mulai mencari informasi pendukung dan penghambat dari subyek untuk mengatasi remaja, minggu keempat menggali informasi lebih dalam dipenguatan data dari subyek lewat keluarga lainnya yang kenal dekat dengan pecandu narkoba

c. Tahap Pasca Lapangan

Minggu kelima yakni pengumpulan data dari data yang diperoleh dilapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini dapat menyesuaikan dari tahapan-tahapan peneliti dengan penjelasan disetiap minggunya.

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memahami kondisi masyarakat. Letak geografis dari rumah yang akan diteliti, sehingga bisa mengembangkan data serta melihat pengaruhnya lingkungan terhadap fenomena yang akan diteliti.

b. Wawancara

Wawancara akan dilakukan dengan teknik secara langsung, untuk mencari data dari salah satu orang tua yang paling dekat


(27)

18

dengan remaja pecandu narkoba. Selanjutnya peneliti juga akan mewawancarai anggota keluarga lainnya. Kerabat dekat yang mengetahui fenomena tersebut, guna memperkuat data yang kan didapatkan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan selama penelitian. Hal ini dimaksudkan agar focus penelitian tetap diberi pemahaman khusus melalui wawancara mendalam, selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Proses analisis data mulai dilakukan ketika peneliti masih berada dilapangan dan seetelah peneliti tidak berada dilapangan. Setelah itu dibuat abstraksi yang merupakan rangkuman inti dari proses wawancara. Hal ini diperlukan untuk menyempurnakan pemhaman terhadap data yang diperoleh, kemudian menyajikan kepada pembaca atau orang lain dengan jelas tentang apa yang ditentukan dan didapat dari lapangan.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pengembangan informasi lebih diperluas dengan mewawancarai orang lain yang berhubungan dekat dengan pecandu narkoba. Peneliti melakukan hal tersebut guna untuk pengembangan data serta penguatan data. Setelah itu dipadukan dengan fenomena masalah dengan teori-teori yang peneliti sajikan.


(28)

19

Teknik triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Validitas dan objektivitas merupakan persoalan fundamental dalam kegaiatan ilmiah. Suapaya data yang diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektivitas yang tinggi, ada beberapa syarat yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti kemukakan metode yang digunakan untukmeningkatkan validitas dan objektivitas suatu penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Robert K. Yin mensyaratka adanya validitas design penelitian. Paton menyarankan diterapkan triangulasi sebagai validitas desgn penelitian. Adapun teknik triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Sebagaimana dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data.14

I. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing memuat pokok pikiran tersendiri namun saling berkaitan antara satu dengan bab lainnya. Kelima bab tersebut masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang sistematikanya sebagai berikut.

14


(29)

20

a. BAB I :

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang berdasarkan dari judul diambil oleh peneliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi konseptual, kerangka pikir, metode penelitian dan sistematika pembahasan

b. BAB II :

KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini akan diuraikan secara detail tentang teori dan pola pikir yang digunakan peneliti yang berdasarkan dan bersumber dari referensi–referensi yang berkaitan dengan Interpersonal Communication , dan hambatan dalam proses komunikasi.

c. BAB III :

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan diuraikan deskripsi subjek, objek, lokasi dan data penelitian. penjelasan mengenai informan subyek, obyek,dan letak lokasi atau letak geografis diperjelas melalui deskripsi dari lapangan.

d. BAB IV :


(30)

21

Pada bab ini berisikan tentang pembahasan hasil penelitian. Peneliti akan melakukan identifikasi sehingga mampu mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian. Dan kemudian temuan yang dipaparkan oleh peneliti harus diseimbangkan dengan analisis dan penafsiran.

e. BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang simpulan dan rekomendasi yang diajukan oleh peneliti.

Kesimpulan :

Kesimpulan merangkum hasil penelitian. Dalam kesimpulan tidaklah ditampilkan penjelasan rinci, tetapi ditampilkan temuan-temuan yang penting. Peneliti tidak akan meyimpulkan sesuatu yang tidak diteliti dalam konteks dan jangkauan penelitian.


(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1.Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat diterima pihak. Sebagaimana layaknya konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi interpersonal juga mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan pengertian. Trenhom dan Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sikap komunikasi ini adalah spontan dan informal, saling menerima feedback

secara maksimal, dan partisipan bersifat fleksible.

Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara lansung pula. Sedangkan menurut Devito komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu


(32)

23

orang dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Littlejhon memberikan definisi komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antar individu. Deddy Mulyana mengatakan, bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orng secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik secara verbal maupun nonverbal.

Definisi lain dikemukakan oleh Arni Muhammad bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui baliknya (komunikasi langsung). Selanjutnya Indriyono Gitosudarmo dan Agus Mulyono juga memaparkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terbentuk tatap muka interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal, serta berbagai informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu kelompok kecil.1

Tujuan komunikasi interpersonal yang dijelaskan pada bukunya Sunarto Aw yang mengatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan ActionOriented, adalah suatu tindakan yang berorientasi pada

1


(33)

24

tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam, beberapa diantaranya dipaparkan oleh Sunarto Aw dalam bukunya antara lain:

1) Mengungkapkan Perhatian Kepada Orang Lain

Salah satu tujuan komunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar rekan komunikasi, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal banyak dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi tertutup, dingin dan acuh. Apabila diamati lagi, orang yang berkomunikasi dengan tujuan sekedar mengunkapkan perhatian kepada orang lain, bahkan terkesannya “hanya basa-basi”. 2) Menemukan Diri Sendiri

Seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Pribahasa mengatakan “Gajah dipelupuk mata tidak tampak”, artinya seseorang tidak mudah melihat kesalahan dan kekurangan pada diri sendiri, namun mudah menemukan pada orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses belajar tentang diri maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua


(34)

25

belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci.

3) Menemukan Dunia Luar

Dengan komuikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan actual. Misalnya komunikasi interpersonal dengan seorang dokter mengantarkan seseorang untuk mendapatkan informasi tentang penyakit dan penanganananya. Sehingga dengan komunikasi interpersonal diperoleh informasi. Informasi tersebut dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya belum diketahui. 4) Membangun dan Memelihara Hubungan yang Harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu bekerja sama dengan orang lain. Semakin banyak teman yang dapat diajak bekerjasama, maka semakin lancer pelaksanaan kegiatan dalam hidup sehari-hari. Sebaliknya apabila ada seorang saja sebagai musuh, kemungkinan akan menjadi kendala. Oleh karena itu setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.


(35)

26

5) Mempengaruhi Sikap dan Tingkah Laku

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan media) dalam prinsip komunikasi, setiap pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab komunikasi pada dasarnya adalah sebuah fenomena atau sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan member makna tertentu terhadap kemungkinan terjadi perubahan sikap.

6) Mencari Kesenangan atau sekedar Menghabiskan Waktu

Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal hanya sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Berbicara dengan teman mengenai acara perayaan ulang tahun, berdiskusi mengenai olahraga, bertukar cerita-cerita lucu merupakan pembicaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu. Disamping itu juga dapat mendatangkan kesenangan.

7) Menghilangkan Kerugian Akibat Salah Komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (mis Communication) dan salah interpretasiyang terjadi antara sumber dan penerima pesan.


(36)

27

8) Memberi Bantuan (konseling)

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesi mereka untuk mengarahkan kliennya. Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan masyarakat dengan mudah diperoleh contoh yang menunjukkan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat dipakai sebagai pemberian bantuan bagi orang lain yang memerlukan.2

b. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Menurut Alo Liliweri, terdapat delapan ciri spesifikasi yang membedakan komunikasi interpersonal dengan komunikasi yang lain, yaitu :

1) Terjadi secara spontan dan sambil lalu. 2) Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3) Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4) Mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja. 5) Seringkali berlangsung berbalas-balasan.

6) Menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas bervariasu, dan adanya keterpengaruhan.

7) Tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

2


(37)

28

8) Menggunakan lambang-lambang bermakna.3

Hubungan interpersonal bukan suatu keadaan yang pasif, melainkan suatu aktivitas, melainkan aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Suranto hubungan interpersonal adalah suatu action oriented.4 Untuk mengetahui lebih lanjut tentang karakteristik hubungan interpersonal, Suranto dalam bukunya mengemukakan beberapa ciri-ciri hubungan interpersonal, sebagai berikut:

1) Mengenal Secara Dekat

Pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal saling mengenal secara dekat. Ia tidak hanya mengenal identitas pokok seperti nama, status perkawinan, dan pekerjaan. Kedua belah pihak saling mengenal dari berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti mengetahui nomor handphone, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya,

teman-teman dekatnya, dan sebagainya. Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain, hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan interpersonal.

2) Saling Memerlukan

Hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan saling menguntungkan secara dua arah dan saling memerlukan.

3


(38)

29

kurangnya kedua belah pihak saling memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi bekerjasama, saling memberi dan menerima. Ia akan menemukan rasa saling memerlukan dan saling mendapatkan. Manfaat saling memerlukan dan mendapatkan akan menjadi tali pengikat kelangsungan hubungan interpersonal.

3) Pola Hubungan Antarpribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap keterbukaan diantara keduanya

Hubungan interpersonal ditandai dengan pemahaman sifat-sifat pribadi di antara kedua belah pihak. Mereka akan saling terbuka sehingga dapat menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Perbedaan sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik, justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan.

4) Kerjasama

Kerjasama akan tumbuh apabila mereka menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan. Hubungan interpersonal yang dikategorikan memiliki kadar atau kualitas yang baik, tidak saja menunjukkan adanya interaksi harmonis yang bertahan lama, namun juga mengarah tercapainya kerjasama.

c. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Menurut Richard L. Wheaver terdapat delapan karakteristik komunikasi interpersonal, yaitu:


(39)

30

1) Melibtakan paling sedikit dua orang. 2) Adanya umpan balik.

3) Tidak harus tatap muka. 4) Tidak harus bertujuan

5) Menghasilkan beberapa pengaruh.

6) Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata. 7) Dipengaruhi oleh konteks.

8) Dipengaruhi kegaduhan.5

d. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal

Redding yang dikutip Muhammad mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.6

1) Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.

2) Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.

5

Muhammad Budyatna dan Laila Mona Ganiem, 2011, teori Komunikasi Antarpribadi, Jakarta, Kencana, Hlm 15-21


(40)

31

3) Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.

4) Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.

2.Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal menghasilkan suatu simbol atau pesan verbal, sehingga akan menjadi sistem kode verbal untuk kesempurnaan dalam berkomnikai, yang disebut dengan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan sehingga dapat dipahami. Bahasa verbal adalah sarana utama menyatakan pikiran, perasaan dan maksud yang diinginkan. 7

fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk berubungan dengan orang lain , bahasa sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikasi, khususnya fungsi sosial dan fungsi instrumental.

7

Deddy Mulyana, ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2001) Hlm.262


(41)

32

Fungsi yang ketiga adalah bagaimana dapat memungkinkan seseorang untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri, kepercayaan-kepercayaan diri, dan tujuan-tujuan kebaikan terhadap diri masing-masing pribadi8

3.Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal akan menghasilkan simbol yang berupa pesan secara sederhana, pesan nonverbal adalah isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A, Samovan dan Richard E Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu seting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam berkomunikasi. Salah satunya dalam berkomunikasi manusia tidak cukup mempresentasikannya dengan bahasa verbal saja. Karena dalam komunikasi nonverbal digambarkan dalam buku ilmu komunikasi karya Deddy Mulyana dijelaskan bahwa bukan apa yang dikatakan melainkan bagaimana cara mengatakannya. Lewat perilaku nonverbal dapat diketahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbal, yang mendorong orang mengenal lebih jauh dan dapat dengan mudahnya untuk mengidentifikasi


(42)

33

suatu maksud serta tujuan ataupun merangsang suatu kedekatan yang lebih baik.9

4.Pengertian Remaja

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Ada beberapa definisi tentang remaja salah satunya adalah Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.10

9

Ibid Hlm. 342 10


(43)

34

5. Narkoba

Undang-Undang Narkotik No. 22/1997 dan Undang-Undang Psikotropika No. 5/1997 mendefinisikan penyalah guna narkoba adalah seseorang yang menggunakan narkoba (narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain) di luar dari kepentingan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Dan pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis.

Ketergantungan narkoba adalah dorongan untuk menggunakan narkoba terus-menerus, dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat. Berat ringannya gejala putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis yang digunakan, serta lama pemakaian. Makin tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya.

Selain mengatur sangsi hukum, undang-undang itu juga menyebutkan adanya kewajiban bagi pecandu narkoba untuk menjalani pengobatan dan perawatan. Proses terapi dan rehabilitasi yang dilakukan dapat dilakukan lembaga pemerintah. Tidak hanya perawatan dan pengobatan, pecandu narkoba pun mempunyai kewajiban melaporkan statusnya sebagai pecandu narkoba kepada instansi terkait. Tujuan pelaporan ini sebagai usaha memberikan hak perawatan dan pengobatan yang harus diberikan kepada pecandu narkoba.


(44)

35

Dalam buku, Apakah Saya Pecandu Narkoba, dr. Lydia Harlina

Martono dan Satya Joewana menyebutkan ketergantungan atau kecanduan narkoba dapat dikatakan sebagai penyakit, lebih tepatnya disebut penyakit adiksi, dan kronis. Berbagai tanda mengikuti penyakit kronis ini, seperti gangguan fisik, psikologis, dan sosial akibat dari pemakaian narkoba secara terus-menerus dan berlebihan. Gangguan medis atau fisik berarti terjadi gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh.

Gangguan ini tergantung dari jenis narkoba yang digunakan dan cara menggunakannya, seperti penyakit hati, jantung, dan HIV/AIDS. Gangguan psikologis meliputi rasa cemas, sulit tidur, depresi, dan paranoia. Biasanya, wujud gangguan fisik dan psikologis bergantung pada jenis narkoba yang digunakan. Dan kemudian, gangguan sosial meliputi kesulitan dengan orang tua, teman, sekolah, pekerjaan, keuangan, dan berurusan dengan pihak berwenang.

B. Kajian Teori

1. Interaksi Simbolik

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.11 Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionime simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William

11

Deddy Mulyana, ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2001) Hlm. 68


(45)

36

James,Charles H, Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George Herbert Mead-lah yang paling popular sebagai perintis dasar teori tersebut. Mead mengembangkan teori interaksionisme simboli pada tahun 1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di Universitas Chicago. Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksi simbolik, yakni : Mind Self, and Society (1934) yang

diterbitkan tak lama setelah Mead juga berlangsung melalui interpretasi dan penjabaran lebih lanjut yang dilakukan para mahasiswanya, terutama Herbert Blummer. Justru Blummer-lah yang menciptakan istilah “interaksi simbolik” pada tahun (1937) dan mempopulerkannya dikalangan komunitas akademis.12

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blummer mengacu pada tiga premis utama, yaitu :

a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain, dan


(46)

37

c. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung.13

Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut. Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna subjektifnya yang diberikan individual atau individu-individu, tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasiakan dalam penampilannya.14

Perpektif interaksi simbolik sebenarnya berada dibawah payung perspektif yang lebih besar lagi, yakni perpektif fenomeologi merupakan studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran atau cara kita sampai pada pemahaman tentang objek-objek atau kejadian-kejadian yang secara sadar telah dialamai. Fenomenologi melihat objek-objek dan peristiwa-peristiwa dari perspektif seseorang sebagai perceiver.

13

Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi, (Bandung Widya Padjadjaran, 2008) Hlm, 22 14

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja Rosda karya 2001), Hlm 68


(47)

38

Sebuah fenomena adalah penampakan sebuah objek, peristiwa atau kondisi dalam perpektif individu.15

Perspetif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan implus, tuntutan budaya atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanyalah berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. Tidak mengherankan bila frase-frase “definisi situasi”, “realitas terletak pada mata yang melihatnya” dan “bila manusia Mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya” sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik.16

Interaksionise simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini, individu itu bukanlah seseorang yang bersifat pasif, yang keseluruhan perilakunya

15

Rahardjo Satjipto, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, (surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), Hlm 44.

16


(48)

39

ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur-struktur lain yang ada di luar dirinya, melainkan bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Oleh karena individu akan terus berubah melalui interaksi itu. Struktur itu tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama.17

Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegaskan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Dalam konteks ini, maka dikonstruksikan dalam proses interaksi, dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memankan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenranya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.18

2. Model Peranan

Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, Jalaluddin Rakhmat menyebutkan empat buah teori atau model hubungan interpersonal, yaitu: model pertukaran sosial, model peranan, model permainan, dan model interaksional.

17

Ibid. Hlm 59 18


(49)

40

Jalaluddin Rahmat mengatakan, apabila model pertukaran sosial memandang hubungan internasional sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “scenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi scenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi scenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.

Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan) apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya dalam masyarakat, maka ia akan menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan dalam kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan.

Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik, ditandai adanya kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan terhindar dari konflik peranan. Ekspektasi peranan atau peranan yang diharapkan, artinya hubungan interpersonal berjalan lebih baik apabila masing-masing individu dapat memainkan peranan sebagaimana diharapkan.


(50)

41

Dalam hubungan interpersonal, kadang – kadang seorang dipaksa untuk memainkan peranan tertentu, meskipun peranan itu tidak diharapkan. Konfik peranan terjadi apabila individu tidak sanggup untuk mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif. Dala hubungan interpersonal, kadang – kadang seorang dipaksa untuk memainkan peranan tertentu, meskipun peranan itu tidak diharapkan. Apabila tuntutan peranan tersebut dapat dilaksanakan, maka hubungan interpersonal masih terjaga.19

19


(51)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih informasi yang sesuai dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian.

1. Deskripsi Subyek.

Subyek dalam penelitian ini adalah personil keluarga dari fenomena yang terjadi, yang akan memungkinkan dapat memberi informasi atas pola komunikasi interpersonal yang digunakan dalam penyampaain pesannya sehingga dapat menyelesaikan permasalahan fenomena orang tua dan anak remaja pecandu narkoba. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 1.4 Daftar Informan 1

No. Nama Umur Pendidikan

Terakhir

Keterangan Kategori

subyek

1. Pak Is 51 thn S1 Bekerja Sebagai Pegawai Swasta

Ayah

2. Bu Nik 47 thn SMA Bekerja Sebagai Pegawai Swasta

Ibu

3. Mas Bin 25 thn S1 Anak Pertama Remaja

Pecandu Narkoba 4. Mbak tari 24 thn S1 Anak Kedua Significant


(52)

43

Tambahan) I 5. Mas Alam 23 thn SMA Teman Mas Bin

(saksi)

Significant other (Informan Tambahan) II a. Latar belakang Ayah

Informan yang pertama dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba adalah seorang Ayah. Dalam penelitian ini informan tidak mengizinkan bahwa namanya disebut melainkan inisial saja. Lulusan dari perguruan Tinggi sebagai modal utama untuk mengembangkan proses perjalannnya dalam menghidupi keluarganya, dengan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan ia berprofesi sebagai guru ngaji dilingkungannya. Ia juga adalah guru di SMA Swasta di Surabaya.

Ia juga pernah belajar ilmu tasawuf kejawen (untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Esa) waktu dia remaja. Menurutnya, dengan pembelajaran dalam ilmu tasawufnya beliau lebih memaknai kehidupan dengan baik dan objektif. Sehingga secara hakekat ia memberi pendekatan kepada anak-anaknya, dengan bahasa yang halus dalam penyampaian-penyampaian komunikasi oleh seorang Ayah membuat warana harmoni yang nyaman terhadap anak-anaknya. Beberapa wejangen-wejangen sering disampaikan oleh seorang Ayah dan beberapa pendekatan-pendekatan emosional terjalin dengan baik sehingga ketika seorang anak mendapat


(53)

44

permasalah, seorang Ayahlah yang menjadi rujukan sering dalam pengetahuan dan pemahaman, dengan penyampaian yang luwes dan memberi tuntunan islami dalam perbicangannya dan campuran esensi ilmu jawa dikemas menjadi sebuah paradigma yang membangun seorang anak dalam berfikir. Dengan pendekatan yang halus doktrinasi seorang Ayah kepada anaknya tersampaikan. Keterbukaan Bapak Is dalam berbagai hal fenomena dalam keluarga sangat di senangi oleh anak-anaknya, karena dengan terbukanya pemikiran seorang Ayah mampu mendorong sebagai motifasi dan arahan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

b. Latar Belakang Nik (ibu)

Bu Nik berumur 47 tahun adalah inisial dari informan seorang ibu dari fenomena dengan judul penelitian pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba, ia adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus bekerja dibidang properti. Ibu Nik adalah orang yang komunikatif, tapi memiliki temperatur emosional yang belum bisa stabil sehingga terkadang membuat anak-anaknya tidak bisa nyaman dalam perbincangannya. Ia juga menerapkan cara didik yang tak jauh beda dengan suminya yakni keterbukaan terhadap anak-anaknya dalam hal apapun hingga pembahasan inti mapun bisa menjadi sebuah perbincangan, maksud dan tujuannya hanya satu, ia ingin memberi pembelajaran serta pengetahuan untuk disampaikan kepada anak-anaknya.


(54)

45

c. Latar Belakang Remaja Pecandu Narkoba (Mas Bin)

Mas Bin adalah pemuda berusia 25 tahun, lahir di Surabaya, terlahir sebagai anak sulung dengan kondisi keluarga yang sederhana perekonomiannya dikarenakan orang tua Mas Bin sudah melewati kesulitan pada masa muda dalam pernikahannya sehingga membuat kehidupannya lebih mengalir akan kebutuhan-kebutuhannya di banding kakak-kakaknya pada waktu dulu. Dengan perkembang dan pertumbuhan usia Mas Bin saat berumur 19 tahun mampu beradaptasi dengan baik bersama kawan-kawannya dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, dengan tipikal orang sosialis dengan kawan-kawan sebayanya membuat ia banyak mengenal berbagai kategori kawan, baik itu dalam lingkungan pendatang, sekolah maupun lingkungan masyarakat setempat. Dalam perjalanan hidup seorang remaja, Mas Bin tergolong anak remaja yang cerdas dan kritis dalam menanggapi fenomena lingkungan sekitarnya yang terjadi, sehingga tak heran ia sering bergaul dengan orang-orang yang lebih jauh dibanding seumurannya, dengan kemudahannya dalam berinteraksi ia tak mendapat kesulitan sama sekali saat berinteraksi dengan orang dewasa.

d. Latar Belakang Significant Other I (Mbak Tari)

Mbak Tari lahir di Surabaya, saat ini dia sudah berumur 14 tahun. Pedidikan terakhirnya adalah perguruan tinggi. Sekarang dia masih tinggal


(55)

46

bersama orangnya. Ia sudah lulus disalah satu perguruaan tinggi negeri di Surabaya. Dia sudah bekerja disalah satu perusahaan yang teman ibunya. Saat di rumahnya, Mbak tari kurang bersosialisasi dengan lingkungannya. Dia lebih memilih diam dirumah, sepulang dari bekerja. Dia beralasan, bahwa dia terlalu capek setelah bekerja seharian dan akhirnya dia lebih memilih beristirahat. Dia juga lebih sering mengobrol dengan ibunya daripada anggota keluarga yang lain. Baginya, ibunya adalah satu-satunya teman yang bisa diajak mengobrol saat dia sedang dirumah.

e. Latar Belakang Significant Other II (Mas Alam)

Mas Alam adalah seorang remaja yang bekerja di salah satu warung kopi daerah Medokan daerah sekitar rumahnya mas Bin. Ia sekarang sudah berumur 23 tahun. Dia tinggal bersama temannya di sebuah kos-kosan di daerah sekitar Medokan. Ia juga sedang mengenyam pendidikan di sebuah universitas di Surabaya. Mas Alam sendiri, mempunyai sifat yang ramah terhadap orang yang dijumpainya. Ia begitu terbuka pada semua orang, baik itu yang dikenalnya maupun yang baru dikenalnya.

2. Deskripsi Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah fenomena sosial yang terkait dengan keilmuan penelitian yaitu ilmu komunikasi dengan fokus pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba. Penelitian ini menitikberatkan pada komunikasi interpersonal dalam


(56)

47

penyelesaian study kasus fenomena sosial yang terjadi di keluarga Bapak Is daerah jln. Medokan Ayu, kota Surabaya. Didalam fenomena komunikasi terjadi keberhasilan dan kegagalan dalam penyampaian pesan kepada komunikan. Pendekatan komunikasi interpersonal orang tua terhadap remaja pecandu narkoba sangat di perhatikan karena pada saat itu remaja semakin lebih sensitif di banding biasanya apa lagi dengan komunikasi yang bersifat penekanan terhadap remaja dampaknya terhadap hubungan orang tua dan anak bisa saja akan terganggu.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yakni di rumah keluarga Bapak Is yang terletak di Medokan Gg 3/45, kota Surabaya, propinsi Jawa Timur. Wilayah lokasi penelitian yakni di bagian Surabaya timur, wilayah ini menjadi titik temu para urban dari desa atau pendatang, banyak kelur masuk pendatang di daerah Waru. Daerah yang banyak dengan bangunan-bangunan pabrik membuat beberapa masyarakat lebih mudah mencari pekerjaan di pabrik-pabrik tersebut.

Di belakang rumah ada beberapa pemukiman warga, karena dibelakang rumah sekitar ± 50 meter adalah daerah rawah atau sungai besar sebagai poros yang mengalirkan airnya ke laut guna meminimalisir banjir yang ada di daerak kota Surabaya yang padat penduduk dan juga bangunan.


(57)

48

B. Penyajian Data

Dalam sebuah penelitian dilakukan beberapa tahapan yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban atas permasalah dari penelitian yang telah di fokuskan, tahapan tersebut adalah meliputi pengumpulan data analisi data, dan penarikan kesimpulan atas data yang telah diperoleh. Peneliti harus benar-benar memahami tentang fokus penelitihan dan juga hal-hal yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data-data yang di peroleh melalui wawancara dan dokumentasi mengenai proses pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba dalam Study kasus fenomena keluarga Bapak Is di medokan ayu kota surabaya.

1. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu Narkoba di Surabaya.

Dalam penyampaian komunikasi interpersonal ada beberapa teknik dalam penyampaiannya dimana pendekatan-pendekat sebelum fenomena terjadi akan menjadi sangat membantu dalam bentuk komunikasi. Unsur teknik dalam penyampaian komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang baik dengan emosional terkontrol menjadi suasana interaksi lebih terarah dan pesan tersampaikan dengan baik. Disini peneliti memaparkan proses komunikasi interpersonal terhadap perilaku interaksi kepada komunikan dalam bentuk wawancarai. Dimulai dari bagaimana komunikasi verbal dan


(58)

49

nonverbal dalam komunikasi interpersonal untuk menyampaikan pesan yang diinginkan oleh komunikator.

a. Pemberian Nasehat (konseling)

Pak Is sebagai Ayah sangat terkejut ketika ia mendengar kabar anaknya memakai narkoba dari istrinya. Setelah mendengarkan penjelasan dari anaknya, ia hanya bisa menasehatinya dari segi agama.

“Sebenarnya saya kaget dengan pengakuan perilaku anak saya yang menyimpang, tapi saya yakin bahwa ini adalah salah satu ujian dari tuhan kepada saya bagaimana saya bisa membimbing anak saya bisa keluar dari masalah itu dan salah satu proses hidup untuk anak saya. Saya sering memberi wejangen-wejangen keislaman untuk anak saya” 1

. Komunikasi interpersonal yang seringkali dilakukan dalam pendekatannya terhadap anak laki-lakinya sudah seringkali dilakukan oleh seorang Ayah.

Pak Is ingin dapat menyampaikan pemahaman pemikirannya sebagai pembelajaran atas Ayah dan anak sehingga keinginan seorang Ayah atas kesuksesan anaknya akan dapat terarah dengan baik dalam proses komunikasi tersebut, sehingga keterangan dalam wawancara terhadap Ayah, Ayah lebih mudah sepemahaman pemikiran dibanding ibu.

1


(59)

50

“Yang saya bisa lakukan hanya berbicara dengan anak saya, dengan pembincanganlah saya berharap bisa sebagai pembimbing anak laki-laki saya, karena disetiap saya berbicara pasti saya menceritakan pengalaman dan pemahaman saya setiap apa yang dibahas, dan hal itu sering saya lakukan, sampai-sampai anak saya lebih sering bertanya dengan saya.”2

Begitu juga yang dikemukakan oleh Mas Bin dalam wawancaranya tentang salah satu cara didikan Ayahnya.

“Saya lebih nyaman berkomunikasi dengan Ayah ketika saya mendapatkan masalah, Ayah lebih sabar dalam menyingkapinya dibanding ibu, dan juga pesan yang disampaikan Ayah ke saya bersifat pelajaran yang mendorong saya supaya bisa menyelesaikan masalah dengan baik.” Dalam bentuk komunikasi seorang Ayah terhadap anak remajanya Ayah memberi kebebasan dalam cara berfikirnya asal benar dalam esensi tujuannya. Yang di jelaskan oleh Mas Bin, Ayahnya mengikuti toriqoh tasawuf kejawen, sehingga logika ketuhanan dalam penerapan sehari-harinya, sedikit berbeda pada orang-orang lainnya, dan sedikit sulit untuk dimengerti bila belum di jelaskan secara detail.

“Ayah adalah salah satu orang pelaku tasawuf kejawen, Ayah pernah bilang ke anaknya, bahwa dalam proses jalan kebenaran tidak harus ditempuh dengan kebaikan untuk menemukannya terkadang dengan melalui jalan keburukan orang itu dapat menemukan jalan kebaikannya.”

2


(60)

51

Pak Is berargumen bahwa, apapun didunia ini adalah kehendak dari tuhan, ketika ia sudah berusaha menjalankkan perintah-Nya untuk memberi pembelajaran kepada anaknya, atas apa yang telah diperintah-Nya dan menyampaikan apa-apa yang dilarangdiperintah-Nya.

Tapi ketika usaha dan ikhtiar tidak berbuah manis seperti apa yang diinginkan hati, berarti tuhan telah memberi yang terbaik bagi perjalanan anaknya. Ia juga pernah bilang terhadap anaknya pada saat pengakuan anak remajanya yang memakai narkoba. satu hal yang saya tanyakan kepada anak saya bagaimana bisa hal itu terjadi, karena saya sadar bahwa semua bisa terjadi bila kita sudah ber ikhtiar dan suatu hal tetap terjadi berarti memang itu proses hidup yang harus dilaluinya. Disisi lain bagi pemahaman pada umumnya pemikiran Ayah sulit untuk di terima, bagaimana bisa seorang Ayah dapat menahan emosi dalam didikannya.

“Saya mewajarkan anak saya melakukan kesalahan, karena dengan kesalahan itu anak bisa berfikir mengenai kebenaraan, saya bilang keanak saya, kamu tidak akan menemukan kebenaran yang sesungguhnya apa bila belum mengerti proses dari kesalahan. Tapi saya memiliki batasan tersendiri, ketika anak saya melakukan kesalahan ya... jangan di ulangi lagi, kalau dilanggar itu namanya orang (Fasik) orang yang tidak pandai, sudah tau api kok di terjang. Bila itu menjadi kebiasaan maka saya akan mulai lebih mencega dan mengontrol lagi.”3

Setelah itu, tindakan yang diambil Pak Is adalah mengirimnya ke tempat rehabilitasi. Menurutnya, menempatkannya ke tempat rehabilitasi

3


(61)

52

bukanlah sebuah hukuman. Namun, lebih kepada tindakan aman untuk pencegahan.

"Saya taruh ke tempat rehabilitasi, agar ditangani oleh ahlinya. Takutnya ada apa-apa di kondisi fisiknya."4

Tindakan-tindakan yang diambil Pak Is lebih mengarah kepada keadaan anaknnya saat ini. Dia lebih memilih mendidiknya kembali setelah pulang dari rehabilitasi.

Setelah di Rehabilitasi beberapa bulan, tepatnya 6 bulan 13 hari. Pak Is lebih sering memberinya perhatian dan nasehat dari sebelumnya. Dia juga menawarkan hidup mandiri di Kalimantan dengan ikut salah satu saudaranya. Awalnya, Mas Bin masih ragu untuk pergi seorang diri. Tapi setelah Pak Is memberikan penjelasan tentang sisi baik yang didapat ketika hidup mandiri, Mas Binpun mengiyakan tawaran dari Ayahnya itu.

Terlihat Pak Is senantiasa memberi komunikasi persuasif untuk anaknya agar dapat mengarahkan anaknya tanpa membuat anaknya merasa di hakimi oleh keluarganya, bila keluarganya pun bermasalah dan tidak bisa memberi kenyamanan dalam menentukan solusi yang tepat maka dengan siapa lagi seorang anak akan dekat, bersandar dan menceritakan permasalahannya. Dengan bentuk komunikasi interpersonal yang di terapkan oleh Pak Is, Ia memberi pemahaman kepada anaknya

4


(62)

53

dengan cara pengembangan pemikiran dimana anak dapat belajar berfikir dalam menyingkapi permasalahan yang telah diberi solusi dan penjelasan dari Ayah.

b. Mengunkapkan Perhatian Kepada Anak

Salah satu pendekatan Ayah dengan seringnya berinteraksi dapat menjadikan kedekatan emosional akan lebih erat.

“seringkali saya berbicara dengan anak saya, membahas mengenai apa saja yang di inginkan oleh anaksaya.”5

Kebiasaan yang baik akan membantu dikemudian hari ketika mendapatkan masalah didalam keluarga, karena dengan kedekatan masalah disetiap waktu akan mudah untuk diselsaikan karena merasa sepemikiran dalam hal apa penyelsaiannya. Dalam pendekatan Ayah untuk berinteraksi dengan remajanya. Begitupula pernyataan yang dikemukaan remajanya terhadap interaksi yang memiliki kedekatan emosional yang telah diprakterkkan oleh Ayahnya.

“saya nyaman dengan Ayah karena komunikasinya lebih halus dan cenderung lebih membimbing pemahaman kata hati atau keyakinan saya”6

Penyampaian pesan dengan nada komunikasi yang halus dan sopan seorang anak di beri kebebasan dalam berfikir, Ayah lebih ingin mendekat kepada anaknya hingga komunikasi yang penuh dengan muatan

5

Wawancara dengan Pak Is pada hari Minggu 18 Desember 2016 jam 16.00 WIB 6


(63)

54

esensi pembelajaran menjadi sarana pendekatannya kepada anak bagi seorang Ayah.

c. Pengungkapan Emosi Terhadap Anak

Pengungkapan ibu terhadap emosinya sangat diakuinya karena ia belum bisa mengontrol dengan baik akan perilaku yang diluar kendalinya. Ibu memang berniat baik dengan cara mendidik, yang dimana cara didikan ibu tidak jauh dari cara didikan orang tuanya dahulu, sehingga ketika ibu mengetahui Mas Bin telah memakai narkoba, ia memarahinya.

“saya sangat marah ketika saya memergoki anak saya memakai narkoba. Saya pun bilang dengan nada keras: kamu kenapa memakainyaaaa, tidak kurang ibu memberi yang kamu inginkan dan kamu butuhkan. Kok bisa malah pakek obat-obatan terlarang, kamu fikir uangnya Ayahmu untuk membiayai kamu untuk beli obat itu (dengan nada tinggi dan kesal).”7

Peran Ibu yang terlalu sayang dengan anaknya, dan juga tingkat kehawatiran ibu lebih tinggi. Bentuk penyampaian komunikasinya lebih dalam kehawatiran. Ibu berharap perilaku anak yang pecandu narkoba adalah yang terakhir kalinya hingga anaknya merasa kapok karena mendengar kemarahan emosi dan hujatannya supaya tidak diulangi kembali.

“Saya dan Ayahnya sudah memberi keterbukaan kepada dia, mungkin kalau ada masalah bisa di omongkan, tapi saya tidak

7


(64)

55

tau kenapa anak saya berani-berani mencoba, Ayahnya saja kalau ndidik masalah agama tidak kurang-kurang.”8

Dua model komunikasi yang berbeda menghasilkan pesan komunikasi yang berbeda pula dalam ke efektifan penyampaiaan pesan. d. Penyampaian Pesan yang terlalu Berlebihan

Sikap perhatian dengan menanyakan kondisi baik lewat media ataupun secara langsung menjadi bentuk nonverbal bagi ibu kepada anak remajanya, dengan menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan. Namun disisi lain anak remajanya merasa terganggu dengan perhatian seorang ibu karena dirasa berlebihan, sehingga mengakibatkan kepanikan berlebihan pula ketika anak remajanya tidak memberi kabar saat ada di kejauan. Ibu yang sering menghubungi Mas Bin melalui pesan singkat dan menanyakan “jam berapa pulang” ketika Mas Bin berada di luar rumah, dengan perasaan cemas terkadang ibu sampai tidak bisa tidur bila Mas Bin belum pulang hingga larut malam.

“Ibu pernah mas (peneliti) curiga dengan anak saya, saat saya sms menanyakan pulang atau tidak, tapi malah jawabannya ngelantur mas, saya diceramai dengan kata-kata melalui pesan singkat, lantas saya membalas dan bertanya “sampean masih pakek obat itu...?” Setelah itu beberapa jam kemudahan anak saya datang dengan dua temannya ternyata mereka habis ngopi bersama.”9

8

Wawancara dengan Bu Nik pada hari Minggu 8 Januari 2017 jam 16.00 WIB 9


(65)

56

Dalam segi komunikasi pun ibu sering menggunakan simbol nada yang lebih tinggi di banding Ayah, ketika saat pemberian pesan kepada anak remajanya, seperti yang di jelaskan oleh ibu di sub poin “c” diatas. e. Menunjukkan Sikap Takut Kepada Orang Tua

Saat Mas Bin diketahui oleh ibunya sedang memakai narkoba di sebuah gubug dibelakang warung kopi di daerah gunung anyar tambak pada malam hari. Mas Bin langsung mengelak dengan alasan-alasan. Ibunya dengan reflex, langsung menarik kedua telingannya. Mas Bin lalu disuruh pulang oleh ibunya, untuk menjelaskan kejadian yang baru saja ditemuinya. Dengan nada merendah Mas Bin merasa bersalah dan mengakui kesalahannya atas perilakunya yang tidak baik dengan memakai obat-obatan terlarang itu.

“ iya aku tadi habis nyedot sabu-sabu, tapi diajak temen-temen.”

10

Dengan kepala sesekali menununduk dan menatap Ibunya Mas Bintang mencoba menjelaskannya, dengan perasaan yang tidak tentu namun Mas Bintang tetap berbicara.

“Aku pakainya dengan teman-teman saya, sebenarnya saya tidak mau tapi teman-teman menyarankan dan membujuk akhirnya saya pakai juga. Aku merasa tertekan dan bingung

10


(66)

57

karena masalah dengan wanita yang bagiku tidak penting yang akan berdampak tidak baik untukku sendiri.”11

Mas Bin sangat ketakutan ketika melihat wajah Ibunya yang sangat kecewa. karena dari beberapa pencarian penelitian fenomena yang terkait ini. Dia merasa sangat bersalah, telah melakukan hal yang sangat buruk. Dia juga menyampaikan bahwa ia siap menerima konsekuensi apapun yang diberikan kepada kedua orangtuanya.

f. Penggunaan Simbol Nonverbal oleh Anak Remaja

Salah satu simbol nonverbal yang mencoba menundukkan kepala dan melihat Ayahnya dengan muka memelas seperti dalam komunikasi yang di jelaskan Mas Bin didalam sub poin “e” menjadi gambaran simbol non verbal yang melekat didalam komunikasi verbalnya. Dengan Nada yang halus dengan perilaku yang ramah Mas Bin menciptakan suasana komunikasi interpersonal untuk bisa menemukan solusi yang tepat dalam penyelsaian masalahnya, dan bukan untuk masalahnya saja tapi bagaimana keluarganya juga masih dalam keadaan harmonis tanpa ada kekerasan yang berarti dalam keluarga.

g. Penyampaian Masalah Kepada Orang Tua

Setelah Mbak Tari mendapatkan kabar, bahwa kakaknya memakai narkoba. Ia juga mencoba menjelaskan kepada ibunya, bahwa kakaknya

11


(67)

58

sering bercerita bahwa teman-temannya sering mengajaknya minum-minuman keras juga.

“Mas Bin sering cerita, teman-temannya sering ngajak dia mabuk. Tapi dianya selalu menolak. Aku juga saranin untuk jauhi aja teman seperti itu, kalau sudah ngajak yang jelek-jelek pasti perilakunya juga jelek-jelek juga.”12

Ia beranggapan bahwa, kakanya pasti sudah kena marah oleh kedua orang tuanya khususnya dari ibunya. Sebagai adik, ia mencoba menenangkan kakaknya. Ia juga menjadi tempat ibunya, mencurahkan isi hatinya. Dengan selalu berada merangkul ibunya sepulang dari bekerja, ia yakin mampu menenangkan emosi ibunya.

h. Menunjukkan Sikap Prihatin

Salah satu simbol nonverbal yang dilakukan oleh Mbak Tari adalah “merangkul ibunya sepulang dia bekerja”, Mbak Tari mampu membuat suasana nyaman. Dan juga MbakTari mampu memposisikan dirinya menjadi pendengar yang baik, sehingga ibunya merasa lebih diperhatikan saat terjadinya komunikasi satu arah tersebut.

i. Menunjukkan Sikap Kerjasama

Sebagai Saksi Mata, Mas Alam memposisikan dirinya sebagai netral (tidak terlalu mencampuri kehidupan orang lain). Ia lebih berpihak

12


(68)

59

kepada kedua orang tuanya. Ia hanya bisa mengamanahkan pesan dari Ibunya Mas Bin.

“Kalau Bin berbuat aneh-aneh lagi, kamu lapor ke saya yah.” Ia juga menjelaskan siapa-siapa saja yang sering bergaul dengannya. Selain itu, ia juga mencoba mengembalikan citra warung kopi yang dijaganya. Agar persepsi masyarakat tentang “kumpulnya anak-anak nakal” menjadi hilang dari nama warung kopi tersebut.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu narkoba di Surabaya.

Faktor pendukung dalam komunikasi interpersonal, ketika fenomena penelitian terjadi dan menjadi kesuksesan pesan yang di sampaikan atau pun menjadi kegagalan dalam penyampaian pesan yang di inginkan, salah satunya yakni dikarenakan adanya penghambat dalam penyampaian simbol komunikasi yang di berikan.

a. Kemudahan Ayah Dalam Menggunakan Komunikasi Interpersonal.

Dalam penelitian ini pendekatan Ayah setiap waktu tertentu membuat Ayah lebih mudah untuk mendekat kepada si anak dan mendapat respon baik dari anak remaja Pak Is, begitu pula pernyataan ini yang di kemukakan oleh anak remaja pecandu narkoba. “Saya merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan Ayah, karena Ayah mendidik saya


(1)

82

temuan penelitian dan akan dipadukan dengan teori antar lain yakni: Sikap yang ramah menjadikan kemudahan ayah dalam menyampaikan pesan terhadap anak remajanya sehingga dapat tersampaikan maksud dan tujuan dengan baik, tanpa harus dengan kekerasan yang akan megganggu kedekatan antara anak dan orang tua, dan hubungan yang baik. Sesuai dengan teori Suranto Aw (2011), komunikaisi interpersonal merupakan suatu Action Orientet, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu adalah salah satu tujuan komunikasi interpersonal.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba ialah Ayah merasa kesulitan ketika tidak ada sinergi antara anak remajanya untuk berkonsultasi atau mengungkapkan permasalahannya, sehingga orang tua tidak bisa leluasa untuk bertanya dan menyingkapi dari permasalahan dengan baik. Begitu juga dengan Ibu yang berlebihan rasa kekhawatirannya dengan anak remajanya, akan dapat mengganggu dalam penyampaian pesan, terlebih dalam pesan komunikasi akan dapat mengakibatkan miss comunicatian

terhadap pemahaman anak remaja lelaki yang sering diluar rumah. Untuk itu peran ayah memberikan pengarahan dengan cara berkomunikasi dengan cara memberikan nasehat-nasehat secara halus kepada anaknya. Sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Suranto AW bahwa komunikasi


(2)

83

yang memerlukan. Kesulitan mengontrol emosi yang tak stabil dalam penyampaian pesan komunikasi ibu kepada anak remajanya akan sulit dimengerti. Dalam penyampain pesan yang baik dari ibu terhadap anak remajanya. Untuk mengkaji fenomena penelitian dengan tema komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba, menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis” (dalam Ardianto. Dalam Innas Hasna Haifa dkk). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini, sehingga dalam penyampaian pesan ibu memiliki proses timbal balik respon dari interaksi berupa simbol yang tidak sesuai dengan kesepakatan simbol dari anak remajanya tentang cara pandang dalam penilaian presepsi.

B. Rekomendasi

Dalam penelitian fenomena pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba, dapat dikembang kembali dengan klasifikasi sudut pandang yang mempengaruhi fenomena penelitian, dalam pembahasan lebih komplek. Sehingga penelitian akan dapat membatu pemahaman dalam kontek pembelajaran dan pengajaran bagi progam studi, institut yang terkait,dan masyarakat pada umumnya dalam studi kasus mengenai fenomena sehingga menemukan temuan-temuan penelitian yang lebih spesifik dengan beberapa faktor-faktor yang berbeda.


(3)

84

1. Bagi masyarakat yang memiliki fenomena yang sama

Bagi fenomena dalam keluarga, akan menumbuhkan keharmonisan dalam interaksi terhadap orang tua dan anak adalah yang paling utama. Proses komunikasi interpersonal yang mempengaruhi konsumen bisa menjadi harapan dengan tujuan yang sama karena pesan disampaikan bisa diterima dan diidentifisai serta dimaknai dengan makna yang sama seperti komunikator.

2. Fakultas atau program studi

Komunikasi merupakan salah satu studi matakuliah penting untuk fakultas atau program studi komunikasi,karena hampir semua studi tentang manusia berhubungan dengan komunikasi, apalagi komunikasi interpersonal, karena komunikasi interpersonal merupakan salah satu pola komunikasi antar pribadi sangat dibutuhkan dalam lingkup sosial, peneliti menyarankan bagi pembaca agar mengembangkan dalam kajian segala hal yang dalam ruang lingkup fakultas dakwah dan ilmu komunikasi guna sebagai pembelajaran yang lebih mendalam.

3. Untuk Pengembangan Dakwah

Dakwah merupakan kegiatan yang dapat dilakukan dimanapun, kapanpun dan juga dapat dilakukan kepada siapa saja, dakwah bisa dilakukan melalui khotbah/ceramah didalam masjid atapun pengajian,tapi dakwah juga bisa dilakukan melalui komunikasi yang dapat mempengaruhi orang lain, akan tetapi dengan menyusun suatu pesan yang akan disampaikan kepada komunikator agar mudah untuk dipahami,sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam


(4)

85

memiliki fenomena yang sama. Sebagai institusi keislaman kita sebagai mahasiswa muslim sangat dianjurkan dalam menyampaikan kebenaran dan memberikan solusi bagi setiap insan yang memiliki permasalahan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anna, Farida. 2014. Pilar-pilar Pembangunan Karakter Remaja. Bandung: Nuansa Cendikia.

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha ilmu. Mulyana, Deddy. 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Bandung: PT Rosdakarya.

Sudarwo, Imam. 1989.Kamus Istilah Tata Bahasa Indonesia. Surabaya: Indah. https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba

Haifah, Innas Hasna dkk. 2009. Teori Komunikasi Interpersonal. Bandung: Humas B.

Pawito . 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKS Pelangi Aksara.

J Moelang, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Suprayogi, Imam dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial Agama Muhamma, Arin. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/pengertian-dan-definisi-remaja-


(6)

Satjipto, Raharjo. 2004. Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Wawancara dengan Pak Is pada hari Minggu 18 Desember 2016 jam 16.00 WIB

Wawancara dengan Bu Nik pada hari Minggu 8 Januari 2017 jam 16.00 WIB Wawancara dengan Mas Bin pada hari Minggu 25 Desember 2016 jam 13.00

WIB

Wawancara dengan Mbak Tari pada hari Minggu 22 Januari 2017 jam 15.00 WIB


Dokumen yang terkait

STUDI KORELASI KONFLIK INTERPERSONAL ORANG TUA–ANAK DENGAN AGRESIVITAS REMAJA

0 4 2

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 2 16

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 17

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya).

0 1 77

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

Komunikasi Interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik.

0 0 108

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya)

0 0 17