Perencanaan Pembangunan Daerah TINJAUAN PUSTAKA A.

62

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian kebijakan prolegda dan perencanaan pembangunan daerah ini menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka library research berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; c. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; e. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, tata cara penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; f. Peraturan Menteri Dalam Negeri 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara 63 Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; g. Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Way Kanan ; Sedangkan bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer, seperti buku-buku dan doktrin hukum. Untuk bahan hukum tersier yang fungsinya melengkapi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder agar dapat menjadi lebih jelas, seperti kamus hukum.

C. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan menelaah dan mengutip dari bahan-bahan literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bahasan. Studi lapangan penulis lakukan untuk mendapatkan data primer dengan wawancara langsung secara tersrtuktur kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Way Kanan di BAPPEDA yaitu Rudijoko Kurnianto dan Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Way Kanan yaitu Yusron Lutfi dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah penulis siapkan, karena responden tersebut dianggap yang paling kompeten dibidangnya, responden adalah pihak-pihak yang menjadi pelaku langsung terkait dengan Penyusunan Program Legislasi Daerah dan Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Way Kanan 64

2. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data, penulis melakukan pengklasifikasian data dan penyusunan data. Pengklasifikasian data dilakukan dengan cara mengelompokan data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan data yang akurat. Penyusunan data dilakukan untuk menempatkan data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu pada sub pokok bahasan sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah analisis data, baik interprestasi maupun konstruksi.

D. Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan diperoleh, maka dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu menganalisis data sesuai peruntukannya secara sistematis dan logis, sehingga memperoleh kejelasan dalam menjawab permasalahan untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat ilmiah. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang deduktif yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan penjelasan- penjelasan yang bersifat umum hingga mendapatkan kesimpulan yang khusus dalam menjawab permasalahan.

V. PENUTUP

A. Simpulan 1. Prolegda memiliki kedudukan yang sangat penting dalam proses pembentukan produk hukum daerah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Way Kanan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 hingga saat ini belum mempunyai peraturan daerah terkait dengan Program Legislasi Daerah. Hal ini dikarenakan penyusunan baru dilakukan setelah pada tahun 2012 undang-undang pembentukan peraturan perundang-undangan baru disosialisasikan dan Peraturan Daerah tentang Program Legislasi Daerah disusun pada tahun 2013 yang pada akhirnya rancangan atau peraturan daerah yang dihasilkan belum mencerminkan kerangka regulatif RPJMD Kabupaten Way Kanan. 2. Penyusunan Prolegda tidak hanya untuk kepentingan pembentukan Perda semata, tapi lebih luas lagi terkait dengan keseluruhan program pembangunan daerah. Oleh karena itu sesungguhnya tidak ada alasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah untuk tidak melakukan penyusunan Prolegda. Pelaksanaan fungsi legislasi ada delapan tahapan yang harus dilalui yaitu 1. tahapan perencanaan raperda 2. tahapan perancangan raperda 3. tahapan pengajuan raperda 4. tahapan penyebarluasan raperda 5. tahapan embahsan 110 raperda 6. tahapan penetapan perda 7. tahapan pengundangan perda dan 8. tahapan penyebarluasan perda. Dalam pelaksanaannya fungsi legislasi penyusunan perda sudah sesuai dengan 8 tahapan tersebut, namun produk hukum daerah secara keseluruhan sudah berkaitan dengan RPJMD namun belum mencerminkan sebagai legal framework yang mendukung RPJM Kabupaten Way Kanan secara keseluruhan yang berpihak atau mewakili aspirasi dari masyarakat.

B. Saran

1. Pemerintah Daerah hendaknya mampu sebagai agen perubahan dalam menghasilkan produk hukum yang progresif. Otonomi luas bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Pemerintah Daerah sebaiknya diinovasikan sebagai produkinstrumen yang menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik dan berpihak kepada masyarakat, salah satunya melalui hendaknya Pemerintah dan DPRD Kabupaten Way Kanan segera membuat Peraturan Daerah mengenai Program Legislasi Daerah sebagai penyelaras antara RPJMD dengan kerangka regulatif. 2. Program Legislasi Daerah yang disusun hendaknya mencerminkan kerangka regulatif RPJMD dengan memperhatikan karakteristik dan aspirasi masyarakat.