Pembentukan Kelompok Tahap Penyelenggaraan layanan Konseling kelompok

TAHAP-TAHAP KEGIATAN KELOMPOK DALAM KONSELING KELOMPOK BAGAN I: TAHAP I: PEMBENTUKAN Gambar 2.1. Tahap Pembentukan BAGAN II: TAHAP II: PERALIHAN Tahap I Pembentukan Peranan Pemimpin Kelompok a. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka b. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, dan bersedia membantu dan poenuh empati. c. Sebagai contoh. Tema: a. Pengenalan b. Pelibatan diri c. Pemasukan diri Tujuan: a. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling dan konseling. b. Tumbuhnya suasana kelompok. c. Tumbuhnya informed consent anggota mengikuti kegiatan kelompok. d. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota. e. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka. f. Dimulai pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalamkelompok. Kegiatan: a. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan konseling dan konseling. b. Menjelaskan 1 cara-cara, dan 2 asas-asas kegiatan kelompok. c. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri. d. Tehnik khusus. e. Permainan penghangatan atau pengakrabkan. Gambar 2.2. Tahap Peralihan BAGAN III: Tahap II Peralihan Peranan Pemimpin Kelompok a. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. b. Tidak menggunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya. c. Mendorong dibahasnya suasana perasaan. d. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati. Tema: Pembangunan jembatan antara tahap I dan tahap III Tujuan: a. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya b. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan. c. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok. Kegiatan: a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. b. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya tahap III. c. Membahas suasana yang terjadi. d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. e. Kalau per kembali kebeberapa aspek tahap I tahap pembentukan TAHAP III: KEGIATAN Gambar 2.3. Tahap Kegiatan Tahap III Kegiatan Peranan Pemimpin Kelompok a. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. b. Aktif tetapi tidak banyak bicara. c. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati. Tema: Kegiatan pencapaian tujuan penyelesaian tugas Tujuan: a. Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas. b. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran, atau perasaan. Kegiatan: a. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik. b. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal- hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok. c. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas. d. Kegiatan selingan. BAGAN IV: TAHAP IV: PENGAKHIRAN Gambar 2.4. Tahap Pengakhiran Tahap IV Pengakhiran Peranan Pemimpin Kelompok a. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka. b. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota. c. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. d. Penuh rasa persahabatan dan empati. Tema: penilaian dan tindak lanjut Tujuan: a. Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. b. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. c. Terumusnya rencanan kegiatan lebih lanjut. d. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri. Kegiatan: a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil- hasil kegiatan. c. Membahas kegiatan lanjutan. d. Mengemukakan pesan dan harapan.

C. Keterkaitan Kemandirian Rencana Studi Lanjut Siswa Menggunakan Layanan

Konseling Kelompok Kemandirian merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dimiliki setiap siswa. Siswa yang mandiri akan mendorong dirinya lebih baik dalam bersikap dan dalam menentukan pengambilan keputusan di lingkungan yang ia tinggali, baik lingkungan keluarganya, masyarakat maupun lingkungan sekolah. Tanpa adanya kemandirian akan mustahil apabila tugas yang diselesaikannya akan berhasil dengan baik. Orang yang kurang mandiri akan selalu bergantung kepada orang lain, karena ia tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya. Selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan bila tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di masa mendatang. Di tengah berbagai gejolak perubahan yang terjadi di masa kini, betapa banyak remaja yang mengalami kekecewaan dan rasa frustasi yang mendalam terhadap orang tua dan lingkungannya karena tidak kunjung mendapat apa yang dinamakan kemandirian. Dan ini mengakibatkan mereka tidak mandiri dalam bertindak dan akan selalu mengalami ketergantungan dengan orang lain. Dalam Upaya meningkatkan kemandirian rencana studi lanjut siswa, maka guru pembimbing dapat memberikan bantuan melalui pelaksanaan layanan konseling kelompok. Ohslen 1970: 450 mengemukakan bahwa: ”konseling kelompok adalah suatu hubungan antara konselor dengan satu atau lebih klien yang penuh dengan perasaan penerimaan, kepercayaan, dan rasa aman.” Itu berarti bahwa dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok, pemimpin kelompok harus membina hubungan baik dengan klien. Hal ini dilakukan agar proses konseling kelompok ini dapat efektif dalam membantu siswa mandiri untuk merencanakan studi lanjutnya. Kemandirian dengan layanan konseling kelompok sangat berkaitan. Di dalam layanan konseling mempunyai beberapa tujuan yaitu : 1. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok. Layanan konseling kelompok dalam prosesnya siswa dapat mengembangkan diri secara optimal. Siswa dituntut untuk mengeluarkan segala keinginannya, yang nantinya akan dibahas dan didiskusikan dalam layanan tersebut. Keinginan atau minat ini juga ditentukan oleh adanya bakat. Oleh karena itu, siswa yang kurang mandiri akan tergugah dan terdorong juga untuk dapat mengeluarkan segala bakat dan minat yang dimilikinya yang karena itu dia merasa hal itu perlu dibahas dalam layanan konseling kelompok. 2. Mengentaskan permasalahan-permasalahan Permasalahan-permasalahan dalam kelompok yang menyangkut kemandirian dapat terselesaikan oleh karena adanya lingkungan kelompok yang nyaman dan saling terbuka. Siswa yang mandiri akan dengan terbuka mengemukakan permasalahan yang dialaminya di hadapan peserta kelompok lainnya yang mempunyai permasalahan yang sama. Sehingga siswa akan mampu membuat pemecahan bagi masalah mereka bersama. Dan pada akhirnya siswa akan mampu belajar mengambil keputusan terbaik bagi masalah yang dihadapinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain lagi. Semua itu karena kemandirian yang tinggi.

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Salah satu ciri dari kegiatan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai penentu ke arah pemecahan masalah. Ketepatan memilih metode merupakan persyaratan yang utama agar dapat tercapai hasil yang diharapkan. Metode penelitian ini membantu dalam penyelenggaraan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono 2010:2, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan Pretst – Posttest Design.Wiersma dalam Emzir 2009,Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian . Apakah setelah diberi perlakuan ada perubahan atau tidak. Hal ini bertujuan agar hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Metode ini dilaksanakan untuk menerapkan layanan konseling kelompok dalam membantu siswa yang kurang mandiri untukmerencanakan studi lanjut. Desain tersebut digambarkan sebagai berikut: O 1 x O 2 Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design Sugiyono, 2011:75 Keterangan: O 1 : Nilai Pretest pengukuran pertama, kemandirian sebelum dilakukan layanan konseling kelompok. X : Perlakuan pelaksanaan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung. O 2 : Posttestkondisi setelah diberikan perlakuan pengukuran kedua, kemandirian setelah dilakukan layanan konseling kelompok. Untuk memperjelas pelaksanaan dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen, yaitu: 1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes pertama kepada siswa sebelum diadakan perlakuan, yaitu layanan konseling kelompoksehingga diperoleh hasil siswa yang memiliki tingkat kemandirian yang rendah. 2. Memberikan perlakuan treatment adalah pemberian perlakuan kepada siswa yang memiliki kemandirian rendah dengan menggunakan layanan konseling kelompok. 3. Melakukan Post-test sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan layanan konseling kelompokapakah efektif atau berhasil dalam meningkatkan kemandirian siswa.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN RENCANA STUDI LANJUT MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA DI SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 11 75

PENGGUNAAN KONSELING SEBAYA DALAM MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 9 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

1 19 79

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PEMBELAJARAN MEMBACA TABEL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 111

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 59

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 50 68

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BERSERAGAM DALAM UPACARA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP 5 KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

2 2 14